Akuntabilitas, Transparansi & Pengawasan. Teguh Kurniawan, MSc

dokumen-dokumen yang mirip
GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

AKUNTABILITAS DALAM SEKTOR PUBLIK. Kuliah 4 Akuntabilitas Publik & Pengawasan

PENGAWASAN KINERJA PEMERINTAHAN DAN LKPJ KDH OLEH DPRD

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan E-Government di Indonesia *

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

Independensi Integritas Profesionalisme

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR ILMU ADMINISTRASI NEGARA. Paper

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

Good Governance. Etika Bisnis

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

The 1 st Accounting Conference Faculty of Economics Universitas Indonesia Depok, 7 9 November 2007

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

Arsip Nasional Republik Indonesia

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan sarana

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kementerian Keuangan adalah mewujudkan

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

1. Jatidiri prodi 2. Makna tatapamong 3. Tatapamong dalam konteks SNP 4. Tatapamong dalam perspektif kegiatan akreditasi BAN PT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk

Memaknai Profesionalisme dan Independensi Pengelolaan Kawasan Andalan Era Otonomi Daerah melalui Penerapan Good Governance

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

Pekerjaan Sosial PB :

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi di beberapa daerah kota/kabupaten di Indonesia diharapkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 51 SERI E

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

Transkripsi:

Akuntabilitas, Transparansi & Pengawasan Teguh Kurniawan, MSc http://teguh-kurniawan.web.ugm.ac.id Email: teguh1@ui.edu

Akuntabilitas

Definisi Akuntabilitas adalah; Dapat menjawab Dapat menjelaskan Kualitas dari negara untuk dapat akuntabel, dipercaya dan bertanggungjawab Akuntabilitas adalah: Seorang pejabat dapat menjawab pertanyaan atasannya mengenai tindakan yang dilakukannya di masyarakat Kewajiban untuk menjaga rekaman yang akurat dari properti, dokumen atau dana Sebuah hubungan dimana seorang individu atau badan harus dapat menjawab pertanyaan mengenai kinerjanya dalam Behn, 2001, 4

Definisi Akuntabilitas adalah instrumen yang menunjukkan apakah prinsip-prinsip pemerintahan, hukum, keterbukaan, transparansi, keberpihakan dan kesamaan di hadapan hukum telah dihargai atau tidak. Akuntabilitas adalah hal yang penting untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektivitas, reliabilitas & predektibilitas dari Administrasi Publik. Suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi kongkret dan harus ditentukan oleh hukum melalui seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa saja yang harus dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas berkaitan dengan seberapa baik prosedur hukum yang diikuti untuk membentuk keputusan administrasi publik yang harus dihormati oleh para pegawai sipil dan otoritas publik AUSAID, 2001, 6

Akuntabilitas sebagai ikon Akuntabilitas menjanjikan akan keadilan dan kesetaraan pemerintahan Menjanjikan pembelajaran dan peningkatan Menjanjikan transparansi dan kehidupan demokrasi Menjanjikan kesesuaian integritas dan etika Bovens, 2003,

Akuntabilitas sebagai Pengaturan Institusi Akuntabilitas sebagai hubungan sosial Hubungan sosial dimana seorang aktor merasa berkewajiban untuk menjelaskan dan memberikan pembenaran terhadap tindakannya kepeda pihak lain Bovens, 2003,

Akuntabilitas sebagai Pengaturan Institusi 4 elemen: Adanya akses publik terhadap laporan yang diberikan Penjelasan dan pembenaran terhadap tindakan yang dilakukan Penjelasan harus dilakukan dalam sebuah forum yang spesifik Aktor harus memiliki kewajiban untuk hadir Bovens, 2003,

Siapakah Accountee? Akuntabilitas organisasi: atasan Akuntabilitas politik: anggota dewan perwakilan Akuntabilitas legal: pengadilan Administratif: auditor, inspektur, dan pengawas Akuntabilitas profesional: kelompok profesional Bovens, 2003,

Akuntabilitas Sebagai Skema untuk Menyalahkan Akuntabilitas sebagai kewajiban, 3 elemen Untuk dapat bertanggungjawab, seseorang harus melakukan pelanggaran norma Adanya hubungan sebab akibat antara tindakan accountor dan kesalahan yang terjadi Accountor harus memiliki alternatif pilihan Bovens, 2003,

Siapakah Accountor? Akuntabilitas korporat Akuntabilitas hirarkhi Akuntabilitas kolektif Akuntabilitas individual Bovens, 2003,

Tipe lainnya Akuntabilitas Birokrasi dilakukan secara formal melalui hirarkhi dalam organisasi Akuntabilitas Hukum dilakukan secara formal melalui hukum atau aturan Akuntabilitas Politik dilakukan secara informal oleh berbagai macam pemangku kepentingan baik secara langsung maupun melalui wakilnya Akuntabilitas Profesional dilakukan secara informal oleh anggota organisasi itu sendiri melalui keahlian dan standar yang ditetapkan oleh organisasi profesi Romzek & Dubnick dalam Behn 2001, 59

Berlandaskan atas hubungan principal-agent Dilakukan atas dasar monitor Bersifat superior/subordinat Atas dasar lembaga perwakilan dan masyarakat sebagai pemilih Atas dasar keahlian Romzek & Dubnick, 1987

Cendon, no year, 33

Infrastruktur Pendukung Harus diciptakan harapan yang sangat spesifik melalui Aturan, standar dan prosedur Perangkat tersebut yang mengkodifikasikan harapan mengenai bagaimana pejabat publik akan memperlakukan masyarakat, dan apa yang dimaksud dengan keadilan dalam pelaksanaan tugasnya Behn, 2001, 8

Dengan demikian AKUNTABILITAS mencakup eksistensi dari suatu mekanisme (baik secara konstitusional maupun keabsahan dalam bentuknya) yang meyakinkan politisi dan pejabat pemerintahan terhadap aksi perbuatannya dalam penggunaan sumber-sumber publik dan kinerja perilakunya. Akuntabilitas membutuhkan keterbukaan dan kejelasan serta keterhubungannya dengan kebebasan media (transparansi)

AKUNTABILITAS mensyaratkan adanya perhitungan cost and benefit analysis (tidak terbatas dari segi ekonomi, tetapi juga sosial, dan sebagainya tergantung bidang kebijaksanaan atau kegiatannya) dalam berbagai kebijaksanaan dan tindakan aparatur pemerintah. AKUNTABILITAS juga berkaitan erat dengan pertanggungjawaban terhadap efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijaksanaan atau program.

Transparansi

Transparansi Bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat dan tepat waktu tentang kebijakan publik, dan proses pembentukkannya. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah Dengan ketersediaan informasi seperti itu, masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat, serta mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak proporsional.

Instrumen Transparansi Pemerintah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat. Peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi Fasilitas database dan sarana informasi dan komunikasi Petunjuk penyebarluasan produk-produk dan informasi yang ada di penyelenggara pemerintah Prosedur pengaduan.

Indikator Transparansi Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan Berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan

Pengawasan

Apakah Pengawasan? Proses pengukuran kinerja dan pengambilan tindakan untuk menjamin hasil yang diinginkan Merupakan peran penting dan positif dalam proses manajemen Menjamin segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai waktunya Schermerhorn, 2001

Langkah dalam Proses Pengawasan Menentukan sasaran dan standar Mengukur kinerja sesungguhnya (aktual) Membandingkan hasil dengan sasaran dan standar yang telah ditetapkan Mengambil tindakan perbaikan yang dibutuhkan Schermerhorn, 2001

Proses Evaluasi dan Pengawasan 1 2 3 4 5 Apakah Tidak Menentukan Mengukur kinerja standar kinerja sesuai penilaian standar? Menentukan sasaran penilaian Ambil Tindakan Korektif Stop Ya

Jenis Pengawasan Pengawasan Feedforward (umpan di depan) Dilakukan sebelum aktivitas dimulai Dalam rangka menjamin: kejelasan sasaran; tersedianya arahan yang memadai;ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan Memfokuskan pada kualitas sumberdaya Pengawasan Concurrent (bersamaan) Memfokuskan kepada apa yang terjadi selama proses berjalan Memonitor aktivitas yang sedang berjalan untuk menjamin segala sesuatu dilaksanakan sesuai rencana Dapat mengurangi hasil yang tidak diinginkan Schermerhorn, 2001

Jenis Pengawasan Pengawasan Feedback (umpan balik) Terjadi setelah aktivitas selesai dilaksanakan Memfokuskan kepada kualitas dari hasil Menyediakan informasi yang berguna untuk meningkatkan kinerja di masa depan Pengawasan Internal & Eksternal Pengawasan Internal: memberikan kesempatan untuk memperbaiki sendiri Pengawasan Eksternal: terjadi melalui supervisi dan penggunaan sistem administrasi formal Schermerhorn, 2001

Pengawasan dalam Birokrasi

Peran Strategis Pengawasan Memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai dengan mandat, visi, misi, tujuan serta target-target organisasi. Mengetahui tingkat akuntabilitas kinerja tiap instansi yang akan dijadikan para meter penilaian keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Dua tujuan utama yaitu akuntabilitas dan proses belajar

Dari sisi akuntabilitas, sistem pengawasan akan memastikan bahwa dana pembangunan digunakan sesuai dengan etika dan aturan hukum dalam rangka memenuhi rasa keadilan Dari sisi proses belajar, sistem pengawasan akan memberikan informasi tentang dampak dari program atau intervensi yang dilakukan, sehingga pengambil keputusan dapat belajar tentang bagaimana menciptakan program yang lebih efektif

Pengawasan Fungsional Pengawasan fungsional dilakukan secara fungsional oleh Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota, seperti BPK RI (Badan Pemeriksa Keuangan RI), Inspektorat Jenderal (Irjen) Departemen /Lembaga Negara, Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) Pemerintah Propinsi, Kabupaten, Kota, dan Satuan Pengawas Intern (SPI) BUMN / BUMD. Pengawasan fungsional itu dilaksanakan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bokim, 2003, 24

Pengawasan Represif Pengawasan represif Pengawasan represif dilakukan terhadap kebijaksanaan yang telah ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah di Daerah Bokim, 2003, 24

Pengawasan Legislatif Pengawasan legislatif dilakukan oleh DPR terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan sesuai dengan tugas, wewenang dan haknya melalui dengar pendapat, kunjungan kerja dan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) dan atau Panitia kerja (Panja). Bokim, 2003, 24

Pengawasan Yudikatif Pengawasan yudikatif dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA), terutama terhadap Peraturan Daerah (Perda) yang bermasalah. Bokim, 2003, 24

Pengawasan Masyarakat Pengawasan masyarakat dilakukan oleh masyarakat dengan membuat keterangan dan memberikan informasi yang disampaikan baik secara lisan atau tertulis kepada Pemerintah, DPR-RI maupun melalui media massa dan lembaga lain. Dengan demikian fungsi wasmasy merupakan finalisasi dari hierarkhi pengawasan. Artinya bila pengawasan lain efektif, kebocoran itu tidak bakal ada dan wasmasy pun tidak ada lagi. Di samping itu fungsi wasmasy memiliki tataran yang lebih luas dari bentuk pengawasan lainnya, karena wasmasy dilaksanakan oleh LSM-LSM, media massa dan masyarakat luas. Bokim, 2003, 24

Pengawasan Penyelenggaraan Pemda Produk hukum dan kebijakan daerah Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten serta Produk hukum dan kebijakan Keuangan daerah

Aspek Pemeriksaan Keuangan Sumber Daya Manusia Sarana dan Prasarana Metode Kerja

Pengawasan di Era Governance

Perkembangan Paradigma Administrasi Publik Administrasi Publik Tradisional New Public Management Citizen-centered governance Konteks Populasi Kebutuhan/masalah Strategi Governance melalui... Aktor Stabil Homogen Secara langsung, ditentukan oleh profesional Memfokuskan pada negara dan produsen Hirarkhi Kompetisi Atomized (terfragmentasi) Keinginan diekspresikan melalui pasar Memfokuskan pada pasar dan konsumen Pasar Perubahan yang terus menerus Berbeda-beda Kompleks, berubah-ubah dan cenderung beresiko Ditentukan oleh masyarakat sipil Jejaring dan kemitraan Aparat pemerintah Pembeli dan penyedia; klien dan kontraktor Kepemimpinan masyarakat Benington & Hartley dalam Meehan, 2003, 6

Features setting apart governance from government Government Peserta sangat terbatas jumlahnya Umumnya adalah lembaga-lembaga pemerintah Sedikit/jarangnya konsultasi Tidak ada kerjasama dalam pembuatan/pelaksanaan kebijakan Issue kebijakan menjadi luas Batas-batas yang tertutup Batas berdasarkan kewilayahan (teritori) Keanggotaan yang tidak sukarela Kewenangan yang hirarkhis, kepemimpinan yang terkunci Interaksi yang saling berlawanan / hubungan yang cenderung konflik Kontak-kontak informal Kerahasiaan Otonomi yang besar dari Negara terhadap masyarakat (organisasi yang dikendalikan/steered organising) / dominasi Negara Tidak ada akomodasi terhadap kepentingan masyarakat oleh Negara Tidak adanya keseimbangan/simbiosis antar aktor Aktor Fungsi Dimensi Struktur Konvensi dari Interaksi Distribusi dari Kekuasaan Governance Jumlah peserta yang besar Terdiri atas aktor publik dan privat Lebih banyak konsultasi Adanya kemungkinan kerjasama dalam pembuatan/pelaksanaan kebijakan Issue kebijakan menjadi sempit Batas-batas yang sangat terbuka Batas berdasarkan fungsi (fungsional) Keanggotaan secara sukarela Konsultansi horisontal, intermobilitas Konsensus atas nilai-nilai teknokratik / hubungan kerjasama Kontak-kontak yang sangat informal Keterbukaan Otonomi yang rendah dari negara terhadap masyarakat (organisasi mandiri/self-organising) / dominasi negara yang tersebar Kepentingan masyarakat diakomodir oleh Negara Adanya keseimbangan atau simbiosis antar aktor Schwab & Kubler, 2001, 9

Hal yang harus dilakukan Membangun Akuntabilitas dan Partisipasi dalam Proses Pengawasan

Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Faktor yang mempengaruhi partisipasi Can do (dapat melakukan) Cara bekerjanya Sumberdaya individual yang dimiliki masyarakat untuk memobilisasi dan mengorganisasikan (berbicara, menulis, dan kemampuan teknis lainnya, serta kepercayaan diri untuk menggunakan kemampuan tersebut) akan membuat kapasitas yang berbeda dalam melakukan partisipasi Target kebijakan yang diinginkan Peningkatan Kapasitas: ukuran dukungan khusus atau pengembangan target Like to (ingin melakukan) Enabled to (mungkin melakukan) Asked to (diminta untuk melakukan) Responded to (tanggap untuk) Agar berkomitmen untuk berpartisipasi membutuhkan kesadaran untuk terlibat dalam entitas publik yang menjadi fokus keinginannya Infrastruktur kemasyarakatan dari kelompokkelompok dan organisasi payung dapat membuat perbedaan dalam berpartisipasi dikaitkan dengan struktur kesempatan yang dibuat agar masyarakat dapat berpartisipasi Memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dengan menanyakan input kepada mereka dapat membuat perbedaan besar dalam partisipasi Ketika masyarakat yang ditanya menyatakan akan terlibat jika mereka didengar, tidak sepenuhnya setuju, tetapi mampu melihat tanggapan Kesadaran komunitas; pelibatan masyarakat, modal sosial, dan citizenship Membangun infrastruktur kemasyarakatan sehingga kelompok-kelompok dan organisasi di sekitarnya dapat memfasilitasi partisipasi Skema bagi partisipasi publik yang beragam, menarik, dan refleksif Sistem pembuatan kebijakan yang dapat menunjukkan kapasitas untuk menanggapi Stoker, 2004, 14