BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

BAB II DASAR TEORI. 2.1Amplitude Modulation and Demodulation

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

MODULASI AM, DSB, SSB dan DEMODULASI AMPLITUDO

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

PENYUSUNAN PEDOMAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI ANALOG. Oleh Danang Dwi Jatmiko NIM :

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

Dengan Hs = Fungsi alih Vout = tegang keluran Vin = tegangan masukan

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya:

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER

V. M O D U L A S I. Gbr.V-1: Tiga sinyal sinusoidal yang berbeda. Sinyal 1 Sinyal 3. sinyal 2 t

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 3 Modulasi Amplitudo

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

BAB II TINJAUAN TEORITIS

JOBSHEET 9 BAND PASS FILTER

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

DTG2F3. Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

TEKNIK MODULASI. Kelompok II

Model Transmisi Digital Optik Isyarat Analog Dengan Modulasi Delta

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

Modulasi Analog. Alfin hikmaturokhman.,st.,mt S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

MODUL PRAKTIKUM PHASE LOCKED LOOP DISKRET. oleh Joel Patra Tirtayasa NIM:

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Penguat Oprasional FE UDINUS

PENGKONDISI SINYAL OLEH : AHMAD AMINUDIN

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

SISTEM SCRAMBLER DAN DESCRAMBLER PADA TELEPON DENGAN METODE PEMBALIKAN FREKUENSI

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

PWM (PULSE WIDTH MODULATION)

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK MODULASI PADA KOMUNIKASI DATA

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 4 (LOW PASS FILTER )

BAB I FILTER I. 1. Judul Percobaan. Rangkaian Band Pass Filter. 2. Tujuan Percobaan

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

BAB 5. MULTIVIBRATOR

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Telekomunikasi telah menempati suatu kedudukan yang penting

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 5 (BAND STOP FILTER)

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

MAKALAH LOW PASS FILTER DAN HIGH PASS FILTER

Modul 02: Elektronika Dasar

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa

LOGO IMPLEMENTASI MODULASI DAN DEMODULASI M-ARY QAM PADA DSK TMS320C6416T

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

PENGENDALIAN ROBOT MENGGUNAKAN MODULASI DIGITAL FSK (Frequency Shift Keying )

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR

Modulasi. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB IV HASIL PENGUJIAN ALAT DAN ANALISISNYA

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Transkripsi:

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E min (mvolt) m %m (mx100) 1 1 68 26 0.44 44 2 1.5 72 8 0.8 80 3 2 70 18 0.59 59 4 2.3 70 20 0.55 55 Gambar 4.1.Sinyal carrier 4 KHz (V/div =5 V, T/div = 0.2 us) Gambar 4.2.Sinyal input 1 KHz (V/div =1 V, T/div =1 us) 27

Gambar 4.3. Sinyal hasil modulasi saat 1 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us) Gambar 4.4.Sinyal hasil modulasi saat 1.5 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us) Gambar 4.5.Sinyal hasil modulasi saat 2 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us) Gambar 4.6.Sinyal hasil modulasi saat 2.3 Vpp(V/div 10mV, T/div 1 us) 28

Gambar 4.7 Sinyal hasil demodulasi(v/div = 1 V, T/div = 1 us) 4.1.2 Analisa Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa sinyal amplitudo hasil modulasi akan selalu mengikuti sinyal informasi. Karena pada dasarnya sinyal carrier hanya memiliki sifat penghantar (pembawa) tidak memiliki informasi/data apapun. Pada percobaan sinyal input diberikan frekuensi sebesar 1KHz dan dihasilkan lebarbidang samping atas dan bawah. Kedua lebarbidang tersebut sama dengan gelombang sinyal informasi. Bagian sisi atas dan sisi bawah pita frekuensi yang terlihat pada output merupakan bentuk gelombang informasi yang dimodulasikan dengan sinyal pembawa yang frekuensinya lebih besar. Dari gambar yang terlihat bahwa sinyal termodulasi dihasilkan dengan cara sinyal informasi menumpangi sinyal carier. Pada dua sisi band tersebutlah sinyal pembawa ditumpangkan oleh sinyal informasi. Sinyal informasi dimodulasi dengan merubah nilai amplitudonya. Untuk amplitudo gelombang AM, semakin besar amplitudo sinyal informasi amplitudo sinyal pembawa juga makin besar dan sebaliknya. Setelah sinyal didemodulasi maka sinyal akan berubah ke bentuk semula. Persenmodulasi Besarnya amplitudosinyal informasi akan mempengaruhi nilai indeks modulasi pada sinyal output termodulasi. Nilai indeks modulasi yang mendekati nilai 1 akan mempengaruhi kualitas sinyal termodulasi yang menyebabkan sinyal informasi tidak dapat terbaca pada sinyal termodulasinya. Begitupun jika nilai indeks modulasi kurang dari 1. Indeks modulasi yang terlihatrata rata berkisar pada 0,80. Pada keadaan tersebut sinyal informasi dapat terbaca dengan jelas pada sinyal termodulasinya. Semakin besar signal carier / pembawa frekuensi tinggi yang dimodulasikan oleh sinyal 29

frekuensi rendah semakin besar pula hasil modulasinya. Bahkan saat dimasukkan lebih dari 2.3 V PP terjadi over modulasiyaitu sinyal hasil modulasi terdistorsi. Koefisienmodulasi diperoleh dari: 2 Vmaks 2 Vmin m = 2 Vmaks + 2 Vmin = Vmaks Vmin Vmaks + Vmin Untuk 1 Vpp dengan Vmax = 68 mv dan Vmin = 26 mv % modulasi=mx 100%, maka m = 68 26 68 + 26 m = 42 94 = 0.44 % modulasi = 0.44 x 100 % = 44 % 4.2 DSB-SC Modulation and Demodulation 4.2.1 Hasil Percobaan Gambar 4.8.Sinyal pembawa 300 KHz(V/div = 0.2 V) Gambar 4.9. Sinyal informasi 1 KHz(V/div 0.2 V, T/div 1 us) 30

Gambar 4.10.Sinyal DSB-SC hasil modulasi(v/div = 0.2 V) 4.2.2 Analisa IC MC1496 sebagai balance modulator. MC1496 berfungsi sebagai pengganda frekuensi ketika suatu sinyal yang sama dimasukkan pada kedua port masukkannya ( pin 1 dan pin 10 ). Sinyal pembawa akan ditekan sehingga outputnya adalah sinyal DSBSC(double side band suppressed carrier). Ketika memodulasi sinyal pembawa dengan modulasi amplitude, akan ada 2 komponen frekuensi sebagai hasilnya. Yang pertama adalah sinyal modulasi itu sendiri, yang kedua adalah pembawa frekuensi. Untuk meningkatkan efisiensi daya, DSB-SC menghapus bagian frekuensi pembawa, sehingga frekuensi yang ditransmisikan hanya terdiri band side. Tidak ada pembawa muncul dalam output karena arus dasar. Sinyal termodulasi AM terdiri dari tiga komponen yaitu komponen pembawa, komponen bidang sisi atas, dan komponen bidang sisi bawah. Sinyal ini dapat ditransmisikan atau dipancarkan secara keseluruhan ke arah penerima. Transmisi semacam ini disebut transmisi DSBFC (Double Side Band Full Carrier ) yang berarti pemancaran dua bidang sisi (atas dan bawah) berikut dengan komponen pembawanya. Jenis transmisi yang demikian membutuhkan lebar bidang sebesar 2fm, dengan fm adalah frekuensi tertinggi sinyal pemodulasi Amplitudo puncak komponen pembawa merupakan bagian yang terbesar, yaitu Vc. Sedangkan kedua komponen yang lain mempunyai amplitudo puncak yang sama, yaitu ½mVc. Hal ini berarti bahwa jika m=1, maka setiap satuan daya pancaran DSBSC terdiri atas dua pertiga bagian komponen pembawa dan sisanya terbagi pada komponen bidang sisi atas (USB) dan bidang sisi bawah (LSB). Kenyataan di atas merupakan suatu kerugian karena komponen pembawa dengan daya yang terbesar dari ketiga komponen yang ada ini, sebenarnya tidak membawa informasi apapun. Jenis transmisi DSBSC ( Double Side Band Suppressed Carrier) merupakan jenis transmisi sinyal termodulasi AM dimana komponen pembawanya 31

telah ditekan menjadi nol. Pada jenis ini, lebar bidang yang dibutuhkan sama dengan lebar bidang yang dibutuhkan pada transmisi DSBFC. 4.3 PWM Generation and Reconstruction 4.3.1 Hasil Percobaan Tabel 4.2. Hasil percobaan PWM. No Control Voltage (Vpp) Output pulse width (m sec) 1 2-2 3-3 4-4 5 35 us 5 6 40 us 6 7 50 us 7 8 60 us Gambar 4.11.Sinyal input 2 KHz danamplitudo 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 0.1 us) Gambar 4.12.Sinyal frekuensi 1 KHz danamplitudo 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us) 32

Gambar 4.13. Sinyal outputsaat amplitudo pada 1 KHz 5 Vpp(T/div 50 us) Gambar 4.14.Sinyal output saat amplitudo pada 1 KHz 6 Vpp(T/div 50 us) Gambar 4.15.Sinyal outputsaat amplitudo 1 KHz 8 Vpp(T/div = 50 us ) 33

Gambar 4.16.Sinyal outputsaat amplitudo pada 1 KHz melebihi 8 Vpp(V/div, T/div ) Gambar 4.17. Sinyal hasil demodulasi(v/div = 1 V, T/div = 5 us ) 4.3.2 Analisa t Vc t = A + B eτ1 Vc 0 = Vcc 3 = A + B Vcc 0 3 = A + B e τ1 Vc = Vcc = A + B e τ1 Vcc = A 34

Vcc 3 = A + B = Vcc + B B = Vcc 3 Vcc = 2 Vcc 3 Vc t = Vcc 2 3 Vcc e t τ1 = Vcc 1 2 3 e t τ1 Vc T 1 = 2 Vcc = Vcc 3 1 2 3 = 1 2 T1 3 e τ1 T1 e τ1 = 1 2 1 3 = 2 T1 3 e τ1 2 T1 3 e τ1 T1 ln e τ1 = ln T 1 τ 1 = ln 2 T 1 = τ 1 ln 2 1 2 T1 ln e τ1 = ln 2 = Ra + Rb C ln 2 T 2 = 0,693 Rb C Ra = 1,2KΩ Rb = 8,2KΩ C = 0,0uF 35

T 1 = 0,693 Ra + Rb C = 0,0651 T 2 = 0,693 Rb. C = 0,0568 Duty = 0,693 Ra + Rb C 0,693 Ra + 2Rb C Ra + Rb = Ra + 2Rb = 9,4K 17,6K = 0,53 = 53 % Nilai T 1 bergantung dari Vs pin kaki 5 sedangkan T 2 tidak. Untuk frekuensi keluaran duty cycle 50% menandakan tegangan pada alat hanya akan diberikan 50% dari total tegangan, pada duty cycle 100% berarti sinyal tegangan dilewatkan seluruhnya. Ttotal = T 1 + T 2 Duty = Vout = T 1 Ttotal T 1 Ttotal x Vin Dari rumus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tegangan keluaran dapat diubah-ubahsecara langsung dengan mengubah nilai T 1. Apabila T 1 adalah 0, V out juga akan 0. Apabila T 1 adalah T total maka V out adalah V in atau katakanlah nilai maksimumnya. Mekanisme untuk membangkitkan sinyal keluaran yang periodenya berulang antara high dan low dimana kita dapat mengontrol durasi sinyal high dan low sesuai dengan yang kita inginkan. Sinyal hasil demodulasi akan kembali pada bentuk awal setelah dilakukan demodulasi. Suatu demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari sinyal FM dengan operasi yang berlawanan dengan cara kerja modulator FM. 36

4.4 PPM Generation and Reconstruction 4.4.1 Hasil Percobaan Tabel 4.3. Hasil percobaan PPM. Modulation signal Time Periode (ms) Total time periode (us) amplitude (Vpp) Pulse width ON (us) Pulse width OFF (us) 0 13 u 6 20 1 14.4 5.2 19.6 2 15 4 19 3 15.6 3.2 18.8 4 16 2 18 5 16.8 0.8 17.6 6 17 0 17 7 17.6 0.4 18 Gambar 4.18.Sinyal pemodulasi 1 KHz,amplitudo 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us) Gambar 4.19.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 0 Vpp (V/div = 1 V, T/div = 5 us) 37

Gambar 4.20.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 2 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us) Gambar 4.21.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 3 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us) Gambar 4.22.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 5 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us) 38

Gambar 4.23.Sinyal hasil modulasi saat pemodulasi 7 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us) Gambar 4.24.Sinyal modulasi saat pemodulasi >7 Vpp(V/div = 1 V, T/div = 5 us) Gambar 4.25. Sinyal hasil demodulasi(v/div = 1 V, T/div =5 us) 4.4.2 Analisa PPM hanya PWM + monostable multi-vibrator.untuk menghasilkan PPM kita memerlukan satu astabil multi-vibrator untuk menghasilkan sinyal PWM dan satu monostable multi-vibrator untuk mendapatkan keinginan PPM. Dalam modulasi posisi pulsa, posisi pulsa berubah sesuai dengan amplitudo sinyal modulasi, lebar pulsa tetap konstan dalam sistem ini, sedangkan posisi masing-masing pulsa bervariasi dengan 39

mengacu pada amplitudo sinyal modulasi. NE555 pembangkit pulsa digital yang merupakan pembawa modulator, tanpa masukan pin5 dari IC, frekuensi pembawa tetap dihasilkan pada pin ketiga dari IC. Sementara gelombang sinus sebagai sinyal modulasi ke pin5 dari IC, lebar sinyal digital frekuensi tetap bervariasi sehubungan dengan amplitudo dari sinyal modulasi. ON saat pulsa digital konstan dan ditentukan oleh resistor dan kapasitor. OFF waktu output pulsa digital ditentukan oleh amplitudo sinyal modulasi. Pulsa waktu OFF untuk meningkatkan tegangan pada pin5 dari IC sementara lebar pulsa waktu OFF lebih luas untuk mengurangi tegangan pada pin5 dari 555 IC. Untuk menghitung duty cycle dengan rumus duty = Ra +Rb Ra+2 Rb dengan Ra 3 KHz dan Rb 3.9 KHz didapat nilai duty cycle sebesar 0.63 atau 63 %. Berdasarkan praktikum saat 0 Vpp dengan T on 13 us dan T total 20 us didapat duty cycle sebesar duty = Ton Ttotal = 0.65 = 65 % Terlihat hasil praktikum hampir sama dengan teori. Sinyal hasil demodulasi akan kembali pada bentuk awal setelah dilakukan demodulasi. Suatu demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari sinyal FM dengan operasi yang berlawanan dengan cara kerja modulator FM. 4.5 Frequency Division Multiplexing 4.5.1 Hasil Percobaan 40

Tabel 4.4. Hasil Percobaan LPF. Frekuensi Input (Hz) Amp Input (Vpp) Amp Output (Vpp) 700 11.8 1.2 800 11.6 1.2 900 11.4 1.2 1K 11.4 1 1.5K 11.2 0.8 2K 11.2 0.8 3K 11.2 0.6 4K 11.2 0.4 7K 11 0.2 10K 11 0 Tabel 4.5. Hasil Percobaan HPF. Frekuensi Input (Hz) Amp Input (Vpp) Amp Output (Vpp) 1K 10.6 0 2K 10.6 0.3 5K 10.6 0.5 7K 10.5 0.6 10K 10.4 1 11K 10.4 1.1 13K 10.4 1.1 41

4.5.2 Analisa Low pass filter adalah jenis filter yang melewatkan sinyal frekuensi rendah dan menahan sinyal frekuensi tinggi. Analisa dari rangkaian LPF adalah pada low pass filter yang telah dibuat mempunyai frekuensi cut off sekitar 1KHz. Sinyal yang diloloskan adalah sinyal dengan frekuensi dibawah cut off dan untuk sinyal di atas frekuensi cut off maka akan diredam. Pada frekuensi mendekati 10 KHz sinyal output semakin melemah mendekati 0, hal ini karena terjadi peredaman. Rangkaian LPF filter RC merupakan jenis filter pasif yaitu respon frekuensi yang ditentukan oleh konfigurai R dan C yang digunakan. Rangkaian dasar dan grafik respon frekuensi LPF sebagai berikut Frekuensi cut-off (fc) dari LPF dengan RC dapat dituliskan dengan persamaan ( LPF orde-2) 1 f cl = 2π R1R2C1C2 f cl = 2π 1 150Kx150Kx1nx1n f cl = 1061 Hz FrekuensiLPFpada data pengukuran sebesar 1 K, terjadi kecocokan antara data dan hasil perhitungan. Frekuensi cut-off (fc) dari HPF dengan RC dapat dituliskan dengan persamaan ( HPF orde-2) 1 f ch = 2π R1R2C1C2 f ch = 1 2π 15Kx15Kx1nx1n f ch = 10610 Hz 46

Frekuensi HPF pada data pengukuran sebesar 10 K, terjadi kecocokan antara data dan hasil perhitungan. High pass filter akan melewatkan sinyal pada frekuensi diatas cutoff sehingga fungsi alih akan maksimum ketika frekuensi membesar. Ini berarti bahwa filter akan melewatkan sinyal dengan frekuensi tinggi dan meredam frekuensi rendah. 4.6 Phase Locked Loop 4.6.1 Hasil Percobaan Gambar 4.27. Sinyal free running 100 KHz ( V/div = 2V, T/div = 5 us ) Gambar 4.28. Sinyal masukan 5 KHz ( V/div = 0.1V, T/div = 0.1 ms ) 47

Gambar 4.29. Perbandingan sinyal free running dengan sinyal masukan ( T/div 20 us) Gambar 4.30. Perbandingan sinyal input dengan output ( V/div = 0.1V, T/div = 20 us) 4.6.2 Analisa Praktikum terbagi dalam dua bagian yaitu modulator FM dan detector FM. Sirkuit dirancang untuk beroperasi pada frekuensi pembawa 100 khz. Tegangan yang dikendalikan VCO pada rangkaian pertama digunakan untuk membuat gelombang FM dan rangkaian kedua beroperasi sebagai detector FM Gambar diatas merupakan rangkaian modulator FM, hanya bagian VCO dari IC yang digunakan. Frekuensi yang dihasilkan oleh VCO dapat dicari dengan rumus f = 2.4 Vcc Vc R8 C9 Vcc f = 2.4 15 13.6 = 101.818 = 101 KHz 2.2K 0.001 uf 15 48

Perhitungan hanya selisih sedikit dengan teori dan praktikum yang disebabkan pengamatan nilai Vc yang tidak terlalu akurat. Untuk modulator sensitivity dapat dihitung dengan Ko = Ko = 2.4 R8C9Vcc (Hz/V) 2.4 = 72.72 KHz/V 2.2K 0.001 uf 15 Sehingga δ = VmKo = 1 2 Vpp x 72.72 KHz/V = 36.36 KHz Gambar diatas menunjukkan detector FM. Loop diatur dengan free running sebesar 100 KHz oleh C104 dan kombinasi seri R107 dan R106. Komponen R109, C108, R110dan C109 membentuk low pass filter untuk menghilangkan jejak 100 KHz sinyal pembawa dan setelah melewati C110 hanya menyisakan informasi didemodulasi pada output. 4.7 Hasil Pengujian Pengujian telah dilaksanakan dengan mengujikan 5 pedoman praktikum kepada mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Dan Komputer. Kriteria mahasiswa yang akan dijadikan responden untuk menguji pedoman praktikum yaitu mahasiswa yang telah atau sedang mengambil mata kuliah Elektronika Telekomunikasi atau mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Siskom atau UM 1 tetapi belum mengambil mata kuliah Elektronika Telekomunikasi. 49

4.7.1 Hasil Pengujian Kuisioner 4.7.1.Hasil Pengujian Rata-rata A Tiap Butir Kuisioner Dari lampiran B.1 tidak dihasilkan rata-rata dengan nilai < 3. Hal ini berarti butir - butir kuisioner dapat dikatakan cukup berhasil ketika diujikan pada responden. 4.7.2 Hasil Pengujian Nilai Tugas Dari lampiran B.2 didapati 24 buah nilai < 75. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa responden (mahasiswa) beberapa kurang mampu memahami materi pada pedoman praktikum yang disusun ketika diujikan pada responden. Namun pada rata-rata nilai tiap topik praktikum, rata-rata nilai tiap responden tersebut terdapat 2 nilai dibawah 75. Sehingga jika dilihat dari rata-rata nilai yang didapat, bisa dikatakan bahwa responden (mahasiswa) mampu memahami materi pada pedoman praktikum. 50