ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 1 Mahasiswa 2 Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

ANALISA USAHATANI BAYAM

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Novi Anggraeni 1) Dedi Darusman 2) Dedi Sufyadi 3)

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

EFESIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI SAWI (Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan) JURNAL ILMIAH

BAB IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

Perbedaan Biaya Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Pada Lahan Sawah dan Kering Dengan Sistem Rotasi dan Non Rotasi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. By :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHA TANI JAGUNG DI DESA SEI MANCIRIM KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

ANALISIS USAHATANI BUAH DUKU (Lansium domesticum) Studi Kasus : Desa Kuala Dekah, Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

ABSTRAK ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia, Medan Usahatani melon adalah jenis usahatani yang relatif baru diusahakan petani Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan pada 35 keluarga petani melon (secara sensus) di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang untuk periode produksi Agustus hingga Desember 2004, yang diharapkan berguna untuk memberikan informasi tentang bagaimana tindakan manajemen usahatani oleh petani melon demi peningkatan pendapatannya di kemudian hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani melon adalah usahatani yang menguntungkan dan layak untuk diusahakan petani. Peningkatan produksi oleh petani sangat dimungkinkan melalui upaya peningkatan luas lahan dan peningkatan penggunaan pupuk tetapi penggunaan pestisida hendaknya dikurangi dari tingkat penggunaan saat ini. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani, peningkatan pencurahan tenaga kerja menjadi suatu tindakan yang harus dilakukan petani melalui intensifikasi usahatani. Kata kunci: Usahatani melon, Pencurahan tenaga kerja, Produksi, Pendapatan bersih, Tingkat efisiensi, Tingkat optimasi PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 semakin memperjelas betapa pentingnya peranan sektor petanian dalam perekonomian nasional. Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan kenyataan menunjukkan bahwa pada saat puncak krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, di mana sektor-sektor lain terpuruk di antara pertumbuhan ekonomi nasional yang negatif (-13%) sektor pertanian masih mampu bertahan dengan pertumbuhan positif sebesar 0,26%. Hal ini membuktikan bahwa di era kebangkitan kembali ekonomi Indonesia sekarang ini, sektor pertanian menempati posisi strategis dan diharapkan dapat berperan di garis terdepan dan menjadi sektor andalan (Solahuddin, 1998). Pembangunan pertanian terutama pembangunan subsektor tanaman pangan dan hortikultura, bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan petani yang dapat dicapai melalui upaya peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan usahatani. Dalam upaya peningkatan 10pendapatan petani, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan dalam pemilihan jenis tanaman pertanian khususnya hortikultura. Beberapa pedoman pemilihan jenis tanaman prioritas tersebut adalah sebagai berikut: a) Bernilai ekonomi tinggi baik untuk konsumsi domestik maupun luar negeri; b) Memberikan kesempatan kerja yang lebih besar; c) Mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik; d) Meningkatkan gizi masyarakat (Tjahyadi, 2001). Berdasarkan uraian di atas maka usahatani melon adalah jenis usahatani yang memenuhi syarat dan perlu mendapat perhatian dalam pengembangannya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa produk usahatani melon sangat digemari masyarakat baik sebagai buah segar maupun juice bahkan sebagai bahan baku industri minuman. Selain itu, harga buah melon yang relatif tinggi dibanding komoditas sejenis merupakan peluang besar untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani atau pengusaha usahatani melon (Rukmana, 2000). Sejak tahun 1990-an, usahatani melon telah diusahakan petani di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, suatu wilayah yang dekat dengan kota Medan sebagai wilayah Kombinasi Herbisida Golongan Bipiridilium dengan Golongan Sulfonilura untuk Mengendalikan Pakis Stenochlaena pallustris (Edison Purba)

pemasaran. Usahatani melon eksis hingga saat ini sehingga penulis tertarik mengadakan penelitian di daerah tersebut dengan tujuan untuk melihat: faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani melon, tingkat keuntungan ekonomi dan kelayakan pengusahaan usahatani melon, dan tingkat efisiensi pencurahan tenaga kerja pada usahatani melon. METODE PENELITIAN 1. Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditetapkan secara purposive di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang dengan alasan daerah tersebut relevan dengan tujuan penelitian untuk mengadakan analisis usahatani melon sebagai suatu jenis usahatani yang berpotensi dan berprospek tinggi dalam pengelolaannya. 2. Penentuan Sampel Sampel penelitian ditetapkan sebesar 35 petani (kepala keluarga) yang diambil secara sensus yaitu jumlah keluarga petani yang mengusahakan usahatani melon dalam kurun waktu periode Agustus sampai Desember 2004. 3. Sumber dan Teknik Pengambilan Data Data dalam penelitian ini sebagian besar adalah data primer yang diperoleh dari petani melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder hanya berupa hasil cross-check kebenaran beberapa jenis data primer yaitu tentang harga-harga (input dan output) yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan 5 orang pedagang di daerah penelitian. 4. Metode Analisis Data Untuk menguji pengaruh beberapa faktor produksi terhadap produksi usahatani melon dilakukan Uji Regresi Multipel dengan 4 peubah bebas (Sudjana, 1992) sebagai berikut: Y = b0 X1 b1 X2 b2 X3 b3 X4 b4 Di mana: Y = Produksi usahatani melon (kg) X1 = Luas lahan (ha) X2 = Nilai pencurahan tenaga kerja (Rp) X3 = Nilai penggunaan pupuk (Rp) X4 = Nilai penggunaan pestisida (Rp) b0 = Intercept b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi Untuk menguji pengaruh X1, X2, X3 dan X4 baik secara serentak (simultan) maupun parsial terhadap Y digunakan instrumen Statistical Package for Social Studies (SPSS) dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Uji F; Signifikansi Fratio 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima. Signifikansi Fratio > 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak. Uji t; Signifikansi tratio 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima. Signifikansi tratio > 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak. Untuk menguji tingkat keuntungan ekonomi usahatani melon dilakukan perhitungan pendapatan bersih usahatani. Nilai yang positif berarti usahatani menguntungkan dan sebaliknya nilai negatif berarti usahatani rugi. Kelayakan usahatani dinilai dengan menghitung Revenue Cost Ratio (RCR) dengan kriteria sebagai berikut: RCR > 0 ; usahatani menguntungkan (layak diusahakan) RCR = 0 ; usahatani pulang pokok (break even point) RCR < 0 ; usahatani rugi (tidak layak diusahakan) Untuk menguji tingkat efisiensi pencurahan tenaga kerja pada usahatani melon dilakukan perhitungan perbandingan nilai produk marginal tenaga kerja dan nilai per unit tenaga kerja (Soekartawi, 2003) sebagai berikut: NPMx/Px > 1 ; Penggunaan tenaga kerja belum efisien (tenaga kerja perlu ditambah) NPM/Px < 1 ; Penggunaan tenaga kerja tidak efisien (tenaga kerja perlu dikurangi) NPM/Px = 1 ; Penggunaan tenaga kerja efisien (tingkat efisiensi mencapai optimum sempurna). 11 JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005: 9-13

12 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Usahatani Melon Dengan Uji Regresi pengaruh faktor produksi terhadap produksi usahatani melon diperoleh fungsi produksi penduga sebagai berikut: Y = 2,421 X1 0,274 X2 0,214 X3 0,491 X4-0,032 R 2 = 0,967 Dari fungsi produksi di atas maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut: a) Faktor X3 (nilai penggunaan pupuk) merupakan faktor yang paling mempengaruhi produksi usahatani melon. Apabila X3 dinaikkan sebesar 100% (X1, X2 dan X4 ceteris paribus) maka produksi usahatani melon akan meningkat sebesar 49,1%. Koefisien regresi X4 yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa peningkatan penggunaan pestisida akan menurunkan produksi, oleh karena itu di masa yang akan datang petani harus mengurangi penggunaannya. b) Σ bi = 0,947. Nilai ini adalah elastisitas produksi yang berarti apabila X1, X2, X3 dan X4 dinaikkan sebesar 100% maka produksi usahatani melon akan meningkat sebesar 94,7%. Angka ini juga sekaligus mengindikasikan bahwa proses produksi usahatani melon di daerah penelitian berada dalam keadaan deminishing returns dan berada pada tahapan berproduksi yang rasional (Tarigan, 1987). c) Nilai R 2 = 0,967 artinya X1, X2, X3 dan X4 berpengaruh terhadap Y sebesar 96,7% dan hanya sebesar 3,3% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya uji statistika untuk melihat pengaruh faktor produksi terhadap produksi usahatani melon dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Regresi Multipel Pengaruh X1, X2, X3 dan X4 Terhadap Y No. Nilai Statistik Signifikansi Kesimpulan 1. F = 219,801 0,000 Tolak H0 Terima H1 2. t1= 2,109 0,043 Tolak H0 Terima H1 3. t2= 1,321 0,196 Terima H0 Tolak H1 4. t3= 2,558 0,016 Tolak H0 Terima H1 5. t4-1,363 0,183 Terima H0 Tolak H1 Catatan: α = 0,05 Dari Tabel 1 di atas dapat diberikan interpretasi sebagai berikut: a) Faktor luas lahan, pencurahan tenaga kerja, nilai penggunaan pupuk dan nilai penggunaan pestisida secara serentak pada α = 0,05 berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani melon di mana signifikansi F < 0,05. b) Secara parsial masing-masing faktor luas lahan dan nilai penggunaan pupuk pada α = 0,05 berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani melon di mana signifikansi t < 0,05. c) Secara parsial masing-masing faktor penggunaan tenaga kerja dan nilai penggunaan pestisida pada α = 0,05 berpengaruh tidak nyata terhadap produksi usahatani melon di mana signifikansi t > 0,05. Dengan demikian dapat diperoleh suatu informasi teknis penting dalam pengelolaan usahatani melon di daerah penelitian yaitu peningkatan luas lahan dan peningkatan penggunaan pupuk sangat dimungkinkan demi peningkatan produksi. 2. Keuntungan Ekonomi dan Kelayakan Usahatani Melon Biaya produksi usahatani melon terdiri dari biaya tenaga kerja, sarana produksi dan penyusutan alat pertanian. Besarnya biaya produksi usahatani selama 1 musim tanam dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Biaya Produksi Usahatani Melon Musim Tanam Periode Agustus Desember 2004 No Jenis Biaya Jumlah (Rp.) /Petani /Ha Persen tase (%) 1 Tenaga Kerja 4.780.857,14 27.606.142,86 67,04 2 Sarana Produksi 143.571,43 817.346,94 1,98 a. Benih 812.428,57 4.761.947,28 11,56 b. Pupuk 985.714,29 2.210.745,75 14,05 c. Pestisida 3 Penyusutan 378.321,43 2.210.745,75 5,37 Alat T o t a l 7.100.892,86 41.181.673,31 100,00 Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja memberikan kontribusi paling besar sebesar 67,04% terhadap biaya produksi usahatani melon. Data ini menggambarkan bahwa usahatani melon adalah kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja secara intensif. Tenaga kerja tersebut digunakan untuk persiapan lahan Analisis Ekonomi Usahatani dan Tingkat Efisiensi Pencurahan Tenaga Kerja pada Usahatani Melon (Jones T. Simatupang)

(pengolahan tanah, pembuatan bedengan dan pemasangan mulsa plastik), penanaman, pemeliharaan (penyiraman, pemupukan, penyemprotan hama dan penyakit) dan panen. Dengan demikian pengembangan usahatani melon di masa mendatang akan merupakan upaya menciptakan lapangan kerja dengan jumlah besar. Setelah menyelesaikan analisis biaya, selanjutnya dilakukan analisis pendapatan dan analisis tingkat efisiensi yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis Pendapatan dan Tingkat Efisiensi Usahatani Melon Musim Tanam Periode Agustus Desember 2004 No. Uraian Satuan Nilai Satuan /Petani /Ha 1. Produksi Kg 3.541,00 20.546,08 2. Nilai Produksi (TR) Rp 12.393.500,00 71.911.284,00 3. Biaya Produksi (TC) Rp 7.100.892,86 41.181.673,31 4. Pendapatan Bersih (Yn) Rp 5.295.607,14 30.729.610,69 5. Tingkat Efisiensi (E) - 1,75 1,75 Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa ternyata usahatani melon adalah usahatani yang menguntungkan sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hal tersebut tergambar dari nilai pendapatan bersih yang bernilai positif (rata-rata Rp 5.295.607,14/petani atau Rp 30.729.610,69/ha). Usahatani melon secara ekonomis layak untuk diusahakan (dikembangkan) yang ditunjukkan dari nilai tingkat efisiensi usahatani (E) > 1 (nilai ratarata 1,75). Hal ini berarti dengan pengorbanan (biaya produksi) sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan (nilai produksi) sebesar Rp 1,75 sehingga diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 0,75. Dengan mengacu kepada data tersebut di atas maka dapat diperkirakan bahwa usahatani melon mempunyai prospek pengembangan yang tinggi di kemudian hari. 3. Efisiensi Pencurahan Tenaga Kerja pada Usahatani Melon Bertitiktolak dari betapa pentingnya pengelolaan penggunaan tenaga kerja pada kegiatan usahatani melon, maka dilakukan analisis tingkat optimasi yang menghasilkan fungsi sebagai berikut: Y = 37,1830 X1 0,9012 Di mana: Y = Produksi usahatani melon (kg) X = Pencurahan tenaga kerja (HKP) Dari perhitungan perbandingan Nilai Produk Marjinal tenaga kerja (NPMx) dan nilai 1 HKP tenaga kerja (Px) diperoleh bahwa NPMx/Px = 2,3490. Dari nilai tingkat optimasi pencurahan tenaga kerja yang diperoleh tersebut (NPMx/Px > 1) dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima yaitu pencurahan tenaga kerja pada usahatani melon di daerah penelitian belum optimum. Keadaan tersebut juga memberikan indikasi bahwa peningkatan pendapatan bersih usahatani melon masih sangat dimungkinkan melalui peningkatan pencurahan tenaga kerja. Dengan memperhatikan betapa intensifnya penggunaan tenaga kerja dalam pengelolaan usahatani melon pada berbagai tahapan pekerjaan maka dapat dipastikan bahwa pengelolaan usahatani melon yang dijalankan petani selama ini belumlah intensif. Untuk pengelolaan di kemudian hari maka peningkatan pencurahan tenaga kerja dalam usahatani melon adalah tindakan manajemen paling bijaksana dalam upaya peningkatan pendapatan petani. KESIMPULAN Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Faktor luas lahan, pencurahan tenaga kerja, nilai penggunaan pupuk dan nilai penggunaan pestisida secara serentak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani melon. Secara parsial masing-masing faktor luas lahan dan nilai penggunaan pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani melon tetapi faktor pencurahan tenaga kerja dan nilai penggunaan pestisida memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi usahatani melon. b) Usahatani melon di daerah penelitian adalah kegiatan yang secara ekonomis menguntungkan petani pengelolanya dan dari segi kelayakan usaha adalah 13 JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005: 9-13

merupakan jenis kegiatan yang layak untuk dikembangkan. c) Pencurahan tenaga kerja pada usahatani melon belum optimum, oleh karena itu demi peningkatan pendapatan bersih usahatani peningkatan pencurahan tenaga kerja harus dilakukan pada pengelolaan usahatani melon selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Hernantho, F., 1998. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Moehar, D., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bandung: Bumi Aksara. Rukmana, R., 2000. Budidaya Melon Hibrida. Jakarta: Kanisius. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press. Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Solahuddin, S., 1998. Kebijaksanaan Pembangunan Pasca Orde Baru. Jakarta: Artikel pada Majalah Usahawan, 8 Oktober 1998. Sudjana, 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Tarigan, K., 1987. Ekonomi Produksi Pertanian. Medan: Fakultas Pertanian USU. Tjahyadi, 2001. Bertanam Melon. Jakarta: Kanisius. 14 Analisis Ekonomi Usahatani dan Tingkat Efisiensi Pencurahan Tenaga Kerja pada Usahatani Melon (Jones T. Simatupang)