LOGO Potens i Guna Lahan

dokumen-dokumen yang mirip
Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Teknik Skoring untuk berbagai analisis spasial

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Teknik Skoring untuk berbagai analisis AY 11

[ TEKNIK PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN]

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB II METODE PENELITIAN

Klasifikasi Kemampuan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PENGELOLAAN DAS TERPADU

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

TINJAUAN PUSTAKA Kemampuan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Bahan dan Alat

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

KONSEP EVALUASI LAHAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

commit to user BAB I PENDAHULUAN

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

Kesesuaian Lahan dan Geographic Information System (GIS)

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

IDENTIFIKASI ZONA GENANGAN BANJIR KOTA MAKASSAR BERBASIS SIG

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

Gambar 1. Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

19 Oktober Ema Umilia

TATA GUNA LAHAN DAN PERTUMBUHAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Transkripsi:

LOGO Potensi Guna Lahan AY 11

Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan

Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan tertentu harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya itu Faktor faktor yang mempengaruhinya itu adalah variabel-variabel kapabilitas lahan

Membuat Kelas Kemampuan Tanah Cara: kumpulan beberapa jenis sifat fisik tanah dijadikan sebagai parameter untuk menyusun kelas kemampuan tanah. Pembuatan Kelas Kemampuan Tanah cara ini dapat dilihat pada klasifikasi Kemampuan Tanah dari the United States Department of Agriculture (USDA) yang sering dijadikan pedoman global

Klasifikasi Kemampuan Tanah USDA Kelas I : Tanah dengan sedikit faktor pembatas. Kelas II : Tanah dengan faktor pembatas yang mengurangi pilihan jenis tanaman atau yang memerlukan konservasi tanah sederhana Kelas III : Tanah dengan faktor pembatas yang cukup sehingga mengurangi jumlah pilihan jenis tanaman yang cocok dan atau memerlukan upaya konservasi tanah secara khusus. Kelas IV: Tanah dengan faktor pembatas serius sehingga membatasi pilihan tanaman yang cocok dan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati Kelas V : Tanah basah (wetland) dengan sedikit atau tanpa bahaya erosi tetapi mempunyai faktor-faktor pembatas yang lain sehingga hanya cocok untuk padang rumput penggembalaan (pasture, range), hutan atau cagar alam. Kelas VI: Tanah dengan faktor-faktor pembatas serius sehingga terbatas untuk padang rumput penggembalaan, hutan dan cagar alam Kelas VII: Tanah dengan faktor-faktor pembatas sangat serius sehingga hanya untuk penggembalaan, hutan dan cagar alam secara alami. Kelas VIII : Tanah dengan faktor-faktor pembatas yang tidak memungkinkan untuk tanaman budidaya dan terbatas untuk rekreasi, cagar alam dan sumber air.

Menampilkan Potensi Kemampuan Tanah Metode Penilaian Kapabilitas Lahan Prosedur Penilaian Kapabilitas lahan mencakup: 1. Penyiapan dan Pengkodean data lingkungan 2. Penentuan nilai kapabilitas lahan 3. Pembobotan kapabilitas lahan 4. Perhitungan Bobot nilai kapabilitas lahan

Penyiapan dan Pengkodean Data Lingkungan Mempersiapkan Peta Dasar. Peta Dasar mencakup: topografi, hidrologi, keterangan penggunaan lahan, prasarana wilayah. Menentukan Peruntukan lahan yang diinginkan. Contoh: Perumahan M kk F kt f kt li k t l h Memasukkan Faktor-faktor lingkungan yang telah teridentifikasi dan diklasifikasikan menjadi beberapa subkelas

Penentuan Nilai Kapabilitas Nilai i Kapabilitas ditentukan t pada setiap nomor indeks untuk setiap peruntukan lahan. Nilai kapabilitas yang lebih besar menunjukkan bahwa lahan tersebut lebih sesuai untuk peruntukan lahan tertentu dikarenakan faktor-faktor lingkungannya sangat mendukung. Contoh: 5 = Sangat Tinggi 4 = Tinggi 3 = Sedang 2 = Rendah 1 = Sangat Rendah 0 = Tidak sesuai

Penentuan Nilai Kapabilitas dapat diilustrasikan sebagai berikut: Nilai Kapabilitas suatu lahan untuk perumahan adalah 0 untuk faktor lingkungan stabilitas tanah jika lahan tersebut terletak di areal zona patahan aktif. Areal semacam ini TIDAK direkomendasikan untuk dikembangkan menjadi areal permukiman/perumahan.

Pembobotan Kapabilitas Lahan Hal yang sangat penting dari faktor-faktor f lingkungan tergantung t pada peruntukan lahannya. Contoh: Faktor Kelerengan (Slope) sangat penting untuk perencanaan pada industri berat akan tetapi tidak begitu penting pada perencanaan lahan terbuka. Jadi, untuk setiap peruntukan lahan, suatu pembobotan atau ukuran kepentingan relatif, harus ditentukan dari masing-masing faktor lingkungannya. 5 = Sangat Penting 4 = Penting 3 = Sedang 2 = Rendah 1 = Sangat Rendah 0 = Tidak Penting

Nilai Kapabilitas Lahan Penentuan nilai kapabilitas lahan didasarkan atas bobot nilai kapabilitas untuk setiap peruntukan lahan dan setiap faktor lingkungan pada setiap grid-cell tertentu. Setiap nilai kapabilitas yang diperoleh dari satu faktor lingkungan pada setiap grid-cell kemudian dijumlahkan sehingga akan diperoleh nilai kapabilitas lahan untuk setiap peruntukan lahan tertentu.

Ilustrasi Penilaian Kapabilitas Lahan Faktor Lingkungan untuk kemiringan i lereng dan vegetasi Peruntukan lahan untuk Perumahan Faktor Lingkunga n Kelas Lereng No. Indeks Bobot Nilai Kapabilita s Bobot Nilai Kapabilita s Sudut Lereng Bobot Peruntukan Lahan untuk Pertanian Nilai Kapabilita s 0-5% 1 5 20 5 25 5-15% 2 4 16 3 15 15-30% 3 4 2 8 5 2 10 30-50% 4 1 4 1 5 50%+ 5 0 0 0 0 Vegetasi Rumput 1 4 12 5 5 Semak 2 3 9 3 3 Rumput 3 5 15 2 2 Gajah 3 1 Hutan 4 2 6 1 1 Jati Hutan Campur 5 1 3 1 1 Bobot Nilai Kapabilita s

Land Suitability Apa itu kesesuaian Lahan? Penilaian mengenai kesesuaian suatu bentang tanah terhadap penggunaan tertentu pada tingkat pengelolaan dan hasil yang wajar, dengan tetap memperhatikan kelestarian produktifitas dan lingkungannya (Soetarto & Taylor 1983 dalam Rencana Pengelolaan Sumberdaya Lahan dalam Rangka Pemetaan Ruang Wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur)

Langkah-langkah penyusunan kelas kesesuaian lahan Pelajari sifat-sifat t tanah yang cocok untuk jenis pertanian tertentu t t dipedesaan atau penggunaan lahan tertentu di perkotaan Pilih beberapa sifat-sifat tanah yang erat kaitannya dengan kebutuhan tanaman/bangunan tersebut untuk digunakan sebagai parameter kelas kesesuaian Membuat klasifikasi untuk setiap parameter secara berjenjang sesuai dengan ketelitian yang dikehendaki. Membuat kombinasi antar kelas parameter-parameter untuk membuat tingkat kesesuaian

Contoh Kelas Kesesuaian lahan Kelas Tingkatan Ketentuan S1 S2 S3 S4 T Sesuai Kesesuaian Sedang Kesesuaian Kecil Sesuai bersyarat Tidak Sesuai Tanah tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk jenis penggunaan tertentu secara berkelanjutan, atau hanya memiliki pembatas yang sangat kecil Tanah yang mempunyai pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat sedang untuk jenis penggunaan tanah tertentu secara berkelanjutan Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat berat untuk penggunaan tertentu secara berkelanjutan Tanah yang memerlukan perlakuan khusus atau tanah dimana memerlukan persyaratan tambahan yang harus dipenuhi untuk berhasilnya suatu penggunaan tanah Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang kritis sehingga dianggap tidak sesuai bagi penggunaan tanah tertentu menurut kriteria yang digunakan

Jumlah dan jenis parameter yang digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tiap-tiap penggunaan bisa bervariasi

Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Padi Sawah Kelas Lereng (%) PARAMETER DAN KRITERIA Tekstur tanah Kedalaman tanah (cm) Pengatusan internal Banjir Potensi Erosi S1 (Sesuai) 0-2 Sangat berat 75 100 (dalam amat dalam) Tak sempurna - buruk Tidak ada Rendah S2 2 4 Berat 50 75 Sedang - Banjir Sedang (Kesesuaian sedang) (sedang) baik musiman tidak merusak S3 (Kesesuian kecil) S4 (Sesuai bersyarat) 4 8 Sedang 25 50 (dangkal) - Banjir musiman merusak Tinggi 8 40 - - - - Sangat Tinggi T (Tidak Sesuai > 8 Ringan < 25 (sangat dangkal) Berlebihan Banjir musiman merusak berat Kelewat Tinggi

Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Permukiman KELAS PARAMETER Potensi Air Drainase Lereng (%) Bahaya Lingkungan Tanah (liter/ detik) Banjir Potensi Erosi/Longsor S1 (Sesuai) > 20 Baik 0-8 Tidak ada Rendah S2 (Kesesuaian sedang) S3 (Kesesuaian Kecil) 20-40 Sedang 8-15 Tergenang Setelah Hujan 10-20 Kurang Baik 15-25 Banjir musiman Sedang Tinggi S4 (Sesuai 2,5 10 Jelek 25-35 Sering banjir Sangat Tinggi dengan bersyarat) T (Tidak sesuai) < 2,5 Sangat Jelek > 35 Selalu Banjir Kelewat Tinggi

Contoh aplikasi kesesuaian lahan dalam TGPL Pencarian lokasi komersial pada suatu Perkotaan

Tujuan Untuk memberikan gambaran bagaimana teknologi SIG bekerja dalam membantu pengambilan keputusan Memberikan informasi kemampuan Analisis Memberikan informasi kemampuan Analisis Spasial dalam perencanaan kota/ wilayah

ANALISIS SPASIAL (ANALISIS KESESUAIAN LAHAN) TARGET : MENCARI LOKASI PEMBANGUNAN TOKO/ MAL Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai minimal 36,407 m 2. Kemiringan tidak lebih dari 21 % 3. Jarak dari rel kereta minimal 26 m 4. Jarak dari jalan raya maksimal 50 m 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) 6. Pada daerah Bangunan Komersial 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada minimal 0.8 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada minimal 2 m

Langkah Proses 1. Perencanaan dan Penentuan Parameter 2. Pemrosesan Dasar Citra 3. Digitasi data dan Pembangunan basis data SIG 4. Klasifikasi dan Pembuatan Peta Tematik sesuai atribut 5. Transformasi ke Grid/ Raster GIS 6. Formulasi perhitungan/ Analisis 7. Penentuan hasil secara automatis

CASI - Data Dasar BOGOR False Colour - Rectified, Uncontrolled Mozaik

Hasil Digitasi on screen

Peta Tematik Vegetasi (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Bangunan (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Jalan

Peta Tematik Slope/ (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Sungai (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Jalan (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Rel Kereta Api (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Bangunan (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Vegetasi (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Jalan (dalam bentuk Grid)

Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Bangunan/ Perumahan (dalam bentuk Grid)

METODA BOLEAN Berdasarkan : Ya/ Tidak yang memenuhi seluruh syarat

HASIL PEMODELAN Daerah yang sesuai berwarna biru

HASIL PEMODELAN Daerah yang sesuai berwarna biru

METODA INDEKS Berdasarkan perhitungan skor kesesuaian lahan Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai : semakin jauh semakin baik 2. Kemiringan : semakin landai semakin baik 3. Jarak dari rel kereta : semakin jauh semakin baik 4. Jarak dari jalan raya : semakin dekat semakin baik 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) semakin baik 6. Pada daerah Bangunan Komersial semakin baik 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m

Kalkulasi menggunakan rumusan/ model matematis tertentu

HASIL PEMODELAN Hasil di Indeks sesuai perhitungan

kesimpulan aplikasi Menghasilkan Informasi Lebih Cepat Menampilkan Informasi Lebih Akurat Membuat Analisis Lebih Cepat dan Akurat Membantu Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Dinamis, Cepat dan Tepat Efisiensi pada Waktu, Tempat dan Lebih Ekonomis

Ukuran Dasar Guna Lahan Guna lahan dalam kota menunjukkan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan Setiap petak dapat dicirikan dengan tiga ukuran dasar yaitu : Jenis kegiatan, Intensitas penggunaan Hubungan antar guna lahan.

Jenis Kegiatan Jenis kegiatan dapat ditelaah dari dua aspek yaitu: Umum. Menyangkut penggunaannya seperti perdagangan, industri dan permukiman Khusus Menyangkut sejumlah ciri yang lebih rinci seperti ukuran, luas, fungsinya dalam lingkungan perkotaan Sumber data yang dapat membantu adalah foto udara, badan perencanaan, sigi lapangan dan lain-lain.

Intensitas Guna Lahan Ukuran intensitas guna lahan ditunjukkan oleh kepadatan bangunan dan dinyatakan dengan nisbah (perbandingan) luas lantai per unit luas tanah. Ukuran ini belum dapat mencerminkan intensitas kegiatan pada lahan yang bersangkutan, dan untuk mengetahuinya diperlukan ukuran lain, misalnya jenis kegiatan. Intensitas guna lahan dalam tiap zone diukur dengan menggunakan dua macam angka banding yaitu: Koefisien dasar bangunan KDB = Luas dasar bangunan x 100% Luas petak lahan Koefisien lantai bangunan KLB = Luas seluruh lantai bangunan x 100% Luas petak lahan Koefisien Dasar Hijau KDH = Luas seluruh ruang terbuka hijau diluar bangunan x 100% Luas Petak Lahan

Hubungan Antar Guna Lahan Ukuran ini berkaitan dengan jarak yang harus ditempuh orang dan barang untuk mencapai lokasi tertentu, sering sudah termasuk dalam pengertian daya hubung.

Proses Perencanaan Tataguna lahan Secara umum proses perencanaan tataguna lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua): Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk y g j sektor publik

Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan Umumnya ditujukan untuk satu jenis peruntukan lahan, seperti Lahan untuk lokasi perumahan (real estate) Lahan untuk lokasi pabrik Lahan untuk areal rekreasi

Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor publik Menekankan pada hubungan antara berbagai jenis peruntukan lahan, seperti Hubungan antara lokasi industri, lokasi permukiman, lokasi pertanian, lokasi daerah resapan air, lokasi pembuangan limbah dan lain sebagainya.

Penetapan Peruntukan Lahan Ekonomi Sosial Politik Pola Tataguna Lahan lama Pola Tataguna Lahan baru Fisik Umpan Balik Hubungan timbal balik antara penentuan tataguna lahan dan pola tataguna lahan

Sistem Tata Guna Lahan - Transportasi Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu lintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan). Besarnya arus dan pola pergerakan lalulintas sebuah kota dapat memberikan umpan-balik untuk menetapkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan prasarana baru pula

In tegrasi Sistem Tata Guna lahan Transportasi dapat dikaji dengan menetapkan kebijakan sistem meliputi: A. Sistem Kegiatan B. Sistem Jaringan C. Sistem Pergerakan

LOGO