LOGO Potensi Guna Lahan AY 11
Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan
Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan tertentu harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya itu Faktor faktor yang mempengaruhinya itu adalah variabel-variabel kapabilitas lahan
Membuat Kelas Kemampuan Tanah Cara: kumpulan beberapa jenis sifat fisik tanah dijadikan sebagai parameter untuk menyusun kelas kemampuan tanah. Pembuatan Kelas Kemampuan Tanah cara ini dapat dilihat pada klasifikasi Kemampuan Tanah dari the United States Department of Agriculture (USDA) yang sering dijadikan pedoman global
Klasifikasi Kemampuan Tanah USDA Kelas I : Tanah dengan sedikit faktor pembatas. Kelas II : Tanah dengan faktor pembatas yang mengurangi pilihan jenis tanaman atau yang memerlukan konservasi tanah sederhana Kelas III : Tanah dengan faktor pembatas yang cukup sehingga mengurangi jumlah pilihan jenis tanaman yang cocok dan atau memerlukan upaya konservasi tanah secara khusus. Kelas IV: Tanah dengan faktor pembatas serius sehingga membatasi pilihan tanaman yang cocok dan atau memerlukan pengelolaan yang sangat hati-hati Kelas V : Tanah basah (wetland) dengan sedikit atau tanpa bahaya erosi tetapi mempunyai faktor-faktor pembatas yang lain sehingga hanya cocok untuk padang rumput penggembalaan (pasture, range), hutan atau cagar alam. Kelas VI: Tanah dengan faktor-faktor pembatas serius sehingga terbatas untuk padang rumput penggembalaan, hutan dan cagar alam Kelas VII: Tanah dengan faktor-faktor pembatas sangat serius sehingga hanya untuk penggembalaan, hutan dan cagar alam secara alami. Kelas VIII : Tanah dengan faktor-faktor pembatas yang tidak memungkinkan untuk tanaman budidaya dan terbatas untuk rekreasi, cagar alam dan sumber air.
Menampilkan Potensi Kemampuan Tanah Metode Penilaian Kapabilitas Lahan Prosedur Penilaian Kapabilitas lahan mencakup: 1. Penyiapan dan Pengkodean data lingkungan 2. Penentuan nilai kapabilitas lahan 3. Pembobotan kapabilitas lahan 4. Perhitungan Bobot nilai kapabilitas lahan
Penyiapan dan Pengkodean Data Lingkungan Mempersiapkan Peta Dasar. Peta Dasar mencakup: topografi, hidrologi, keterangan penggunaan lahan, prasarana wilayah. Menentukan Peruntukan lahan yang diinginkan. Contoh: Perumahan M kk F kt f kt li k t l h Memasukkan Faktor-faktor lingkungan yang telah teridentifikasi dan diklasifikasikan menjadi beberapa subkelas
Penentuan Nilai Kapabilitas Nilai i Kapabilitas ditentukan t pada setiap nomor indeks untuk setiap peruntukan lahan. Nilai kapabilitas yang lebih besar menunjukkan bahwa lahan tersebut lebih sesuai untuk peruntukan lahan tertentu dikarenakan faktor-faktor lingkungannya sangat mendukung. Contoh: 5 = Sangat Tinggi 4 = Tinggi 3 = Sedang 2 = Rendah 1 = Sangat Rendah 0 = Tidak sesuai
Penentuan Nilai Kapabilitas dapat diilustrasikan sebagai berikut: Nilai Kapabilitas suatu lahan untuk perumahan adalah 0 untuk faktor lingkungan stabilitas tanah jika lahan tersebut terletak di areal zona patahan aktif. Areal semacam ini TIDAK direkomendasikan untuk dikembangkan menjadi areal permukiman/perumahan.
Pembobotan Kapabilitas Lahan Hal yang sangat penting dari faktor-faktor f lingkungan tergantung t pada peruntukan lahannya. Contoh: Faktor Kelerengan (Slope) sangat penting untuk perencanaan pada industri berat akan tetapi tidak begitu penting pada perencanaan lahan terbuka. Jadi, untuk setiap peruntukan lahan, suatu pembobotan atau ukuran kepentingan relatif, harus ditentukan dari masing-masing faktor lingkungannya. 5 = Sangat Penting 4 = Penting 3 = Sedang 2 = Rendah 1 = Sangat Rendah 0 = Tidak Penting
Nilai Kapabilitas Lahan Penentuan nilai kapabilitas lahan didasarkan atas bobot nilai kapabilitas untuk setiap peruntukan lahan dan setiap faktor lingkungan pada setiap grid-cell tertentu. Setiap nilai kapabilitas yang diperoleh dari satu faktor lingkungan pada setiap grid-cell kemudian dijumlahkan sehingga akan diperoleh nilai kapabilitas lahan untuk setiap peruntukan lahan tertentu.
Ilustrasi Penilaian Kapabilitas Lahan Faktor Lingkungan untuk kemiringan i lereng dan vegetasi Peruntukan lahan untuk Perumahan Faktor Lingkunga n Kelas Lereng No. Indeks Bobot Nilai Kapabilita s Bobot Nilai Kapabilita s Sudut Lereng Bobot Peruntukan Lahan untuk Pertanian Nilai Kapabilita s 0-5% 1 5 20 5 25 5-15% 2 4 16 3 15 15-30% 3 4 2 8 5 2 10 30-50% 4 1 4 1 5 50%+ 5 0 0 0 0 Vegetasi Rumput 1 4 12 5 5 Semak 2 3 9 3 3 Rumput 3 5 15 2 2 Gajah 3 1 Hutan 4 2 6 1 1 Jati Hutan Campur 5 1 3 1 1 Bobot Nilai Kapabilita s
Land Suitability Apa itu kesesuaian Lahan? Penilaian mengenai kesesuaian suatu bentang tanah terhadap penggunaan tertentu pada tingkat pengelolaan dan hasil yang wajar, dengan tetap memperhatikan kelestarian produktifitas dan lingkungannya (Soetarto & Taylor 1983 dalam Rencana Pengelolaan Sumberdaya Lahan dalam Rangka Pemetaan Ruang Wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur)
Langkah-langkah penyusunan kelas kesesuaian lahan Pelajari sifat-sifat t tanah yang cocok untuk jenis pertanian tertentu t t dipedesaan atau penggunaan lahan tertentu di perkotaan Pilih beberapa sifat-sifat tanah yang erat kaitannya dengan kebutuhan tanaman/bangunan tersebut untuk digunakan sebagai parameter kelas kesesuaian Membuat klasifikasi untuk setiap parameter secara berjenjang sesuai dengan ketelitian yang dikehendaki. Membuat kombinasi antar kelas parameter-parameter untuk membuat tingkat kesesuaian
Contoh Kelas Kesesuaian lahan Kelas Tingkatan Ketentuan S1 S2 S3 S4 T Sesuai Kesesuaian Sedang Kesesuaian Kecil Sesuai bersyarat Tidak Sesuai Tanah tidak mempunyai pembatas yang berarti untuk jenis penggunaan tertentu secara berkelanjutan, atau hanya memiliki pembatas yang sangat kecil Tanah yang mempunyai pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat sedang untuk jenis penggunaan tanah tertentu secara berkelanjutan Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang dalam keseluruhannya merupakan pembatas tingkat berat untuk penggunaan tertentu secara berkelanjutan Tanah yang memerlukan perlakuan khusus atau tanah dimana memerlukan persyaratan tambahan yang harus dipenuhi untuk berhasilnya suatu penggunaan tanah Tanah yang mempunyai pembatas-pembatas yang kritis sehingga dianggap tidak sesuai bagi penggunaan tanah tertentu menurut kriteria yang digunakan
Jumlah dan jenis parameter yang digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk tiap-tiap penggunaan bisa bervariasi
Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Padi Sawah Kelas Lereng (%) PARAMETER DAN KRITERIA Tekstur tanah Kedalaman tanah (cm) Pengatusan internal Banjir Potensi Erosi S1 (Sesuai) 0-2 Sangat berat 75 100 (dalam amat dalam) Tak sempurna - buruk Tidak ada Rendah S2 2 4 Berat 50 75 Sedang - Banjir Sedang (Kesesuaian sedang) (sedang) baik musiman tidak merusak S3 (Kesesuian kecil) S4 (Sesuai bersyarat) 4 8 Sedang 25 50 (dangkal) - Banjir musiman merusak Tinggi 8 40 - - - - Sangat Tinggi T (Tidak Sesuai > 8 Ringan < 25 (sangat dangkal) Berlebihan Banjir musiman merusak berat Kelewat Tinggi
Contoh Kesesuaian Tanah Untuk Permukiman KELAS PARAMETER Potensi Air Drainase Lereng (%) Bahaya Lingkungan Tanah (liter/ detik) Banjir Potensi Erosi/Longsor S1 (Sesuai) > 20 Baik 0-8 Tidak ada Rendah S2 (Kesesuaian sedang) S3 (Kesesuaian Kecil) 20-40 Sedang 8-15 Tergenang Setelah Hujan 10-20 Kurang Baik 15-25 Banjir musiman Sedang Tinggi S4 (Sesuai 2,5 10 Jelek 25-35 Sering banjir Sangat Tinggi dengan bersyarat) T (Tidak sesuai) < 2,5 Sangat Jelek > 35 Selalu Banjir Kelewat Tinggi
Contoh aplikasi kesesuaian lahan dalam TGPL Pencarian lokasi komersial pada suatu Perkotaan
Tujuan Untuk memberikan gambaran bagaimana teknologi SIG bekerja dalam membantu pengambilan keputusan Memberikan informasi kemampuan Analisis Memberikan informasi kemampuan Analisis Spasial dalam perencanaan kota/ wilayah
ANALISIS SPASIAL (ANALISIS KESESUAIAN LAHAN) TARGET : MENCARI LOKASI PEMBANGUNAN TOKO/ MAL Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai minimal 36,407 m 2. Kemiringan tidak lebih dari 21 % 3. Jarak dari rel kereta minimal 26 m 4. Jarak dari jalan raya maksimal 50 m 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) 6. Pada daerah Bangunan Komersial 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada minimal 0.8 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada minimal 2 m
Langkah Proses 1. Perencanaan dan Penentuan Parameter 2. Pemrosesan Dasar Citra 3. Digitasi data dan Pembangunan basis data SIG 4. Klasifikasi dan Pembuatan Peta Tematik sesuai atribut 5. Transformasi ke Grid/ Raster GIS 6. Formulasi perhitungan/ Analisis 7. Penentuan hasil secara automatis
CASI - Data Dasar BOGOR False Colour - Rectified, Uncontrolled Mozaik
Hasil Digitasi on screen
Peta Tematik Vegetasi (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Bangunan (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Jalan
Peta Tematik Slope/ (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Sungai (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Jalan (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Rel Kereta Api (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Bangunan (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Buffer/ Jarak terhadap Vegetasi (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Jalan (dalam bentuk Grid)
Peta Tematik Kawasan Berdasar Jenis Bangunan/ Perumahan (dalam bentuk Grid)
METODA BOLEAN Berdasarkan : Ya/ Tidak yang memenuhi seluruh syarat
HASIL PEMODELAN Daerah yang sesuai berwarna biru
HASIL PEMODELAN Daerah yang sesuai berwarna biru
METODA INDEKS Berdasarkan perhitungan skor kesesuaian lahan Persyaratan yang harus dipenuhi : 1. Jarak dengan sungai : semakin jauh semakin baik 2. Kemiringan : semakin landai semakin baik 3. Jarak dari rel kereta : semakin jauh semakin baik 4. Jarak dari jalan raya : semakin dekat semakin baik 5. Berada pada sekitar Jalan Kelas I (protokol) semakin baik 6. Pada daerah Bangunan Komersial semakin baik 7. Jarak dengan bangunan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m 8. Jarak dengan tumbuhan yang sudah ada : optimum pada jarak sekitar 10 m
Kalkulasi menggunakan rumusan/ model matematis tertentu
HASIL PEMODELAN Hasil di Indeks sesuai perhitungan
kesimpulan aplikasi Menghasilkan Informasi Lebih Cepat Menampilkan Informasi Lebih Akurat Membuat Analisis Lebih Cepat dan Akurat Membantu Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Dinamis, Cepat dan Tepat Efisiensi pada Waktu, Tempat dan Lebih Ekonomis
Ukuran Dasar Guna Lahan Guna lahan dalam kota menunjukkan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan Setiap petak dapat dicirikan dengan tiga ukuran dasar yaitu : Jenis kegiatan, Intensitas penggunaan Hubungan antar guna lahan.
Jenis Kegiatan Jenis kegiatan dapat ditelaah dari dua aspek yaitu: Umum. Menyangkut penggunaannya seperti perdagangan, industri dan permukiman Khusus Menyangkut sejumlah ciri yang lebih rinci seperti ukuran, luas, fungsinya dalam lingkungan perkotaan Sumber data yang dapat membantu adalah foto udara, badan perencanaan, sigi lapangan dan lain-lain.
Intensitas Guna Lahan Ukuran intensitas guna lahan ditunjukkan oleh kepadatan bangunan dan dinyatakan dengan nisbah (perbandingan) luas lantai per unit luas tanah. Ukuran ini belum dapat mencerminkan intensitas kegiatan pada lahan yang bersangkutan, dan untuk mengetahuinya diperlukan ukuran lain, misalnya jenis kegiatan. Intensitas guna lahan dalam tiap zone diukur dengan menggunakan dua macam angka banding yaitu: Koefisien dasar bangunan KDB = Luas dasar bangunan x 100% Luas petak lahan Koefisien lantai bangunan KLB = Luas seluruh lantai bangunan x 100% Luas petak lahan Koefisien Dasar Hijau KDH = Luas seluruh ruang terbuka hijau diluar bangunan x 100% Luas Petak Lahan
Hubungan Antar Guna Lahan Ukuran ini berkaitan dengan jarak yang harus ditempuh orang dan barang untuk mencapai lokasi tertentu, sering sudah termasuk dalam pengertian daya hubung.
Proses Perencanaan Tataguna lahan Secara umum proses perencanaan tataguna lahan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua): Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk y g j sektor publik
Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor swasta/perorangan Umumnya ditujukan untuk satu jenis peruntukan lahan, seperti Lahan untuk lokasi perumahan (real estate) Lahan untuk lokasi pabrik Lahan untuk areal rekreasi
Perencanaan Tata Guna lahan yang ditujukan untuk sektor publik Menekankan pada hubungan antara berbagai jenis peruntukan lahan, seperti Hubungan antara lokasi industri, lokasi permukiman, lokasi pertanian, lokasi daerah resapan air, lokasi pembuangan limbah dan lain sebagainya.
Penetapan Peruntukan Lahan Ekonomi Sosial Politik Pola Tataguna Lahan lama Pola Tataguna Lahan baru Fisik Umpan Balik Hubungan timbal balik antara penentuan tataguna lahan dan pola tataguna lahan
Sistem Tata Guna Lahan - Transportasi Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu lintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan). Besarnya arus dan pola pergerakan lalulintas sebuah kota dapat memberikan umpan-balik untuk menetapkan lokasi tata guna lahan yang tentu membutuhkan prasarana baru pula
In tegrasi Sistem Tata Guna lahan Transportasi dapat dikaji dengan menetapkan kebijakan sistem meliputi: A. Sistem Kegiatan B. Sistem Jaringan C. Sistem Pergerakan
LOGO