3. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Laju Deforestasi Pada Kawasan Hutan Tetap LAJU DEFORESTASI (Ha/Tahun) Tahun BAU

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

MODEL DINAMIKA PERUBAHAN HUTAN DAN LAHAN DAN SKENARIO PERDAGANGAN KARBON DI PROVINSI JAMBI LUTFY ABDULAH

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Pendugaan Karbon Pada Perubahan Penggunaan Lahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Land Use planning for low Emission development Strategy (LUWES)

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

MODEL DINAMIKA SIMPANAN KARBON KAWASAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT RAMDHANI

MODEL DINAMIKA SIMPANAN KARBON AKIBAT PERUBAHAN KAWASAN HUTAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT YUDHA UTAMA

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

Pengenalan perubahan penggunaan lahan oleh masyarakat pinggiran hutan. (Foto: Kurniatun Hairiah)

ISU ISU STRATEGIS KEHUTANAN. Oleh : Ir. Masyhud, MM (Kepala Pusat Humas Kemhut) Pada Orientasi Jurnalistik Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011

Menuju Pembangunan Hijau Kabupaten Kutai Barat: Tantangan Deforestasi dan Peluang Mengatasinya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Barat West Kalimantan Province Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

West Kalimantan Community Carbon Pools

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI SISTEM SILVIKULTUR TPTII DALAM KERANGKA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia

Pemodelan Dinamika Sistem Untuk Pengelolaan Hutan Di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

5. HASIL PENELITIAN. 5.1 Dinamika Kebijakan Pengelolaan Hutan

VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

INISIATIF PROVINSI RIAU DALAM REDD+

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Papua Province Indonesia

MODEL DINAMIKA STOK KARBON BERDASARKAN LAJU PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DAN LAHAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ESA BAGUS NUGRAHANTO

5. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK

STATUS PEROLEHAN HAKI PUSPIJAK

BABVI. REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DAN AKSI MITIGASI PROVINSI PAPUA

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 53/Menhut-II/2008 TENTANG OPTIMALISASI PERUNTUKAN AREAL HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI (HPK)

Oleh/by: Nurlita Indah Wahyuni

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal. Pengelolaan hutan di Negara Indonesia sepenuhnya diatur dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2013 sampai dengan

Transkripsi:

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Masalah Pelaksanaan pengelolaan hutan yang dilaksanakan selama ini (BAU) mengakibatkan menurunnya luas kawasan hutan dan tutupan bervegetasi hutan. Tercatat bahwa periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2020, emisi yang terjadi dengan kegiatan BAU setiap tahunnya mencapai 1,24 Gt CO 2 e dan kemampuan untuk mitigasi emisi hanya mencapai 0.71 CO 2 e dan laju deforestasi dari tahun 2003-2006 mencapai 1,089 ha/tahun. Deforestasi disebabkan permintaan lahan hutan untuk transmigrasi dan perkebunan serta konversi untuk lahan budidaya tanaman semusim baik secara legal maupun illegal yang terus meningkat. Degradasi hutan disebabkan oleh permintaan kayu yang semakin tinggi dan tidak diikuti potensi hutan alam yang memadai sehingga perlu penanaman hutan tanaman industri di areal bekas HPH atau konversi hutan alam. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi (2009) mencatat bahwa realisasi penanaman HTI selama tahun 2009 hanya mencapai 35% dari target luas yang harus ditanam. Pembukaan hutan alam untuk kepentingan HTI tanpa diikuti penanaman maka akan mengakibatkan hilangnya cadangan karbon di kawasan hutan alam tersebut. Perubahan luas kawasan hutan dan tutupan kawasan berhutan dapat mempengaruhi cadangan karbon yang ada pada kawasan tersebut. Perubahan cadangan karbon dapat mengurangi serapan karbon oleh tegakan hutan meski karbon tersebut tersimpan dalam bentuk lain. Kepentingan stakeholder akan hasil hutan kayu dan lahan sangat beragam. Stakeholder Dinas Kehutanan Provinsi Jambi memainkan peran yang nyata dalam mengendalikan perubahan luas dan tutupan kawasan berhutan. Kebijakan untuk mengakomodir kepentingan stakeholder lain selain kehutanan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan negara mengakibatkan hilangnya cadangan karbon. Alokasi lahan untuk perkebunan dan HTI tidak secara langsung menunjukkan nilai emisi namun konversi ini mengakibatkan berkurangnya cadangan karbon di hutan.

20 Perubahan cadangan karbon dapat dikendalikan dengan memanfaatkan cadangan karbon untuk serapan CO 2 bebas di atmosfer. REDD+ merupakan salah satu skema perdagangan jasa lingkungan yang dapat meningkatkan cadangan karbon dan ekonomi masyarakat. Keterangan : : Pengaruh Langsung : Pengaruh Tidak Langsung Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung di Provinsi Jambi, pada bulan April 2010 sampai dengan Juni 2010. 3.3 Alat dan Bahan

21 Alat Dalam penelitian ini akan menggunakan program komputer Stela 9.0.1, kuesioner, Ms. Excel dan ArcView 3.2 Bahan Peta tutupan lahan, peta laju deforestasi, laporan ekonomi, Statistik Kehutanan, Peraturan Daerah dan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemanfaatan kawasan. 3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Metode Pengumpulan Data a. Pengumpulan Data Primer Menggunakan kusioner untuk mengukur persepsi stakeholder tentang pengelolaan hutan dan isu REDD, meliputi: 1) Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah 2) Peran masyarakat lokal 3) Peran lembaga non pemerintah, akademisi dan bisnis b. Pengumpulan Data Sekunder Melakukan pengumpulan data hasil dan rencana manajemen hutan di provinsi Jambi pada masa lampau dan akan datang yang meliputi : a. Data penggunaan kawasan hutan, yang mengurai tentang : 1) Data perubahan fungsi kawasan hutan; 2) Data pelepasan kawasan hutan 3) Data pinjam pakai kawasan 4) Data tukar menukar kawasan b. Data pemanfatan kawasan hutan, yang mengurai tentang: 1) Data pemegang hak konsesi HPH 2) Data pembangunan HTI c. Luas Rehabilitasi Hutan dan Lahan

22 d. Kebakaran hutan 3.4.2 Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan secara langsung pada instansi atau lembaga yang telah dibatasi sebelumnya, yaitu Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jambi, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Jambi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Jambi, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Warung Konservasi Jambi (WARSI). 3.5 Tahapan Analisis Data Data yang diperoleh baik dari Kementrian Kehutanan maupun dari Dinas Kehutanan Provinsi Jambi serta instansi pemerintah dan non pemerintah lainnya dikaji dan dilihat hubungannya dengan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan, gangguan serta nilai ekonomi yang diperoleh. Data ini dapat diperkaya dengan review hasil-hasil penelitian di lokasi lain. 1. Eksplorasi prosedur ijin penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan Analisis kelembagaan dilakukan dengan identifikasi aktor dan peran masing-masing aktor serta prosedur kerja sesuai produk hukum yang mengatur tentang penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan. 2. Membangun model penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan pada BAU dan pengembangan strategi REDD+. Model dinamika penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dibangun dengan memperhatikan pedoman model dinamika sesuai Grant et al (1997). Model ini akan menjelaskan perbandingan tutupan lahan dan simpanan karbon pada skema BAU dan REDD+ serta dampak ekonomi bagi masyarakat dari kedua skema tersebut.

23 3.6 Simulasi penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan Simulasi dilakukan dengan membangun hubungan antara arena (kawasan hutan), institusi yang berlaku dalam pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan serta aktor yang relevan terkait pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, yakni pemerintah daerah provinsi Jambi, masyarakat lokal, pemegang hak penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dan beberapa lembaga non- pemerintah. Pemodelan ini didasarkan pada tahapan pemodelan system dynamic sebagaimana dijelaskan oleh Grant et al (1997). Tahap awal akan ditetapkan rumusan masalah, tujuan pembangunan model dan batasan model. Tahap kedua yakni membangun hubungan konseptual antar variabel dengan mengedepankan arah model membentuk suatu sistem yang tertutup sebagaimana gambar 2. ARENA INSTITUSI AKTOR Gambar 2. Hubungan antara aktor-arena dan institusi Langkah-langkah pemodelan dinamika perubahan peruntukan lahan adalah sebagai berikut. a. Membuat organogram landscape Jambi b. Membuat model konseptual

24 Secara umum, model ini dapat diklasifikasikan dalam 4 (empat) submodel yakni submodel dinamika perubahan landscape Jambi, perubahan cadangan karbon, pendugaan additionality project REDD+ dan nilai ekonomi project REDD+. perubahan luas kawasan hutan, perubahan biomasa hutan, pendugaan (gambar 3). Gambar 3. Model Konseptual c. Membuat daftar stakeholder dan hubungan antara stakeholder dengan stakeholder dan dengan variabel flow d. Membuat spesifikasi model kuantifikasi Tahapan spesifikasi model kuantitatif bertujuan untuk membentuk model kuantitatif model simulasi. Pembuatan model ini dilakukan dengan menerjemahkan setiap hubungan antar variabel dan komponen penyusun model sistem tersebut ke dalam persamaan matematik sehingga dapat dioperasikan oleh program simulasi. Langkah-langkah dalam spesifikasi model kuantitatif adalah memilih struktur kuantitatif umum model, memilih unit waktu dasar untuk simulasi,

25 mengidentifikasi bentuk-bentuk fungsional dari persamaan model, menduga parameter dari persamaan model, memasukan persamaan ke dalam program simulasi, menjalankan simulasi acuan serta menetapkan persamaan model. 1. Pendugaan perubahan kandungan karbon akibat konversi pemanfaatan lahan menggunakan asumsi pada tier 1. Perhitungan perubahan cadangan karbon dihitung dengan mengalikan luas penggunaan dan atau pemanfaatan kawasan hutan dengan nilai cadangan karbon berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Tabel 4). Tabel 4. Karbon terikat pada setiap penggunaan lahan No. Jenis Penggunaan Lahan Cadangan Karbon ton/ha 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hutan Primer Hutan Bekas Tebangan Kebun Kopi Kebun Kelapa Sawit Alang-alang HTI E.urograndis 348.02 189.26 206.8 16.43 4,8 157 Sumber Pustaka Tresnawan dan Rosalina (2002) Tresnawan dan Rosalina (2002) Widayati et al (2005) Yulianti (2009) Widayati et al (2005) Mindawati et al (2010) Dalam menentukan laju deforestasi dan degradasi yang terjadi dibatasi oleh perubahan luas kawasan hutan tetap dan cadangan karbon. Definisi deforestasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan luas hutan tetap menjadi bentuk pemanfaatan lain seperti kebun, tambang dan pemukiman dalam satuan waktu tahun. Definisi degradasi dalam penelitian ini adalah perubahan cadangan karbon yang diakibatkan oleh perubahan luas hutan tetap menjadi peruntukan lain yang dinyatakan dalam ton/ha. Dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan penurunan jasa lingkungan lain akibat perubahan penggunaan dan pemanfaatan hutan. 2. Pendugaan nilai ekonomi menggunakan pendekatan yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.36/Menhut-II/2009. Nilai karbon yang disimulasikan adalah nilai cadangan karbon pada total kawasan hutan, kawasan hutan konservasi, kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi. Salah satu model kuantitatif pendugaan income REDD+ adalah sebagai berikut:

26 BiayaAFOLU_2 = if mod(time,5)=0 THEN BiayaStandarAFOLU[Validasi_AFOLU]+BiayaStandarAFOLU[Verifikasi _AFOLU]+SertifikatTonAFOLU_2 else 0 BiayaCCB_2 = if mod(time,5)=0 then BiayaStandarCTradeCCB[Validasi]+BiayaStandarCTradeCCB[Verifikasi] +setifikattonccb_2 else 0 BiayaCF_2 = if mod(time,5)=0 then BiayaStandarCF[Validasi_CF]+BiayaStandarCF[Verifikasi_CF]+Sertifikat toncf_2 else 0 BIayaPV_2 = if mod(time,5)=0 then BiayaStandarPV[Validasi_PV]+BiayaStandarPV[Verifikasi_PV]+Sertifikat TonPV_2 else 0 IncomeAFOLUHK = IF MOD(TIME,5)=0 THEN (serapanco2hk*hargacton)-biayaafolu_2 ELSE 0 IncomeCCBHK = IF MOD(TIME,5)=0 THEN (serapanco2hk*hargacton)-biayaccb_2 ELSE 0 IncomeCFHK = IF MOD(TIME,5)=0 THEN (serapanco2hk*hargacton)-biayacf_2 ELSE 0 IncomePVHK = IF MOD(TIME,5)=0 THEN (serapanco2hk*hargacton)-biayapv_2 ELSE 0 SertifikatTonAFOLU_2 = BiayaStandarAFOLU[Sertifikasi_AFOLU]*serapanCO2HK SertifikattonCF_2 = BiayaStandarCF[Sertifikasi_CF]*serapanCO2HK SertifikatTonPV_2 = BiayaStandarPV[Sertifikasi_PV]*serapanCO2HK setifikattonccb_2 = serapanco2hk*biayastandarctradeccb[sertifikasi] e. Evaluasi Model Evaluasi model berguna untuk mengetahui keterandalan model sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Langkah-langkah dalam evaluasi model meliputi: 1) Evaluasi kewajaran model dan kelogisan model; 2) Membandingkan model dengan sistem nyata; 3) Analisis sensivitas, untuk melihat kewajaran perilaku model jika dilakukan perubahan salah satu parameter dalam model secara ekstrim.

27 f. Penggunaan Model Tujuan tahapan ini adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model dan untuk menjawab tujuan penelitian. Tahapan ini melibatkan perencanaan dan simulasi dari beberapa skenario. Terdapat 3 level sebagai skenario yang disimulasikan. 30%, 50% dan 70% dari kebijakan penggunaan kawasan hutan dalam skema BAU. Angka tersebut menunjukan skenario ketika dalam skema REDD+, kebijakan penggunaan kawasan hutan diturunkan sebanyak angka tersebut.