Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Silvie Andartyastuti, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada. bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

BAB III METODELOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data utama yaitu data mengenai hubungan antara body image dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto Universitas Gadjah Mada ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

Abstrak. Kata kunci:

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

Prosiding Psikologi ISSN:

Jl. Tamansari No.1 Bandung

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi

STUDI MENGENAI DERAJAT STRES DAN COPING STRATEGY PADA KOAS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ANGKATAN 2009

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

Subjective Well-Being pada Guru Honorer di SMP Terbuka 27 Bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini berlangsung

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

Study Deskriptif Children Well Being Anak Penderita Leukimia All di Rumah Cinta Bandung

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

Abstrak. Kata-kata kunci: subjective well-being, kognitif, afektif, penghuni rumah susun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

Kata kunci : Work-Family Conflict, Subjective Well-Being, Perawat.

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

BAB III METODE PENELITIAN. adalah menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB III METODE PENELITIAN

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I II METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan dominant-less dominant.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI TLOGO-BLITAR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. korelasional bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. argumentatif pemilihan pendekatan atau metode dengan memperhatikan pula

BAB III METODE PENELITIAN. data bersifat kuantitatif statistik, dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGY DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA BANDUNG 1 Silvie Andartyastuti, 2 Sri Maslihah, 3 Sitti Chitidjah 1,2,3 Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, email: iphiewz@yahoo.co.id, smaslihah@gmail.com Abstrak. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara coping strategy dengan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung. Khususnya, hubungan antara problem-focused coping dengan subjective well-being dan hubungan antara emotion-focused coping dengan subjective wellbeing pekerja seks komersial di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 orang pekerja seks komersial yang berada di Lokalisasi Saritem dan Dewi Sartika. Data yang diperoleh dengan menggunakan kuisioner. Untuk kuisioner coping strategy didasarkan pada teori Lazarus (1984), sedangkan untuk kuisioner subjective well-being (Diener) menggunakan Satisfaction With Life Scale dan Scale of Positive and Negative Experience. Hasil menunjukkan 80% pekerja seks komersial menggunakan problem-focused coping dan 66% memiliki subjective wellbeing yang rendah. Tidak terdapat hubungan antara coping strategy dengan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung (r xy = 0,111). Hubungan antara problem-focused coping dengan subjective well-being sebesar - 0,081, sedangkan antara emotion-focused coping dengan subjective well-being sebesar 0,593. Kontribusi yang diberikan emotion-focused coping terhadap subjective well-being pada pekerja seks komersial di Kota Bandung sebesar 35,17%. Kata kunci : coping strategy, subjective well-being, pekerja seks komersial. 1. Pendahuluan Negara yang berkembang menimbulkan kompleksitas akibat dari kemajuan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi serta berbagai mekanisasi, sehingga memunculkan banyak masalah sosial. Salah satu diantaranya adalah masalah prostitusi yang pemeran utamanya adalah pekerja seks komersial. Bonger (dalam Kartono, 2009: 213) mengartikan prostitusi sebagai gejala kemasyarakatan di mana wanita menjual diri, melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Menurut data Dinas Sosial tahun 2012 pekerja seks komersial yang terjaring sebanyak 319 orang. Data yang dimiliki oleh Klinik Mawar (salah satu klinik yang terjun dalam upaya penyuluhan bagi pekerja seks komersial di Kota Bandung) disebutkan bahwa jumlah pekerja seks komersial pada tahun 2012 di Kota Bandung terdata lebih dari 1.000 orang, baik yang berada di lokalisasi maupun di jalanan. Latar belakang mereka sebagai pekerja seks komersial dominan karena faktor ekonomi di antara faktor-faktor lainnya seperti ketidakpuasan terhadap pasangan, trauma, kurang mendapat perhatian, dsb. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui permasalahanpermasalahan yang sering timbul di antaranya: (1) masalah keuangan, yaitu mengenai kebutuhan PSK akan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik untuk hidup mereka sendiri maupun untuk keluarga. Selain itu, PSK memiliki beberapa hutang yang harus mereka lunasi, sehingga membuat mereka tetap berada pada profesinya sebagai pekerja seks komersial; (2) perasaan bersalah atau berdosa karena pekerjaan yang PSK lakukan; 677

678 Silvie Andartyastuti, et al. dan (3) perasaan malu atau minder, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan di luar keluarga. Profesi yang memiliki berbagai dinamika ini menimbulkan pertentangan diri yang lalu disertai dengan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya dan memengaruhi bagaimana mereka dalam menghadapi permasalahan tersebut. Cara seseorang dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah disebut dengan coping. Menurut Snyder & Dinoff (dalam Compton, 2005) coping adalah respons yang ditujukan untuk mengurangi beban secara fisik, emosional, dan psikologis yang dihubungkan pada suatu keadaan yang menekan dan percekcokan atau perselisihan dalam kehidupan sehari-hari. Lazarus & Folkman (1984) membagi coping strategy menjadi dua jenis utama, yaitu problem-focused coping (mengarah langsung pada pendefinisian masalah, membangkitkan alternatif solusi, menitikberatkan alternatif pada kerugian dan keuntungan, menentukan pilihan pada alternatif pilihan untuk kemudian dilakukan) dan emotion-focused coping (digunakan saat dirasa sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk memodifikasi bahaya, ancaman, atau kondisi lingkungan yang menantang). Coping ini dilakukan oleh setiap individu dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah ataupun menghilangkan stres, sehingga dapat kembali pada situasi normal dimana mereka dapat menjalani kehidupan dengan baik. Ashforth dan Kreiner (1999; dalam Arnold & Barling, 2001: 275) mengemukakan mengenai teknik-teknik coping PSK dalam kehidupan sehari-harinya. Adanya ideologi dibalik pekerja seks, seperti argumen bahwa PSK adalah pekerja jasa yang menjual seksualitasnya daripada kemampuan sosialnya, ini merupakan teknik pertama. Teknik lainnya ialah membentuk ulang pemikiran bahwa apa yang dilakukan PSK berada pada bingkai edukasi pada pelanggan dalam hubungan seks yang aman, dan banyak yang akan menggambarkan pekerjaan mereka sebagai penyembuh yang mengimplikasikan bahwa pekerjaan ini lebih dari hanya sekedar memuaskan hasrat seksual dari pria kesepian atau pria frustasi. Lalu teknik selanjutnya ialah dengan menggunakan obat-obatan terlarang dalam upaya PSK menangani stres yang dihubungkan dengan pekerjaannya. Tujuan dari penyelesaian masalah dan juga dalam menghadapi tantangan hidup ialah untuk memperoleh kesejahteraan hidup. Pandangan individu terhadap kehidupannya secara menyeluruh disebut sebagai kesejahteraan subjektif (Diener, 1984). Subjective well-being dapat didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap kehidupannya, baik penilaian yang bersifat kognitif maupun penilaian yang bersifat afektif. Penilaian kognitif berkaitan dengan standar dan kepuasan hidup. Sementara itu, penilaian afektif berkaitan dengan seberapa sering seseorang mengalami mood dan emosi yang bersifat positif dan negatif (Diener, Suh, dan Oshi, 1997). Subjective wellbeing menitikberatkan kepada kebahagiaan dan kepuasan hidup yang dimiliki oleh masing-masing individu. Pavot dan Diener mengemukakan bahwa individu dengan tingkat subjective well-being yang tinggi diperkirakan akan merasakan kepuasan dalam hidup, sering merasakan emosi positif, dan jarang merasakan emosi negatif. Oleh karena itu, individu dengan tingkat subjective well-being yang tinggi cenderung lebih percaya diri, dapat menjalin hubungan sosial dengan lebih baik, serta menunjukkan kinerja yang lebih baik. Dalam keadaan yang penuh tekanan, individu dengan tingkat subjective well-being yang tinggi akan lebih mampu melakukan adaptasi dan coping yang lebih efektif terhadap keadaan, sehingga dapat merasakan kehidupan yang lebih baik (Compton, 2005). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

Hubungan Antara Coping Strategy dengan Subjective... 679 Pada penelitian yang dilakukan oleh Tresnowaty & Sutarmanto (2009) pada waria pekerja seks komersial mengenai kesejahteraan subjektifnya, diperoleh bahwa subjek memiliki kesejahteraan subjektif yang cukup tinggi. Dalam penelitiannya ditemukan adanya sikap menerima terhadap kehidupan. Sikap nrimo membantu subjek untuk menikmati dan tidak apatis terhadap kehidupan yang dimilikinya. Kesejahteraan subjektif waria PSK dipengaruhi oleh agama, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan sosial, dan tujuan hidup. Penggunaan strategi koping yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif subjek. Kesimpulan penelitian Tresnowaty & Sutarmanto ini diperjelas oleh penelitian yang dilakukan Wei (2010), yang menyatakan bahwa coping strategy memiliki pengaruh yang signifikan pada subjective well-being. Apabila kita berhasil mengatasi suatu permasalahan, maka akan muncul emosi positif, seperti misalnya rasa lega, tentram, dan rileks. 2. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Metode korelasioanl bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara coping strategy dengan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung, dan jika terdapat hubungan maka seberapa erat dan seberapa berartinya hubungan itu (Arikunto, 2006). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode survey. Metode survey sendiri menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang kemudian dibagikan kepada responden untuk diisi. Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan purposive sampling berdasarkan pada rekomendasi dari Klinik Mawar. Jumlah sampel sebanyak 50 orang pekerja seks komersial yang berada pada Lokalisasi Saritem dan Dewi Sartika Kota Bandung. Kuisioner yang digunakan untuk coping strategy disusun oleh peneliti berdasarkan pada teori Lazarus & Folkman (1984). Setelah uji coba diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,781 dengan jumlah item sebanyak 30 buah item. Skala yang digunakan adalah Likert dengan 5 pilihan jawaban, yaitu tidak pernah (1) sampai dengan selalu (5). Kuisioner subjective well-being yang digunakan adalah Satisfaction With Life Scale (SWLS) untuk mengetahui kepuasan hidup individu yang merupakan komponen kognitif, dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang mengukur afek postif dan negatif individu dan merupakan komponen afektif. Kuisioner SWLS merupakan kuisioner baku yang disusun oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. Terdiri dari 5 item dengan 7 skala jawaban yang memiliki kategorisasi 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat setuju). Instrumen ini disusun dengan menggunakan jenis skala Linkert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal. Koefisien reliabilitas untuk SWLS pada penelitian ini adalah 0,714. Untuk SPANE merupakan kuisioner baku yang disusun oleh Diener dan Biswas-Diener, terdiri atas 12 item dan 5 skala jawaban dengan kategorisasi 1 (sangat jarang atau hampir tidak pernah) sampai dengan 5 (sangat sering atau selalu). Instrumen ini disusun dengan menggunakan jenis skala Linkert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal. Koefisien reliabilitas untuk SWLS positif pada penelitian ini sebesar 0,837, dan untuk SWLS negatif sebesar 0,895. Analisi data yang digunakan dibantuk dengan program Microsoft Exel dan Software SPSS versi 20.0. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Spearman. ISSN 2089-3590, EISSN 2303-2472 Vol 5, No.1, Th, 2015

680 Silvie Andartyastuti, et al. Setelah data diperoleh makan dilakukan analisis data untuk coping strategy dan subjective well-being. 3. Hasil dan Pembahasan a. Gambaran coping strategy pekerja seks komersial di Kota Bandung Tabel 1. Gambaran Coping Strategy Coping Strategy Frekuensi Presentase Problem-Focused Coping 40 80% Emotion Focused Coping 10 20% Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, diketahui bahwa sebagian besar pekerja seks komersial di Kota Bandung menggunakan problem-focused coping sebagai usaha mereka dalam menghadapi dan dalam upaya menyelesaikan masalah. Namun begitu, emotion-focused coping juga digunakan, meskipun memiliki frekuensi yang lebih rendah (20%) pada pekerja seks di Kota Bandung. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktavianti (2004) dengan subjek remaja pekerja seks komersial remaja. Pada hasil penelitian Oktavianti diketahui bahwa macam-macam coping remaja pekerja seks komersial ialah dengan problem-focused coping, emotionfocused coping dan religi-focused coping. Pada penelitian Oktavianti dihasilkan satu coping tambahan, yaitu religi-focused coping. b. Gambaran subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung Tabel 2. Gambaran Subjective Well-Being Subjective Well-Being Frekuensi Persentase Subjective Well-Being Tinggi 17 34% Subjective Well-Being Rendah 33 66% Subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung sebagian besar berada pada kategori rendah. Hasil perhitungan ini tidak sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian dari Tresnowaty & Sutarmanto (2009), bahwa subjective well-being waria pekerja seks komersial berada pada tingkat yang cukup tinggi. Faktor-faktor yang memengaruhi subjective well-being waria PSK adalah pemahaman agama dan spiritualitas, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan sosial, dan adanya tujuan hidup. Subjective well-being memiliki pengertian sebagai penilaian individu mengenai kehidupannya yang meliputi kepuasan hidup dan kebahagiaan, berkaitan dengan hasil pada penelitian ini maka kepuasan hidup dan kebahagiaan berada pada taraf rendah. c. Hubungan antara coping strategy dengan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandug Koefisien korelasi coping strategy dengan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung (r xy ) adalah 0,111. Koefisien korelasi 0,111 berada pada tahap korelasi yang sangat rendah. Kontribusi yang diberikan oleh coping strategy terhadap subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung sebesar 1,23% (KD = = r 2 x 100% = (0,111) 2 x 100%). Hasil perhitungan kontribusi menunjukan variasi subjective well-being sebesar Koefisien korelasi antara problem-focused coping dan subjective well-being sebesar - Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora

Hubungan Antara Coping Strategy dengan Subjective... 681 0,081, yang menunjukkan taraf korelasi sangat rendah sehingga menandakan hampir tidak terdapat hubungan antara problem-focused coping dengan subjective well-being pekerja seks di Kota Bandung. Hasil penelitian Tresnowaty & Sutarmanto (2009) terhadap waria pekerja seks komersial, menunjukkan bahwa penggunaan coping strategy yang tepat dalam menghadapi masalah dapat meningkatkan subjective well-being subjek. Berdasarkan hasil penelitian dari Tresnowaty & Sutarmanto, maka cara penyelesaian dengan problem-focused coping kurang tepat dilakukan oleh pekerja seks komersial di Kota Bandung bila dikaitkan dengan subjective well-being. Tresnowaty & Sutarmanto (2009) mengatakan bahwa pembentukan kesejahteraan subjektif PSK diawali oleh penerimaan diri, baik secara internal maupun eksternal. Penerimaan ini selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap masalah yang mereka hadapi. Hasil subjective well-being pada penelitian ini berada pada tingkat yang rendah, hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya penerimaan diri dan juga penerimaan sosial dari lingkungan di luar Lokalisasi. Lokalisasi Saritem dan Lokalisasi Dewi Sartika merupakan rentetan rumah yang bersatu dengan rumah-rumah penduduk lainnya. Keadaan lokalisasi yang berdekatan dengan masyarakat umum memberikan tekanan lain kepada pekerja seks komersial. Lokalisasi Saritem yang berdekatan dengan salah satu pesantren di Kota Bandung memberikan pengaruh terhadap para pekerja seks komersial, yaitu dengan adanya perasaan bersalah, malu dan berdosa. Faktor lingkungan dan kontak sosial ini memberikan pengaruh terhadap subjective well-being pekerja seks komersial sesuai dengan teori Diener (1984). Selanjutnya korelasi antara emotion-focused coping dengan subjective wellbeing pekerja seks komersial di Kota Bandung menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,593 yang memiliki arti korelasi pada taraf sedang atau cukup berarti, disertai dengan subjective well-being yang tinggi. Selain itu, hubungan dari korelasi ini adalah positif sehingga apabila emotion-focused coping bernilai tinggi, maka tinggi pula nilai dari subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung, begitupun sebaliknya. Penggunaan problem-focused coping sebagai strategi dalam penanggulangan masalah pada sebagian besar pekerja seks komersial di Kota Bandung menunjukkan bahwa mereka lebih memilih untuk menghadapi masalah dan bersedia mengambil resiko, meskipun dengan mengorbankan diri sebagai pekerja seks komersial. Hal ini karena masalah utama yang dihadapi oleh pekerja seks komersial adalah masalah ekonomi, dan pekerjaan di dunia prostitusi ini merupakan jalan mereka untuk mendapatkan uang. Kontribusi untuk problem-focused coping dengan subjective well-being diperoleh nilai determinasi sebanyak 0,66% (KD = r 2 x 100% = (-0,081) 2 x 100%) dan untuk emotion-focused coping dengan subjective well-being sebesar 35,17% (KD = r 2 x 100% = (0,593) 2 x 100%). Kontribusi ini memiliki persentase yang tidak tergolong besar sehingga memungkinkan faktor-faktor lain yang dapat memberikan kontribusi lebih banyak dibandingkan dengan coping strategy terhadap subjective well-being. Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tresnowaty & Sutarmanto (2009), diketahui bahwa faktor-faktor lain yang memengaruhi kesejahteraan subjektif waria PSK adalah pemahaman agama dan spiritualitas, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan sosial, dan adanya tujuan hidup. ISSN 2089-3590, EISSN 2303-2472 Vol 5, No.1, Th, 2015

682 Silvie Andartyastuti, et al. 4. Simpulan dan Saran 1) Sebagian besar Pekerja Seks Komersial di Kota Bandung menggunakan coping strategy jenis problem-focused coping dibandingkan dengan emotion-focused coping. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pekerja Seks Komersial di Kota Bandung melibatkan suatu perencanaan dalam upaya penyelesaian masalah. 2) Sebagian besar Pekerja Seks Komersial memiliki subjective well-being yang rendah. Ditandai oleh kepuasan hidup yang berada pada kategori kurang puas dan keadaan mood & afektif yang seimbang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kehidupan prostitusi kurang memberikan kepuasan pada pekerja seks komersial.. Keadaan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan, dan lingkungan. 3) Hubungan coping strategy dengan subjective well-being pekerja seks komersial berada pada tahap korelasi sangat rendah. Kajian lebih lanjut pada hubungan dimensi coping strategy dengan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung, yaitu antara emotion-focused coping dengan subjective wellbeing berada pada kategori sedang atau cukup berarti dengan hubungan yang positif. Hal ini menandakan bahwa penggunaan emotion-focused yang tinggi dapat meningkatkan keadaan subjective well-being pekerja seks komersial di Kota Bandung. Pada korelasi antara problem-focused coping dengan subjective well-being diperoleh hubungan yang negatif dan tidak berarti. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arnold K.A., & Barking J. (2001). Prostitution: An Illustration of Occupational Stress in Dirty Work. Chapter Ten p. 261-280 Compton, W. C. (2005). Introduction to Possitive Psychology. United States of America: Thomson Wadsworth. Dewi, Pracasta S. & Utami, Muhana S. (2008). Subjective Well-Being Anak Dari Orang Tua Yang Bercerai. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Jurnal Psikologi Vol. 35, No. 2, 194-212 Diener, Ed. (1984). Subjective Well-Being. Psychological Bulletin 1984, Vol. 95 (3), 542-575. Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2003). Personality, culture, and subjective wellbeing: Emotional and cognitive evaluations of life. Annual Reviews in Psychology, 54, 403-425. Kartono, Kartini. (2013). Patologi Sosial: Jilid 5. Jakarta: Rajawali Pers. Lazarus, R.S. dan Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company. Oktavianti, Isti. (2004). Stress dan Coping Stress pada Remaja PSK. Universitas Gunadarma. [Online] Tersedia: gunadarma.ac.id/library/.../artikel_10502124.pdf diakses pada 2 Januari 2014 Tresnowaty, Mardha & Sutarmanto, Hadi. (2009). Kesejahteraan Subjektif Waria Pekerja Seks Komersial (PSK). Psikohumanika, II, 2, 46-54. Wei, M. Et al. (2010). Racial Discrimination Stress, Coping, adn Despressive Symptom Among Asian American: A Moderation Analysis. Asian American Journal of Psychology, 1, 130-150 Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora