TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES INCOME ANALYSIS OF JABRES CATTLE FARMER'S IN BREBES REGENCY

DAFTAR PUSTAKA. Adisaputro,Gunawan Anggaran Perusahaan 2 Edisi pertama. BPFE, Yogtakarta

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN HIPOTESIS. Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

PERSILANGAN. Macam perkawinan ternak :

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja,

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Pedaging

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

Jurnal Cendekia Vol 12 No 2 Mei 2014 ISSN ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI UD. HAIVA JAYA TULUNGAGUNG

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

Transkripsi:

9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Semakin meningkatnya pendapatan penduduk maka permintaan produk-produk peternakan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan meningkatnya pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap sumber karbohidrat akan menurun dan konsumsi berbagai macam makanan yang kaya akan protein akan meningkat. Subsektor peternakan memiliki peranan penting dalam menopang perekonomian regional maupun nasional. Masalah peternakan ini sudah tidak dapat dinomorduakan karena hal tersebut akan dominan ikut menentukan kelangsungan hidup suatu negara ataupun bangsa (Saragih, 2008). Menurut Prawirokusumo (1990), berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu : 1. Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1-2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, ruminansia kecil bahkan ayam kampung. 2. Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain-lain.

10 3. Usaha komersial adalah usaha yang benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum. Pengembangan suatu usaha peternakan sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya pendukung lainnya. Saragih (2008) menyatakan bahwa tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut : 1. Peternakan sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dengan tingkat pendapatan dari usahaternaknya kurang dari 30 persen. 2. Peternakan sebagai cabang usaha, peternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha, dengan tingkat pendapatan dari usahaternaknya 30-69,9 persen (semi komersil atau usaha terpadu). 3. Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan, dengan tingkat pendapatan usahaternak 70-99,9 persen. 4. Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan usahaternak 100 persen. 2.2. Sapi Potong Menurut Sugeng (2003) sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan

11 penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Sapi pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut : a. Bos indicus Bos indicus (zebu: sapi berponok) merupakan sapi yang sedang berkembang di India, dan akhirnya menyebar ke beerbagai negara, terlebih ke negara tropis seperti Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Afrika, Amerika dan Australia. Di Indonesia terdapat sapi keturunan zebu yaitu sapi ongole dan peranakannya (PO) serta brahman. b. Bos taurus Bos taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi potong dan perah di Eropa. Golongan ini menyebar ke berbagai penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia dan Selandia Baru. Bos taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di Indonesia misalnya Aberdeen Angus, Hereford, Shorthorn, Charolais, Simmental dan Limousin. c. Bos sondaicus Golongan ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi Indonesia. Sapi ini merupakan keturunan banteng (Bos bibos) seperti sapi bali, sapi madura, sapi jawa, sapi sumatera, dan sapi lokal lainnya. 2.2.1. Bibit Pemilihan bibit sapi potong biasanya menyangkut tentang (1) asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi (umur, pertambahan berat badan, produksi dan lemak), (3) kapasitas reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak yang lahir dan hidup normal, umur pertama

12 kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan dan kemampuan membesarkan anak) serta (4) tingkat kesejahteraan ternak (Rahardi et al., 2001). Menurut Direktorat Perbibitan Ternak (2004) dalam pembibitan sapi potong dilaksanakan melalui pemuliaan dalam satu rumpun atau satu galur, baik penjantan maupun induk yang dikawinkan berasal dari satu rumpun atau satu galur yang sama. Adapun kriteria dasar dalam memilih sapi sebagai calon bibit menurut Sugeng (2003) antara lain : a. Bangsa dan Sifat Genetis Sifat genetis suatu bangsa sapi yang bisa diwariskan kepada keturunannya akan bangsa sapi tertentu dipilih peternak dengan tujuan dan kondisi lingkungan setempat. b. Bentuk Luar Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif terhadap faktor genetis seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir (daging). c. Kesehatan Untuk mengetahui kesehatan sapi secara umum peternak bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku, denyut jantung, pencernaan, dan pandangan sapi. 2.2.2. Pakan Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia dengan alat pencernaan yang terbagi atas empat bagian yakni rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Dengan alat ini mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan

13 mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah 10 persen dari berat badan dan pakan penguat cukup 1 persen dari berat badan (Sugeng, 2003). 2.2.3. Sistem Pemeliharaan Sapi Sistem pemeliharaan sapi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif semua aktivitasnya dilakukan di padang penggembalaan yang sama. Sistem semi intensif adalah memelihara sapi untuk digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan disediakan oleh peternak, atau gabungan dari sistem ekstensif dan intensif. Sementara sistem intensif adalah pemeliharaan sapi-sapi dengan cara dikandangkan dan seluruh pakan disediakan oleh peternak (Susilorini, 2008). Di daerah pertanian intensif, sebagian peternak memelihara sapi dalam kandang permanen, namun ada juga yang kandang sederhana. Kapasitas kandang bervariasi sesuai dengan jumlah sapi yang dipelihara. Peternak pembibitan umumnya menggunakan sistem kereman sehingga sapi induk cepat menjadi gemuk (Hadi dan Ilham, 2002). 2.3. Biaya Produksi Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang (Daljono,

14 2005). Menurut Mulyadi (2009) biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Selanjutnya dikatakan biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Menurut Suhartati dan Fathorrozi (2003) biaya dapat dibagi berdasarkan sifatnya, artinya mengkaitkan antara pengeluaran yang harus dibayar dengan produk atau output yang dihasilkan yaitu: a. Biaya Tetap (Fixed Cost) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan per satuan waktu tertentu untuk keperluan pembayaran semua input tetap dan besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. b. Biaya Variabel (Variabel Cost) adalah kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu untuk pembayaran semua input variabel yang digunakan dalam proses produksi. c. Biaya Total (Total Cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel dalam proses produksi. TC = FC + VC

15 2.4. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usaha usahatani atau harga jual petani (Soeharjo dan Patong, 1973). Menurut Soekartawi (2002) penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual dari produk tersebut. Adapun Nurdin (2010) menyatakan bahwa penerimaan total atau total revenue pada umumnya dapat didefinisikan sebagai penerimaan dari penjualan barang-barang yang diperoleh penjual. Penerimaan total dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = Q x P Keterangan: TR (Total Revenue) Q (Quantity) P (Price) = penerimaan total = jumlah produk yang dihasilkan = harga tiap satuan barang 2.5. Keuntungan Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha yang direncanakan (Ibrahim, 2003). Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin layak juga usaha yang sedang dijalankan. Keuntungan merupakan selisih positif antara penerimaan dan biaya produksi (Soekartawi, 2006). Keuntungan, atau penerimaan bersih didefinisikan sebagai perbedaan antara penerimaan kotor dan total biaya. Penerimaan kotor terdiri dari harga produk dikalikan dengan hasil produksi (output), sedangkan total cost terdiri dari jumlah

16 penggunaan faktor-faktor produksi dikalikan dengan harga faktor produksi (Humphrrey dalam Putranto, 2006). Hasil penjualan suatu barang adalah merupakan penerimaan perusahaan atau dikenal dengan istilah total revenue (TR) dan apabila dikurangi dengan total cost (TC) yang dikeluarkan oleh perusahaan, maka jumlah selisihnya merupakan keuntungan atau kerugian. Jadi keuntungan (profit) adalah total penerimaan perusahaan (total revenue) dikurangi dengan total biaya (total cost) yang dikeluarkan untuk memproduksi output (Nurdin, 2010). π = TR - TC Keterangan: π = Keuntungan (profit) TR = Penerimaan (Total Revenue) TC = Biaya Total (Total Cost) 2.6. Analisis Titik Impas Titik impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol. Perusahaan mendapatkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan (Hansen dan Mowen, 2006). Analisis titik impas adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (Riyanto, 2001). Analisis titik impas mempunyai beberapa asumsi yang tercermin dalam anggaran perusahaan masa yang akan datang. Dasar asumsi yang mendasari analisis break even menurut Halim dan Bambang Supomo (2005) sebagai berikut:

17 a. Harga jual per unit tidak berubah-ubah pada berbagai volume penjualan. b. Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang secara relatif konstan. c. Biaya dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap jumlahnya tidak berubah dalam jarak kapasitas tertentu, sedangkan biaya variabel berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. d. Jumlah perubahan persediaan awal dan persediaan akhir tidak berarti. e. Jika perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. 2.7. Analisis Efisiensi Usaha Salah satu cara untuk menghitung nilai efisiensi usahatani adalah dengan mengunakan analisis R/C ratio (Kartasapoetra, 2001). Menurut Mubyarto (1991) efisiensi usaha adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu tanpa pemborosan waktu, tenaga, energi dan sebagainya. Revenue-Cost Ratio diperoleh dari perbandingan antara semua nilai penerimaan dengan semua nilai pengeluaran. Hasil perbandingan tersebut diperoleh suatu tetapan angka sebagai nilai dari R/C ratio yang dapat mencerminkan efisien atau tidak suatu usaha. Apabila diperoleh nilai lebih dari satu maka usaha tersebut dikatakan efisien dan mendapatkan untung atau manfaat, sedangkan apabila nilai dibawah satu maka usaha tersebut dikatakan tidak efisien dan tidak memberikan keuntungan atau manfaat, dan apabila nilai sama dengan satu maka usaha dikatakan berada dalam keadaan impas yaitu penerimaan sama dengan pengeluaran (Teken dan Asnawi, 1977).