BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PERANCANGAN INTERIOR PADA SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Judul. Perancangan Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dengan Pendekatan Deafspace Guidelines

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

PEMBELAJARAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS Oleh: Drs. R. Zulkifli Sidiq, M.Pd

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas hidupnya pun semakin berkembang. Hal paling dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

TINJAUAN MATA KULIAH...

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PROPOSAL TUGAS AKHIR PERANCANGAN DESAIN DAN WARNA FURNITUR PADA SEKOLAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS GILGAL DI PANTAI INDAH KAPUK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan proses-proses sosial di dalam masyarakat (Bungin 2006: 48). Dalam lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Umum Sekolah Luar Biasa (SLB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Implementasi Pendidikan Segregasi

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus. Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), ABK ialah anak yang memiliki grafik perkembangan yang berbeda dengan anak normal. SLB biasanya memiliki fasilitas-fasilitas yang tidak biasa dimiliki oleh sekolah pada umumnya, dikarenakan fungsinya dari sekolah itu sendiri yang memang hanya akan memberikan pengajaran sesuai dengan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus. Misalnya, ruang bina komunikasi dan persepsi bunyi dan irama, ruang bina persepsi bunyi dan bicara, ruang keterampilan dan lainlain. Ruangan-ruangan tersebut hampir mirip dengan ruangan kelas pada sekolahsekolah pada umumnya tetapi didukung dengan alat-alat yang dapat membantu para anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk menangkap pelajaran yang diberikan. Berbeda dengan di negara lain Sekolah Luar Biasa (SLB) di Indonesia terutama di Jakarta tidak memiliki fasilitas yang cukup dan desain ruangan yang baik untuk mendukung dan meningkatkan keinginan belajar para anak berkebutuhan khusus. Menurut data dari tim Nasional Percepatan Panggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2011, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 18.000 anak dengan jumlah seperti ini Sekolah Luar Biasa (SLB) harus memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat membantu mereka dalam belajar agar dapat mengembangkan kemampuan mereka. Selain itu kurangnya dukungan dari masyarakat tentang pentingnya sebuah pendidikan yang layak tidak hanya untuk anak normal saja menjadi sebuah pertimbangan besar mengenai keberadaan sekolah di Indonesia dan banyak pula masyarakat yang menyepelekan anak-anak berkebutuhan khusus ini dan kadang di pandang sebelah mata oleh masyarakat. 1

2 Dari kondisi tersebut, penulis ingin mengajak masyarakat lebih mengenal apa saja yang di hadapi anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam pendidikannya dan ingin mengajak masyarakat juga lebih menengok bahwa di dunia ini banyak anakanak berkebutuhan khusus yang membutuhkan fasilitas yang sama layaknya seperti anak normal lainnya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Berdasarkan data yang didapat dari SLB golongan C dan B Frobel Montessori, Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) pun digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu: Table 1.1 Gambar Kelompok dan Abjad Jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) NO. Golongan Jenis Kebutuhan Khusus 1. A Tunanetra 2. B Tunarungu - 27 db 40 db : Sangat ringan - 41 db 55 db : Ringan - 56 db 70 db : Sedang - 71 db 90 db : Berat - 91 db Keatas: Tuli 3. C Tunagrahita (a.1 Down Syndrome) - C : Ringan (IQ = 50-70) - C1 : Sedang (IQ = 25-50) - C2 : Berat (IQ < 25 ) 4. D Tunadaksa - D : Ringan - D1 : Sedang 5. E Tunalaras (Dyruptive) 6. F Tunawicara 7. G Tunaganda 8. H HIV & AIDS 9. I Gifted : Potensi Kecerdasan Istimewa ( IQ> 125)

3 10. J Talented : Potensi Bakat Istimewa (multiple Intelligences Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Natural Spiritual) 11. K Kesulitan Belajar (a.1 Hyperactive, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasis/bicara, Dyspraxia/Motorik) 12. L Lambat Belajar (IQ = 70-90) 13. M Autis 14. N Korban Penyalahgunaan Narkoba 15. O Indigo (Sumber: Dokumen Pribadi SLBN 07 Jakarta, 2006) Sekolah Luar Biasa golongan Tunagrahita dan Tunarungu sendiri dipilih oleh peneliti karena SLB golongan Tunagrahita dan Tunarungu ini memiliki fasilitas kebutuhan yang perlu lebih diperhatikan agar lebih memadai dan dapat meningkatkan potensi anak berkebutuhan khusus untuk belajar. tujuan peneliti mengangkat judul Perancangan Interior Sekolah Luar Biasa Tunagrahita dan Tunarungu di Jakarta yaitu untuk mengusulkan ide perancangan untuk SLB Frobel Montessori dengan mengunakan perancangan yang berdasarkan eco-green sebagai dasarnya dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan dapat mengembangkan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus. Keterbatasan fasilitas pada sekolah luar biasa (SLB) di Indonesia terutama di Jakarta menantang penulis sebagai desainer interior untuk merancang sebuah sekolah luar biasa (SLB) yang informatif, edukatif dan nyaman bagi para anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) juga orang tua dan penunggu siswa sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan rancangan interior secara kritis dengan aspek komersil, rekreatif, estetika, teknis, arsitektural dan dari berbagai segi lainnya. Selain itu, dapat memberikan kemudahan dan membantu berbagai pihak yang terkait didalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas mengajar untuk para guru dan siswa.

4 1.2. Ruang Lingkup Permasalahan Hal-hal yang menjadi pertimbangan dasar dalam pemikiran dan pemilihan topik pada judul tugas akhir ini yaitu sebagai berikut: 1. Sekolah Luar Biasa memiliki fasilitas yang kurang memadai sehingga kebutuhan anak khusus tidak dapat terpenuhi 2. Masih banyak ditemukan anak-anak berkebutuhan khusus terpaksa dimasukkan ke sekolah untuk anak normal oleh orang tuanya, dikarenakan banyaknya sekolah luar biasa yang tidak menarik dan memadai untuk dapat dijadikan tempat belajar. Berikut perumusan masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan sekolah luar biasa (SLB) sebagai acuan dalam menemukan solusi pemecahan masalah desain: 1. Bagaimana merancang interior sebuah sekolah luar biasa (SLB) yang dapat mengembangkan keinginan belajar anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) disekolah? 2. Bagaimana merancang interior yang dapat membuat anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) merasa nyaman dan tertarik untuk belajar? 3. Bagaimana merancang interior yang baik dan nyaman bagi para pengajar, orang tua dan penunggu anak berkebutuhan khusus (ABK)? 4. Bagaimana merancang tata letak ruang serta fasilitas bagi para siswa ABK, guru, orang tua dan penunggu agar dapat terpenuhi? 5. Bagaimana memenuhi Persyaratan sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus? 1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Tujuan dari Perancangan interior Sekolah Luar Biasa Tunagrahita dan Tunarungu ini diharapkan dapat menjadi fasilitas penunjang yang dapat digunakan sebagai pertimbangan kelayakan perencanaan pembangunan sekolah luar biasa

5 (SLB), juga sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk orang tua yang menitipkan anak-anaknya belajar di sekolah luar biasa. Tujuan dari perancangan proyek SLB Tunagrahita dan Tunarungu ini adalah sebagai berikut: 1. Merancang interior yang dapat menampilkan kualitas dan karakter sesuai dengan fungsi dan tidak melupakan konsep yang kreatif dan inovatif. 2. Merancang interior yang dapat menunjang efektivitas dan efisiensi kerja dari pihak-pihak yang terlibat didalamnya sesuai dengan aktifitas dan kebutuhan. 3. Merancang interior yang dapat menjamin kenyamanan, keamanan, keselamatan, kebersihan, kesehatan dan estetika bagi anak berkebutuhan khusus, para guru, orang tua dan penunggu siswa. 4. Menciptakan lingkungan dan suasana yang positif dan inspiratif, baik bagi pihak pengajar maupun pelajar sehingga interaksi yang baik dapat terjadi didalamnya. 5. Menciptakan sarana dan prasarana yang dapat mewadahi kegiatan-kegiatan didalam sekolah yang bersifat positif bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. 1.3.2. Manfaat Adapun manfaat khusus dari perancangan SLB Tunagrahita dan Tunarungu Jakarta ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil perancangan mampu meningkatkan aspek estetika dan karakter dari institusi yang terkait dengan fasilitas yang memadai 2. Hasil perancangan ini dapat mampu mengakomodasi kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus dalam menyalurkan minat, bakat dan hobi yang edukatif dan rekreatif. 3. Mendukung peningkatan prestasi para anak-anak tunarungu dan tunaghrita dengan disediakan fasilitas ini. 4. Meningkatkan keinginan orang tua anak-anak berkebutuhan khusus untuk memasukan anak mereka yang membutuhkan penanganan khusus ke sekolah luar biasa. 5. Meningkatkan mutu dan kualitas fasilitas dan pendidikan di Indonesia

6 Penulisan perancangan SLB Tunagrahita dan Tunarungu ini selain dapat memberikan banyak manfaat bagi penulis sendiri dan juga sebagai acuan dasar yang diharapkan kedepannya informasi-informasi yang terlampir dapat pula memberikan manfaat bagi individu lain. Berbagai kontribusi dari perencanaan interior atas topik yang dipilih adalah sebagai berikut: 1. Perancangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi orang tua dan masyarakat yang peduli terhadap anak-anak berkemampuan khusus agar mendapat kebutuhan yang informatif, edukatif, bermanfaat dan up-to-date dalam belajar dan mengembangkan kemampuan mereka. 2. Perancangan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa interior Universitas Bina Nusantara dan pihak-pihak lain untuk menambah wawasan dan informasi berkaitan dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berada di Jakarta 3. Perancangan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa non-interior universitas Bina Nusantara yang akan mengerjakan tugas berkaitan dengan Sekolah Luar biasa (SLB). 1.4. Batasan Penelitian Penelitian dilakukan dengan melakukan survey di 3 lokasi yang tersebar di Jakarta, yakni SLB-B Pangudi Luhur Jakarta, SLB Negeri 07 Jakarta dan SLB Frobel Montessori di Jakarta. Adapun data yang diteliti dan di survey adalah: 1. Aktifitas dan fasilitas yang dibutuhkan di sebuah sekolah luar biasa (SLB). 2. Pembagian ruang dalam sebuah sekolah luar biasa (SLB). 3. Jumlah para anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) yang dapat tertampung dan karyawan yang bertugas. 4. Bentuk dan kegiatan dari beraneka ragam siswa ABK. 5. Pengaruh segi desain ruangan, nuansa dan warna terhadap daya tarik belajar ABK. 1.5. Metode Penelitian 1. Studi Literatur

7 Studi literatur adalah bentuk pengumpulan data yang berasal dari referensi buku, majalah, internet dan media lain yaitu buku mengenai anak-anak berkebutuhan khusus dan mengenai psikologi anak serta permasalahan yang ada pada umumnya terjadi pada ruang lingkup interior sehingga dapat membantu dalam proses perancangan sekolah luar biasa untuk anak tunarungu dan tunagrahita. 2. Metode observasi Metode ini berupa studi atau survey lapangan yang merupakan pengamatan atau peninjauan langsung secara lebih detail dan dibutuhkan untuk mendapatkan data informasi yang lengkap. Survey dilakukan pada 3 lokasi yaitu SLB-B Pangudi Luhur, SLB Negeri 07 Jakarta dan Frobel Montessori. 3. Metode Wawancara Proses wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dengan bertanya sevara langsung dan meminta penjelasan secara rinci pada kepala sekolah serta pengelolah sekolah, adapun wawancara dengan murid dan orang tua di lokasi. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penyusunan terdiri atas: ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang pemilihan proyek, perumusan masalah, batasan permasalahan, konstribusi perancangan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, metode penelitian dan perancangan, kerangka berpikir dan sistematika penulisan / pembahasan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tinjauan umum dan tinjauan khusus mengenai teori yang digunakan dan keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini menjabarkan teori yang akan digunakan tentang penjelasan secara umum mulai dari definisi, yang berkaitan

8 dengannya. Tinjauan khusus terkaitan dengan tinjauan data-data proyek Sekolah Luar Biasa secara lebih spesifik, terdiri dari sejarah, visi dan misi, kebutuhan aktifitas dan fasilitas, pelaku kegiatan, struktur organisasi, pengelolaan dan operasional kegiatan, kapasitas pelayanan dan lainnya. BAB III METODE PERANCANGAN Membahas tentang tinjauan data-data proyek yang diambil dan penjelasan analisis proyek secara lebih spesifik. Analisis yang dilakukan berupa studi kasus dan penyelesaian masalah dalam perencanaan dan perancangan Sekolah Luar Biasa. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menguraikan tentang penekanan dan penjelasan konsep desain yang digunakan sebagai pedoman dasar dalam perencanaan dan perancangan interior Sekolah Luar Biasa Tunagrahita dan Tunarungu. Berisi tentang pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan objek penelitian dalam landasan perencanaan dan perancangan interior, analisis permasalahan dalam aspek interior, fungsional, teknis, kinerja, arsitektural desain, karakter bangunan, lokasi proyek pembangunan, prospek perkembangan Sekolah Luar Biasa. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan. Semua yang telah dijelaskan pada Bab I-IV akan dirangkum dan dijabarkan di bab V.