Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing

dokumen-dokumen yang mirip
Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI HASH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Teknik Watermarking Citra Digital Dalam Domain DCT (Discrete Cosine Transform) Dengan Algoritma Double Embedding

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT) BERBASIS ALGORITMA GENETIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Watermarking Citra Digital Berwarna Dalam Domain Discrete Cosine Transform (DCT) Menggunakan Teknik Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

BAB II LANDASAN TEORI

PENYISIPAN WATERMARK MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM PADA CITRA DIGITAL

ADAPTIVE WATERMARKING CITRA DIGITAL DENGAN TEKNIK DISCRETE WAVELET TRANSFORM-DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN NOISE VISIBILITY FUNCTION

ALGORITMA DETEKSI ADAPTIF BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL DALAM DOMAIN TRANSFORMASI

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Blind Watermarking Citra Digital Pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform) Irfan Hilmy Asshidiqi ( )

PERBANDINGAN KUALITAS WATERMARKING DALAM CHANNEL GREEN DENGAN CHANNEL BLUE UNTUK CITRA RGB PADA DOMAIN FREKUENSI ABSTRAK

SISTEM PENGENAL ARAH PANDANG MATA PADA PENGENDARA MOBIL

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN TEKNIK PENYEMBUNYIAN DATA DALAM DOMAIN SPASIAL DAN DOMAIN FREKUENSI PADA IMAGE WATERMARKING

Penerapan Watermarking pada Citra berbasis Singular Value Decomposition

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

OPTIMASI AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOSITON MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

STEGANOGRAFI GANDA PADA CITRA BERBASISKAN METODE LSB DAN DCT DENGAN MENGGUNAKAN DERET FIBONACCI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DIGITAL AUDIO WATERMARKING BERBASIS LIFTING WAVELET TRANSFORM PADA DOMAIN FREKUENSI DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM

METODE BLIND IMAGE-WATERMARKING BERBASIS CHAOS DALAM RANAH DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT)

PERANCANGAN DAN ANALISIS STEGANOGRAFI VIDEO DENGAN MENYISIPKAN TEKS MENGGUNAKAN METODE DCT

Pada tugas akhir ini citra yang digunakan adalah citra diam.

STEGANALISIS CITRA DIGITAL BERBASIS DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR

STUDI DAN IMPLEMENTASI NON BLIND WATERMARKING DENGAN METODE SPREAD SPECTRUM

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

STMIK MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. ANALISIS MASALAH

Kombinasi Teknik Steganografi dan Kriptografi dengan Discrete Cosine Transform (DCT), One Time Pad (OTP) dan PN-Sequence pada Citra Digital

BAB II. DASAR TEORI 2.1 CITRA DIGITAL

Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT)

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

Studi Perbandingan Metode DCT dan SVD pada Image Watermarking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK MODIFIKASI INTENSITAS PIKSEL DAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT)

BAB II LANDASAN TEORI

Implementasi Algoritma Blind Watermarking Menggunakan Metode Fractional Fourier Transform dan Visual Cryptography

PERBAIKAN KUALITAS CITRA BERWARNA DENGAN METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT)

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. perancangan dan pembuatan akan dibahas dalam bab 3 ini, sedangkan tahap

Perlindungan Hak Cipta Gambar dengan Watermarking menggunakan Metoda Discrete Wavelet Transform

IMPLEMENTASI STEGANOGRAPHY MENGGUNAKAN ALGORITMA DISCRETE COSINE TRANSFORM

Image Watermarking untuk Citra Berwarna dengan Metode Berbasis Korelasi dalam Ranah DCT

IMAGE ENHANCEMENT MENGGGUNAKAN METODE LINEAR FILTERING DAN STATIONARY WAVELET TRANSFORM

WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

TUGAS SEKURITI KOMPUTER

WATERMARKING PADA BEBERAPA KELUARGA WAVELET

ABSTRAK. Kata kunci : Watermarking, SVD, DCT, LPSNR. Universitas Kristen Maranatha

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

DIGITAL WATERMARKING DALAM DOMAIN SPATIAL MENGGUNAKAN PENDEKATAN BLOK

Teknik Watermarking dalam Domain Wavelet untuk Proteksi Kepemilikan pada Data Citra Medis

Peningkatan Kompresi Citra Digital Menggunakan Discrete Cosine Transform 2 Dimension (DCT 2D)

REVERSIBLE DATA HIDING. Iwan Setyawan Anton Dharmalim Fakultas Teknik Program Studi Teknik Elektro UKSW JL. Diponegoro No Salatiga 50711

PERBANDINGAN PENGGUNAAN PARAMETER DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN PARAMETER MOMEN ZERNIKE DALAM MENGINDEKS CITRA. Intisari

2

Digital Watermarking. Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi. Oleh: Rinaldi Munir

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL BERDASARKAN CIRI TEKSTUR MENGGUNAKAN WAVELET

STUDI DAN IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIJITAL DENGAN PENDEKATAN DISCRETE COSINE TRANSFORM

PENYISIPAN WATERMARK PADA CITRA GRAYSCALE BERBASIS SVD

BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION (SVD)

STEGANOGRAFI CITRA DIGITAL DENGAN METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAUBECHIES 4 TUGAS AKHIR

Bahan Kuliah IF4020 Kriptografi. Oleh: Rinaldi Munir. Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

PEMBIMBING : Dr. Cut Maisyarah Karyati, SKom, MM, DSER.

ANALISA WATERMARKING MENGGUNAKAN TRASNFORMASI LAGUERRE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ROBUST BLIND WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI KOEFISIEN DISCRETE WAVELET TRANSFORM

Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform

Kata Kunci : non-blind watermarking, complex wavelet transform, singular value decomposition.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PEMULA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Implementasi Teknik Watermarking menggunakan FFT dan Spread Spectrum Watermark pada Data Audio Digital

BAB I PENDAHULUAN I-1

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL

PERANCANGAN AUDIO WATERMARKING BERBASIS DISCRETE WAVELETE TRANSFORM DAN MODIFIED DISCRETE COSINE TRANSFORM DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA

BLIND WATERMARKING ADAPTIF PADA CITRA DIGITAL BERDASARKAN NOISE VISIBILITY FUNCTION DALAM DOMAIN DWT-DCT

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan-penyimpangan berupa penduplikatan-penduplikatan atau

FRAGILE IMAGE WATERMARKING BERBASIS DCT DENGAN OPERATOR EVOLUSI HYBRID OF PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TRANSFORMASI HYBRID DWT DAN DCT SKRIPSI. Oleh : Ali Ischam J2A

WATERMARKI G PADA DOMAI FREKUE SI U TUK MEMBERIKA IDE TITAS (WATERMARK) PADA CITRA DIGITAL

PENGAMANAN INFORMASI GAMBAR FORMAT GIF DENGAN TEKNIK WATERMARKING METODE DCT(DISCRETE COSINE TRASFORM) KOMPETENSI JARINGAN KOMPUTER [SKRIPSI]

IMPLEMENTASI WATERMARKING UNTUK PENYEMBUNYIAN DATA PADA CITRA DALAM DOMAIN FREKUENSI MENGGUNAKAN DISCRETE COSINE TRANSFORM

IMPLEMENTASI DIGITAL WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM (DHT)

Aplikasi Metode Steganografi Berbasis JPEG dengan Tabel Kuantisasi yang Dimodifikasi Kris Reinhard /

BAB 2 LANDASAN TEORI

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI AUDIO WATERMARKING MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION (SVR) BERDASARKAN KOMBINASI DWT DAN DCT

A B C D E A -B C -D E

IMPLEMENTASI ALGORITMA ADAPTIVE WATERMARKING PADA PELABELAN IDENTITAS FILE CITRA DIGITAL

Transkripsi:

Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing Kuntadi Widiyoko 1, Iwan Setyawan 2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen SatyaWacana, Salatiga 1 612007009@student.uksw.edu, 2 iwan.setyawan@ieee.org Ringkasan Pada tulisan ini dirancang sistem image hashing dengan berbagai tipe. Tipe 1 merupakan sistem image hashing yang cara kerjanya membandingkan nilai mean citra dengan mean tiap blok dalam citra tersebut. Tipe 2 adalah sistem image hashing yang membandingkan nilai median citra dengan median tiap blok. Tipe 3 merupakan sistem image hashing yang membandingkan nilai mean sebuah blok dengan blok selanjutnya dalam 1 citra. Tipe 4 adalah pengembangan tipe 3, yaitu dengan terlebih dahulu mengacak blok-blok citra. Tipe 5 adalah image hashing yang membandingkan nilai-nilai koefisien DCT tiap blok. Kinerja kelima tipe tersebut diuji dari sisi ketahanannya dalam menghadapi gangguan seperti kompresi JPEG, sharpening, histogram equalization dan low pass filtering. Kata kunci: image hashing, DCT, median, mean, citra digital 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi saat ini membuat banyak data multimedia yang disimpan dalam bentuk digital untuk mempermudah pengaksesannya. Namun, hal ini juga membuat merebaknya aplikasi-aplikasi untuk mempermudah manipulasi data digital [1]. Diperlukan suatu proses otentikasi untuk melindungi data-data tersebut. Proses otentikasi akan memilah apakah sebuah data multimedia mengalami manipulasi atau tidak. Salah satu bentuk otentikasi adalah dengan cara membandingkan nilai hash data yang akan diuji keasliannya dengan data aslinya. Untuk menghasilkan hash tersebut banyak digunakan algoritma-algoritma seperti MD5 atau SHA1. Hash ini akan berubah bila terdapat perubahan sekecil apa pun pada data multimedia tersebut. Perubahan tersebut bisa terjadi karena proses yang sederhana seperti kompresi atau pemfilteran [2]. Tetapi dalam beberapa aplikasi seperti watermarking dan pengindeksan data multimedia, hash yang dihasilkan pada proses image hashing yang dilakukan harus memiliki ketahanan (robustness) terhadap gangguan sederhana [3]. Tulisan ini berisi hal-hal sebagai berikut. Pada bagian 2 dibahas tentang mean dan median, pada bagian 3 dibahas tentang discrete cosine transform, bagian 4 berisi tentang cara kerja sistem yang dirancang, pada bagian 5 berisi tentang percobaan dan hasilnya sedangkan pada bagian 6 berisi tentang kesimpulan dan saran. 205

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 205 212 2. Mean dan Median Mean atau rata-rata adalah ukuran pemusatan lokasi yang banyak digunakan, dan paling mudah untuk dihitung [4]. Median adalah rerata posisi, karena median adalah nilai bilangan di tengah pada sekumpulan data. Median ditentukan dengan cara menyusun deretan bilangan dalam suatu data, baik menaik maupun menurun, lalu menentukan bilangan yang ada di tengah [5]. Secara matematis mean (µ) dan median (M) dari sekumpulan data dengan jumlah elemen sebanyak n, X = {x 1, x 2,,x n} dicari menggunakan rumus: Μ = μ = / (/) untuk n ganjil untuk n genap (1) (2) (a) Barbara (b) Boat (c) Mean lokal Barbara (d) Mean lokal Boat (e) Median lokal Barbara (f) Median lokal Boat Gambar 1. Perbandingan mean dan median lokal dua buah citra 206

Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing Kuntadi Widiyoko, Iwan Setyawan Setiap citra grayscale memiliki nilai mean dan median lokal yang berbeda tergantung dari konten lokal citra tersebut. Nilai mean dan median lokal yang berbeda ini bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan deretan nilai hash yang mempunyai sifat unik dan berbeda antara satu citra dengan citra yang lain. 3. Discrete Cosine Transform Discrete Cosine Transform (DCT) adalah sebuah transformasi linear yang sering dilakukan pada pengolahan sinyal. Selain untuk pengolahan sinyal, DCT juga dimanfaatkan untuk pengolahan citra pada ranah frekuensi seperti untuk kompresi citra pada JPEG dan pengenalan pola [6]. Transformasi ini akan mengubah citra dari domain spasial menjadi citra pada domain frekuensi [7]. Pada tulisan ini transformasi DCT 2 dimensi terhadap sebuah blok citra dengan ukuran M N dilakukan menurut persamaan berikut. B(p, q) = α α A(m, n) cos () cos (), (3) untuk 0 p M-1 dan 0 q N-1, dan:, p = 0 α =, p lainnya, q = 0 α =, q lainnya Pada persamaan (3), A(m, n) adalah citra masukan sedangkan B(p, q) merupakan koefisien DCT ke (p, q). 4. Cara Kerja Sistem Pada tulisan ini cara kerja sistem image hashing yang dirancang dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah perancangan pada ranah spasial menggunakan mean dan median lokal. Bagian kedua adalah perancangan pada ranah frekuensi menggunakan statical invariance koefisien DCT. 4.1. Lokal Mean dan Median Pertama-tama dicari nilai mean (m p) dan nilai median dari citra masukan. Selanjutnya citra masukan yang berukuran M N akan dibagi menjadi P blok dengan ukuran yang sama. Pada tiap blok akan dicari nilai mean atau median. Pada image hashing tipe 1 hash citra diperoleh dengan membandingkan nilai mean tiap blok ini dengan nilai m p. Bila nilai mean sebuah blok lebih besar daripada nilai m p akan diperoleh nilai bit hash sama dengan 1, sedangkan bila nilai mean sebuah blok lebih kecil daripada nilai m p akan diperoleh bit hash sama dengan 0. Pada image hashing tipe 2 hash citra diperoleh dengan cara membandingkan nilai median tiap blok citra dengan nilai median citra. Bila nilai median suatu blok lebih besar daripada nilai median citra akan diperoleh bit hash sama dengan 1, sedangkan bila nilai median suatu blok lebih kecil dari pada nilai median citra akan diperoleh bit hash sama dengan 0. 207

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 205 212 Pada image hashing tipe 3 hash citra diperoleh dengan membandingkan nilai mean sebuah blok dengan nilai mean blok selanjutnya. Bila nilai mean blok tersebut lebih besar daripada nilai mean blok selanjutnya, akan diperoleh bit hash sama dengan 1, sedangkan bila nilai mean tersebut lebih kecil akan diperoleh bit hash sama dengan 0. Image hashing tipe 4 memiliki prinsip seperti image hashing tipe 3, akan tetapi pada tipe ini blok-blok citra terlebih dahulu diacak sebelum dilakukan proses perbandingan. Pada tulisan ini, keempat tipe yang sudah dijelaskan diatas akan menghasilkan nilai hash biner sepanjang P bit. CITRA MASUKAN CARI MEAN (m p) dan MEDIAN CITRA MASUKAN CITRA UJI DIBAGI DALAM BLOK PERHITUNGAN HASHING MENCARI LOKAL MEAN DAN MEDIAN TIAP BLOK Gambar 2. Cara kerja image Hashing dengan lokal mean dan median. 4.2. Sifat Statiscal Invariance Koefisien DCT Image hashing tipe 5 yang dibahas pada tulisan ini memanfaatkan koefisien DCT pada citra. Citra masukan berukuran M N yang berupa grayscale selanjutnya dibagi menjadi blok-blok bi dengan i = 1, 2, 3,..., P. Selanjutnya transformasi DCT diterapkan pada tiap blok tersebut. Dari masing-masing blok, 9 koefisien AC pertama (diambil menggunakan aturan zig-zag seperti pada Gambar 2) dimanfaatkan untuk menyusun hash. Koefisien DCT yang diambil dari blok ke-i disimbolkan dengan sij, dengan j = 1, 2,, 9. Kumpulan koefisien DCT tersebut disimpan dalam matriks x = (s1j, s2j,..., spj). Gambar 3. Aturan pengambilan koefisien DCT dengan zig-zag order. Langkah selanjutnya adalah menerapkan Persamaan Maximum Likelihood (ML) [8] terhadap xj, yaitu elemen-elemen matriks x, sebagai berikut. dengan : f = () + log x φ(τ) = γ + (1 t )(1 t) dt (4) (5) 208

Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing Kuntadi Widiyoko, Iwan Setyawan Pada Persamaan (4), γ = 0.577 dan v = 1. Dari hasil perhitungan ini akan didapat 9 nilai statistical invariance vj. Masing-masing nilai vj akan dibandingkan satu dengan yang lain sehingga mendapatkan hash berupa angka biner sepanjang 36 bit. CITRA MASUKAN CITRA UJI DIBAGI DALAM BLOK DCT TIAP BLOK PERHITUNGAN HASHING PERHITUNGAN DENGAN ML AMBIL 9 KOMPONEN AC PERTAMA (ZIG- ZAG ORDER) Gambar 4. Cara kerja image hashing dengan DCT 5. Percobaan dan Hasil Pada percobaan ini digunakan citra grayscale dengan ukuran M N = 256 256 pixel. Pada percobaan tipe 1-4 citra masukan dibagi menjadi P = 1024 blok dengan tiap blok berukuran 8 8 pixel. Untuk tipe 5 citra masukan dibagi menjadi P = 256 blok, masingmasing berukuran 16 16 pixel. Kinerja sistem image hashing yang dinilai dengan menghitung rata-rata hamming distance antara dua buah hash. Perhitungan hamming distance Hd antara dua buah hash h dan h dilakukan sebagai berikut. dengan H = δ(h, h ) (6) δ(h, h ) = 1, h h_i 0, h = h_i Hasil percobaan untuk menguji ketahanan hash terhadap gangguan ditampilkan pada Tabel 1-4. Pada gambar 5, ditampilkan grafik perbandingan hasil hamming distance antar hash citra yang berlainan dengan menggunakan kelima tipe image hashing yang dirancang. Hasil yang ditunjukkan pada gambar ini menunjukkan seberapa unik hash yang dihasilkan. Tabel 1 menunjukkan hasil rata-rata hamming distance kelima tipe image hashing yang digunakan ketika mendapat gangguan berupa histogram equalization dan sharpening. Terlihat tipe 4 lebih tahan menghadapi histogram equalization dengan rata-rata kesalahan sebesar 0,022, sedangkan untuk gangguan berupa sharpening tipe 1 lebih unggul dengan rata-rata kesalahan sebesar 0,025. Tabel 1. Rata-rata hamming distance tiap tipe dengan gangguan histogram equalization dan sharpening TIPE HISTEQ SHARPENING 1 0,071 0,025 2 0,024 0,034 3 0,027 0,065 4 0,022 0,033 5 0,111 0,191 (7) 209

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 205 212 Tabel 2 merupakan hasil rata-rata hamming distance kelima tipe image hashing yang digunakan ketika mendapat gangguan berupa filter Gaussian dengan variasi sigma antara 0.05-0.5. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa Tipe 1 memiliki ketahanan yang paling baik terhadap gangguan berupa filter Gaussian. Tabel 2. Rata-rata hamming distance tiap tipe dengan gangguan berupa filter Gaussian SIGMA Tipe 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 1 0 0 0 0 0 0,00006 0,00039 0,00115 0,00195 0,00287 2 0 0 0 0 0 0,00020 0,00061 0,00131 0,00291 0,00398 3 0 0 0 0 0 0,00057 0,00201 0,00490 0,00932 0,01287 4 0 0 0 0 0 0,00014 0,00065 0,00195 0,00330 0,00469 5 0 0 0 0 0 0,00167 0,00556 0,00167 0,00556 0,02389 Tabel 3 merupakan hasil rata-rata hamming distance kelima tipe image hashing ketika mendapatkan gangguan berupa kompresi JPEG dengan nilai Q-factor antara 25-90. Nilai Q-factor makin kecil menunjukkan tingkat kompresi yang makin tinggi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tipe 1 memiliki ketahanan paling tinggi terhadap kompresi JPEG. Tabel 3. Rata-rata hamming distance tiap tipe dengan gangguan berupa kompresi JPEG Tipe 1 2 3 4 5 Q-factor 25 0,008 0,021 0,098 0,019 0,051 30 0,005 0,017 0,086 0,016 0,038 35 0,004 0,016 0,075 0,014 0,039 40 0,005 0,014 0,068 0,013 0,033 45 0,004 0,013 0,062 0,011 0,025 50 0,004 0,014 0,057 0,009 0,022 55 0,003 0,012 0,053 0,009 0,019 60 0,003 0,012 0,049 0,008 0,021 65 0,002 0,011 0,043 0,007 0,019 70 0,003 0,011 0,039 0,007 0,016 75 0,001 0,010 0,033 0,005 0,013 80 0,001 0,009 0,025 0,004 0,013 85 0,001 0,008 0,021 0,003 0,010 90 0,001 0,007 0,014 0,002 0,009 Gambar 5 merupakan perbandingan rata-rata hamming distance bila nilai hash dua buah citra uji yang berbeda dibandingkan nilai. Suatu sistem hash yang baik seharusnya menghasilkan hamming distance sekitar 0.5, yang menunjukkan bahwa kurang lebih 50% bit hash memiliki perbedaan. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa hal ini dipenuhi oleh tipe 1, 2, 3 dan 4. Sementara itu, tipe 5 menghasilkan hamming distance yang kecil jika terdapat kemiripan antara dua citra yang dibandingkan. Perlu diperhatikan pada tulisan ini antara image hashing tipe 1-4 dengan tipe 5 memiliki perbedaan jumlah bit hash yang dihasilkan. Perbedaan ini akan berpengaruh pada hasil rata-rata hamming distance. 210

Perbandingan Penggunaan Mean Lokal, Median Lokal dan Invarians Statistik Koefisien DCT dalam Perancangan Image Hashing Kuntadi Widiyoko, Iwan Setyawan Gambar 5. Perbandingan hasil rata-rata hamming distance antar citra yang berbeda 5. Kesimpulan dan Saran Image hashing dapat disusun dengan memanfaatkan mean dan median lokal suatu citra. Pemanfaatan mean dan median lokal memberikan tingkat ketahanan yang tinggi dalam menghadapi gangguan berupa operasi histogram equalization, sharpening, filter Gaussian dan kompresi JPEG. Pada percobaan didapat hasil tipe 1 memiliki ketahanan tertinggi terhadap sharpening, kompresi JPEG dan filter Gaussian, sedangkan tipe 4 memiliki ketahanan tertinggi terhadap operasi histogram equalization. Selain memanfaatkan lokal mean dan median, pada tulisan ini dilakukan juga pembuatan image hashing dalam ranah frekuensi dengan memanfaatkan sifat invarians statistik koefisien DCT. Sistem image hashing dengan memanfaatkan koefisien DCT memiliki kinerja yang cukup baik terhadap serangan, meskipun bukan merupakan yang memiliki kinerja terbaik. Sistem ini peka terhadap konten citra, yaitu dua citra dengan konten yang mirip akan menghasilkan hash dengan perbedaan yang lebih kecil dibandingkan dengan citra dengan konten yang berbeda. Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut terhadap sistem image hashing tipe 5 (menggunakan koefisien DCT). Penelitian perlu difokuskan pada efek penambahan jumlah koefisien DCT yang digunakan dalam image hashing terhadap kinerja sistem dalam menghadapi gangguan. 6. Daftar Pustaka [1] M. Wu dan B. Liu, Multimedia Data Hiding, Springer-Verlag, 2002. [2] F. Liu, H.Y. Leung, L.M. Cheng dan X.Y. Ji, Content-based image hashing using wave atoms, Chinese Physical Society and IOP, 2012. [3] A. Swaminathan, Y. Mao, dan M. Wu, Image Hashing Resilient To Geometric And Filtering Operations, ECE Department, University of Maryland, College Park, U.S.A. [4] P. Waxmann, Business Mathematics and Statistics, 3rd edition, Prentice Hall, Victoria, 1993. [5] Wijanarto, Image Retrieval Berdasarkan Properti Statistik Histogram, Jurnal Techno Science, 2009. 211

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 Hal 205 212 [6] S. Syarif, N. Harun, M. Tola, M.W. Tjaronge, Z.B. Hasanuddin, Z. Jamid, dan R.Z. Asgar, Sistem Cerdas Deteksi Citra Dengan Metode Discrete Cosine Transform, PROSIDING, 2012. [7] E.Y. Hidayat dan F.N. Adnan, Hybrid DWT-DCT Watermarking Citra Digital Menggunakan Metode Comparison-Based Correlation Embedding, Semantik, Semarang, 2012. [8] F.X. Yu, Z.M. Lu, Y.Q. Lei dan Y.G. Wang, Robust Image Hashing Based on Statistical Invariance of DCT Coeficients, Journal of Information Hiding and Multimedia Signal Processing, 2010. 212