BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah (eritrosit) di dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin ibu hamil< 11

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disepakati disebut Low Birth Weigth Infant atau Berat Bayi Lahir Rendah. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. proses selanjutnya. Proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Yane Liswanti, Dina Ediana 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

KONSELING ZAT BESI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS NY. E SUMUR PANGGANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi. (Hani, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. darah merah normal adalah 5juta/mm 3 (Soebroto,2009,p.15).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan. Tujuan ANC menurut Manuaba (2009) adalah :

sumsum tulang (Wikjosastro, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jangan buang waktu, tenaga dan biaya anda sia-sia. Solusi mencari KTI Kebidanan tercepat dan terlengkap di internet hanya di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI, 2007), angka nasional untuk AKI sebesar 228 per

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hemotrokit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Pengertian Tablet tambah darah. darah merah (Hemoglobin) (Soebroto, 2009) Menurut Almatsier (2002)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

KARAKTERISTIK YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGUN KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia a. Pengertian Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah (eritrosit) menurun atau menurunnya haemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. (Tarwoto, 2007) Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr/dl pada trimester II (Saifuddin, 2002). Menurut Depkes (2001) anemia dibagi menjadi dua derajat yaitu anemia sedang bila kadar Hb 8-11 gr% dan anemia berat bila kadar Hb kurang dari 8 gr/dl. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1998 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal ( 11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar haemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar haemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl. 7

b. Etiologi Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil 1) Faktor Dasar a) Sosial ekonomi Menurut Istiarti (2000) menyatakan bahwa perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi. Sekitar 2/3 wanita hamil di negara berkembang diperkirakan menderita anemia dibanding di negara maju yaitu hanya 14 %. b) Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya (Istiarti, 2000). Kebutuhan ibu hamil akan zat besi (Fe) meningkat 0,8 mg sehari pada trimester I dan meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung dengan pengetahuan ibu hamil yang kurang terhadap peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil sehingga menyebabkan mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil. Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi 8

tablet zat besi (Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). (Arisman, 2004) c) Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu hamil yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola konsumsinya. Apabila pola konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi, sehingga kemungkinan besar bisa terhindar dari masalah anemia. (Jamaludin, 2004) d) Budaya Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh terjadinya anemia. Pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, serta pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus misalnya ibu hamil, bayi, ibu nifas merupakan kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang menghambat terciptanya pola hidup sehat dimasyarakat. 9

2) Faktor Tidak Langsung a) Kunjungan Antenatal Care (ANC) Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Menurut Arisman (2004) kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal. Dengan ANC keadaan anemia ibu akan lebih dini terdeteksi, sebab pada tahap awal anemia pada ibu hanil jarang sekali menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan timbul setelah anemia sudah ke tahap yang lanjut. b) Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim (Pusdiknakes, 2003). Paritas 3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan dengan jarak kehamilan terlalu dekat < 2 tahun. Hal ini menurut Arisman (2004) disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh ibu. c) Umur Ibu hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) tidak atau belum siap untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan janin. Di samping itu akan terjadi 10

kompetisi makanan antar janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil di atas 30 tahun lebih cenderung mengalami anemia hal ini di sebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1999) d) Menderita sakit selama hamil Riwayat kesehatan dan penggunaan obat membantu dokter dalam penyiapan gizi khusus. Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat besi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilannya yang sedang ia jalani (Arisman, 2004) 3) Faktor Langsung a) Pola konsumsi tablet besi (Fe) Pada trimester ke 2 dan ke 3, faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya anemia kehamilan adalah konsumsi tablet besi (Fe) dan kadar hemoglobin pada trimester sebelumnya. Konsumsi tablet besi (Fe) sangat berpengaruh terhadap terjadinya anemia khususnya pada trimester II, trimester III dan masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada masa ini lebih besar di banding pada trimester I dan menunujukkan pentingnya pemberian tablet besi (Fe) untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan dan nifas. (Notobroto, 2003) 11

Defisiensi makanan atau kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap gizi ibu hamil merupakan predisposisi terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia. (Saifuddin,2001) Penyebab anemia gizi besi di karenakan kurang masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan. Sementara itu kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan jumlah zat besi yang di perlukan selama hamil adalah 1040 mg. Sebanyak 300 mg Fe di transfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg hilang ketika melahirkan. Kebutukan Fe selama kehamilan trimester 1 relatif sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari, jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya melalui makanan. (Arisman, 2004) b) Penyakit infeksi Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit. (Wiknjosastro, 2004) 12

c) Perdarahan Penyebab anemia besi juga di karenakan terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya perdarahan. (Wiknjosastro, 2004) c. Kejadian anemia pada ibu hamil 1) Fisiologis Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara lain hipervolemia yang terjadi pada saat kehamilan. Pada wanita hamil sehat volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi akibat peningkatan plasma bukan peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu sekitar 450 ml atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma sehingga terjadi hemodilusi. Pada awalnya, volume plasma meningkat pesat dari usia gestasi sekitar 6 minggu, kemudian laju peningkatan melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester kedua dan lajunya memuncak pada trimester ketiga. Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi penting antara lain; mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran haemoglobin pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk mendorong 13

darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari pengebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil. Kebutuhan ibu hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada trimester dua (puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) pada ibu hamil sehingga haemoglobin akan mengalami penurunan, mengakibatkan anemia kehamilan fisiologis. 2) Patologis Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. d. Penyebab anemia Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1) Kurang gizi (malnutrisi) 2) Kurang zat besi dalam diit 3) Malabsorpsi 14

4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5) Kehamilan karena dibutuhkan lebih banyak zat besi bagi pertumbuhan janin. 6) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis) 7) Kebutuhan zat besi meningkat a) Infeksi kronis b) Infeksi akut yang berulang e. Tanda dan Gejala Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, lemah, lesu, sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pada pemeriksaan pasien tampak pucat yang mudah dilihat pada konjungtiva (bagian dalam kelopak mata) mukosa (selaput bagian dalam) mulut, telapak tangan dan jaringan bawah kuku. (Manuaba, 2001) f. Diagnosis 1) Anamnesa a) Keluhan Meningkatnya cardiac output terjadi agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen. Ibu mengeluh berdebar-debar sebagai 15

akibat hiperaktivitas jantung. Peningkatan aliran darah mengakibatkan terdengarnya suara aliran darah pada telinga. Sesak nafas saat bekerja berat merupakan karakteristik klinis anemia. Walaupun jarang terjadi, dapat berhubungan dengan ancaman terjadinya gagal jantung kongestif. Jika hipoksia jaringan menetap dapat terjadi gejala seperti nyeri kepala, sempoyongan, pingsan, lemah, letargi, mudah lelah dan penurunan fungsi kognitif. b) Penyakit yang diderita c) Konsumsi nutrisi dan vitamin 2) Pemeriksaan Fisik a) Konjungtiva anemis b) Pucatnya membran mukosa, kuku, dan telapak tangan 3) Pemeriksaan Laboratorium (Kadar Hb) g. Klasifikasi anemia pada kehamilan Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut: 1) Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. 16

Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl / bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002). Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan kadar Hb lebih cepat yaitu 2 gr/dl / bulan (Manuaba, 2001). Untuk menegakan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan laboratorium. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Cianmet, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan Cianmet dapat digolongkan sebagai berikut: a) Hb 11 gr% : Tidak anemia b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 17

c) Hb 7 8 gr% : Anemia sedang d) Hb < 7 gr% : Anemia berat e) (Mochtar, 1998) 2) Anemia Megaloblastik Anemia megalobiastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. Jarang sekali karena defisiensi vit B12. Anemia ini biasanya dijumpai pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran berdaun hijau, polong polongan dan protein hewani (Sarwono, 2007). a) Pengobatan (1) Diet nutrisi dengan tinggi vit B12 dan asam folat (2) Pemberian hydroxycobalamin IM 200 mg/ hari atau 1000 mg diberikan setiap minggu selama 7 hari. (3) Berikan asam folat 5 mg/ hari selama 4 bulan (Sarwono, 2007). b) Pencegahan Pada umunya asam folat tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah daerah dengan frekuensi anemia megalobiastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil maka besi harus ditambah dengan asam folat 18

c) Prognosis Anemia megalobiastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis cukup baik. Pengobatan dan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak perempuan akan asam folat jauh berkurang. (Sarwono, 2002). 3) Anemia Hipoplastik a) Pengertian anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik adalah anemia pada ibu hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel sel darah baru (Sarwono, 2007). b) Etiologi dan faktor resiko Menurut Sarwono (2007) anemia hipoplastik biasanya karena kehamilan hingga kini belum diketahui pasti kecuali yang disebabkan oleh sepsisi, sinar rontgen, racun dan obat obatan. c) Tanda dan gejala (1) Kelelahan, letih (2) Nyeri kepala (3) Nadi cepat, pucat (4) Mudah infeksi 19

(5) Perdarahan hidung dan gusi (6) Demam (Sarwono, 2007) d) Pengobatan (1) Memonitor adanya perdarahan (2) Transfusi darah (3) Pengobatan infeksi : jamur, bakteri (4) Tranplantasi sumsum tulang pasien dibawah umur 60 tahun (5) Diet yang bebas bakteri (6) Pendidikan kesehatan untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2007) e) Prognosis Biasanya anemia hepoplastik kehamilan, apabila wanita dengan selamat mencapai masa nifas, akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan kehamilan berikutnya biasanya wanita menderita anemia hepoplastik lagi. (Sarwono, 2007). 4) Anemia Hemolitik a) Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolistik biasanya sukar menjadi apabila dia hamil maka anemianya lebih berat (Sawrono, 2007). b) Tanda dan gejala (1) Anemia (2) Demam 20

(3) Kelemahan, pucat (4) Kekuningan (ikterik) c) Pengobatan (1) Pencegahan faktor resiko (2) Transfusi darah (3) Cairan adekuat (4) Pemberian asam folat (5) Pemberian eritropoitin (6) Pemberian kortikusferoid (7) Pendidikan kesehatan (Sarwono, 2007) h. Pengaruh anemia pada ibu hamil, bersalin, dan nifas Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 11 gr/dl disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar haemoglobin dalam darah dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia utein, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr/dl dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. (Prawirohardjo, 2005). Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat 21

menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: atonia uteri, retensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri. (Notobroto, 2003) i. Pencegahan anemia pada ibu hamil Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik (Hb lebih atau = 11 gr/dl), sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/ hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/ hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/ hari. Pencegahan yang dilakukan pada wanita usia reproduksi dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Selain melalui pengobatan, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan diet sehat dan tepat, antara lain dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, misalnya adalah hati, daging, kuning telur, ikan teri, susu, dan kacang- 22

kacangan seperti tempe dan susu kedelai, serta sayuran berwarna hijau tua, menjaga kebersihan lingkungan dan pribadi serta kontrol penyakit infeksi. Kepandaian dakam mengatur pola makan dengan mengkombinasikan zat besi dalam menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada waktu makan bisa membuat tubuh terhindar dari anemia. Hindarilah mengonsumsi makanan atau minuman yang menghambat penyerapan zat besi di dalam tubuh. Misalnya kopi. j. Pengobatan anemia pada ibu hamil Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya memperbanyak konsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti bayam. Juga makanan yang banyak mengandung vitamin C, seperti jeruk, tomat, mangga, dan sebagainya. Sebab kandungan asam askorbat dalam vitamin C bisa meningkatkan penyerapan zat besi. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl / bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002). Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 23

1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr/dl / bulan. (Manuaba, 2001). k. Penyebaran anemia di Indonesia Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester III didapati 23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita kekurangan besi. 2. Ibu hamil trimester III Adalah wanita yang sedang mengandung janin didalam rahim dan usia kehamilan 28-40 minggu dihitung dari haid pertama hari terakhir wanita tersebut. Masa kehamilan terutama Trimester III merupakan masa kritis dimana kebutuhan akan zat gizi akan meningkat. Jika zat besi dalam darah kurang maka kadar haemoglobin akan menurun yang mengakibatkan gangguan dan pertumbuhan janin. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kadar Hb ibu hamil trimester akhir dan tingginya angka anemia pada trimester III dapat mempengaruhi berat badan lahir Kebutuhan zat besi ibu hamil lebih meningkat pada kehamilan trimester II dan III. Pada masa tersebut kebutuhan zat besi tidak dapat diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu hariannya mengandung zat besi yang cukup, ibu hamil tetap perlu tambahan tablet besi atau vitamin yang mengandung zat besi. Zat besi bukan hanya penting untuk 24

memelihara kehamilan. Ibu hamil yang kekurangan zat besi dapat menimbulkan perdarahan setelah melahirkan, bahkan infeksi, kematian janin in uteri, cacat bawaan dan abortus. Zat besi juga penting saat menyusui. Zat besi pada masa ini banyak dikeluarkan melalui keringat, urine,dan kulit selain ASI. Kekurangan zat besi pada ibu hamil meningkatkan resiko kematian ibu hamil. Pada trimester III, metabolisme basal tetap naik terus. Pada masa ini umumnya nafsu makan baik sekali, dan wanita hamil selalu terasa lapar. Pemeriksaan kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai ibu terlalu gemuk, untuk menghindari kesulitan melahirkan kelak. Pada saat ini pula, kandungan sudah besar sekali sehingga menyebabkan lambung sedikit terdesak. Makanan yang porsinya terlalu besar menimbulkan rasa tidak enak. Karena itu dalam masa ini porsi makan sebaiknya kecil saja, namun sering, untuk mencegah kekurangan unsur unsur gizi.. 3. Zat besi a. Pengertian Zat besi adalah salah satu mineral penting yang diperlukan selama kehamilan, bukan hanya untuk bayi tapi juga untuk ibu hamil. Bayi akan menyerap dan mengunakan zat besi dengan cepat, sehingga jika ibu kekurangan masukan zat besi selama hamil, bayi akan 25

mengambil kebutuhanya dari tubuh ibu sehingga menyebabkan ibu mengalami anemia dan merasa lelah. (Sunririnah, 2008) Zat besi diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Sebagaimana yang telah diterangkan tadi bahwa fungsi ini juga dilakukan oleh folate. Kekurangan darah merah (anemia) akan menyebabkan anda rasa cepat letih, kulit menjadi pucat, dan sukar bernafas. Keperluan zat besi meningkat 100% dari 15mg sebelum kehamilan menjadi 30 mg selama kehamilan. (Sunririnah, 2008) b. Fungsi zat besi untuk ibu hamil Zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah, sementara sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan zat zat makanan keseluruh tubuh serta membantu proses metabolisme tubuh untuk mengahasilkan energi,jika asupan zat besi kedalam tubuh berkurang dengan sendirinya sel darah merah juga akan berkurang, tubuh pun akan kekurangan oksigen akibatnya timbullah gejala gejala anemia.(samuel, 2006) Penyerapan dan penggunaan zat besi adalah lebih baik dengan kehadiran vitamin C. Oleh karena itu, sebaiknya meminum pil zat besi dengan segelas air jeruk. Penyerapan zat besi pula dihambat oleh kehadiran kalsium dan juga minuman yang mengandungi kaffein seperti kopi dan teh. Maka tidak dianjurkan meminum pil zat besi dengan segelas susu atau air kopi. (Sue Jordan, 2004) 26

Keperluan zat besi meningkat bagi wanita yang hamil, yang mengeluarkan lebih sel darah merah untuk membekal fetus yang membesar dengan oksigen. (Ridwanaminuddin, 2007). c. Sumber-sumber zat besi Sumber makanan yang banyak mengandung zat besi adalah daging merah seperti daging lembu dan kambing, unggas, ikan, kerang, telur, sereal, bayam, kacang-kacanan kering, hati ayam atau sapi, dan lain-lain. Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. (Sunririnah, 2008) d. Hambatan pemberian zat besi 1) Sebagian besar sasaran tidak terjangkau oleh program 2) Ibu yang bersangkutan tidak merasakan kebutuhannya karena tidak merasa sakit 3) Efek samping (mual, muntah, dan konstipasi) dapat menyebabkan ibu-ibu enggan minum pil besi tersebut 4) Kelalaian untuk minum pil setiap hari. (Ernawati, 2000) e. Akibat kekurangan zat besi bagi ibu hamil Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan 27

menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil. Selain itu asupun zat besi sejak awal kehamilan cukup baik, maka janin akan menggunakannya untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, sekaligus menyimpan dalam hati sebagai cadangan sampai usia 6 bulan setelah dilahirkan. Sehingga kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia, kondisi meningkatkan resiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi dan keguguran. Selain itu juga zat besi sangat dibutuhkan perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. (Junita, 2006) Gejala kekurangan zat besi : 1) Lemah, lesu, tidak bergairah 2) Mudah pusing dan mata berkunang kunang 3) Gelisah dan mudah pingsan 4) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa 5) Nafsu makan menurun 6) Badan tidak bugar dan mudah lemah (Ridwamiruddin, 2007) f. Kebutuhan zat besi pada kehamilan Ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan, kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah: 1) 200 600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah 28

2) 200 370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya 3) 150 200 mg untuk kehamilan eksternal 4) 30 170 mg untuk tali pusat dan plasenta 5) 90 310 mg untuk mengantikandarah yang hilang saat melahirkan Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu dari rata rata 2,5 mg / hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg / hari. (Sue jordan, 2004) Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. (Manuaba, 2001) Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar dari 0,9 hingga 1,8 mg / hari dan ketersediaan ini bergantung pada kecukupan dietnya. Karena itu pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorpsi zat besi. (Sue jordan, 2004) g. Efek samping terapi zat besi pada ibu hamil Peningkatan absorpsi zat besi dapat menambah intensitas efek samping yang dialami pasien. (Smith, 2002) Suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi (kadang kadang diare). Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat tergantung 29

pada jumlah elemen zat besi yang diserap. Takaran zat besi diatas 60 mg dapat menimbulkan efek samping yang tidak biasa diterima pada ibu hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan dalam pemakaian obat jadi tablet zat besi dengan dosis rendah lebih cenderung ditoleransi (dan diminum) dari pada dosis tinggi. Jika mungkin, terapi mulai dengan dosis rendah. Bagi banyak wanita, pemberian dengan dosis rendah sudah memadai. (Smith, 2002) h. Dosis tablet zat besi pada ibu hamil Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat. Selama kehamilan minimal di berikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan di berikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. 1) Pemberian tablet zat besi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat sebelum tidur malam 2) Pemberian zat besi harus dibagi serta dilakukan dengan interval sedikitnya 6 8 jam, dan kemudian interval ini ditingkatkan hingga 12 atau 24 jam jika timbul efek samping 3) Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat besi dengan segera 30

4) Minum tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah makan selain dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi. (Sue Jordan, 2004) 4. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007) Pada dasarnya manusia melewati dengan dua cara sehingga dalam otaknya ada bayangan, mengetahui lewat indera (perceive) dan mengetahui lewat akal (conseive). Pengetahuan yang di peroleh lewat indera yang di sebut terapan (perception) dan yang diperolrh lewat akal disebut pengertian (conception). Pengetahuan persepsi mengacu pada hal hal konkrit, sedangkan pengetahuan konsepsi mengacu pada hal hal abstrak. (Notoatmodjo, 2007) Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat 31

dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetauan juga dapat mengubah kebiasaan masyarakat dari yang positif menjadi yang lebih positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan. (Notoatmodjo, 2007) b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk juga mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainnya. 2) Memahami (Comprehension ) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjalankan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat meninteprestasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (Aplication) Diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari. Aplikasi dapat di artikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. 32

4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesi ) Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru. 6) Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan diukur dari objek penelitian. c. Faktor faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Dalam proses seseorang mengetahui akan di pengaruhi oleh beberapa hal atau faktor, menurut Sukmadinata (2003) faktor yang mempengaruhi digolongkan menjadi dua yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal meliputi jasmani dan Rohani, 33

sedangkan Eksternal meliputi pendidikan, paparan media massa, hubungan sosial dan pengalaman yaitu di jelaskan sebagai berikut: 1) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan. 2) Paparan media massa Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lainlain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa. 3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder. 4) Hubungan Sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat 34

berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi. 5) Pengalaman Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. Dengan demikian pengetahuan ibu tentang zat besi berpengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas akan dapat mengambil keputuan yang lebih rasionl, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pengetahuan lebih sempit. (Depkes RI, 2002) 35

B. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat di gunakan kerangka teori sebagai berikut : Predisposing Factor : Pengetahuan Sikap Tindakan Enabling Factor : - Kekurangan zat besi - Kehilangan darah - Gangguan produksi hemoglobin - Menstruasi Berat Anemia Pada Ibu Hamil Reinforcing Factor : - Keluarga - Petugas kesehatan Keterangan : = yang diteliti ----------- = yang tidak diteliti Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003 Gambar 2.1. Skema Kerangka Teori 36

C. Kerangka Konsep Frame work atau kerangka konsep adalah suatu yang abstrak, logical secara harfiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan Body Knowledge ( Nursalam, 2003 ) Pada penelitian ini kerangka konsepnya adalah sebagai berikut : Variabel Independen: Pengetahuan Ibu hami trimester III tentang Zat besi Variabel Dependen: Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep D. Hipotesis Penelitian Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. (Notoatmodjo, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang zat besi dengan kejadian anemia. Ho : Tidak ada pengetahuan ibu hamil trimester III tentang zat besi dengan kejadian anemia. 37