BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif disajikan untuk memberikan informasi karakteristik variabel penelitian khususnya mengenai rata-rata (mean), maksimum, minimum dan standar deviasi. Pada Tabel 5.1 disajikan pengujian statistik deskriptif mengenai pengaruh audit tenure, reputasi KAP dan kertas kerja permanen pada kualitas audit. Table 5.1 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Akrual Lancar 234-1.259 1.670.15722.571246 Kertas Kerja Audit 234.500 1.000.85940.118726 Audit Tenure 234 1 4 1.66.830 Reputasi KAP 234 0 1.77.422 Valid N (listwise) 234 Sumber : Lampiran (Data diolah 2015) Tabel 5.1 menunjukkan nilai statistik deskriptif dari masing-masing variabel. Penjelasan mengenai statistik deskriptif untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut; Jumlah pengamatan untuk variabel akrual lancar adalah sebesar 234 pengamatan yang diperoleh dari 39 perusahaan (LQ 45) dengan periode 6 tahun 82
83 diketahui memiliki nilai minimum sebesar -1,259 nilai maksimum adalah 1,670, nilai rata-rata sebesar 0,15. Nilai tersebut memiliki arti bahwa dari 234 data diketahui bahwa minimum akrual lancar perusahaan adalah sebesar -1,259 triliun rupiah sedangkan akrual lancar maksimum adalah 1,670 triliun rupiah dengan rata-rata akrual lancar sebesar 0,15 triliun rupiah. Simpangan baku dari akrual lancar adalah sebesar 0,57 triliun rupiah. Jumlah pengamatan untuk variabel tenure adalah sebesar 234 pengamatan yang diperoleh dari 39 perusahaan (LQ 45) dengan perioda 6 tahun diketahui memiliki nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 4. Nilai tersebut memiliki arti bahwa dari 6 tahun pengamatan yang dilakukan diketahui perikatan minimum yang terjadi antara KAP dengan kliennya adalah 1 tahun, sedangkan perikatan maksimum antara KAP dengan kliennya adalah 4 tahun. Dapat diketahui bahwa jangka waktu maksimum perikatan yang terjadi antara KAP dengan kliennya adalah telah sesuai dengan PMK nomor 17/PMK.01/2008 yang menyatakan bahwa batasan perikatan untuk KAP adalah enam tahun buku berturutturut. perusahaan melakukan perikatan rata-rata dengan 2 KAP yang berbeda. Apabila dipisahkan antara KAP yang berafiliasi dengan big four (dengan kode 1) dan KAP yang tidak berafiliasi dengan big four (dengan kode 0). Jumlah pengamatan untuk variabel kertas kerja permanen adalah sebesar 234 pengamatan yang diperoleh dari 39 perusahaan (LQ 45) dengan perioda 6 tahun diketahui memiliki nilai minimum sebesar 0,5 nilai maksimum sebesar 1. Nilai tersebut
84 memiliki arti bahwa dari 234 data diketahui bahwa jumlah minimum kertas kerja permanen setiap perusahaan diaudit adalah sebesar 0,5 sedangkan jumlah maksimum kertas kerja permanen setiap perusahaan diaudit adalah 1 rata-rata jumlah kertas kerja permanen sebesar 0,85. Simpangan baku dari kertas kerja permanen adalah sebesar 0,11. B. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah uji pendahuluan sebelum dilakukannya analisis regresi. Penelitian ini menggunakan empat uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi. 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikatnya memiliki distribusi normal atau tidak. Hasil pengujian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (lampiran 2) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai residual dalam penelitian ini berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas adalah untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dioperasikan mempunyai lebih dari satu hubungan linear (pengaruh). Hasil pengujian (lampiran 3) menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance lebih dari 10% atau 0,1 dan nilai VIF kurang
85 dari 10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dioperasikan sudah mempunyai varian yang sama (homogen) atau sebaliknya (heterogen). Hasil pengujian menggunakan uji Glejser (lampiran 4) menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik terhadap absolute residual. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya diatas 0,05. Hal ini berarti model bebas dari heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Berdasarkan hasil uji BreuschGodfrey/ BG test (lampiran 5) menunjukkan bahwa koefisien parameter res_2 memberikan probabilitas signifikan 0,913 > α= 0,05 hal ini menunjukkan tidak adanya autokorelasi. 5. Uji Regresi Linear Berganda Setelah semua uji asumsi klasik terpenuhi maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji regresi linear berganda dengan model dasar sebagai berikut: Y= α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + ε...(1) Keterangan: Y : Akrual lancar (current accrual)
86 α : Konstanta X1 : Tenure yang diukur dengan jumlah tahun KAP tetap mengaudit klien yang sama. X2 : Reputasi KAP diukur dengan apakah terafiliasi atau tidak terafiliasi dengan KAP Big Four; merupakan variabel dummy, digit 1 untuk KAP berafiliasi dengan KAP big four dan 0 untuk sebaliknya. X3 : Kertas kerja permanen file diukur dengan kelengkapan dan banyaknya sesuai dengan ketentuan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). ε : Faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) Hasil uji regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel 5.2. Pengujian tersebut dilakukan terhadap variabel audit tenure, reputasi KAP, dan kertas kerja permanen. Table 5.2 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -.238.291 -.817.415 Audit Tenure.036.044.053.821.412 1.000 1.000 Reputasi KAP.279.087.206 3.190.002.995 1.005 Kertas Kerja Audit.140.311.029.449.654.995 1.005 Sumber : Lampiran (Data diolah 2015) Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang ditunjukan pada 5.2, maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,238 + 0,03 X1 + 0,279 X2 + 0,140 X3 + ε...(1)
87 Koefisien persamaan regresi di atas mengindikasikan bahwa variabel Tenure, Reputasi KAP, dan Kertas Kerja Permanen searah dengan variabel terikat (sensitivitas etika). Nilai konstanta negatif (-0,238) dapat menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi variable lain diluar model memberikan dampak negatif terhadap kualitas audit, kemudian Nilai koefisien regresi variabel audit tenure (X1) sebesar 0,03, reputasi KAP (X2) sebesar 0,279, dan kertas kerja permanen (X3) sebesar 0,140. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel audit tenure, reputasi KAP, dan kertas kerja permanen berpengaruh positif pada kualitas audit. 6. Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) Uji kelayakan model (Goodness of Fit) dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t seperti tercantum dalam lampiran 6. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa. 5.1 Uji signifikansi simultan (uji statistik F) Uji statistik F pada lampiran 6 menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji ini dapat dilihat pada nilai F test diketahui nilai signifikan uji F sebesar 0,01 <0,05 maka hipotesis Ho ditolak artinya menerima hipotesis Ha, yaitu secara simultan (bersama-sama) variable independen berpengaruh signifikan terhadap variable dependen.
88 7. Hasil Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu pengaruh tenure, reputasi KAP dan kertas kerja permanen pada kualitas audit, diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas seara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji statistik t dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Pada Tabel 5.2 dibawah ini ditunjukkan pengaruh secara parsial dari variabel tenure, reputasi dan kertas kerja pemanen. Table 5.2 Hasil Pengujian Hipotesis Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) -.238.291 -.817.415 Audit Tenure.036.044.053.821.412 Reputasi KAP.279.087.206 3.190.002 Kertas Kerja Audit.140.311.029.449.654 Sumber : Lampiran (Data diolah 2015) 7.1 Pengujian Hipotesis Pertama (H1) Hipotesis pertama menyatakan bahwa tenure KAP tidak berpengaruh pada kualitas audit. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel tenure memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,036 terhadap akrual lancar dengan tingkat signifikansi (Sig) sebesar 0,412 lebih besar dari α=0,05. Berdasarkan kriteria disebutkan bahwa hipotesis H1 diterima
89 apabila tingkat signifikansi t < = 0,05. Maka dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 7.2 Pengujian Hipotesis Kedua (H2) Hipotesis kedua menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh pada kualitas audit. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel reputasi memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,279 terhadap akrual lancar dengan tingkat signifikansi (Sig) sebesar 0,002 lebih kecil dari α=0,05. Berdasarkan kriteria disebutkan bahwa hipotesis H2 diterima apabila tingkat signifikansi t < = 0,05. Maka dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit. 7.3 Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) Hipotesis ketiga menyatakan bahwa kertas kerja permanen tidak berpengaruh pada kualitas audit. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel kertas kerja permanen memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,140 terhadap akrual lancar dengan tingkat signifikansi sebesar 0,654 lebih besar dari α=0,05. Berdasarkan kriteria disebutkan bahwa hipotesis H3 diterima apabila tingkat signifikansi t < = 0,05. Maka dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa kertas kerja permanen tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
90 C. Pembahasan 1. Pengaruh Tenure KAP pada Kualitas Audit Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tenure KAP tidak berpengaruh pada kualitas audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Wibowo dan Rossieta (2009) yang menyatakan bahwa masa penugasan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Carey dan Simnett (2006) yang menyatakan bahwa tenure audit yang panjang tidak berhubungan terhadap kualitas audit. Walaupun demikian penelitian ini tidak mendukung penelitian Efraim (2010) yang menyatakan bahwa semakin lama bertugas KAP akan memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk merancang audit yang efektif, dan penelitian I Putu Nuratama (2011) yang menyatakan tenure audit berpengaruh pada kualitas audit. Hal ini berarti semakin bertambahnya masa perikatan KAP melaksanakan audit terhadap kliennya maka tidak mempengaruhi kualitas audit, hal ini dikarenakan audit tenure atau perikatan yang panjang dilakukan KAP (Kantor Akuntan Publik) dengan klien (auditee) tidak konsisten dan sejalan dengan jumlah keutuhan (inkonsistensi) team auditor yang melakukan audit pada tahun sebelumnya, karena ada kemungkinan beberapa auditor seperti anggota team, atau pun ketua teamnya (incharge) audit yang di ganti atau dipindah tugaskan pada tahun berikutnya, sehingga mempengaruhi dalam pemahaman bisnis klien (perusahaan) dan hasil audit (kualitas audit) tersebut.
91 2. Pengaruh Reputasi KAP pada Kualitas Audit Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil pengujian ini berarti bahwa KAP yang berafiliasi asing atau Big 4 berpengaruh terhadap kualitas audit, Hasil ini tidak sependapat dengan hasil penelitian Efraim (2010) yang menemukan bahwa reputasi KAP yang diukur dengan KAP yang berafilisasi dengan KAP internasional tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Pengaruh reputasi KAP (Kantor Akuntan Publik) terhadap kualitas audit dikarenakan semakin besar KAP (Kantor Akuntan Publik) atau kantor akuntan dengan reputasi yang baik akan memiliki auditor-auditor (Sumber Daya Manusia) yang lebih berkualitas dengan sering mengadakan training (pelatihan-pelatihan) di internal atau eksternal, kemudian semakin baik reputasi KAP (Kantor Akuntan Publik) maka jumlah auditor (anggota team) yang diikutsertakan dalam penugasan audit juga lebih banyak dibandingkan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) non big 4. Sehingga hasil audit yang dihasilkan akan semakin baik dan berkualitas. 3. Pengaruh Kertas Kerja Permanen pada Kualitas Audit Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kertas kerja permanen tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil ini tidak mendukung dengan hasil penelitian Eka Permana (2012) yang menyatakan bahwa kertas kerja permanen berpengaruh terhadap laporan audit (opini audit). Hal ini di karenakan kertas kerja permanen mayoritas (jumlah paling banyak) berisi perjanjian-perjanjian antara pihak pertama dan kedua seperti Akta Notaris, SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan),
92 perjanjian asuransi, polis asuransi, dan lain-lain pada umumnya kertas kerja permanen berisi perjanjian legalitas (perijinan) sehingga bukan seperti kertas kerja current file yang merupakan kertas kerja yang berisi pengujian-pengujian (pengujian substantif) dalam bentuk angka (nominal) yang dapat mengubah saldo dalam laporan keuangan (financial statement).