oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

E K S E K U S I (P E R D A T A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB 2 EKSEKUSI. cet.2, ed. revisi, (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 276

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

E K S E K U S I Bagian II Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

E K S E K U S I Bagian I Oleh : Drs. H. Taufiqurrohman, SH. Ketua Pengadilan Agama Praya

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

ABSTRAK Latar belakang

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

hal 0 dari 11 halaman

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

ADHAPER J U R N A L H U K U M A C A R A P E R D A T A ISSN Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2015

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

Latihan Soal Ujian Advokat Perdata

FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. putusan yang saling bertentangan. Kata kunci: eksekusi, noneksekutabel

ELIZA FITRIA

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 5 TAHUN 1975 TENTANG SITA JAMINAN (CONSERVATOIR BESLAG)

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Makalah Rakernas MA RI

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*

BAB III. Anotasi Dan Analisis Problematika Hukum Terhadap Eksekusi Putusan. Hakim Peradilan Tata Usaha Negara

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

ISSN : Nomor 51 Tahun XIII Maret Mei 2000

Drs. Munawir, SH., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM UU.NO.4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA- BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET

SEKITAR EKSEKUSI DAN LELANG 1

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

PROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

PENETAPAN AHLI WARIS DAN P3HP /PERMOHONAN PERTOLONGAN PEMBAGIAN HARTAPENINGGALAN

PERANAN HAKIM TERHADAP LAHIRNYA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN GUGATAN TIDAK DAPAT DITERIMA (Studi Kasus Putusan No. 191/Pdt.G/2010/PN.

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KETENTUAN-KETENTUAN PUTUSAN MENURUT UNDANG-UNDANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

P U T U S A N. Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

8. BANDING ARBITRASE ASAS UMUM DALAM HUKUM PERDATA... 8

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREDIKSI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER IV TAHUN 2016/2017

SURAT EDARAN Nomor : 05 Tahun 1975

SEKITAR PENYITAAN. Oleh A. Agus Bahauddin

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2

PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor 4/Pdt.G/2014/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

PELAKSANAAN EKSEKUSI PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL YANG NILAI GUGATANNYA DI BAWAH Rp ,- DI PENGADILAN NEGERI PONTIANAK

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

Eksekusi putusan hakim dalam sengketa perdata di Pengadilan Negeri Sleman

Makalah Rakernas MA

TINJAUAN ATAS PEMBAYARAN GANTI RUGI OLEH PEMERINTAH DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA BERDASARKAN PUTUSAN PERDATA YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK

BAB I PENDAHULUAN. Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang dilaksanakan secara

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DI PENGADILAN AGAMA

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR WANPRESTASI DALAM SENGKETA EKONOMI SYARIAH oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H.(Hakim PTA Mataram)

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

Transkripsi:

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN Eksekusi menurut Subketi(1) dan Retno Wulan(2) disebutkan dengan istilah "pelaksanaan" putusan. Putusan pengadilan tidak ada artinya apabila tidak dilaksanakan. Oleh karena itu putusan hakim mempunyai kekuatan eksekutorial(3) yaitu kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara. Tidak semua putusan hakim dapat dilaksanakan secara paksa oleh pengadilan. Hanya putusan condemnatoir sajalah yang dapat dilaksanakan, karena putusan declaratoir dan putusan constitutif tidak memerlukan secara pemaksaan untuk melaksanakannya, karena tidak dimuat adanya hak atas suatu prestasi, maka terjadinya akibat hukum tidak bergantung pada bantuan atau kesediaan dari pihak yang dikalahkan. Oleh karena itu tidak diperlukan sarana-sarana pemaksa untuk menjalankannya. Eksekusi baru dapat dilaksanakan apabila putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Selama putusan belum memperoleh kekuatan hukum tetap, putusan belum tentu dapat dijalankan. Eksekusi baru berfungsi sebagai tindakan hukum yang sah dan memaksa, terhitung : - sejak tanggal putusan memperoleh hukum tetap, dan - pihak tergugat (yang kalah), tidak mau mentaati dan memenuhi putusan secara sukarela. 1 / 6

Terhadap prinsip/ asas tersebut, ada pengecualiannya dalam kasus-kasus tertentu. Undang-undang memperbolehkan eksekusi terhadap putusan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap. Terhadap pengecualian yang dimaksud, eksekusi dapat dijalankan sesuai dengan aturan/tata cara eksekusi atas putusan yang telah memperoleh hukum tetap. Adapun bentuk-bentuk pengecualian yang diatur dalam undang-undang adalah : 1) Pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu Ketentuan Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBg. Memberi hak kepada penggugat untuk mengajukan permintaan agar putusan dapat dijalankan eksekusinya lebih dahulu, sekalipun terhadap putusan tersebut, pihak tergugat mengajukan banding/kasasi. Terhadap permintaan gugatan yang demikian, hakim dapat menjatuhkan putusan yang memuat amar putusan dapat dilaksanakan lebih dahulu atau lazim disebut "putusan dapat dieksekusi serta merta". 2) Pelaksanaan Putusan Provisi Sebagaimana diketahui dalam pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 RBg mengenai gugatan Provisi yakni "tuntutan lebih dulu" yan bersifat sementara mendahului putusan pokok perkara. Apabila hakim mengabulkan gugatan atau tuntutan provisi, putusan tersebut dapat dieksekusi sekalipun perkara pokoknya belum diputus. 3) Akta Perdamaian Sebagaimana diatur dalam Pasal 130 HIR atau Pasal 154 RBg. 4) Eksekusi terhadap Grosse Akta, sebagaimana diatur dalam Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBg. Prinsip lain yang harus terpenuhi adalah putusan tersebut memuat amar "condemnatoir" yaitu putusan yang amarnya/diktumnya mengandung unsur "penghukuman". Putusan yang diktumnya tidak mengandung unsur penghukuman tidak dapat dieksekusi atau non executable. adapun ciri-ciri yang dapat dijadikan indikator menetukan suatu putusan bersifat condemnatoir dalam amar putusannya terdapat perintah yang menghukum pihak yang kalah, dapat dirumuskan sebagai berikut: - menghukum atau memerintahkan "menyerahkan" suatu barang; - menghukum atau memerintahkan "pengosongan" sebidang tanah/rumah; - menghukum atau memerintahkan "melakukan" suatu perbuatan; - menghukum atau memerintahkan melakukan "pembayaran" sejumlah uang. Eksekusi diatur dalam HIR atau RBg. Oleh karena itu Ketua Pengadilan, Panitera, maupun jurusita harus merujuk pada pasal-pasal dalam HIR dan RBg, apabila hendak melakukan 2 / 6

eksekusi. Pasal-pasal tata cara "menjalankan" putusan pengadilan melalui : - tata cara peringatan (aanmaning) - Sita eksekusi (executorial Beslag) - Penyanderaan (Gizeling), PERMA No. 1 Tahun 2000 yang dihidupkan lagi. Fungsi kewenangan ex-officio Ketua Pengadilan Agama memerintahkan dan memimpin jalannya eksekusi. Bukan hanya terbatas atas pengeluaran sifat penetapan yang memerintahkan eksekusi. Fungsi ex-officio tersebut meliputi : mulai dari tindakan executorial Beslag; - pelaksanaan pelelangan, termasuk segala proses dan prosedur yang diisyaratkan dalam tata cara pelelangan; - tindakan pengosongan dan penyerahan barang yang dilelang kepada pembeli lelang, atau - penyerahan dan penguasaan pelaksanaan secara nyata barang yang dieksekusi pada eksekusi riil. B. EKSEKUSI DAN PERMASALAHANNYA Eksekusi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisah dari pelaksanaan tata tertib beracara yang terkandung dalam HIR atau RBg. Pedoman aturan tata cara eksekusi diatur dalam Bab Kesepuluh Bagian Kelima HIR atau Title Keempat Bagian Keempat RBg. Pada bagian tersebut diatur pasal-pasal dan tata cara menjalankan putusan pengadilan mulai dari : - tata cara peringatan (aanmaning) - Sita eksekusi (executorial Beslag) - Penyanderaan (Gizeling) Eksekusi diatur dalam pasal 195 sampai dengan pasal 224 HIR atau pasal 206 sampai dengan pasal 258 RBg. Pasal-pasal yang efektif berlaku sebagai pedoman eksekusi adalah pasal 195 sampai dengan 208 dan pasal 224 HIR atau pasal 206 sampai dengan 240 dan pasal 258 RBg. 3 / 6

Pasal-pasal yang mengatur sandera (gizeling) berdasarkan SEMA nomor 2 tahun 1964 tanggal 22 januari 1964 tidak boleh digunakan lagi (pasal 209 s.d. 223 HIR atau pasal 247-257 RBg). Namun ternyata MA mempertimbangkan lagi bahwa SEMA Nomor 1 Tahun 1964 dan SEMA Nomor 4 Tahun 1975 tentang Gizeling dipandang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan kebutuhan hukum dalam rangka penegakan hukum serta pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, maka kedua SEMA tersebut dicabut dan sebagai gantinya PERMA No. 1 Tahun 2000 tentang Lembaga Paksa Badan. Walaupun eksekusi telah diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut di atas, namun pada realisasinya sering ditemukan permasalahan-permasalahan yang menghambat penyelesaian jalannya eksekusi. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain : 1) Tereksekusi menolak karena tidak sesuai dengan amar putusan; 2) Permohonan eksekusi menolak tidak sesuai dengan amar: - Eksekusi ditunda apabila penolakan diajukan sebelum eksekusi dijalankan; - Eksekusi dilanjutkan terus, apabila penolakan diajukan pada saat eksekusi sedang dijalankan. 3) Kedua belah pihak menolak eksekusi : - Eksekusi segera dihentikan apabila keadaan eksekusi belum terlampau jauh dijalankan; - Eksekusi terus diselesaikan jika penolakan diajukan pada saat eksekusi sedang/hampir selesai. 4) Amar putusan kurang jelas; - Eksekusi ditentukan dengan pertimbangan putusan; - Bila ukuran dan batas tidak jelas, lakukan pemeriksaan setempat; - Menyatakan pendapat Majelis yang memutus perkara; - Menyatakan putusan non-executable atas alasan amar putusan tidak jelas; 4 / 6

5) Luas tanah/lokasi berbeda dengan amar; 6) Amar meliputi pihak yang tidak tergugat; 7) Eksekusi dikaitkan dengan banding/kasasi yang terlambat; 8) Eksekusi terhadap tergugat yang tidak banding/kasasi; 9) Mengulang eksekusi yang keliru; - Kekeliruan mengenai obyek eksekusi; - Eksekusi menyimpand dari amar; - Tata cara eksekusi ulang; - Yang berhak mengajukan permintaan eksekusi ulang; - Eksekusi ulang melalui penetapan baru - Biaya eksekusi ulang dibebankan kepada pemohon; 10) Perampasan kembali sesudah eksekusi selesai; - pemulihan perampasan melalui gugatan baru; - mengajukan gugatan baru atas perampasan; - dapat diminta dan dikabulkannya putusan eksekusi terlebih dahulu; - jalankan segera eksekusi terlebih dahulu, walaupun ada banding atau verzet. - Pembarengan antara perampasan dengan eksekusi yang belum selesai; - Pemulihan barang yang dirampas melalui gugatan baru; - terhadap barang yang belum selesai dieksekusi, laksanakan eksekusi lanjutan; - Eksekusi lanjutan untuk menyelesaikan eksekusi; - Aspek pidana barang yang selesai, dieksekusi. 11) Eksekusi berdasarkan harga pasaran; 5 / 6

12) Verzet (perlawanan) pihak tereksekusi; 13) Eksekusi dilaksanakan sesuai amar putusan. 6 / 6