BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era modern ini, masyarakat khususnya kaum muda sedang memasuki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin : Disciplina yang berarti tertib,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE ROLE PLAYING. Kori Sundari*

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

BAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB V PENUTUP. membutuhkan bimbingan serta pengawasan dalam mengunakan gadget. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam mengajar adalah metode pembelajaran. Hasan (Supriatna, dkk., 2007:

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang menimbulkan perubahan perilaku. Jadi perubahan perilaku adalah hasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sekitar serta individu lainnya, maupun berdirinya suatu komunitas bangsa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis,

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perilaku Asertif dalam Bimbingan Sosial. untuk mencapai perkembangan optimal. Jamal Ma mur (dalam Ratnawati,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari diri manusia, masyarakat maupun lingkungannya. Manusia

Nurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

PENDEKATAN SUPERVISI PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

Galih Wicaksono Dr. Najlatun Naqiyah, S.Ag, M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. ada beberapa penelitian yang ada keterkaitan metode Role Play dan

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan akan melahirkan manusia-manusia yang akan menjadi motor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengelola segala komponen yang ada di dalamnya dengan baik dan tepat.

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri dalam Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial. Nurihsan (2003) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antar Pribadi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi DeVito (2011) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah proses selektif, sistemik, unik, dan interaksi berkelanjutan antar orangorang yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama. Komunikasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama mengenai suatu masalah yang penting bagi semua pihak yang terlibat Cherry (dalam Suprapto dan Fahrianoor, 2004). Sedangkan menurut Wood (dalam Enjang, 2009) komunikasi merupakan suatu proses sistematis dalam interaksi antar individu, dengan menggunakan berbagai simbol dalam rangka menciptakan dan menginterpretasi makna atau arti. 2.1.2 Ciri-Ciri Komunikasi Antar pribadi Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Rogers (dalam Wiryanto, 2004) adalah sebagai berikut : 1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya dua arah. 3. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi 4. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat 5. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap 7

2.1.3 Aspek-aspek Komunikasi Antar pribadi Aspek-aspek komunikasi antar pribadi DeVito (2011) antara lain adalah: 1. Keterbukaan (Openness) Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksai atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masalalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini. 2. Empati (Empathy) Komunikasi antar pribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima pesan). Empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain. 3. Dukungan (Supportiveness) Dalam komunikasi antar pribadi diprelukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi, sehingga dengan adanya dukungan komunikasi antar pribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang mendukung. 8

4. Rasa positif (Positivenes) Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah. 5. Kesetaraan (Equality) Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. 2.1.4 Faktor-Faktor Komunikasi Antar pribadi Faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi antar pribadi menurut Rahmat (2001) mengemukakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan komunikasi antar pribadi terdiri dari : 1. Persepsi antar pribadi Berupa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan 9

untuk membedakan bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi. 2. Konsep diri Brooks (dalam Rahmat, 2001) menyatakan bahwa konsep diri adalah suatu pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung akan bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya. 3. Atraksi antar pribadi Barlund (dalam Rahmat, 2001) berpandangan atraksi antar pribadi diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus komunikasi antar pribadi yang akan terjadi. Misalnya semakin tertarik individu kepada seseorang, semakin besar kecenderungan individu berkomunikasinya. Kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut atraksi antar pribadi. 4. Hubungan antar pribadi Menurut Goldstein (dalam Rahmat, 2001) antar pribadi ada 3 yaitu : a) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin terbuka individu mengemukakan perasaannya. 10

b) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin cenderung individu meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (Psikolog). c) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin cenderung individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat penolongnya. 2.2 Role Play 2.2.1 Pengertian Role Play Menurut Bennet (Romlah 2001) Role play adalah permainan peranan yang menggambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertianpengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Wahab, (2009) mengemukakan dalam bukunya bahwa Bermain peran (rolepalying) adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang. Husain Ahmad dalam (Hidayati, 2004) role playing adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain. Metode role play ditekankan kepada setiap 11

individu siswa dalam memerankan suatu tokoh pada drama yang bersangkutan. Dengan metode role playing siswa diharapkan bapat memerankan berbagai fitur dan menghayati dalam berbagai situasi, jika metode role playing direncanakan dengan baik dapat menambahkan kemampuan bertanggung jawab dan bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain danmengambil keputusan dalam kerja kelompok. Dari pendapat tersebut mengenai metode bermain peran (roleplaying), maka dapat disimpulkan bahwa metode role play merupakan salah satu metode yang dapat menyajikan bahan pelajaran dengan cara memainkan peranan dan mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, dengan harapan agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Disamping itu,metode ini digunakan pula untuk membentuk para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Dalam metode ini para siswa dibimbing untuk memecahkan berbagai konflik, belajar mengambil peranan orang lain dan mengamati perilaku sosial. Dengan berbagai penyesuaian, metode ini dapat digunakan untuk berbagai bidang studi peserta didik dari berbagai usia. 12

2.2.2 Tahap-tahap Role Play Menurut Wahab (2007) bermain peran ada 3 tahap : a) Tahap persiapan 1. Memilih pemain a) Pilih secara suka rela tidak ada unsur paksaan b) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran yang akan dibawakannya. Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa c) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus d) Setiap kelompok paling banyak 5 orang e) Hindari siswa membawakan peran dengan kehidupan sebenarnya 2. Mempersiapkan penonton a) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan bermain peran b) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berprilaku 3. Persiapan para pemain a) Biarkan siswa agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru b) Permainan harus lancar, dan sebaiknya ada kata pembuka tetapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain 13

b) Tahap pelaksanaan 1. Upayakan agar singkat, bagi pemula 5 menit sudah cukup dan bermain sampai habis, jangan di interuksi 2. Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya 3. Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain 4. Biarkan siswa bermain bebas dan tingkatan 5. Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya: a) Dibimbing dengan pertanyaan b) Mencari orang lain untuk peran tersebut c) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut 6. Jika pemain tersesat lakukan : a) Rumuskan kembali keadaan dan masalah b) Simpulkan apa apa yang sudah dilakukan c) Hentikan dan arahkan kembali d) Mulai kembali dengan penjelasan singkat c) Tahap tindak lanjut 1. Diskusi a) Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan siswa b) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, menberi jalan keluar atau merekreasi c) Didalam diskusi sebaiknya dinilai apa yang telah dilaksanakan 14

d) Melakukan bermain peran kembali e) Kadang-kadang memainkan kembalidapat memberi pemahaman yang lebih baik 2.2.3 Tujuan dan manfaat Role play Menurut Mukminan (dalam Hidayat, 2004) tujuan dan manfaat metode role play adalah sebagai berikut : a) Agar siswa menghayati suatu kejadian atau hal yang sebenarnya, dalam realita hidup b) Agar siswa memahami apa yang menjadi sebab dari suatu serta bagaimana sebabnya c) Mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu d) Sebagai penyalur atau pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan e) sebagai alat pendiaknosa keadaan kemampuan siswa f) Pembentukan konsep diri suatu peran tertentu secara mandiri g) Menggali peranan peranan dan fitur seseorang dalam suatu kehidupan kejadian atau kegiatan h) Membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berfikir krisis analisis, berkomunikasi dan hidup dalam kelompok i) Melatih kemampuan siswa dalam mengendalikan dan meperbaharui perasaan, cara berfikir, dan perbuatannya 2.2.4 Kekurangan dan kelebihan metode Role play Menurut Roestiyah (2001) metode Role play memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut: 15

a) Kelebihan metode role play 1. Siswa akan lebih tertarik perhatiaanya pada pelajaran, karena masalah-masalah sosial sangat berarti untuk siswa 2. Siswa lebih mudah memahami materi ataupun masalah-masalah sosial itu karena siswa bermai peran sendiri 3. Menumbuhkan sikap saling pengertian tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama karena siswa berperan seprti orang lain, maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain, dapat merasakan perasaan orang lain dan dapat mengakui pendapat orang lain 4. Menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sediri permasalahannya 5. Siswa yang tidak bermain peran atau penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik b) Kekurangan metode role play 1. Jika guru tidak menguasai tujuan intruksional penggunaan teknik ini untuk sesuatu unit pelajaran, maka role play tidak akan berhasil 2. Dengan role play jangan menjadi kesempatan untuk menumbuhkan sifat perasangka yang buruk, ras diskriminasi,balas dendam dan sebagainya sehingga menyimpang dari tujuan semula 16

3. Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan normanorma kaidah sosial, adat istiadat, kebiasaan dan keyakinan seseorang jangan sampai ditinggalkan, sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain 4. Jika guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini,sehingga akan mengacaukan berlangsungnya role play, karena yang memegang peran atau penonton tidak tau bersamasama 2.3 Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Galih Wicaksono (2013) dengan judul Penerapan Teknik Bermain Peran Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan komunikasi Antar pribadi Siswa kelas XI Multimedia SMK UNESA menunjukkan bahwa tehnik bermain peran dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI Multimedia SMK UNESA dengan N=7 dan XI=0 diperoleh ρ=0,008. dalam ketetapan α sebesar 5% adalah 0,05 maka harga 0,008 < 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Huda (2013) mengenai Metode Pembelajaran Role Playing Dan Minat Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Penelitian ini untuk menguji metode pembelajaran role play dan minat belajar baik secara bersamasama maupun per variabel terhadapprestasi belajar siswa. Metode statistik yang digunakan untuk menguji masing-masing hipotesis adalah metode analisis jalur. Hasil akhir membuktikan bahwa ada pengaruh yang 17

signifikan metode pembelajaran role play terhadap minat belajar, ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran role play terhadap prestasi belajar, ada pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap prestasi belajar, dan tidak ada pengaruh metode pembelajaran role play terhadap prestasi belajar melalui minat belajar siswa kelas VIII SMPN 12 Palembang. 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : H 0 = Tidak terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan metode Role play. H a = Terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan metode Role play. Dengan kriteria p<0,05 maka H a diterima atau terdapat peningkatan komunikasi antar pribadi dengan menggunakan metode role play, sebaliknya apabila p> 0,05 maka H 0 ditolak atau tidak terdapat peningkatan komunikasi antar pribadi dengan menggunakan metode role play. 18