BAB IV HASIL DAN ANALISIS Pemodelan Sistem Turbin Angin. menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun

dokumen-dokumen yang mirip
Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

BAB 1 PENDAHULUAN. energi listrik yang ada di Indonesia. Dengan meningkatnya kebutuhan akan

SKRIPSI IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN MENGGUNAKAN METODE PERTURB AND OBSERVE

Desain Maximum Power Point Tracking untuk Turbin Angin Menggunakan Modified Perturb & Observe (P&O) Berdasarkan Prediksi Kecepatan Angin

Dimana ρ = kerapatan udara (biasanya 1.22 kg/m 3 ) λ = tip-speed ratio β = pitch angle (dalam derajat) Cp = koefisien daya dari wind turbine

Perancangan dan Simulasi Chopper Buck Boost pada Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Menggunakan Buck-Boost Converter

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

Novitasari, et al., Optimalisasi Daya Output Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin...

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

Optimalisasi Daya Pembangkit Listrik Tenaga Angin Turbin Sumbu Horizontal dengan Menggunakan Metode Maximum Power Point Tracker

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

PENGATURAN PITCH ANGLE TURBIN ANGIN BERBASIS KENDALI LOGIKA FUZZY (Aplikasi Pada Data Angin Daerah Medan Tuntungan dan sekitarnya)

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

PEMODELAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 1kW BERBANTUAN SIMULINK MATLAB

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGATURAN KONVERTER DC-DC BIDIRECTIONAL DENGAN MPPT BERBASIS MODIFIED PERTURBATION AND OBSERVATION PADA SISTEM TURBIN ANGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV Analisis dan Pengujian

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

Pradesa, et al., Pengendalian Motor Induksi Tiga Fasa dengan Sumber Inverter menggunakan JST

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

Optimasi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Menggunakan Maximum Power Point Tracker (MPPT) dengan Metode Gradient Approximation

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

1 BAB I PENDAHULUAN. listrik. Di Indonesia sejauh ini, sebagian besar kebutuhan energi listrik masih disuplai

Pemodelan Konverter AC DC Tiga Fasa Dua Arah Pada Sepeda Listrik Menggunakan Metode SPWM

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN SISTEM dan Bergermann, 2005). Dengan mensimulasikan menggunakan. perancangan dengan GUI pada software Matlab.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

BAB 2 TEORI DASAR Jaringan Listrik Mikro

Simulasi dan Analisis Konverter Kaskade Buck- Boost Dua Arah sebagai Pencatu Tegangan Inverter Motor Induksi pada Mobil Listrik

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN PEMODELAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Desain Boosting MPPT Tiga Level untuk Distributed Generation Tiga Fasa Presented by: Hafizh Hardika Kurniawan

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (ANGIN) UNTUK SISTEM PENERANGAN RUMAH TINGGAL

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

Pemanfaatan Turbin Ventilator yang Terpasang Pada Atap Rumah Sebagai Pembangkit Listrik

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

Desain Sistem Kontrol Pitch Angle Wind Turbine Horizontal Axis Menggunakan Firefly Algorithm

BAB II LANDASAN SISTEM

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Sepeda Hybrid Berbasis Tenaga Pedal dan Tenaga Surya

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) UNTUK OPTIMASI DAYA PADA PANEL SURYA BERBASIS ALGORITMA INCREMENTAL CONDUCTANCE

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

PENGGUNAAN TEKNOLOGI MPPT (MAXIMUM POWER POINT TRACKER) PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLTB)

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan Memanfaatkan Kecepatan Angin Rendah

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar menjadi energi mekanik, dan

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

TUGAS AKHIR TE

II. TINJAUAN PUSTAKA. alternatif seperti matahari, angin, mikro/minihidro dan biomassa dengan teknologi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

STUDI EKPERIMENTAL PENGARUH BENTUK PELAMPUNG PADA MEKANISME PLTGL METODE PELAMPUNG TERHADAP ENERGI LISTRIK YANG DIHASILKAN

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

Pengaturan Output Generator Induksi dengan Static Synchronous Compensator (STATCOM) pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Transkripsi:

54 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Pemodelan Sistem Turbin Angin Pada penelitian ini Sistem Turbin Angin dibuat dengan menggunakan software MATLAB SIMULINK. Turbin Angin Tersusun atas turbin angin yang berfungsi untuk mengkonversi energi angin menjadi mekanis, PMSG yang berfungsi mengkonversi energi mekanis menjadi energi listrik, Penyearah yang berfungsi untuk menyearahakan listrik AC 3 Phase menjadi listrik DC, Boost Konverter, dan MPPT berfungsi untuk memaksimalkan daya output dari sistem turbin angin. Secara umum blok diagram dan blok simulink dari perancangan Sistem Turbin Angin ditunjukan pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut : Wind Turbine PMSG Rectifier Konverter Inverter Load Baterai MPPT Gambar 4.1. Diagram Blok Sistem 54

55 Gambar 4.2. Blok Simulink Sistem Turbin Angin Adapun Parameter yang dipakai pada simulasi ini, mengacu pada penelitian [19]. Berikut adalah implementasianya pada simulink : a. Turbin angin Komponen turbin angin dimodelkan dalam persamaan berikut, daya mekanik dari tubin angin dinyatakan dalam persamaan 4.1. P m = c p (λ. β) ρa 2 v3 wind (4.1) Dimana : Pm Cp A Vwind = Daya keluaran mekanik turbin (W) = koefisien konversi daya = luas penampang turbine (m2) = laju angin (m/s)

56 λ = perbandingan laju ujung. β = sudut pitch (deg ) ρ = massa jenis angin (1,225 kg/m 3 ) parameter wind turbine yang digunakan pada penilitian ini dapat dilihat pada gambar 4.3. Gambar 4.3. Parameter Turbin Angin Gambar 4.4. Model Wind Turbine

57 Pada Gambar 4.4 merupakan blok wind turbine yang digunakan dalam penelitian ini, wind trurbine ini mempunyai tiga masukan dan satu keluaran. Masukan yang pertama yaitu generator speed dalam satuan per unit, yang akan mendapatkan nilai masukan dari laju rotor pada generator. Masukan kedua pitch angel dalam satuan derajat, ini untuk menentukan sudut pitch yang digunakan dalam pemodelan, biasanya sudut pitch yang digunakan bernilai 0. Masukan ketiga wind speed dalam satuan m/s, laju angin ini masukannya sesuai dengan yang akan disimulasikan baik konstan maupun berubah ubah. Keluaran dari wind turbine ini yaitu Torque Mechanical dalam satuan pu ini nantinya yang akan dihubungkan ke generator untuk memutar generator. b. Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) Pada gambar 4.5 akan ditunjukan jenis rotor yang digunakan dalam penelitian sedangkan untuk parameter PMSG yang digunakan ditunjukan gambar 4.6.

58 Gambar 4.5. Jenis Rotor PMSG Gambar 4.6. Parameter PMSG

59 c. Penyearah Berikut adalah parameter yang digunakan pda block penyearah : Gambar 4.7 Parameter Penyearah Setelah parameter-parameter diatas diimplementasikan pada blok simulink, maka dilakukan simulasi untuk sistem turbin tanpa MPPT dan sistem turbin angin dengan MPPT. d. Pemodelan Boost Konverter Gambar 4.8 Rangkaian Boost Converter pada simulink

60 Gambar 4.8 menunjukan rangkaian boost converter yang digunakan pada penelitian ini. Nilai komponen yang digunakan pada rangkaian boost converter mengacu pada tabel 3.2. Untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya rangkaian converter yang dibuat maka dilakukan pengujian pada rangkaian dengan Vin sebesar 100V. Berikut adalah daya output yang dapat dihasilkan rangkaian Boost Converter : Gambar 4.9 Keluaran Boost Converter.

61 e. Baterai Berikut adalah parameter yang digunakan pda block baterai : Gambar 4.10 Parameter Baterai f. Inverter Berikut adalah parameter yang digunakan pda block inverter : Gambar 4.11 Parameter Inverter

62 1.2. Implementasi Algoritma Perturb and Observe Dalam menggunakan metode Perturb and Observe, digunakan tegangan dan arus keluaran untuk menjadi masukan algoritma Perturb and Observe yang akan digunakan sebagai dasar mengevaluasi nilai duty cycle untuk mendapatkan daya keluaran yang lebih optimal sebagaimana ditunjukan flowchart pada gambar 4.12. Mulai Ukur: V(n), I (n) Vref (n) = Vref (n) Vref(n-1) P(n) = V(n) x I(n) P(n) = P(n) P(n-1) Tida P(n) >0 Ya Y Vref (n)>0 Tidak Tidak Vref (n)>0 Ya Vref (n+1) = Vref (n) Cp (turunkan Vref) Vref ( n+1) = Vref (n) + Cp (Naikkan Vref) Vref (n+1) = Vref (n) Cp (turunkan vref) Vref ( n+1) = Vref (n) + Cp (N=naikkan Vref) Gambar. 4.12. Flowchart Algoritma Perturb and Observe

63 Ada beberapa tahapan dalam menggunakan metode Perturb and Observe diantaranya : 1. Pengukuran tegangan awal : Dilakukan pengukuran untuk mengetahui secara persis nilai tegangan Wind Turbine. 2. Pengukuran Daya Wind Turbine : Dilakukan pengukuran untuk menetahui secara persis nilai daya Wind Turbine saat ini. 3. Perhitungan selisih daya : Dilakukan untuk mengetahui selisih daya yang baru saja terukur dengan daya yang sudah terukur pada proses/loop sebelumnya. 4. Perbandingan : Dilakukan untuk menentukan proses perubahan tegangan. dari sini, tegangan Wind Turbine akan dirubah. bisa jadi lebih besar ataupun lebih kecil, tergantung pada selisih daya Wind Turbine dan juga selisih daripada tegangan yang terukur. 5. Return : Jika sudah beres, proses akan kembali lagi ke nomor 1. Berdasarkan flowchart pada gambar 3.5 maka dapat dibuat algoritma pemograman untuk metode Perturb and Observe. Berikut adalah algoritma yang digunakan pada sistem turbin angin : function D = PandO(Param, V, I) % MPPT menggunakan Perturb & Observe algorithm. % D output = Duty cycle of the boost converter (antara 0 and 1) % Enabled input = 1 to enable the MPPT controller % V input = Wind voltage (V) % I input = Wind current (A) % Param input: Dinit = Param(1); %Initial value for D output Dmax = Param(2); %Maximum value for D Dmin = Param(3); %Minimum value for D deltad = Param(4); %Increment value used to increase/decrease the duty cycle D % ( increasing D = decreasing Vref )

64 persistent Vold Pold Dold; if isempty(vold) Vold=0; Pold=0; Dold=Dinit; end P= V*I; dv= V - Vold; dp= P - Pold; if dp > 0 if dv > 0 D = Dold + deltad; else D = Dold - deltad; end else if dv > 0 D = Dold - deltad; else D = Dold + deltad; end end if D >= Dmax D<= Dmin D=Dold; end Dold=D; Vold=V; Pold=P; Setelah dibuat algoritma Perturb and Observe pada sistem turbin angin, kemudian dilakukan simulasi dan pengujian validitas dan sensitivitas algoritma yang telah dibuat. Pada penelitian ini algoritma dikatakan valid apabila dalam 6 kali percobaan nilai standart deviesi bernilai kurang dari 1%. Sedangkan untuk sensitivitas dilakukan dengan cara perubahan laju angin. Dengan demikian diharapkan ada perubahan daya keluaran yang dihasilkan ketika laju angin berubah. 4.2.1. Analisis Validitas Uji Validitas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebenaran dari hasil optimasi menggunakan algoritma Perturb and Observe. Uji Validitas dilakukan dengan melakukan eksperimen berulang untuk prameter yang

65 tetap dengan masukan tertentu. Kemudian dilakukan pengamatan mean dan standart deviasa dari data eksperimen. Pada pengujian ini digunkan laju angin sebesar 10 m/s sebagai masukan dengan parameter sistem turbin angin yang tetap. Tabel 4.1 Uji Validitas algoritma Perturb and Observe No Wind Turbine R (Ω) Pout (W) Eksperimen (m/s) (RPM) 1 10 508,06 200 2032 2 10 508,06 200 2032 3 10 508,06 200 2032 4 10 508,06 200 2032 5 10 508,06 200 2032 6 10 508,06 200 2032 Mean 10 508,06 200 2032 Standart 0 0 0 0 Deviasi Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh nilai deviasi 0, hal ini berarti prosedur optimasi menghasilkan nilai yang sama pada setipa eksperiman. Dengan demikian maka prosedur menggunakan algoritma Perturb and Observe untuk memaksimalkan daya keluaran sistem turbin angin dapat dikatakan valid.

66 4.2.2. Analisis Sensitivitas Untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai parameter yang sifatnya tetap terhadap optimasi, maka dilakukan analisis sensitivitas. Pengaruh perubahan parameter laju angin terhadap hasil optimasi diuji dengan memvariasikan nilai laju angin antara 3 m/s hingga 10 m/s dengan kapasitasa turbin yang tetap, yaitu 1000 watt. Pada percobaan ini digunakan beban resistance sebesar 100Ω. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini ditunjukan pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Uji sensitivitas algoritma Perturb and Observe Wind (m/s) Vdc (V) Pout (W) 3 28,8 8,42 5 82,21 78,02 6,5 149 254,1 7 171,4 334,2 8,5 265 866 10 348,6 1472 Dari hasil percobaan pada tabel 4.2 didapatkan bahwa semakin cepat laju angin maka daya yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini dikarenakan kecepatan rotor yang semakin besar ketika laju angin semakin cepat, hal ini akan mempengaruhi pada besar emf yang dihasilkan. Maka hasil percobaan pada tabel 4.2 membuktikan bahwa semakin besar laju angin maka daya keluaranpun semakin besar.

Pout 67 Pout (W) 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 3 5 6,5 7 8,5 10 Wind Speed Pout (W) Gambar 4.13. Grafik Pengaruh Laju Angin Terhadap Daya Keluaran Sistem Turbin Angin 4.3. Hasil Pemodelan Sistem Turbin Angin 4.3.1. Hasil Pemodelan Sistem Tanpa dilengkapi MPPT dan dengan dilengkapi MPPT Gambar 4.14. Model Sistem Turbin Angin tanpa MPPT

68 Gambar 4.15. Model Sistem Turbin Angin dengan MPPT Dari model pada gambar 4.14 dan 4.15 dilakukan simulasi untuk menganalisis perbandingan daya output yang dihasilkan saat menggunakan MPPT dan tanpa menggunakan MPPT. Perbandingan tersebut dilakukan dengan laju angin serta beban yang bervariasi. Simulasi ini dilakukan dengan menghubungkan turbin angin dengan hambatan yang nilainya berubah dari 50 ohm sampai 300 ohm. Pengujian dan analisis dilakukan pada tujuh laju angin, yaitu 4m/s, 6,5m/s, 7m/s, 8,5m/s 9m/s, dan 10m/s. Berikut adalah hasil simulasi yang didapatkan : Tabel 4.3 Daya Beban Resistance Tanpa MPPT dan Menggunkan MPPT untuk Laju Angin 4,5 m/s. Variabel yang diamati R (Ω) Tanpa MPPT Dengan MPPT Tegangan Daya Tegangan Arus (I) (V) (W) (V) Arus (I) Daya (W) 50 33,76 0,67 22,81 33,8 0,689 22,96 100 62,6 0,62 39,23 66,2 0,752 47,6 200 116,5 0,582 67,84 134,8 1,135 138,4 300 166 0,55 92,48 184,2 1,03 176,5

69 Tabel 4.4 Daya Beban Resistance Tanpa MPPT dan Menggunkan MPPT untuk Laju Angin 6,5 m/s. Variabel yang diamati R (Ω) Tanpa MPPT Dengan MPPT Tegangan Arus Tegangan Daya Daya (W) Arus (I) (V) (I) (V) (W) 50 71,5 1,43 102,5 73,2 1,529 109,9 100 137,6 1,376 189,2 149 1,81 254 200 240,6 1,2 289,5 280 2,485 622,1 300 354,8 1,183 419,5 360,2 1,93 670 Tabel 4.5 Daya Beban Resistance Tanpa MPPT dan Menggunkan MPPT untuk Laju Angin 7 m/s. Variabel yang diamati Tanpa MPPT Dengan MPPT R (Ω) Tegangan Arus Tegangan Arus Daya (W) Daya (W) (V) (I) (V) (I) 50 83 1,66 138,6 85,9 1,809 151,7 100 160 1,6 256,4 171,4 2,05 334,2 200 299 1,49 448 315,3 2,65 762 300 426 1,4 614,3 412,064 2,072 826,8 Tabel 4.6 Daya Beban Resistance Tanpa MPPT dan Menggunkan MPPT untuk Laju Angin 8,5 m/s. Variabel yang diamati R (Ω) Tanpa MPPT Dengan MPPT Tegangan Arus Tegangan Arus Daya Daya (W) (V) (I) (V) (I) (W) 50 124 2,4 308 130,5 2,77 351,8 100 238 2,35 567 265 3,6 866 200 376 1,88 707,3 431,6 2,92 1226,8 300 574 1,9 1101 589,9 2,48 1448,8

70 Tabel 4.7 Daya Beban Resistance Tanpa MPPT dan Menggunkan MPPT untuk Laju Angin 9 m/s. Variabel yang diamati R (Ω) Tanpa MPPT Dengan MPPT Tegangan Arus Daya Tegangan Arus Daya (V) (I) (W) (V) (I) (W) 50 140 2,8 392 147,5 3,14 450 100 269 2,69 726 296 4,07 1100 200 438 2,5 960 485,4 3,26 1562 300 483 2,175 1419 658 2,69 1763 Tabel 4.8 Daya Beban Resistance Tanpa MPPT dan Menggunkan MPPT untuk Laju Angin 10 m/s. Variabel yang diamati R (Ω) Tanpa MPPT Dengan MPPT Tegangan Arus Daya Tegangan Arus Daya (V) (I) (W) (V) (I) (W) 50 174 3,49 610 183,8 3,95 703,7 100 335 3,35 1120 348,6 4,45 1472 200 547 2,731 1498 586,4 3,53 2032 300 912,7 3,042 2776 817,7 3,7 3030 Berikut adalah data berupa grafik hubungan antara Daya keluaran dengan nilai hambatan yang berkisar antara 50 300 ohm yang diperoleh dari pengujian yang dilakukan :

Pout Pout 71 Laju Angin 4,5 m/s 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 50 100 200 300 Beban Tanpa MPPT Dengan MPPT Gambar 4.16 Grafik Hubungan Daya keluaran dengan hambatan 50 300 ohm dengan laju angin 4,5 m/s Laju Angin 6,5 m/s 800 700 600 500 400 300 200 100 0 50 100 200 300 Beban Tanpa MPPT Dengan MPPT Gambar 4.17 Grafik Hubungan Daya keluaran dengan hambatan 50 300 ohm dengan laju angin 6,5 m/s

Pout Pout 72 Laju Angin 7 m/s 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 50 100 200 300 Beban Tanpa MPPT Dengan MPPT Gambar 4.18 Grafik Hubungan Daya keluaran dengan hambatan 50 300 ohm dengan laju angin 7 m/s Laju Angin 8,5 m/s 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 50 100 200 300 beban Tanpa MPPT Dengan MPPT Gambar 4.19 Grafik Hubungan Daya keluaran dengan hambatan 50 300 ohm dengan laju angin 8,5 m/s

Pout Pout 73 Laju Angin 9 m/s 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 50 100 200 300 Beban Tanpa MPPT Dengan MPPT Gambar 4.20 Grafik Hubungan Daya keluaran dengan hambatan 50 300 ohm dengan laju angin 9 m/s Laju Angin 10 m/s 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 50 100 200 300 Beban Tanpa MPPT Dengan MPPT Gambar 4.21 Grafik Hubungan Daya keluaran dengan hambatan 50 300 ohm dengan laju angin 10 m/s

74 Dari hasil simulasi diatas dapat diketahui pengaruh laju angin dan beban resistance yang digunakan terhadap daya keluaran. Pengaruh laju angin terhadapa daya keluaran berbanding lurus, dimana semakin besar laju angin maka semakin besar pula daya keluaran yang dihasilkan. Sementara itu beban resistance yang dipasang pada percobaan juga mempangaruhi daya keluaran ketika laju angin dipasang tetap. Hal ini dikarenakan pemakain beban resistance mempengaruhi putaran motor pada generator sehingga dapat menghasilkan daya keluaran yang lebih besar. 4.3.2. Hasil Pemodelan Pembangkit Listrik Tenaga Angin Gambar 4.22. Rangkaian Pembangkit Listrik Tenaga Angin pada Simulink dilengkapi MPPT Pada simulasi ini dilakukan dengan menggabungkan semua komponen dari pembangkit listrik tenaga angin, yakni dari turbin angin, generator, rectifier, konverter DC-DC, MPPT, Inverter, dan beban serta ditambah dengan pemasangan baterai seperti ditunjukan gambar 4.16 diatas. Dalam simulasi ini hasil dari inverter haruslah tegangan yang konstan dengan Vrms = 220V

75 seiring perubahan beban. Pada simulasi ini digunakan laju angin dan beban yang berubah-ubah. Hasil simulasi sebagai berikut : Gambar 4.23. Grafik Tegangan pada Beban Gambar 4.24. Grafik Arus pada Beban Pada gambar 4.23 dan gambar 4.24 menunjukan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh tegangan output adalah gelombang Sine wave modified sedangkan yang dihasilkan arus output adalah gelombang Sine wave inverter. Sedangkan pada gambar 4.25 menunjukan pengisian batrai.

76 Gambar 4.25. Grafik SOC 4.4. Analisis Pengaruh Karakteristik Terhadap Daya Keluaran Sistem Turbin Angin Energi Angin memiliki karakteristik laju yang selalu berubah terhadap waktu. Dengan karakteristik laju angin yang selalu berubah terhadap waktu tersebut, menyebabkan daya listrik yang dihasilkan oleh sistem turbin angin juga selalu berubah terhadap waktu terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara dan temperatur udara pada suatu lokasi. 4.4.1. Pengaruh Laju Angin terhadap Daya keluaran Sistem Turbin angin. Laju Angin yang berubah terhadap waktu menyebabkan daya listrik yang dapat dihasilkan sistem turbin angin mengalami perubahan seperti yang ditunjukan pada gambar 4.13. hal ini dikarenakan daya mekanis turbin angin dipengaruhi oleh laju angin sebagaimana yang dinyatakan dalam persamaan 2.3. Dari persamaan itu, daya mekanis turbin angin berbanding lurus dengan kubik laju angin. Sehingga apabila laju angin semakin besar, maka daya mekanis turbine angin juga akan semakin besar. Semakin besarnya daya

77 mekanis turbin angin akan berakibat semakin besarnya laju putar rotor. Dikarenakan turbin angin terkopel dengan PMSG maka, laju putar rotor yang semakin besar akan berakibat pada semakin besarnya juga daya listrik keluaran turbina angin. Keterkaitan antara laju angin dengan daya listrik keluaran sistem turbin angin adalah ketka laju angin semakin besar, maka laju rotor akan meningkat. Meningkatnya laju rotor tersebut menyebabkan emf yang dihasilkan oleh PMSG meningkat, sehingga menyebabkan daya listrik yang dihasilkan oleh PMSG juga semakin besar. Tabel 4.9 Pengaruh Laju Angin Terhadap Laju Rotor dan Daya Keluaran dengan beban resistance 200 Ω. Wind (m/s) Turbine (RPM) Pout (W) 4,5 101,4 138,4 6,5 201,6 617,6 7 241,3 759 8,5 367,5 1228 9 416 1559 10 508 2036 Grafik perbandingan laju angin dengan laju rotor turbine ditunjukan pada gambar 4.26.

Turbine (RPM) 78 Turbine (RPM) 600 500 400 300 200 100 0 4,5 6,5 7 8,5 9 10 Laju Angin Turbine (RPM) Gambar 4.26. Grafik Perbandingan Laju Angin dengan Laju Rotor Turbine 4.4.2. Perbandingan Sistem Turbin Angin dengan dan tanpa MPPT Pada laju angin yang berbeda maka titik optimalnya juga berbeda. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakanlah MPPT dengan metode Perturb and Observe untuk menjaga agar sistem turbin angin selalu dapat menghasilkan daya keluaran yang maksimal pada laju angin yang berbedabeda. Sebagaimana telah diketahui bahwa laju angin yang berbeda akan menghasilakan daya listrik yang berebda pula. Sehingga dapat diketahui terdapat perbedaan daya listrik yang dihasilkan ketika sistem turbin angin menggunakan MPPT dan tanpa menggunkan MPTT, sebagaimana yang ditunjukan pada gambar 4.27. Grafik perbandingan pada gambar 4.27 diperoleh dari hasil simulasi sebelumnya pada sub bab 4.3.1 dengan menggunakan parameter laju angin 4,5 m/s, 6,5 m/s, 7 m/s, 8,5 m/s, 9 m/s, dan 10 m/s dengan beban resistance yang digunakan adalah 100 ohm.

Pout 79 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 4,5 6,5 7 8,5 9 10 Wind Speed Tanpa MPPT Dengan MPPT Gambar 4.27. Perbandingan daya listrik sistem turbin angin dengan dan tanpa MPPT Berdasarkan gambar 4.27 diatas dapat dilihat bahwa dengan menggunkan MPPT dengan metode Perturb and Observe, daya listrik yang dapat dihasilkan oleh sistem turbin lebih besar jika dibandingkan dengan daya listrik yang dihasilkan sistem turbin angin tanpa MPPT. Maka dari itu penggunaan MPPT lebih effisien dibandingkan tanpa menggunakan MPPT.