Ir. Drs. Budi Tjahjono, M.T. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon ABSTRAKSI

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ARTIKEL PUBLIKASI PENGEMBANGAN KAWASAN KAMPUS UMS SEBAGAI DESTINASI WISATA KREATIF BERBASIS EDUKASI

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

TERMINAL BIS KOTA BEKASI


BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR KEBONDALEM PURWOKERTO SEBAGAI KAWASAN WISATA BELANJA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI HASIL PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

REDESAIN PASAR KOTA KLATEN 3 LANTAI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HAIAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA ABSTRAKSI DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Transkripsi:

UPAYA PENATAAN BANGUNAN PASAR TRADISIONAL MENJADI BANGUNAN MULTI FUNGSI DI KAWASAN PERDAGANGAN TERHADAP KUALITAS SEBUAH KOTA Studi Kasus : Kawasan Pasar Tradisional / Pasar Pagi di kota Cirebon Ir. Drs. Budi Tjahjono, M.T. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon ABSTRAKSI Sektor perdagangan saat ini berkembang dengan pesat, eksistensi pasar tradisional pada kawasan pusat kota membuat per masalahan tersendiri, hal ini ditandai dengan berkembangnya sektor informal dari sistem sirkulasi pengujung, pedagang maupun bongkar muat barang sehingga mengganggu sistem transportasi kawasan, kesan pandangan sebuah pasar adalah kotor,bau, macet dan semrawut, karena tidak tertibnya pengguna pasar tradisional. Untuk itu perlu ditata dan dioptimalkan fungsi bangunan pasar tradisional tanpa menghilangkan fungsi pasar tradisional karena keberadaannya masih dibutuhkan oleh kalangan masyarakat tertentu. Berkembangnya kawasan pusat kota, intensitas bangunan /kepadatan yang tinggi dan nilai lahan yang tinggi akan mendorong pemanfaatan lahan yang memiliki aspek ekonomis tinggi sehingga lahan akan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Upaya adaptasi/revitalisasi kawasan dan fungsi pasar tradisional adalah menggabungkannya dengan fungsi lain yang menyesuaikan dengan perkembangan kondisi kawasan, terutama yang mencakup bentukan bentukan bangunan baru yang mencerminkan kebutuhan masa kini serta cocok dengan kondisi kerja di kota dengan solusi bangunan mix use / multi fungsi, yaitu suatu jenis bangunan dimana berbagai fungsi saling tergabung sedemikian rupa sehingga masing T masing terwakili secara kuat. Kualitas sebuah kota dibagi atas, kualitas fungsional menyangkut linkage dan sirkulasi, kualitas visual, kualitas lingkungan. Kata kunci bangunan multi fungsi, kualitas sebuah kota. PENDAHULUAN Selama dua dekade terakhir ini, kita menyaksikan suatu peningkatan yang luar biasa dengan dibangunnya gedung bertingkat tinggi, terutama di daerah perkotaan, sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah ini. Tranformasi ini merupakan implikasi dari penggunaan tanah berkepadatan tinggi dan meningkatnya harga tanah di daerah perkotaan. Indikasi yang terjadi di daerah perkotaan/ pusat kota adalah berkembangnya usaha properti yang menangkap potensi kawasan dan kemajuan perekonomian dengan membangun gedung perbelanjaan bertingkat berupa gedung pusat perbelanjaan dan mall. Gedung pusat perbelanjaan dan mall adalah wujud dari sebuah pasar modern, yang diadopsi dari dunia barat dan diterapkan di kawasan perdagangan kota-kota di Indonesia. Ciri pelayanan dari pasar modern adalah cara berbelanja yang mengandung unsur rekreasi dan ragam barang yang ditawarkan berikut cara menjualnya. Barang-barang di pasar tradisional biasanya. berasal. dari lokal lain halnya pasar modern barang-barang yang ditawarkan umumnya tingkat nasional atau bahkan tingkat internasional

Tampilan bangunan pada pasar modern harus menarik/ menawan dan megah, daerah / kawasan pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi dan nilai harga tanah yang tinggi maka bangunan pasar modern pada umumnya bertingkat tinggi dengan fasilitas escalator atau lift dan untuk kenyamanan pembeli dilengkapi dengan penggunaan air conditioning (ac), sehingga konsekwensi dari itu semua pada harga barang yang dijual relatif lebih tinggi dari harga barang yang dijual di pasar tradisional, hal ini untuk masyarakat golongan tertentu tidak menjadi persoalan karena golongan pengguna/pembeli pada pasar modern adalah berekreasi sambil berbelanja karena didukung dengan kenyamanan yang ditawarkan oleh bangunan pasar modern. Pada pasar tradisional tampilan bangunan lebih cenderung pada fungsional yaitu pasar dengan kios-kios dan pertokoan, ketinggian bengunan berlantai rendah (2 lantai) dengan penggunaan tangga sebagai sarana hubungan vertikal. Walaupun di kawasan pusat kota, jenisjenis perdagangan berkembang pesat namun kehadiran pasar tradisional tetap dibutuhkan oleh masyarakat, hal ini disebabkan masyarakat Indonesia sebagian besar masih berlatar belakang kehidupan tradisional, dimana dalam aktivitas jual beli menyukai tawar menawar dan pasar tradisional adalah suatu bentuk aktivitas perdagangan yang unik dimana ia dapat melayani kebutuhan dari segala macam lapisan masyarakat. Aktivitas pasar tradisional beserta permasalahan prasarana yang dibutuhkan, mempengaruhi pola tata ruang. luar di sekitar bangunan pasar. Misalnya aktivitas mobilisasi sirkulasi kendaraan bongkar muat barang, kendaran pedagang dan pembeli, kendaraan umum, kendaraan sampah ditambah pula dengan para pedagang sektor informal merupakan fenomena yang memberikan citra kawasan perkotaan yang kotor, bau, macet dan bahkan semrawut Untuk itu dibutuhkan solusi penanganan fungsi pasar yang berada di pusat kota menjadi bangunan mix use. Mix use merupakan bangunan multi fungsi yang merupakan upaya memasukkan fungsi lain yang cocok dengan penataan ruang luar sebagai ruang publik kota dapat diatur selaras dengan ruang ruang luar yang ada di sekitarnya sehingga aktvitas dan sirkulasi yang padat pada fungsi bangunan pasar tidak menambah beban permasalahan di kawasan pusat kota. Kawasan fungsi pasar pagi sebagai kasus telaah yang dipilih, merupakan fungsi pasar tradisional yang berada di kawasan permukiman pusat kota yang pada awalnya untuk menampun g d an men gako modasi masyarakat kel as men en gah, bai k d ari ban gsa Belanda maupun pribumi. Dalam perancangannya, kawasan ini dilengkapi dengan pasar lingkungan, taman taman untuk areal bermain, fasilitas peribadatan, bangunan pendidikan, lapangan terbuka.. Kawasan pasar pagi dirancang dengan konsep mix landuse dan neighboorhood housing, yang dilengkapi dengan berbagai macam peruntukan dan tipologi bangunan. Pasar pagi yang pada awalnya merupakan pasar lingkungan, letaknya menghadap ke jalan Siliwangi yang merupakan jalan utama pusat Kota Cirebon, saat ini kawasan Jalan Siliwangi berkembang pesat menjadi kawasan CBD, hal ini ditandai dengan pembangunan bangunan shoping mall/pertokoan, hotel kota dan kantor-kantor bank. Hal yang menarik saat ini adalah pasar pagi sebagai pasar tradisional harus menyesuaikan berkembangnya kawasan sehingga diperlukan upaya optimalisasi fungsi pasar yang selaras dengan perkembangan kawasan Dalam tulisan penulis ingin mengetengahkan peranan / keberadaan pasar tradisional yang berada di pusat perkotaan yang masih dibutuhkan masyarakat dan lingkungannya ditengah berkembangnya pasar pasar modern yang bertingkat tinggi, sebagai implikasi dari kepadatan dan harga tanah yang tinggi. sehingga terjadi linkage dan sirkulasi yang baik dalam rangka menuju kualitas kota yang baik. BANGUNAN MULTI FUNGSI Menurut Gruen Victor (1973), bangunan multi fungsi merupakan suatu jenis bangunan baru dimana berbagai fungsi saling tergabung sedemikian, sehingga masing-masing terwakili secara kuat. Beberapa kelebihan yang terdapat pada sebuah bangunan multifungsi antara lain : 1. Pemanfaatan maksimal lahan untuk kegiatan produktif manusia 2. Memperpendek jarak antar ragam fungsi sehingga dapat mengurangi pemborosan mobilitas 3. Pola kerja sama serasi antar pelayanan mekanikal dengan ekspresi bebas dari kebutuhan dan keinginan masyarakat. Bangunan multifungsi dapat dipandang dari beberapa aspek di bawah ini. 1. Aspek Finansial Bangunan multifungsi merupakan

suatu bangunan yang cepat balik modal karena pemakaiannya dapat berlangsung selatna 24 jam 2. Aspek Transportasi Mobilitas dalam bangunan multifungsi rendah, sedangkan pedestrianisasi tinggi pemakaian dapat beragam fungsi. 3. Aspek Parkir Ruang untuk fasilitas parkir disediakan untuk waktu yang cukup lama dan sifatnya tetap. 1 2 4 3 Bangunan multifungsi dapat mempercepat perubahan perubahan dari moda transportasi ke pedestrian, jumlah ruang parkir lebih efisien, yaitu dengan konsep one stop parking untuk segala fungsi dan satu tempat parkir untuk pemakaian yang berbeda pada saat yang berbeda pula, oleh, kerena itu bangunan ini berkaitan erat dengan lokasi bisnis. KUALITAS KOTA Kualitas sebuah kota dapat dibagi atas : 1. Kualitas fungsional Keberadaan bangunan multifutigsi sebagai bangunan privat di ruang publik dapat membentuk linkage dan integrasi kawasan yang dibentuk oleh jalanjalan, jalur pejalan kaki, ruang terbuka linier atau elemen-elemen yang menerus. 2 Kualitas visual Keberadaan bangunan multifungsi sebagai gabungan fungsi pasar tradisional, tokotoko dan pusat grosir secara visual dapat memberikan arti dari sebuah kota. Aspek visual yang dapat memberikan bayangan atau image yang spesifik dari suatu kota, misalnya kesan yang indah, informatif dan memiliki pola / warna terhadap kawasan. 3. Kualitas Lingkungan Penggabungan fungsi bangunan menjadi bangunan multifungsi dapat menata, terutama fungsi pasar tradisional sehingga mempunyai ruang- ruang yang cukup untuk sinar matahari, sehat, aman dan nyaman. KAWASAN PASAR PAGI KOTA CIREBON Kawasan pasar pagi diamati dari dua sudut pengamatan, hal ini didasari oleh faktor kawasan yang mendominasi dan membawa pengaruh pada kawasan pasar pagi, kawasan tersebut adalah : 1) Kawasan Pemukiman 2) Kawasan Perdagangan 3) Jalan Sekunder Jalan Sekunder sebagai alternatif pencapaian menuju fungsi pasar 4)Jalan Primer Jalan Primer sebagai jalur utama pusat kota Kawasan perdagangan, yang terletak disepanjang Jalan Siliwangi yang merupakan jalan u t ama pu sat k ot a yan g men gh u bun g kan dua kut u b, yai t u seb el ah ut ara merupa kan perkantoran dan pusat pemerintah kota dan sebelah selatan menuju keraton / kesultanan kasepuhan. mall Pertokoan Dept stores Ka w as a n p e m u ki m a n, t e pa t d i s eb el a h b ar at b an gu n a n pa s ar me r u p ak an ka w as an pemukiman yang dirancang dengan konsep neighboorhood housing kawasan ini dilengkapi dengan taman-taman areal bermain, area rekreasi, bangunan pendidikan, lapangan terbuka dan sebagainya.

Kondisi pemukiman di belakang Pasar Pagi Fasilitas taman pemukiman di belakang Pasar Pagi BANGUNAN MULTIFUNGSI DAN UPAYA PENATAAN KAWASAN PASAR PAGI - KOTA CIREBON Bangunan Multifungsi scbagai upaya untuk menggabungkan beberapa fungsi dengan fungsi lain yang cocok dengan penataan ruang luar sebagai ruang publik kota sehingga dapat diatur selaras dengan ruang ruang luar yang ada di sekitarnya. Aktvitas dan sirkulasi yang padat pada fungsi bangunan pasar tidak menambah beban permasalahan di kawasan pusat kota. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam bangunan multifungsi adalah : 1. Pemilihan fungsi yang cocok dan saling mendukung. Keberadaan fungsi pasar tradisional masih dibutuhkan, kawasan perdagangan di jalan primer pusat kota mengalami perkembangan dengan pesat sehingga membentuk dua pilihan kawasan yaitu: kawasan pemukiman yang masih membutuhkan keberadaan pasar tradisional dan kawasan perdagangan yang membutuhkan fungsi bangunan yang representatif. Pernilihan fungsi untuk bangunan multifungsi yang dikembangkan adalah fungsi pasar tradisional yang diletakkan di bclakang dan fungsi pusat grosir sebagai bangunan yang representatif diletakkan pada kawasan jalan pusat kota. Mengingat pada kawasan pusat kota juga terdapat deretan toko-toko sebagai keseimbangan kawasan, maka fungsi toko juga dikembangkan di bangunan multifungsi yang juga menghadap ke jalan utama. 2. Lingkungan kawasan Kawasan pemukiman yang terletak di selatan bangunan pasar pagi merupakan potensi pencapaian utama menuju pasar tradisional, sehingga perlu dibentuk sirkulasi yang baik bagi pejalan kaki maupun kendaraan, upaya yang dilakukan adalah membentuk koridor scbagai pedestrian ditepi jalan dengan membangun tenda-tenda dan kios-kios sepanjang kali Sukalila sebagai penerusan kawasan pemukiman dengan fungsi pasar kios-kios yang ada dipasar, sehingga terjadi hubungan antara kawasan pemukiman dengan fungsi pasar tradisional Deretan kios - kios dan pedestrian untuk menghubungkan fungsi kawasan pemukiman dengan fungsi kawasan pasar tradisional. KESIMPULAN 1. Bangun an multi fun gsi merupakan upaya unt u k menat a fungsi pasar tradi si onal yan g langsung menghadap jalan pusat kota dirasa sudah tidak tepat mengingat berkembangnya kawasan perdagangan pada jalan utama tersebut dikaitkan dengan intensitas bangunan dan nilai lahan yang tinggi. 2. Diperlukan fungsi bangunan yang langsung menghadap jalan pusat kota sebuah fungsi yang representatif dan sesuai dengan koridor kawasan yang terdiri dari bangunan -bangun an gedung perbelanjaan modern. 3. Dengan pemilihan fungsi bangunan yang representatif, maka dapat mempengaruhi kualitas kota dari aspek fungsional dapat membentuk. linkage

dan integrasi kawasan, dari aspek visual dapat memberikan image yang spesifik dari suatu kota, dari aspek lingkungan dapat menata ruang-ruang yang cukup untuk sinar matahari, sehingga tercapai lingkungan yang sehat, aman dan nyaman. Daftar Pustaka Darmawan, Edy, 2002, Teori dan implementasi Perancangan Kota, BPU UNDIP. Gruen, Victor. "Centres for the Urban Environment:! Survival of The-Cities"-Van Rostrand Reinhold, New York, 1973, h. 99. Jurnal Perencanaan Wilayah Kota, Edisi Perkenalan, "Tata Ruang Dalam Perspektif Globalisasi Industri", "Mencari Model Perencanaan Tata Ruang Kota Indonesia". LPPT ITB, 1990. Shirvani, Hamid. "The Urban Design Process". Van Nostrand Reinhold Co. Newyork, 1985. Rukayah, Siti, 2005, Simpang Lima Semarang Lapangan Kota Dikepung Ritel, BP UNDIP.