PERTEMUAN 4. Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia. penyelenggara dan kedudukan museum. Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB 4 TINJAUAN TERHADAP KONSEP DAN BENTUK PENYAJIAN PADA MUSEUM TAMAN PRASASTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi museum berasal dari berbagai kelompok pendidikan. Siswa baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

PERTEMUAN 10. Bahan Ajar 10. Metode penanganan koleksi permuseuman)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MUSEUM GEOLOGI BLORA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bangsa dan menyimpanan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Semarang sebagai lahan incaran investor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

YOGYAKARTA BUTTERLY PARK AND CONSERVATION BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB II KAJIAN LITERATUR

PEDOMAN MUSEUM SITUS CAGAR BUDAYA DIREKTORAT MUSEUM DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Buku Visual Heritage Building of Surabaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. gudang tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan

COVER LEMBAR PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

I. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan publik melalui

Transkripsi:

PERTEMUAN 4 Bahan Ajar 4. Jenis-Jenis Museum di Indonesia A. Pendahuluan Jenis museum bermacam-macam dan dapat ditinjau dari berbagai segi. Yang paling sering ditinjau yaitu dari segi koleksi. Jenis museum dapat juga ditinjau dari segi penyelenggara dan kedudukan museum. Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang besar dan mencakup banyak kategori, hingga institusi kecil yang memusatkan diri kepada subyek tertentu, lokasi, atau seseorang. Selain itu terdapat museum universal yang koleksinya merepresentasikan dunia dan biasanya koleksinya diantaranya seni, ilmu pengetahuan, sejarah dan sejarah alam. Tipe dan ukuran museum tercermin dalam koleksinya. Sebuah museum biasanya memiliki koleksi inti yang merupakan benda terpenting di bidangnya. (Agus, 1998) Dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi perkelompok kemudian ditindaklanjuti dengan presentasi sehingga yang terjadi merupakan proses komunikasi dua arah antara mahasiswa dan dosen sebagai fasilitator. Adapun materi yang dijadikan bahan diskusi adalah Jenis-Jenis Museum dan Status Museum yang bersumber dari buku dan referensi online di internet. Adapun Kompetensi atau kemampuan akhir yang diharapkan adalah peserta mata kuliah dapat menjelaskan jenis-jenis museum dan status museum yang berkembang di Indonesia. Sedangkan yang menjadi kriteria penilaian atau indikator pembelajaran yaitu, kemampuan peserta mata kuliah dalam menyampaikan pendapat, bicara di depan forum, serta kemampuan dalam menjelaskan materi tersebut. B. Uraian Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran ini disajikan dalam format powerpoint yang kemudian dipergunakan sebagai media pembelajaran pada saat tatap muka di kelas. Materi 1 tentang 1

Jenis-Jenis Museum dan materi 2 tentang Status Museum berdasarkan hukumnya, kemudian beberapa artikel sebagai bahan diskusi kelompok sebagai media pembelajaran tambahan. 1. Materi 1. Jenis-Jenis Museum Menurut koleksi yang dimiliki, jenis museum dapat dibagi dalam dua bahagian besar yaitu Museum Umum dan Museum Khusus (Agus, 1998). Museum Umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya, yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Sedangkan Museum Khusus adalah museum yang koleksinya dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau cabang teknologi. Apabila koleksi suatu museum dapat mewakili dua kriteria dengan satu cabang seni, maka museum khusus tersebut menjadi museum umum, di bawah ini contoh museum umum. Foto : Museum Sangiran 2

Foto : Museum Sangiran Beberapa contoh museum khusus yang ada di Indonesia, yaitu Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda (termasuk museum sejarah), Museum Geologi, Museum Etnografi, Museum tekstil, Museum Batik, Museum Wayang dan Museum Bahari. Foto: Museum Batik Foto: Ruang Pamer Museum Batik Pekalongan 3

2. Materi 2. Status Museum berdasarkan hukumnya Menurut kedudukannya museum dapat dibagi 6 sesuai perkembangannya yaitu : a. Museum Nasional b. Museum Provinsi 2. Museum Lokal 3. Village Museum 4. Open Site Museum Museum Nasional adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili, berkaitan dengan material manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional. Museum Propinsi adalah museum yang koleksinya dari kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum tersebut berada. Museum Lokal adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten, kotamadya dimana museum tersebut berada (Agus, 1998). Museum lapangan terbuka, yang dapat berarti open air museum, dapat merupakan suatu kelompok yang luas, seperti Taman Mini, terdiri dari model-model rumah adat, baik yang asli, yang telah perpindah tempat dari asal daerahnya semula, maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap (Agus, 1998) A. Penyelenggara Museum Ada 2 pengertian penyelenggara museum, yaitu a. Unit-unit yang melaksanakan museum, besifat otonom, dapat pemerintah maupun swasta 4

b. Pengelola yang langsung menangani museum, terdiri atas Badan Pengurus Museum yang berbadan hukum dan kepala museum. Badan pengelola museum dapat swasta dapat pula pemerintah Penting : Letak museum, aksesibilitasnya, keamanannya Gedung penataan, sirkulasi pengunjung Pembagian ruang sesuai fungsi-fungsi museum Perencanaan pengadaan koleksi Pengadaan sarana dan fasilitas perkantoran, SDM Perencanaan pengadaan pelatihan jabatan personil Museum swasta: eg. Memorial Museum koleksinya tidak akan bertambah, semua sudah tersedia Museum Kesenian swasta diselengarakan oleh yayasan dengan didasarkan pada donasi Museum negeri: Dibiayai oleh pemerintah, melalui anggaran belanja tahunan Masyarakat mengambil bagian, perkumpulan masyarakat, misalnya Museum Friends Association Hasil pendapatan museum masuk kas negara B. Struktur Organisasi Museum Struktur organisasi museum yang baik adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. efektif 2. efisien 3. sistematis 5

DIREKTUR KABAG AKADEMIK KABAG PELAYANAN MUSEUM, SENI MURNI TEKNOLOGI ADMINISTRASI PUBLIKASI SENI TERAPAN SEJARAH ALAM PAMERAN KEAMANAN ARKEOLOGI EDUKASI Bagan struktur organisasi museum C. Persyaratan Sebuah Museum Adapun persyaratan sebuah museum yang akan diutarakan meliputi persyaratan untuk : lokasi museum; bangunan museum; koleksi museum; perlatan museum; organisasi dan ketenagaan. Lokasi Museum Untuk mendirikan suatu museum yang baik, seharusnya dengan kegiatan studi kelayakan. Bila hasil studi tersebut ternyata layak untuk mendirikan suatu museum, maka diperhatikan persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipakai sebagai bahan perencanaan pembangunan museum. Bangunan Museum Pendiri museum harus memahami ketentuan tentang pendirian museum, misalnya bangunan museum harus mempunyai kriteria; 6

1. Keletakan bangunan (lokasionalnya) dipertimbangkan dengan seksama/letak museum di bagian kota yang tepat 2. Bangunan harus dapat melindungi dan memberikan keamanan bagi koleksi, personil, sirkulasi koleksi, dan pengunjung 3. Pembagian ruang-ruang disesuaikan dengan fungsi museum, 4. Ada perencaan tentang ruang pamer koleksi, sirkulasi, perkantoran, ruang untuk personil dan pengunjung museum 5. Perpustakaan, Faktor lain yang harus diperhatikan dalam mendirikan museum adalah tujuannya, terutama aspek edukatif dan kulturalnya. Faktor sosial dan ekonomi juga ikut mendukung keberlangsungan museum. Tujuan harus diperhatikan, terutama aspek edukatif dan kulturalnya. Faktor sosial ekonomi menjadi pendukung yang signifikan. Hal ini disebabkan karena museum juga mempunyai kewajiban untuk melakukan konservasi, penelitian, dan penerbitan (Ishag, 2000). 1. Artikel bahan diskusi kelompok Bahan pembelajaran merupakan artikel online yang dipergunakan sebagai media pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok yang kemudian dipresentasikan di depan kelas. Artikel yang dipilih merupakan tulisan para pakar dengan tema; Pengembangan Situs Pemakaman Kolonial Sebagai Open Air Museum: Uji Coba pada Museum Taman Prasasti Oleh: Atina Winaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (sumber : http://www.weasteheritagetrail.co.uk diakses 5 Agustus2014) Abstrak Museum Taman Prasasti merupakan salah satu museum di Jakarta yang memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan museum lain yang pada umumnya memamerkan koleksinya di 7

dalam suatu bangunan, Museum Taman Prasasti memamerkan koleksinya di ruang terbuka. Keunikan lainnya adalah kawasan museum yang pada awalnya merupakan kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial. Pemakaman yang berasal dari akhir abad ke-18 tersebut merupakan warisan budaya yang sangat berharga, salah satunya sebagai tempat yang memberikan kesaksian tentang komposisi penduduk Batavia yang berasal dari seluruh dunia pada masa itu. Melalui pendekatan open air museum, Museum Taman Prasasti dapat disulap menjadi tempat rekreasi dan edukasi yang menarik minat masyarakat. Museum, yang merupakan suatu situs pemakaman, tidak lagi terkesan sepi dan menyeramkan, melainkan rindang, teduh, dan menyenangkan. Pendekatan open air museum berupaya menjadikan kawasan museum sebagai sarana rekreasi di alam terbuka melalui penataan lansekap dan penyajian pameran yang menarik, serta program-program interaktif yang menghibur masyarakat. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah museum dapat berperan sebagai area terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Kata kunci: situs pemakaman, open air museum Abstract The Development of Colonial Funeral Site as an Open Air Museum: Research on Taman Prasasti Museum Written by: Atina Winaya Taman Prasasti museum is one of the museums in Jakarta, which has its own uniqueness. In the colonial period, this museum was used as a cemetery of the Dutch people. Thus, the museum collections, such as gravestone and statue, exhibited in the open area. Taman Prasasti museum, which is built from the late 18th century, is a precious cultural heritage. This funeral site is a witness of the composition of Batavia residents who come from all over the world at that time. Using the open air museum approach, Taman Prasasti museum can be transformed into a recreational-educational place that attracts people. As a funeral site, dead and creepy image changed into a calm and pleasant place. The approach of open air museum intends to create the museum as an interesting recreation area in the open space through the landscape arrangement, exhibition, and interactive program. Besides, the more important thing is museum roles as lungs of the city. Keyword: funeral site, open air museum Pendahuluan Museum Taman Prasasti merupakan salah satu museum di Jakarta yang memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan museum lain yang pada umumnya memamerkan koleksinya di dalam suatu bangunan (indoor museum), Museum Taman Prasasti memamerkan koleksinya 8

di ruang terbuka (outdoor museum). Keunikan lainnya adalah kawasan museum pada awalnya merupakan kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial. Kompleks pemakaman yang menjadi cikal bakal Museum Taman Prasasti didirikan pada tahun 1795. Menurut Adolf Heuken, kompleks pemakaman tersebut merupakan taman pemakaman umum modern tertua yang masih tersisa di Jakarta, bahkan merupakan salah satu yang tertua di dunia. Pemakaman tersebut lebih tua dari Fort Canning Park (1926) di Singapura, Gore Hill Cemetery (1868) di Sydney, La Chaise Cemetery (1803) di Paris, Mount Auburn Cemetery (1831) di Cambridge, Massachusetts (yang diklaim sebagai taman makam modern pertama di dunia), dan Arlington National Cemetery (1864) di Washington D.C. (ikon visual lansekap sejarah Amerika Serikat) (Joga dkk., 2005:11-12). Pada awalnya pemakaman digunakan khusus untuk orang asing, terutama yang beragama Kristen. Pemakaman yang dikenal dengan nama Kebon Jahe Kober tersebut berkembang hingga seluas 5,9 hektar (Heuken, 1997:243-244). Kemudian pada tahun 1975, pemakaman ditutup dengan alasan kawasan makam telah penuh. Pada tanggal 9 Juli 1977, kawasan pemakaman dijadikan sebagai Museum Taman Prasasti dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Akibat pembangunan gedung-gedung pemerintahan di sekitarnya, saat ini kawasan museum hanya memiliki luas 1,2 hektar (DMS DKI Jakarta, 1994:10). Melalui penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Museum Taman Prasasti pada awalnya bukanlah kawasan yang diciptakan khusus sebagai suatu museum, melainkan suatu pemakaman di wilayah tengah Kota Jakarta. Namun, karena kawasan pemakaman tersebut dianggap memiliki nilai historis dan arkeologis, maka dijadikan suatu museum sebagai usaha untuk melestarikannya. Peninggalan arkeologis berupa kawasan pemakaman jarang mendapat perhatian yang lebih, padahal keberadaan pemakaman dapat memberikan informasi serta gambaran mengenai keadaan manusia di masa lampau melalui cara yang unik dan menarik. Pendekatan Open Air Museum Isu mengenai pengembangan museum di ruang terbuka sudah menjadi perhatian beberapa negara. Open air museum yang pertama didirikan di Stockholm pada tahun 1891, yaitu Skansen Museum. Skansen Museum memiliki area seluas 50 hektar yang memamerkan berbagai jenis koleksi seperti bangunan tradisional, ladang dan perkebunan, kandang ternak, gudang, gereja, dan rumah bangsawan. Bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan yang insitu. Selain menyajikan koleksi berupa lansekap dan bangunan, Skansen Museum juga menyajikan berbagai aktivitas yang berlangsung pada kehidupan masyarakat Skandinavia kuno. Misalnya, terdapat seorang pandai besi yang sedang bekerja di bengkel pandai besi, kemudian terdapat pula pemuda-pemudi yang mengenakan busana nasional sedang bercengkerama di kedai. Gereja masih difungsikan dan mengadakan pelayanan kepada jemaat. Seringkali acara pernikahan masih diselenggarakan di gereja tersebut, dan semua undangan yang hadir mengenakan busana nasional yang beragam. Pihak museum juga mengadakan festival musik dan tari tradisional yang diadakan di plaza museum. Kebudayaan lampau berikut artefaknya menjadi hidup kembali. Skansen Museum menekankan bahwa 9

semua sajian yang ada di museum merupakan aktivitas yang sebenarnya dan pernah terjadi di masa lalu, bukan rekayasa (Huth, 1940). Setelah berdirinya Skansen Museum di Stockholm, open air museum lainnya mulai didirikan di berbagai negara di seluruh dunia dengan berbagai bentuk dan ukuran. Pada awalnya, museum tipe ini hanya terdapat di Eropa Utara, kemudian berkembang ke Eropa Barat dan Eropa Tengah. Dewasa ini, konsep open air museum diminati oleh berbagai negara di seluruh dunia, sehingga kemudian berkembang di benua Amerika, Asia, Australia, dan juga Afrika (Rentzhog, 2007:ix). Open air museum menekankan pentingnya suatu objek ditempatkan pada konteks sejarah kebudayaan yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk merekonstruksi peninggalan bersejarah tersebut, baik berupa bangunan atau lansekap di ruang pameran (Laenen, tt:126). Dengan demikian, otentisitas situs, fitur, dan artefak menjadi sangat penting. Pelestarian merupakan motivasi utama bagi pengembangan hampir setiap open air museum. Pelestarian tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Jika suatu bangunan kuno ingin dipreservasi, maka bangunan tersebut harus ditangani secara baik dan benar, yaitu dengan tetap membiarkan bentuk bangunan sesuai dengan aslinya. Apabila bangunan tersebut tidak menampilkan bentuk asli dan sesuai, maka pelestarian yang dilakukan tidaklah tepat (Chappell, 1999:336). Selain fungsi pelestarian, open air museum juga ditujukan untuk menciptakan suatu gambaran mengenai kehidupan masyarakat masa lalu dengan cara merekonstruksi kembali lingkungan dan kehidupan mereka. Museum jenis ini menghidupkan kembali kehidupan masyarakat lampau yang telah punah. Dengan demikian, pengunjung dapat merasakan dan memahami kehidupan masyarakat pada saat itu (Laenen, tt:129-132). Open air museum biasanya dikenali sebagai museum of buildings, living farm museum, living history museum, dan folk museum. Pada umumnya open air museum mengkhususkan koleksinya pada kawasan dan bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis dan estetis. Museum berupaya mendirikan kembali bangunan-bangunan tua di dalam kawasan situs terbuka yang luas untuk kemudian dirancang dan diatur kembali sesuai dengan keadaan pada masa lalu. Pengembangan Situs Pemakaman Kolonial Situs pemakaman, khususnya yang berasal dari masa kolonial, kerapkali dianggap sebagai tempat yang sepi dan menyeramkan. Padahal, secara tidak disadari, tempat tersebut menyimpan berbagai macam informasi menarik mengenai komposisi penduduk suatu kota di masa lampau. Situs pemakaman merupakan data arkeologi yang tidak kalah penting apabila dibandingkan dengan situs pemukiman, situs keagamaan, atau jenis situs lainnya. Situs pemakaman harus dikemas secara menarik agar dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi dan edukasi masyarakat di ruang terbuka. 10

Sebagai model acuan, akan dipaparkan secara singkat bentuk pengembangan situs pemakaman Weaste Cemetery di Salford, Inggris. Weaste Cemetery Weaste Cemetery merupakan pemakaman pertama di kota Salford, Inggris. Sebelum pemakaman didirikan pada tahun 1857, warga kota dimakamkan di halaman gereja. Namun, halaman gereja sudah tidak mampu menampung makam lebih banyak lagi, sehingga Weaste Cemetery pun dibangun sebagai pemakaman kota (www.weasteheritagetrail.co.uk). Pada periode Victoria, pemakaman juga difungsikan sebagai taman kota yang dirancang mirip satu sama lain. Tidak terkecuali Weaste Cemetery. Weaste Cemetery mempunyai empat kapel dan satu rumah kaca yang dirancang dengan sangat indah. Selain berfungsi sebagai pemakaman, Weaste Cemetery juga menawarkan tempat dan pemandangan yang indah dimana pengunjung dapat melepaskan penat dari keramaian kota (www.weasteheritagetrail.co.uk). Sejak tahun 1857 hingga sekarang, kawasan Weaste Cemetery telah diisi sekitar 330.000 makam. Di antara orang-orang yang dimakamkan, terdapat beberapa tokoh yang dikenal masyarakat, seperti Joseph Brotherton (politikus sekaligus anggota parlemen pertama Salford), Sir Charles Hallé (pendiri Hallé Orchestra), Mark Addy (pahlawan kota yang menyelamatkan 50 orang yang tenggelam di Sungai Irwell), dan para veteran perang (www.weasteheritagetrail.co.uk). Saat ini, Weaste Cemetery dirancang layaknya sebuah oase hijau yang tenang di tengah perkotaan. Berbagai jenis tumbuhan, baik berupa pepohonan maupun bunga-bunga liar, ditanam di area seluas 39 hektar. Sebagian besar tumbuhan tersebut telah ada semenjak pemakaman pertama kali didirikan, seperti bunga aster, dandelion, lady s smock, bluebell, self-heal, dan thyme-leaved speedwell. Tempat tersebut sekaligus menjadi habitat yang nyaman bagi berbagai jenis satwa, seperti burung dan serangga ww.weasteheritagetrail.co.uk). 11

Weaste Cemetery telah melakukan inventarisasi terhadap seluruh makam yang dimilikinya. Selain itu, sedapat mungkin, dikumpulkan kisah hidup para penghuni makam, karena setiap orang memiliki kisah menarik untuk diceritakan. Melalui website resminya, Weaste Cemetery menampilkan data base biografi orang-orang yang dimakamkan, baik yang terkenal maupun tidak. Salah satu contoh yang menarik adalah biografi mengenai James Payne (1823-1907), seorang teknisi lampu di Kota Salford (www.weasteheritagetrail.co.uk). 12

Weaste Cemetery merupakan model yang cukup ideal bagi pengembangan situs pemakaman. Penataan lansekap yang indah disertai tetumbuhan yang menghiasinya menjadikan situs pemakaman tersebut diminati pengunjung yang mencari suasana alam, udara segar, serta ketenangan di tengah keramaian kota. Namun, hal utama yang harus dimiliki pengelola situs pemakaman adalah kelengkapan data orang-orang yang dimakamkan di tempat tersebut. Weaste Cemetery berhasil mengumpulkan data-data itu dan memasukkannya ke dalam data base yang dapat diakses oleh masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang telah menghuni Kota Salford terlebih dahulu. Kisah kehidupan mereka merupakan bagian dari sejarah yang mewarnai Kota Salford. Pengetahuan akan sejarah kota menjadikan masyarakat lokal paham akan perkembangan kota yang mereka huni dari masa ke masa. Situs pemakaman dapat memberikan pengetahuan tersebut melalui cara yang unik. Melalui model pengembangan yang tepat, situs pemakaman dapat disulap menjadi tempat rekreasi dan edukasi yang menarik minat masyarakat, serta area terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Situs Pemakaman sebagai Open Air Museum: Uji Coba pada Museum Taman Prasasti Pada awalnya, kawasan Museum Taman Prasasti digunakan sebagai pemakaman khusus orang asing di Batavia. Pemakaman yang diberi nama Kerkhof Laan atau Kebon Jahe Kober (kober = kuburan) tersebut didirikan pada tahun 1795 (Heuken, 1997:244). Pemakaman Kebon Jahe secara resmi mulai berfungsi setelah dibongkarnya kawasan pemakaman yang berada di Gereja Belanda Baru (Nieuwe Hollandsche Kerk) yang saat ini telah menjadi Museum Wayang yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara nomor 27. Ketika itu, Pemerintah Batavia berupaya mencari lahan yang lebih luas untuk menampung orang meninggal yang jumlahnya semakin meningkat. Kondisi Kota Batavia yang semakin padat menyebabkan atmosfer yang tidak sehat, sehingga banyak warga kota yang terserang wabah penyakit malaria, diare, dan penyakit lainnya, yang menyebabkan kematian. Sebagai lahan pengganti, dicari lokasi baru di luar kota ke arah selatan, yakni di Kebon Jahe yang termasuk daerah Tanah Abang (DMS DKI Jakarta, 1994:8).Pemakaman Kebon Jahe berkembang menjadi suatu pemakaman yang prestisius karena banyaknya orang terkenal yang dimakamkan di sana, baik pejabat penting, pelaku sejarah, hingga selebritis pada masanya. Beberapa di antaranya adalah Olivia Mariamne Raffles (istri Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles), MGR. Adami Caroli Claessens pastor Katolik terkemuka), keluarga van Rimsdijk (keluarga gubernur Hindia Belanda), Jonathan Michiels (saudagar di Batavia yang merupakan mardjiker terakhir), Dr. H.F. Roll (pendiri Stovia), W. F. Stutterheim dan Dr. J.L.A. Brandes (ahli sejarah purbakala Indonesia), Miss Riboet (pemain sandiwara terkenal), serta Soe Hok Gie (aktivis mahasiswa). 13

Kisah di balik tokoh, baik yang terkenal maupun tidak, dikumpulkan dan diulas sehingga masyarakat dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang telah menghuni Kota Jakarta terlebih dahulu. 14

Dalam makalah seminar yang disampaikannya, Adolf Heuken (2005) mengemukakan bahwa Museum Taman Prasasti sebagai peninggalan makam dari akhir abad ke-18 merupakan warisan budaya dari masa lampau yang sangat berharga, salah satunya sebagai tempat yang memberikan kesaksian tentang komposisi penduduk Batavia yang berasal dari seluruh dunia pada masa itu. Keragaman bahasa yang tertera pada nisan-nisan dapat memberikan pengetahuan mengenai perkembangan bahasa dan sastra pada masa kolonial. Informasi lainnya adalah tentang pendeknya umur orang Batavia dan banyaknya kematian anak-anak. Selain itu, terdapat beberapa gaya arsitektur yang khas, antara lain adalah klasisisme, neogotik, dan Jawa. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah gambaran mengenai gaya pengungkapan (bentuk ekspresi) kepercayaan atau ketidakpercayaan akan kehidupan sesudah kematian, rindu atau perasaan orang yang ditinggalkan yang dapat diketahui melalui gaya patung, puisi, atau prosa yang dituliskan pada nisan. Museum Taman Prasasti dikategorikan ke dalam jenis open air museum. Museum jenis ini jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia. Walaupun dewasa ini terdapat beberapa museum yang berada di ruang terbuka, namun yang benar-benar menerapkan prinsip open air museum sangat jarang ditemui. Open air museum sebaiknya berlokasi di suatu situs arkeologi, mengutamakan keotentikan situs beserta isinya, dan berupaya merekonstruksi cara hidup di masa lampau melalui pameran dan program lainnya. Museum Taman Prasasti memiliki kemampuan untuk memenuhi kriteria tersebut. Museum sudah berlokasi di suatu situs arkeologi yang berasal dari periode kolonial. Hanya saja, museum masih perlu berupaya mengedepankan nilai keotentikan situs melalui penataan pameran yang sesuai, dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Penataan lansekap sedapat mungkin disesuaikan dengan bentuk kondisi Kebon Jahe Kober di masa lampau. Melalui foto, gambar, dan dokumen lainnya, dapat diketahui bentuk penataan lansekap dan jenis-jenis vegetasi yang ditanam. Mengenai hal ini, diperlukan penelitian yang mendalam mengenai bentuk pemakaman Belanda pada masa kolonial dan jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam. Tujuannya adalah agar pengunjung dapat merasakan secara langsung bentuk pemakaman kolonial di masa lampau sehingga memudahkan proses penerimaan informasi. 15

Selain itu, museum juga harus mengadakan program-program edukatif-rekreatif yang berkaitan dengan koleksi museum guna merekonstruksi cara-cara hidup masyarakat Batavia pada abad ke-18 hingga 20, terutama yang berkaitan dengan pemakaman dan kematian. Misalnya saja, pada tahun 2004, Museum Taman Prasasti pernah mengadakan kegiatan Prosesi Pemakaman Batavia 1820: Sebuah Rekonstruksi Sejarah yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum kepada masyarakat saat ini mengenai kehidupan masyarakat Batavia pada masa kolonial, khususnya yang terkait dengan prosesi pemakaman. Selain itu di tahun yang sama, diselenggarakan Pertunjukan Sound and Light. Pertunjukan tersebut menonjolkan keindahan batu-batu nisan dan prasasti yang ada dengan menggunakan sinar lampu yang kontras. Kemudian terdapat narasi yang menceritakan keadaan di Batavia pada abad ke-18, yang ketika itu merupakan daerah yang tidak sehat akibat merebaknya berbagai macam penyakit (Museum Sejarah Jakarta, 2004). Sayangnya kegiatan-kegiatan tersebut tidak diadakan secara rutin. Padahal, sebagai open air museum, upaya rekonstruksi kehidupan masa lampau merupakan agenda utama. Oleh karena itu, Museum Taman Prasasti harus lebih mengembangkan program-program interaktif yang dilaksanakan secara rutin, baik itu harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Penutup Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang berada di ruang terbuka (outdoor), sehingga pengunjung dapat menikmati koleksi sekaligus keindahan alam yang saat ini sudah jarang ditemui di Jakarta. Sedangkan keunikan museum adalah kawasan museum yang pada awalnya merupakan kompleks pemakaman masyarakat Belanda pada masa kolonial. Sebagai open air museum, sudah seharusnya Museum Taman Prasasti dapat memberikan gambaran umum mengenai suasana Kota Batavia pada abad ke-18 hingga abad ke-20. Melalui keberadaan kompleks pemakaman tersebut, dapat diketahui bentuk pemukiman di wilayah Jakarta tempo dulu secara umum, dan gambaran pemakaman itu sendiri secara khusus. Museum Taman Prasasti merupakan warisan budaya dari masa lampau yang dapat memberikan berbagai pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat saat ini mengenai 16

dinamika kehidupan sosial di Batavia pada abad ke-18 hingga abad ke-20. Setiap informasi yang tersimpan di balik objek harus dapat disampaikan dalam kemasan yang menarik agar dapat dipahami dengan mudah oleh pengunjung. Bentuk penyajian tersebut, baik penyajian koleksi ataupun penyajian gagasan di balik koleksi (nilai) menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Bentuk penyajian museum tidak lagi bersifat tradisional yang terfokus pada penanganan objek semata (object oriented), melainkan bersifat melayani masyarakat (public oriented) sebagaimana yang terdapat di dalam prinsip new museology. Pendekatan open air museum merupakan salah satu cara yang dapat diterapkan dalam mengembangkan Museum Taman Prasasti. Melalui pendekatan tersebut, museum dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya melalui penataan lansekap, penyajian koleksi, serta berbagai program interaktif. Sebagai museum yang berada di wilayah Jakarta, Museum Taman Prasasti berperan dalam meningkatkan kepedulian masyarakat mengenai identitas dan sejarah perkembangan kota Jakarta. Diharapkan masyarakat Jakarta dapat mengetahui dan memahami bentuk perkembangan Kota Jakarta dari masa ke masa melalui informasi di balik koleksi museum. Museum berperan sebagai wahana edukasi dan rekreasi bagi masyarakat, serta penyedia ruang terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota. BAHAN BACAAN Agus. 1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta. Chappell, Edward A. 1999. Open-Air Museums: Architectural History for the Masses, The Journal of the Society of Architectural Historians 58(3): 334-341. Dinas Museum dan Sejarah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1994. Petunjuk Museum Taman Prasasti. Dinas Pertamanan DKI Jakarta. TT. Site Plan Museum Taman Prasasti. (denah). Heuken, Adolf. 2005. Makna Taman Prasasti sebagai Tempat Bersejarah Kota Jakarta. Makalah yang disampaikan pada Seminar Pengembangan Museum Taman Prasasti yang diselenggarakan oleh Museum Sejarah Jakarta, Jakarta 13-14 Juli 2005. Heuken, Adolf. 1997. Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Heuken, Adolf. 2007. Historical Sites of Jakarta. Ed. Ke-7. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Huth, Hans. Open-Air Museums and Folk Art Centers, The Regional Review IV(6). Ishaq, Daud. (2000). Pedoman Pendirian Museum. Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta. 17

Joga, Nirwono dkk. 2005. Museum Taman Prasasti: Metamorfosis Makam Menjadi Museum. Jakarta: Universitas Trisakti, Jurusan Arsitektur Lansekap, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan. Laenen, M. tt. A New Look at Open Air Museum. 125-140. Museum Sejarah Jakarta. 2004. Laporan Kegiatan Prosesi Pemakaman Batavia 1820: Sebuah Rekonstruksi Sejarah. Museum Sejarah Jakarta. 2004. Laporan Kegiatan Pertunjukan Sound and Light di Museum Taman Prasasti. Rentzhog, Sten. 2007. Open Air Museums: The History and Future of a Visionary Idea. Kristianstad: Kristianstads Boktryckeri. http://www.weasteheritagetrail.co.uk 18