BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Stakeholder, Persistensi Laba, Book Tax Differences, Large Positive Book

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. stakeholder maupun pihak manajemen perusahaan. Menurut Statement of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPTOTESIS PENELITIAN. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat tiga tujuan pelaporan keuangan menurut Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isu yang menarik saat ini di Indonesia adalah book tax gap yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Agar tercapainya tujuan tersebut tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian adalah mengenai book tax differences. Book tax differences

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan akan berupaya untuk menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Laporan Keuangan Akuntansi (Komersial) dengan Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dilaporkan melalui laporan laba rugi (Income Statement) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isu yang menarik saat ini adalah book tax differences yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan setiap tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Ni Putu Lestari dan I.G.A.M Asri Dwija Putri (2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam struktur penerimaan negara, penerimaan pajak memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal perusahaan. Mereka selalu menggunakan laba sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemakai laporan keuangan lainnya, Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)

BAB I PENDAHULUAN. standar akuntansi keuangan. Book tax differences tersebut berpengaruh besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer akan merespon

BAB I PENDAHULUAN. laba dan komponennya. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi yang terkandung di dalam laba (earnings) mempunyai peran

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan go public pada Bursa Efek

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan. Keuangan Fiskal (Book Tax Differences)

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Persistensi Laba dengan metode purposive sampling dan regresi linier berganda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. yang mendasari penelitian dibidang pertumbuhan laba, yaitu Teori Stakeholder dan

BAB II TELAAH PUSTAKA. dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menyebutkan bahwa perusahaan adalah tempat atau intersection

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terkandung di dalam laba ( earnings) mempunyai peran

Prosiding Akuntansi ISSN:

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan melakukan suatu pelaporan keuangan mempunyai tujuan. untuk menyediakan informasi yang berguna dalam proses pengambilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI

Kandungan Informasi Temporary Book-Tax Differences dan Akrual dalam Persistensi Laba

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan diperoleh dari laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan. Laporan

PENGARUH BOOK TAX-DIFFERENCES

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA?

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Fokus utama pelaporan keuangan. adalah informasi mengenai laba dan komponennya.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

b) transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan.

PPh terutang, Pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan kena pajak yang sesungguhnya dibayar kepada pemerintah, Beban Pajak Penghasilan Paj

BAB I PENDAHULUAN. bahkan masyarakat pun memiliki kepentingan atas sebuah perusahaan.

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. pajak ini dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. diperolehnya dalam tahun pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia dalam praktiknya berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

ANALISIS PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Menurut Eisenhardt dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan biaya dan juga pengeluaran yang

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan dalam laporan keuangan perusahaan. pemisahan kepentingan tersebut disebut dengan agensi teori.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat tersebut, suatu perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. (UU KUP) Nomor 16 Tahun 2009 pasal 28 (1) diatur bahwa Wajib Pajak (WP)

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Mickling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agency (agency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA, AKRUAL DAN ALIRAN KAS PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

PSAK 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN REVISI 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teoriteori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Stakeholder, Persistensi Laba, Book Tax Differences, Large Positive Book Tax Differences, Large Negative Book Tax Differences, PSAK 46 tentang Pajak Tangguhan, Koreksi Fiskal dan Corporate Governance. Bab ini juga membahas tentang penelitian sebelumnya untuk membangun rumusan hipotesis. 2.1.1 Teori Stakeholder Berdasarkan teori stakeholder (Guthrie et al, 2002 dalam Pratiwi, 2014), manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder dan melaporkan informasi kepada stakeholder. Stakeholder sendiri adalah orang-orang yang mempunyai kepentingan suatu perusahaan seperti kreditur, pemerintah, dan badan pembuat regulasi. Teori ini mengharapkan manajemen perusahaan melaporkan aktivitasaktivitas perusahaan kepada para stakeholder, yang berisi mengenai bagaimana dampak kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan kepada stakeholder. Jadi stakeholder mempunyai hak untuk mengetahui informasi yang disampaikan baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan meskipun nantinya mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut. Informasi 11

yang terdapat di dalam baik berupa perbedaan temporer mengenai laba akuntansi sebelum pajak satu periode mendatang boleh digunakan ataupun tidak digunakan oleh para stakeholder dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan teori ini yang mengharapkan manajemen melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder, maka untuk membantu berjalannya harapan dari stakeholder manajemen tersebut maka diterapkanlah tata kelola perusahaan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga manajemen tidak melakukan aktivitas yang menyimpang dari keinginan stakeholder. 2.1.2 Persistensi Laba Persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (Penman, 2001). Laba yang berkesinambungan (sustainable) untuk suatu periode yang akan datang merupakan cerminan laba yang berkualitas (Ikhsan, 2012). Laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang persisten. Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going concern). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan di masa depan. Penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Mencapai tujuan tersebut, Standar Akuntansi Keuangan menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Kriteria utamanya adalah relevan dan reliabel. Persistensi laba merupakan salah satu 12

komponen nilai prediktif laba, oleh karena persistensi merupakan unsur relevansi, maka persistensi dapat digunakan untuk menilai kualitas laba. Persistensi laba mengindikasikan laba yang berkualitas karena menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu, serta melihat bahwa perusahaan tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menyesatkan pengguna informasi, karena laba perusahaan tidak berfluktuatif tajam. Pihak eksternal perusahaan seperti investor menginginkan laba yang persisten, hal ini disebabkan karena investor dapat memprediksi nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Persistensi laba diukur menggunakan koefisien regresi (β1) antara laba akuntansi sebelum pajak tahun depan (PTBIt+1) dengan laba akuntansi sebelum pajak periode sekarang (PTBIt) (Hanlon, 2005). Menurut Hanlon (2005) laba sebelum pajak pada masa depan (PTBIt+1) adalah sebagai proksi laba akuntansi yang dihitung dari laba perusahaan sebelum pajak (PTBIt) dibagi total aset. 2.1.3 Book Tax Differences Perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan (UU Nomor 17 Tahun 2000) mengharuskan perusahaan pada setiap periodenya untuk menyusun dua laporan laba rugi, yaitu laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal. Laporan laba rugi komersial merupakan pelaporan laba yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan menghasilkan laba bersih sebelum pajak (laba akuntansi), sedangkan laporan laba rugi fiskal disusun berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan untuk menentukan penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal. 13

Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian-penyesuaian laporan keuangan komersial berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan di Indonesia. Rekonsiliasi fiskal tersebut dilakukan pada akhir periode pembukuan yang menyebabkan terjadi perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dan peraturan pajak. perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan kedalam perbedaan permanen dan perbedaan temporer (Martini dan Persada, 2010). Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi dengan kata lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Begitu juga sebaliknya, ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, sedangkan menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya. Perbedaan temporer atau waktu disebabkan karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya untuk penghitungan laba. Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terdapat penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan pada periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode akuntansi sekarang. Sementara itu, 14

komersial mengakuinya sebagai penghasilan atau biaya pada periode yang bersangkutan. Manajer dapat menggunakan kebijakannya ketika memilih salah satu diantara beberapa metode-metode akuntansi dalam proses akrual, misalnya ketika menentukan metoda depresiasi, pengestimasian periode depresiasi dan amortisasi, serta manajer bebas menggunakan pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi, cadangan garansi, dan lain-lain (Mills dan Newberry, 2001 dalam Irfan, 2013). Menurut Wijayanti (2006) tujuan pajak perusahaan hanya untuk mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Artinya, pendapatan dicatat ketika kas diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic. Peraturan pajak juga tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya. Peraturan pajak tidak memperkenankan adanya pengestimasian dan pencadangan biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai dengan model penelitian Hanlon (2005). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen, karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi periode terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya 15

penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan (future taxable and future deductible amounts), yang berhubungan dengan proses akrual, sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan. Perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deferred tax expense), sehingga kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagai aset pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat pajak tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti bahwa kenaikan aset pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Phillips et al., 2002). Blaylock et al. (2010) menyatakan bahwa memiliki 3 kelompok, yaitu Large Positive Book Tax Differences (LPBTD), Large Negative Book Tax Differences (LNBTD), dan Small Book Tax Differences. 2.1.4 Large Positive Book Tax Differences Large positive atau perbedaan besar positif terjadi akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi Keuangan dan ketentuan peraturan perpajakan. Large positive 16

merupakan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih besar dari laba fiskal (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013). Soewito (2009) dalam Pratiwi (2014) menyatakan bahwa large positive book tax akan timbul jika perbedaan temporer menyebabkan terjadinya koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal negatif merupakan penyesuaian penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) untuk menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan pajak penghasilan dan peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut. Koreksi tersebut menyebabkan beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut ketentuan peraturan perpajakan, sehingga large positive akan menimbulkan biaya pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Menurut Prabowo (2010) dalam Irfan (2013) secara garis besar penyebab timbulnya large positive ada dua, yaitu sebagai berikut. 1) Terdapatnya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui dalam laporan keuangan tahun berjalan. Contohnya, keuntungan yang belum direalisasikan atas investasi dalam efek yang diperdagangkan pada periode terjadinya. Kenaikan nilai tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Sedangkan 17

dalam penghitungan pajak keuntungan tersebut belum diakui. Pajak baru mengakui keuntungan tersebut apabila keuntungan tersebut telah terealisasi yaitu pada saat efek tersebut dijual. 2) Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan dikurangkan dalam tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan. Contohnya, beban penyusutan yang timbul akibat perbedaan masa manfaat aset menurut undang-undang pajak penghasilan, dimana masa manfaat aset lebih pendek dibandingkan estimasi masa manfaat aset yang dilakukan oleh manajemen, sehingga beban penyusutan menurut pajak lebih besar dari perhitungan dalam laporan keuangan komersil. Akibatnya laba komersil sebelum pajak lebih besar dari laba fiskal. 2.1.5 Large Negative Book Tax Differences Large negative atau perbedaan besar negatif terjadi akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan. Large negative adalah selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013). Large negative timbul apabila perbedaan temporer atau perbedaan waktu menyebabkan terjadinya koreksi fiskal positif dalam laporan rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal positif terjadi ketika penyesuaian penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak) untuk menghitung 18

penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga large negative akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recovable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian (Soewito, 2009 dalam Pratiwi, 2014). Prabowo (2010) dalam Irfan (2013) menyatakan secara garis besar large negative timbul akibat dua hal, yaitu: 1) Terdapatnya penghasilan atau keuntungan kena pajak belum diakui di laporan keuangan tetapi telah diakui di laporan perpajakan. Contohnya, pendapatan sewa yang diterima dimuka diakui sebagai pendapatan untuk tujuan perpajakan namun diakui pada periode-periode di masa depan untuk tujuan laporan keuangan. 2) Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perpajakan pada tahun mendatang, tetapi dikurangkan pada tahun berjalan untuk tujuan pelaporan keuangan. Contohnya, beban garansi dan beban piutang tak tertagih boleh dikurangkan untuk tujuan perpajakan hanya ketika benar-benar terjadi atau kerugian benar-benar terealisasi, tetapi biaya tersebut diperhitungkan dimuka untuk tujuan pelaporan keuangan. 19

2.1.6 Small Book Tax Differences Small atau perbedaan kecil adalah perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, dimana nilai perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal tersebut relatif kecil, sehingga mengindikasikan kualitas laba yang dihasilkan baik (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013). 2.1.7 PSAK 46 tentang Pajak Tangguhan Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, dan akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode. Dasar pengenaan pajak atas aset atau liabilitas adalah nilai yang terkait dengan aset atau liabilitas untuk tujuan pajak. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. 20

Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu. Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa: 1) Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan. 2) Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan. Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari pengakuan awal goodwill atau pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari 21

suatu transaksi yang bukan transaksi kombinasi bisnis dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak (rugi pajak). Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup memadai sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan, kecuali jika aset pajak tangguhan timbul dari pengakuan awal aset atau pengakuan awal liabilitas dalam transaksi yang bukan dari transaksi kombinasi bisnis dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba kena pajak (rugi pajak). Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode pelaporan. Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara yang diharapkan entitas, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitas. 2.1.8 Koreksi Fiskal Koreksi fiskal bertujuan untuk menyesuaikan laba komersial (yaitu laba yang dihitung menurut Standar Akuntansi Keuangan) dengan Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 sehingga diperoleh laba fiskal. Laporan Perhitungan Laba Rugi yang dibuat perusahaan merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Oleh karena itu agar dapat menghitung besarnya pajak penghasilan yang terutang, perusahaan harus 22

melakukan penyesuaian laporan perhitungan rugi-labanya tersebut agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan. Langkah penyesuaian ini dilakukan dengan cara mencari pos-pos rekening yang berbeda perlakuan antara prinsip akuntansi berlaku umum dengan ketentuan peraturan undangundang perpajakan. Pos-pos rekening ini yang perlu dilakukan koreksi fiskal. Halhal yang menimbulkan perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan UU Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 antara lain: 1) Perbedaan Konsep Penghasilan Contoh: a. Deviden yang diterima oleh PT, Yayasan, Koperasi, BUMN/BUMD, b. Sisa Cadangan Kerugian Piutang bagi Bank, Leasing dan Asuransi 2) Perbedaan Cara Pengukuran Penghasilan Contoh : Penjualan diukur sebesar jumlah yang dibebankan kepada pembeli tidak melihat apakah ada hubungan istimewa atau tidak. 3) Perbedaan konsep biaya pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah semua pengorbanan ekonomis dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Tidak terbatas hanya biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan saja. Singkatnya, biaya menurut pajak adalah pengeluaranpengeluaran yang ada kaitan langsung dengan perolehan penghasilan (cash basic). 4) Perbedaan cara pengukuran biaya sama dengan cara pengukuran penghasilan, jika ada transaksi yang tidak wajar karena hubungan istimewa maka transaksi tersebut harus dikoreksi. 23

5) Perbedaan Cara Pembebanan atau Alokasi Biaya Contoh : a. Penyusutan, hanya metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dengan tarif yang telah ditentukan. b. Pengakuan Kerugian Piutang hanya menggunakan metode langsung. c. Penilaian Persediaan hanya menggunakan metode rata-rata dan FIFO. 6) Adanya penghasilan yang kena pajak penghasilan secara final. Penghasilan yang dikenakan pajak secara final berarti telah diperhitungkan pajak penghasilannya sehingga tidak perlu diperhitungkan lagi dalam menghitung pajak penghasilan di akhir tahun maka harus dikeluarkan dari laporan perhitungan laba-rugi. Jenis Koreksi Fiskal ada dua yaitu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif. Koreksi Fiskal Positif (FKP) adalah koreksi fiskal yang menambah besarnya laba kena pajak. Sedangkan Koreksi Fiskal Negatif (FKN) adalah koreksi fiskal yang mengurangi laba kena pajak. Soewito (2009) dalam Pratiwi (2014) menyatakan bahwa large positive book tax akan timbul jika perbedaan temporer menyebabkan terjadinya koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal negatif merupakan penyesuaian penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) untuk menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan pajak penghasilan dan peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut. Koreksi tersebut menyebabkan beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak 24

menurut ketentuan peraturan perpajakan, sehingga large positive akan menimbulkan biaya pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Large negative timbul apabila perbedaan temporer atau perbedaan waktu menyebabkan terjadinya koreksi fiskal positif dalam laporan rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal positif terjadi ketika penyesuaian penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak) untuk menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga large negative akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recovable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian (Soewito, 2009 dalam Pratiwi, 2014). 25

2.1.9 Corporate Governance Corporate governance menurut Forum for Corporate Governance Indonesian (FCGI, 2001) adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemangku kepentingan internal maupun eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dalam konsep good corporate governance terdapat prinsip-prinsip dasar yang meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan (KNKG, 2006). Prinsip-prinsip yang terkandung dalam good corporate governance yang dijabarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) meliputi lima prinsip sebagai berikut. 1) Transparansi (keterbukaan) Transparansi artinya perusahaan harus menyediakan informasi yang materiil dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai kepentingan. Dengan kata lain harus adanya keterbukaan informasi perusahaan dengan tidak hanya mengungkapkan masalah yang disyaratkan oleh perundang-undangan, tetapi juga hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan. 26

2) Accountability (akuntabilitas) Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam organ perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan berjalan dengan efektif. 3) Responsibility (pertanggung jawaban) Responsibilitas merupakan kepatuhan dalam pengelolahan perusahaan prinsip korporasi yang sehat, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan pemenuhan tanggungjawab sosial masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. 4) Independency (independensi) Independensi merupakan pengelolaan perusahaan harus dilakukan secara independen dalam hal ini bebas dari kepentingan pihak manapun yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Fairness (kewajaran) Fairness adalah perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi kebutuhan stakeholder dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan harus memperhatikan hak-hak para pemangku kepentingan berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan kearah yang lebih baik. Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) merupakan salah satu lembaga independen yang berfokus pada penilaian penerapan konsep corporate 27

governance di perusahaan yang telah melakukan riset mengenai penerapan corporate governance di Indonesia. IICG memeringkatkan penerapan corporate governance di Indonesia melalui riset guna memacu perusahaan di Indonesia dalam peningkatan kualitas penerapan konsep corporate governance. Pemeringkatan yang dilakukan oleh IICG berupa indeks, yaitu Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI yang dilakukan oleh IICG bekerjasama dengan majalah SWA yang merupakan program tahunan sebagai bentuk perhargaan inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang etikal dan bermartabat sejak tahun 2001. Penerapan corporate governance ini diukur dengan menggunakan skala skor yang terdiri dari 3 kategori berdasarkan tingkat kepercayaan, yaitu 55 69 cukup terpercaya, 70 84 terpercaya, dan 85 100 sangat terpercaya. Penerapan corporate governance memiliki manfaat bagi perusahaan, yaitu meningkatkan kinerja perusahaa melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders (FCGI, 2001). 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Tabel 2.2 berikut menyajikan ringkasan penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan referensi dan berhubungan dengan penelitian ini. Tabel 2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No. Judul Penelitian 1. Analisis Pengaruh Book Tax Differences Peneliti dan Tahun Penelitian Intan Ratna Pratiwi (2014) Alat Analisis dan Variabel Regresi Berganda Variabel Independen: Hasil Penelitian Perbedaan permanen berpengaruh 28

Persistensi Laba 2. Pengaruh Kualitas Penerapan Corporate Governance dan konsentrasi kepemilikan Persistensi Laba 3. Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Persistensi Laba 4. Pengaruh Book Tax Differences Persistensi Laba Taufikul Ikhsan (2012) Sheila Nike Purwanti (2013) Mohd. Zdulhiyanov (2015) Perbedaan permanen Perbedaan temporer Large positive Large negative Variabel Dependen: Persistensi laba Variabel Kontrol: Komponen arus kas dan akrual Ukuran perusahaan Return on asset Regresi Berganda Variabel Independen: Kualitas penerapan corporate governance Konsentrasi kepemilikan Variabel Dependen: Persistensi laba Regresi Berganda Variabel Independen: Large positive Large negative Variabel Dependen: Persistensi laba Regresi Berganda Variabel Independen: Large positive Large negative signifikan persistensi laba dan perbedaan temporer tidak berpengaruh signifikan persistensi laba, sedangkan large positive dan large negative tidak berpengaruh signifikan persistensi laba. Kualitas penerapan corporate governance berpengaruh persistensi laba, sedangkan konsentrasi kepemilikan tidak signifikan berpengaruh persistensi laba. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh persistensi laba. large positive dan large negative berpengaruh 29

5. Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Aliran Kas sebagai Variabel Moderasi 6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Book Tax Differences pada Persistensi Laba 7. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Persistensi Laba Fatkhur Haris Irfan (2013) Fitria Jumiati (2014) Mohammad Khafid (2012) Variabel Dependen: Persistensi laba Regresi Berganda Variabel Independen: Large positive Large negative Perubahan pendapatan Nilai aset tetap kotor Ukuran perusahaan Variabel Dependen: Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal Persistensi laba Variabel Moderasi: Komponen akruan dan aliran kas Regresi berganda Independen: Kepemilikan manajerial Large positive Large negative Dependen: Persistensi laba Regresi berganda Independen: Komposisi dewan komisaris Kepemilikan manajerial Komite audit Dependen: Persistensi laba persistensi laba. Perubahan pendapatan dan nilai aset tetap kotor berpengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, sedangkan large positive book tax dan moderasi komponen akrual dan aliran kas dengan large negative berpengaruh persistensi laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada persistensi laba. Large positif (negatif) tidak berpengaruh pada persistensi laba. Komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, komite audit secara signifikan berpengaruh persistensi laba. 30

8. Earning Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense 9. The Persistence and Pricing of Earnings, Accrual, and Cash Flows When Firms Have Large Book Tax Differences 10. Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas. 11. Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba Phillips et al. (2002) Hanlon (2005) Wijayanti (2006) Wiryandari dan Yulianti (2008) Pooled Regresion Independen: Deffered tax expense, accrual, cash flow operation, characteristic industry Dependen: Earning Management Pooled Regresion Independen: Large positive Large negative Dependen: Earning persistence Pooled Regresion Independen: Persistensi laba, akrual, dan arus kas Dependen: Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal Regresi linier berganda Independen: Persistensi laba Perilaku manajemen laba Dependen: Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal Beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari kerugian dan penurunan laba. Large positive dan large negative mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan dengan perusahaan dengan small. Large positive dan large negative mempunyai persistensi laba yang lebih rendah. Beban pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba degan tujuan untuk menghindari penurunan laba. Large positive 31

12. Book-Tax Differences and Earning Growth 13. Pengaruh Book Tax Gap Persistensi Laba Jackson (2009) Martani dan Persada (2010) Pooled Regresion Independen: Permanent Temporer Dependen: Earning growth Regresi linier berganda Independen: Book tax gap Dependen: Persistensi laba memiliki persistensi laba yang lebih rendah. Terdapat hubungan negatif antara komponen perbedaan temporer dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan komponen sementara berhubungan negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa depan. Perbedaan permanen memiliki hubungan negatif perubahan laba bersih, sedangkan perbedaan temporer memiliki hubungan positif perubahan laba bersih. 2.3 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba Book tax dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Adanya perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal ( ) dapat digunakan untuk mengetahui adanya rekayasa manajerial dengan menggunakan kebebasan akrual, yang tentunya berpengaruh kualitas informasi yang terkandung dalam laba tersebut. Saat kualitas laba rendah maka tidak 32

mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga para stakeholder tidak dapat mengambil keputusan dengan baik melalui informasi yang terkandung dalam laba tersebut. Artinya dapat mempengaruhi persistensi laba sebagai salah satu ukuran dari kualitas laba. Persistensi laba digunakan sebagai ukuran kualitas laba karena merupakan ciri kualitatif relevansi, yaitu predictive value. Mengikuti penelitian Purwanti (2013) dilihat dari large positive, large negative, dan small. Pratiwi (2014), Martani dan Persada (2010), Wijayanti (2006), Tang (2006), Yulianti (2005), dan Phillips et al. (2002) membuktikan bahwa perusahaan dengan large positive (negative) berpengaruh signifikan negatif persistensi laba, artinya perusahaan dengan large positive (negative) mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan dengan small. Perusahaan dengan perbedaan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang besar diperkirakan memiliki persistensi laba yang rendah dibandingkan perusahaan dengan perbedaan yang kecil. Large positive akan menimbulkan biaya pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Large negative akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Munculnya saldo aset (kewajiban) pajak tangguhan dalam large positive (negative) diduga mempunyai kualitas yang rendah dan kurang persisten dan harus ditelusuri 33

lebih lanjut, karena perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca memungkinkan digunakan sebagai suatu cara merekayasa (menaikkan atau menurunkan) laba secara semu dalam kebijakan manajemen, sehingga large positive (negative) secara bersama-sama mengindikasikan tidak dapat dipertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang (Hanlon, 2005). Semakin besar perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, diduga manajemen merekayasa laba, sehingga persistensi laba juga akan menjadi lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1a: Perusahaan dengan large positive berpengaruh negatif pada persistensi laba H1b: Perusahaan dengan large negative berpengaruh negatif pada persistensi laba 2.3.2 Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba Diperlemah oleh Corporate Governance Persistensi laba dapat memprediksi laba di masa depan melalui laba tahun berjalan. Informasi yang didapat dari adanya perbedaan pengakuan biaya dan penghasilan menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang menyebabkan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal ( ) dapat digunakan sebagai indikasi untuk melihat adanya kebijakan manajemen dalam suatu perusahaan. Ciri dari persistensi laba itu sendiri adalah laba yang tidak terlalu berfluktuatif. Menurut 34

penelitian Zdulhiyanov (2015), Purwanti (2013), Wiryandari dan Yulianti (2008), Tang (2006), Yulianti (2005), serta Phillips et al. (2002) dinyatakan bahwa perusahaan dengan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal yang besar (large positive (negative) ) akan menunjukkan bahwa terdapatnya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan, sehingga laporan laba yang dihasilkan kurang informatif bagi para penggunanya (Hanlon, 2005). Menurut Ikhsan (2012), Khafid (2012), Susanti (2010), dan Veronica dan Siregar (2005) penerapan corporate governance terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga mampu mengurangi aktivitas menyimpang seperti rekayasa isi laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. Kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang terdapat didalam corporate governance dapat digunakan untuk mengontrol tindakan manajer atau pengelola sehingga informasi yang dihasilkan berkualitas. Penerapan corporate governance yang baik diharapkan mampu mengendalikan perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya manajemen laba dan mampu memberikan informasi laba yang lebih berkualitas melalui laba yang persisten bagi para penggunanya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H2a: Corporate governance memperlemah pengaruh large positive pada persistensi laba. H2b: Corporate governance memperlemah pengaruh large negative pada persistensi laba. 35