EVALUASI KINERJA ALAT PENUKAR PANAS RSG-GAS PASCA INSPEKSI. Djunaidi, Aep Saepudin Catur, Syafrul *)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENYUMBATAN PIPA-PIPA PENUKAR KALOR REAKTOR RSG-GAS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

Endiah Puji Hastuti dan Sukmanto Dibyo

DEGRADASI KEMAMPUAN SISTEM PENDINGIN DARURAT KOLAM REAKTOR JNA 10/20/30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

PEMELIHARAAN TUBE-SIDE PENUKAR KALOR RSG-GAS JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

PEMELIHARAAN SISTEM PENDINGIN PRIMER JE 01 DI REAKTOR GA. SIWABESSY

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Jl. KH. Soleh Iskandar KM.2 Bogor 16162

BAB III TUGAS KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Thermosiphon Reboiler adalah reboiler, dimana terjadi sirkulasi fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EV ALUASI KIl'lERJA SISTEM PENDINGIN REAKTOR RSG- GAS P ASCA OJi'ERHAUL PENUKAR PANAS JE-OI BC-OI

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER. ALAT DAN BAHAN - Alat Seperangkat alat Double Pipe Heat Exchanger Heater Termometer - Bahan Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB III SPESIFIKASI ALAT

SKRIPSI ALAT PENUKAR KALOR

PENGUJIAN IRADIASI KELONGSONG PIN PRTF DENGAN LAJU ALIR SEKUNDER 750 l/jam. Sutrisno, Saleh Hartaman, Asnul Sufmawan, Pardi dan Sapto Prayogo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB III METODE PENELITIAN

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA COOLER TANK FASSIP - 01

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 4 HEAT ECHANGER

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

KARAKTERISTIKA PERPINDAHAN PANAS TABUNG COOLER PADA FASILITAS SIMULASI SISTEM PASIF MENGGUNAKAN ANSYS

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk proses-proses pendinginan dan pemanasan. Salah satu penggunaan di sektor

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE BES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN VISUAL PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBEREAKTOR KARTINI DENGAN METODE UJI TIDAK MERUSAK BORESCOPE EVEREST XLG3

Key word: Heat Exchanger, eddy current, in service inspection KAJIAN IN SER VICE INSPECTION UNTUK ALA T PENUKAR KALOR RSG-GAS

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

PERHITUNGAN AWAL DESAIN TERMAL PENUKAR PANAS SISTEM PENDINGIN RRI-50

Analisis Termal Alat Penukar Kalor Shell and Tube 1 2 Pass

ANALISIS KEHILANGAN ALIRAN PENDINGIN PRIMER RSG-GAS MODA SATU JALUR

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dengan globalisasi perdagangan dunia. Industri pembuatan Resin sebagai

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB III PERANCANGAN PROSES

Evaluasi Performa Lube Oil Cooler pada Turbin Gas dengan Variasi Surface Designation dan Reynolds Number

ANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

EVALUASI KEGAGALAN KINERJA SISTEM PENANGKAP BOLA SPONGE SISTEM PEMBERSIH MEKANIK PENUKAR PANAS RSG-GAS

PERENCANAAN ULANG WATER CHILLER PADA PABRIK KARUNG ROSELLA BARU PTPN XI SURABAYA

KAJIAN EKSPERIMENTAL KELAYAKAN DAN PERFORMA ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SINGLE PASS DENGAN METODE BELL DELAWARE

ANALISA KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE ENGINE

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

BAB lll METODE PENELITIAN

OPTIMASI SHELL AND TUBE KONDENSOR DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA AC UNTUK PEMANAS AIR

PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

ANALISIS DAN SIMULASI KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN SEJAJAR DENGAN VARIASI KAPASITAS ALIRAN.

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

Transkripsi:

EVALUASI KINERJA ALAT PENUKAR PANAS RSG-GAS PASCA INSPEKSI ABSTRAK Djunaidi, Aep Saepudin Catur, Syafrul *) EVALUASI KINERJA ALAT PENUKAR PANAS RSG-GAS PASCA INSPEKSI. Alat penukar panas merupakan alat utama yang perlu dijaga kinerjanya, agar pengoperasian reaktor dapat dipertahankan keselamatannya. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah melakukan inspeksi ke bagian dalam alat penukar panas untuk mengetahui tingkat pengotor yang mengendap dibagian dalam pipa. Koefisien perpindahan panas global (Ug) merupaka program tasiran unjuk kerja dari alat penukar panas tersebut. Tulisan ini merupakan hasil kegiatan terhadap unjuk kerja alat penukar panas pasca inspeksi tahun 2006. Dengan mengamati suhu keluar dan masuk sistem primer dan sekunder dapat dihitung & diketahui harga terendah Ug selama pengamatan yakni 68,227 k cal/men m 2 o K. Harga ini terbukti masih diatas harga keselamatan sebesar 41,092 k cal/ men m 2 o K. Dapat disimpulkan bahwa kinerja alat penukar panas BC 02 masih bagus dan melum perlu dilakukan inspeksi ulang. Kata kunci : alat penukar panas, kinerja ABSTRACT PERFORMANCE EVALUATION OF HEAT EXCHANGER OF THE RSG-GAS AFTER THE INSPECTION. Heat exchanger is vital component for safe reactor operation than its performance should be continuoesly maintained.one measure to achieve that condition is to regularly inspection to the internal part of that component in order to detect whether solid substances deposited inside tbe of heat exchanger are still comfirm to its specification. Value of global heat transfer coeficient (Ug) represent to the performent of heat exchanger.. A its of this paper is to assess heat exchanger performent by monitoring inlet and outlet temperature of primary and secundary cooling system since 2007-2010. It is ixidence that the lowest value of Ug 68.227 k cal/ men m 2 o K was still above pres cribed safety limit of 41.092 k cal/ men m 2 o K k cal/ men m 2 o K. Then it is concluded that heat exchanger is safe be operated. Keywords : Heat exchanger, performence *) Fungsional Pranata Nuklir, PRSG-BATAN PENDAHULUAN Alat penukar panas berfungsi untuk memindahkan panas dari pendingin primer ke pendingin sekunder dengan media air. Berhubung alat tersebut telah lama dioperasikan, maka kinerjanya mulai menurun yang ditunjukkan oleh turunnya harga koefisien transfer panas global (Ug). Alat penukar panas RSG-GAS BC02 telah di inspeksi pada 21 s.d 23 Juli 2006 dengan kegiatan utamanya adalah membersihkan bagian dalam tube dari kotoran dan juga mengukur ketebalan semua tube, dengan tujuan apakah masih layak digunakan lagi. Pasca inspeksi kinerja alat kembali membaik. Setelah beroperasi kembali 4 tahun perlu dilakukan re-evaluasi barang kali akan terjadi penurunan kemampuan.tujuan dari 32

Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 7 No. 2, Oktober 2010: 32-38 penulisan ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja alat penukar panas pasca inspeksi pada tahun 2006 dengan mengamati harga Ug dari waktu ke waktu Pembuangan/pemindahan panas didalam pengoperasian reaktor RSG-GAS merupakan suatu tugasyang harus dilakukan, sehingga pengoperasian reaktor dijamin keselamatannya. Alat penukar panas yang digunakan RSG-GAS adalah jenis shell and tube2-2 karena jenis ini memiliki luas permukaan transfer panas (A) yang besar, sehingga perpindahan panasnya lebih besar dibandingkan jenis lainnya. Selanjutnya pengamatan dan perhitungan Ug dilakukan dengan pengambilan data suhu masuk dan keluar alat penukar panas pada jalur pendingin primer dan pendingin sekunder. Pengamatan nilai Ug dilakukan pasca dilakukan inspeksi, dimana setiap tahun terbukti terjadi penurunan nilai Ug. Nilai ini akan menurun karena lamanya pengoperasian dan adanya unsur pengotor yang mengganggu sistem perpindahan panas. Dari data pengoperasian, suhu keluaran dapat dibuat grafik tentang koefisien perpindahan panas global Ug sebagai fungsi waktu pengoperasian. Dengan demikian akan dapat diperoleh suatu gambaran apakah alat penukar panas BC02 telah tiba saatnya untuk dilakukan inspeksi ulang atau belum. memindahkan panas yang dibangkitkan oleh teras reaktor sebesar 30 MW. Alat penukar panas pada sistem pendingin reaktor RSG-GAS adalah jenis Shell and Tube yang berbentuk tabung tegak, aliran berlawanan 2 pass shell dan 2 pass tube. Jumlah 2 buah alat yang terpasang secara paralel, masing-masing memiliki data geometri dan kapasitas yang sama dengan beban nominal 15 MW. Alat ini memiliki penyekat (baffle) longitudinal pada bagian garis tengah shell, sisi shell dilalui oleh fluida panas sedangkan tube dilalui oleh fluida dingin seperti pada Gambar 1. Kenampakan bagian dalam alat penukar panas. Tabel 1 menyajikan data spesifikasinya. longitudin al baffle BAHAN Diskripsi dan kinerja alat Penukar Panas RSG-GAS Sistem pendingin reaktor RSG-GAS terdiri atas 2 untai sistem pendingin primer dan sekunder yang berfungsi memindahkan panas hasil reaksi fisi di teras reaktor ke lingkungan. Transfer panas dari sistem pendingin primer ke sekunder dilakukan oleh alat penukar panas. Setiap penukar panas didesain memindahkan panas pada daya 16,5 MW. Dua buah alat penukar panas yang ada mampu Gambar 1. window Kanal head Skema aliran penukar panas 33

Tabel 1. Data spesifikasi alat [1] Type /Kode (KKS) Diameter shell Diameter tube Jumlah tube per pass Panjang tube Tube Lay out Shell and tube / JE-01 BC01/BC02/BC03 1300 mm 20 mm ID, 22 mm OD 816 buah 7410 mm Square Luas bidang kontak 780 m 2 Laju alir sisi shell Laju alir sisi tube 430 kg / det 485 kg / det Penukar panas jenis ini (shell-tube) memiliki luas permukaan transfer panas (A) yang besar. Alat penukar panas jenis ini cukup banyak digunakan di industri modern, dan diantara pemakaiannya adalah [2] : Sebagai Cooler dan Heater. Untuk pendinginan (tidak ada perubahan fase) dengan pendingin referigerant yang biasa disebut sebagai chiller. Sebagai Kondenser dan Reboiler. Diantara beberapa pemakaian di atas yang paling awet penggunaannya adalah sebagai cooler dan heater karena beban kerjanya yang umumnya tidak terlalu berat. Dasar Perhitungan Di dalam alat penukar kalor RSG- GAS, terjadi transfer panas dari sisi shell menuju sisi-tube, hal ini menunjukkan adanya kesetimbangan panas antara panas masuk dan keluar diantara shell dan tube. Energi panas yang dipindahkan dari pendingin primer adalah sama dengan energi panas yang diterima pendingin sekunder [3], dengan demikian dapat ditulis sebagai berikut : Q p = Q s = m p. Cp p T p (1) Di mana m p dan T p merupakan parameter yang terukur sedangkan Cp p adalah kapasitas panas sebagai fungsi suhu fluida. Kemudian hubungan antara luas bidang transfer panas, koefisien transfer panas global dan perubahan panas dengan beban panas yang ditransfer dapat dirumuskan oleh persamaan dasar penukar panas berikut [3] : Q p = Q s = U g. A. T lmtd (2) Di mana Ug adalah koefisien transfer panas global dan A merupakan luas bidang transfer panas. Koefisien transfer panas global (Ug) merupakan koefisien transfer panas kedua sisi antara tube dan shell di mana nilai Ug cenderung akan menurun harganya jika dioperasikan terus, dan ini menunjukkan pengurangan kinerja alat penukar panas setelah sekian lama dioperasikan. Selain itu penurunan kinerja alat penukar panas juga dapat dilihat dari grafik distribusi suhu fluida. Distribusi suhu alat penukar panas adalah perubahan suhu antara masuk dan keluar baik fluida panas dan fluida dingin sepanjang tube (antara inlet dan outlet). Hasilnya dibandingkan dengan grafik distribusi pada saat awal operasi pada operasi dengan daya yang sama. Beda Suhu Rerata Logaritmik ( T lmtd ) [4] Pada umumnya suhu fluida di dalam penukar panas tidak merupakan garis lurus apabila di plot terhadap panjang lintasan fluida (L) sebagai mana ditunjukkan pada Gambar 3. Pada setiap titik T-t antara dua aliran dapat diperoleh beda suhu rerata logaritmik dengan menurunkan hubungan antara T-t terhadap L dan dengan melakukan identifikasi beda suhu di sepanjang lintasan fluida. Untuk menurunkan persamaan beda suhu antar 34

Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 7 No. 2, Oktober 2010: 32-38 dua fluida perlu dibuat beberapa asumsi sebagai berikut : Koefisien transfer panas global (Ug) konstan sepanjang lintasan. Laju massa aliran fluida konstan dan tunak Panas spesifik konstan Tidak ada perubahan fasa di dalam sistem Kehilangan panas ke sekelilingnya diabaikan. Dengan menggunakan bentuk persamaan diferensial maka, akan diperoleh persamaan berrikut : Q [( T1 Ug. A ln( T 1 t2 ) ( T2 t ) /( T 2 2 t1)] t ) Q Ug. ALMTD. atau ( Tpi tso) ( Tpo tsi) LMTD (3) ln( Tpi tso) /( Tpo tsi) Tpo tsi primer TATA KERJA sekunder Gambar 2. Grafik LMTD Berdasarkan deskripsi penukar panas di atas tahapan evaluasi meliputi pengamatan / pengukuran atau pengambilan data kemudian melakukan perhitungan besarnya nilai Ug dengan persamaan (1), (2) dan (3). Adapun suhusuhu yang digunakan dalam evaluasi adalah besaran suhu pada sisi shell dan 1 Panjang Lintasan Tpi tso sisi tube alat penukar panas saat beroperasi sebagai berikut : T pi : Suhu pendingin primer menuju sisi shell penukar panas T po : Suhu pendingin primer keluar sisi shell penukar panas T si : Suhu pendingin sekunder menuju sisi tube penukar panas T so : Suhu pendingin sekunder keluar sisi tube penukar panas Suhu-suhu tersebut di atas diamati pada saat sesudah inspeksi HASIL DAN PEMBAHASAN Reaktor G.A.Siwabessy memiliki 3 buah pompa sirkulasi untuk sistem pendingin primer, masing-masing pompa berkapasitas 50% untuk sirkulasi primer. Dalam operasi rutin hanya 2 buah pompa primer yang beroperasi dan 1 buah pompa untuk cadangan. Selain itu alat penukar panas tersedia 2 buah yaitu BC01 dan BC02 yang keduanya selalu dioperasikan bersama-sama, kecuali dalam kondisi darurat. Dalam kondisi darurat alat penukar panas dapat saja dilakukan 1 buah saja, itupun hanya sampai daya 15 MW saja dan lebih dari itu suhu air pendingin primer yang kembali ke kolam reaktor akan naik dan kondisi ini akan membahayakan integritas reaktor 1). Sehubungan dengan itu dalam pengambilan data untuk menghitung Ug kecepatan laju alir primer harus dibagi dua karena dalam operasi rutin alat penukar panas yang beroperasi dua buah. Dari data spesifikasi teknis alat penukar panas diperoleh harga Ug = 41,0916 kcal/menit.m 2 o K 1) atau = 2465,5 kcal/j m 2 o C., ini yang merupakan batas harga Ug dari alat penukar panas awal.apabila harga Ug < dari yang tersebut diatas maka perindahan panas dianggap gagal. Evaluasi kinerja alat penukar panas, dilakukan dengan menggunakan data alat pemukar panas BC 02 pasca inspeksi juli 35

2006 pada kondisi tunak (stedy state). Tabel berikut adalah hasil pencatatan dari operasi reaktor pada daya 15 MW untuk menghitung Ug dengan pengambilan data secara acak. Tabel 2. Data operasi dan perhitungan Ug pasca inspeksi Pendingin primer Pendingin sekunder Laju alir Ug Tanggal Tpi( o C) Tpo( o C) tsi( o C) tso( o C) (m 3 /jam) (Kcal/menm 2o K) 23/04/07 41 35 34 39 3150 139,962 01/06/07 42 35 34 39 3150 129,404 01/07/07 41 36 35 38 3150 93,894 18/08/07 40 34 33 37 3150 110,918 27/10/07 40 34 33 37 3150 110,918 13/11/07 41 35 34 37 3150 93,308 15/12/07 42 36 35 38 3150 93,308 21/02/08 40 34 33 36 3150 93,308 22/03/08 41 35 34 36 3150 81,246 17/06/08 41 35 34 37 3150 93,308 08/08/08 39 34 32 36 3150 68,227 14/09/08 41 35 34 36 3150 81,246 20/01/09 41 35,5 34 38 3150 84,175 11/03/09 40 35 34 37 3150 92,431 23/04/09 40 36 35 38 3150 94,789 19/08/09 42 36 35 38 3150 93,308 03/11/09 41 36,5 35 38 3150 69,981 08/12/09 41 36 35 38 3150 92,431 15/03/10 42 36 35 39 3150 68,227 21/03/10 42 37 36 40 3150 92,431 36

Ug (kcal/ men. m2. ºK) Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 7 No. 2, Oktober 2010: 32-38 120 Gambar 4. Grafik Ug terhadap Waktu Pasca Inspeksi 100 80 60 40 20 139.962 129.404 Poly. (139.962 129.404) 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 t (waktu) Gambar 4. Grafik Ug terhadap Waktu Pasca Inspeksi Setelah dilakukan inspeksi untuk alat penukar panas BC 02 pada Juli 2006 nilai Ug rerata lebih besar dari harga batas perpindahan panas. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan koefisien transfer panasnya akibat dari dihilangkannya pengotor yang menempel saat inspeksi. Dari data operasi reaktor pada daya 15 MW selama beberapa tahun operasi terakhir menunjukkan bahwa beda suhu masuk dan keluar ( t) untuk pendingin primer (sisi-shell) pada alat penukar panas harganya di bawah 10 o C. Ini berarti kerja alat penukar panas tidak terlalu berat kerjanya, namun demikian nilai Ug pada daya 15 MW tersebut dari waktu ke waktu sangat bervariasi karena pengaruh additive pada fluida dingin sekunder dan kecenderungan semakin lama akan semakin menurun lihat Gambar. Pemberian chemical additive ke pendingin sekunder adalah untuk memperbaiki kualitas air pendingin sekunder agar memenuhi standart kualitas air pendingin antara lain memperbaiki transfer panas, mencegah tumbuhnya lumut atau ganggang, melindungi sistem dari serangan korosi, mengurangi timbulnya kerak.bahad additive terdiri dari bahan inhibitor bahan anti karat dan bahan pengatur PH air pendingin. Pendingin sekunder yang digunakan di reaktor RSG- GAS menggunakan inhibitor pospat secara teratur hingga sekarang bahkan beberapa tahun yang lalu penggunaannya lebih dari cukup akibat Ug-nya menjadi besar dan sulit memperoleh Ug yang sebenarnya. 37

KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampai saat ini alat penukar panas RSG- GAS BC02 kinerjanya masih baik dan belum perlu direkomendasikan untuk dapat dilakukan inspersi berikutnya. DAFTAR PUSTAKA 1. PRSG-BATAN, Safety Analysis Report Rev-8, Bab 5.1998. 2. ROBERT E.TREYBAL, Mass- Transfer Operation, Mc Graw-Hill Kogakusha. LTD, International Student Eddition,Chapter.1968. 3. WARNIATI AGRA. Ringkasan Perpindahan Panas, Diktat kuliah Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, 1981. 4. KERN D.Q. Process Heat Transfer, Chapter 4, Mc Grow Hill Co, International Student Edition, 1950. 5. ANIMMOUS, Final report of Eddy Curent Test on Heat Exchanger Tubes JE 01 BC 02 RSG-GAS BATAN., Report Number 072 /RPT-BTR/ VII 06, Date July 28, 2006. 6. P2TRR, Buku cacatan harian Ruang Kendali Utama. 38