BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan orang yang memiliki Ilmu (Ilmu Agama). Secara Panggilan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SYARI AT ISLAM FUNGSINYA SEBAGAI KONTROL SOSIAL

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB 1 PENDAHULUAN. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pernyataan bahwa manusia adalah makhluk zoonpoliticon 75, yaitu bahwa

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SYARIAT ISLAM DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BANDA ACEH

bangsa, ras, etnis, budaya maupun agama, dalam hal keagamaan mayoritas untuk menerapkan Syaria t Islam di sejumlah daerah yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun konstruksi sosial. Sehingga diikuti dengan perbedaan status dan peran

BAB I PENDAHULUAN. Aceh, pemerintah Aceh telah mengesahkan beberapa Qanun untuk pelaksanaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG DALAM KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA,

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan dengan memperhitungkan masyarakat Indonesia yang plural,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

BUPATI PIDIE. 4. Undang-Undang...

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2005 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

TUGAS DAN FUNGSI WILAYATUL HISBAH DALAM PENEGAKAN SYARIAT ISLAM DI ACEH TAMIANG. (Studi Qanun No. 13 Tahun 2003 Tentang Maisir)

IMUEM GAMPONG DALAM PEMBANGUNAN SOSIO EKONOMI MASYARAKAT ACEH. Taufiq

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 139 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR: 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN MUKIM DI KECAMATAN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undagan dalam sistem dan prinsip Negara

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 6 TAHUN 2009

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

OTONOMI HUKUM PROVINSI ACEH DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL: SEBUAH TANTANGAN

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

PROFIL MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tangan terhadap hubungan hukum antara manusia dengan tanah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tingkatan, yaitu : (1) Sultan yang memimpin kerajeun dan daerah taklukannya,

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

ETIKA DI DALAM MASYARAKAT

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG MINUMAN KHAMAR DAN SEJENISNYA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sejalan dengan ketentuan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

OANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG TUGAS FUNGSIONAL KEPOLISIAN DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG MINUMAN KHAMAR DAN SEJENISNYA

KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM OTONOMI KHUSUS (The Existence of Customary Law in Special Autonomy) ABSTRACT

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

Makna Pancasila sebagai Sistem Etika

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG HASIL RAPAT KOORDINASI - II MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH TAHUN 2014

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

FATWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN UMUM MENURUT PERSPEKTIF ISLAM MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

-1- BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perjalanan kehidupan umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH

QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT ACEH

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GAYO LUES

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA,

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 132 TAHUN 2016 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KOTA SABANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA SABANG

Assalamu alaikum wr. wb.

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. didaerah, salah satunya fenomena produk hukum didaerah yaitu syari ah Islam.

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berbicara masalah Ulama juga berbicara masalah personal, Ulama dari segi Bahasa merupakan orang yang memiliki Ilmu (Ilmu Agama). Secara Panggilan dan tingkatan pengakuan terhadap Ulama di Aceh adalah Teungku. Panggilan Teungku diberikan untuk orang-orang yang memiliki pengatahuan Agama, Berakhlak mulia dan pada waktu tertentu pergi Meudagang (menuntut Ilmu) disalah satu Dayah (lembaga pendidikan Islam tradisional) yang biasanya jauh dari kampung halaman. Namun yang paling penting adalah adanya pengakuan dari masyarakat. Ulama Dayah identik dengan pemimpin Pesantren/ Dayah, bedanya adalah Ulama adalah mereka yang lulusan Dayah yang kemudian bekerja di sektor non- pesantren. Dan Ulama dayah merupakan mereka yang lulusan Dayah kemudian menjadi Ulama muda yang mendirikan Dayah/ pesantren dilingkungan asalnya. Predikat status ulama akan meningkat apabila Dayah yang dibangunnya terus berkembang dan memiliki santri/ didikan yang terus bertambah. Dayah disini dikategorikan sebagai pesantren yang diklaim sebagai lembaga pendidikan traditional. Nilai keagamaan seperti Ukhwah (persaudaraan), Ta awun (tolong menolong), Ittihat (persatuan), Thalabul Ilmi (menuntut ilmu), Ikhlas, Jihad (berjuang), Tha at (patuh), kepada Tuhan (ALLAH), Rasul, Ulama/ Kiayi sebagai pewaris para Nabi dan berbagai nilai-nilai yang secara eksplisit tertulis sebagai ajaran Islam yang ikut mendukung eksistensi Pesantren. Walaupun saat ini telah banyak Pesantren yang dikategorikan modern di Aceh namun Pesantren Traditional (Dayah) masih cukup eksis. Dalam kenyataannya perkembangan pesantren traditional/ Dayah secara kualitatif tidak 22

menurun bahkan memperlihatkan gejala naik yang ditandai oleh timbulnya pesantren/ Dayah-dayah baru disekitarnya. Dayah yang berkembang pada masyarakat aceh secara total memperlihatkan dirinya sebuah parameter yang mewarnai kehidupan kelompok masyarakat luas. Dayah merupakan lembaga keagamaan yang mengajarkan, mengembangkan dan menyebarkan Ilmu agama Islam. Struktur pendidikan dayah juga menunjukkan strata tertentu dimana kurikulum sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Teugku chik (pimpinan dayah). Pendidikan dasar dayah dimulai dengan materi kitab arab mulayu yang dikenal dengan meunasah. Kemudian yang kedua memahami kitab arab gundul dikenal dengan kelas Rangkang. Dan yang terakhir adalah kelas kitab-kitab nahwu, sharaf atau dikenal dengan dengan kitab kuning. Bagi santri yang belajar kitab tersebut di Bale, harus mempunyai kemampuan yang tinggi karena semua ilmu yang diajarkan di Bale memiliki sifat saling berkesinambungan. Kriteria santri tidak hanya dilihat dayah, kedewasaan ilmu, namun juga kemampuan. Jadi tidak heran dalam kelas terakhir ini para santri dengan umur beraneka ragam serta kelas inilah yang langsung dibimbing oleh teungku Chik. Sehingga merekalah yang bakal jadi Teungku- teungku/ guru bantu. (Taufik 1996 hal 160) 1.2. Peran Ulama Aceh Pada Masa lalu Secara Historis Ulama diaceh sangat berperan tidak hanya dalam urusan agama tetapi juga urusan sosial masyarakat. Seperti dalam mempersatukan masyarakat yang dapat kita lihat hal ini ketika berlangsungnya Perang aceh (1873-1905) dimana pasukan Belanda untuk pertama kalinya memasuki pantai Kuala lue yang dipimpin oleh Mayjen Verpijick dengan pasukan yang besar dan persenjaataan yang lengkap. Persenjataan rakyat Aceh sangat minim dan sederhana namun berkat semangat Jihat yang dikobarkan 23

oleh para ulama, rakyat rela mengorbankan segala yang dimilikinya, baik harta, benda maupun jiwanya. Sampai akhirnya Istana raja jatuh ketangan Belanda dimana rakyat mundur. Langkah berikutnya yang diambil untuk menghadapi Belanda dengan cara mengadakan musyawarah yang dihadiri sekitar 500 orang dari bergai unsur baik kerajaan, ulama, maupun rakyat. Musyawarah tersebut dipimpin oleh Imum lueng bata dan Teugku lamnga yang merupakan tokoh ulama setempat. Setelah para ulama memberi pendapat dan penjelasan yang ditinjau dari hukum Islam sehingga rapat memutuskan wajib melakukan perang sabil untuk mengusir kafir belanda.( Said, 1961 hal 437). Dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam, ulama telah diberikan kekuatan politik dan kedudukan, sehingga mereka dapat mengambil kebijakan terhadap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Sebutlah seperti yang termaktub dalam Qanun Meukuta Alam pasal 23: "Bagi warga kampung di wilayah Aceh yang berani menerima orang asing non-muslim bermalam di rumahnya, jika ketahuan maka pihak tersebut akan didenda kifarat oleh ulama dengan diwajibkannya memberi makan sidang jum'at atau mengadakan kenduri bagi orang miskin. Selain dari pada membina lembaga- lembaga pendidikan sejak zaman kesultanan para ulama aceh juga bergerak dalam usaha-usaha pembangunan, terutama di bidang sosial, pertanian dan tingkah laku. Sebagai contoh dalam bidang pertanian adalah Teungku Chik di Pasi, Teugku chik di Bambi, Teungku chik trueng capli dan Teungku chik di ribee. Untuk meningkatakan pertanian mereka membangun lueng (irigasi) yang pasa zamannnya terhitung cukup panjang. Teungku chik di Pasi membangun irigasi dengan tali airnya bernama leung bintang sepanjang 40 kilometer sehingga dengan adanya irigasi tersebut areal persawahan rakyat yang luas di Pidie dapat dialiri air dengan 24

cukup. Sehingga ketahanan ulama dalam masyarakat karena kualitas moral dan keilmuannya menjadikan ulama sebagai figur yang dihormati oleh masyarakat Aceh (Rizki Ridyasmara,2006). Setelah Belanda berhasil menduduki wilayah Aceh (1905-1942) disini muncul organisasi Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) pada 5 Mai 1939. Dimana banyak terobosan yang dilakukan salah satunya adalah dengan mereformasi pendidikan. Metode ini dipelopori oleh Teungku Saman Siron yaitu dengan cara mengajar pengetahuan agama dari cara duduk berakhlak dibale menjadi duduk di bangku memakai papan tulis di depan dan ini terbukti lebih efektif. Di samping itu juga adanya penambahan materi pendidikan dari pendidikan agama bertambah dengan pengetahuan umum walau masih menggunakan bahasa arab. Dengan demikian Ulama pada masa lalu juga berperan sebagai agen perubahan/ tokoh pembaharu. (Taufik, 1996: 63). 1.3. Peran Ulama Aceh masa kini Dewasa ini kondisi aceh sudah mulai kondusif serta di barengi dengan adanya suatu aturan baru yaitu Penerapan syariat Islam yang berdasarkan UU No. 44 tahun 1999 dan UU No. 18 tahun 2001, tentang Penyelenggaraan Syari at Islam merupakan sebuah nilai yang lazimnya dimiliki masyarakat muslim khususnya Aceh. Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pemberian otonomi khusus bagi Aceh mengukuhkan klaim tentang keistimewaan daerah ini dibanding wilayah-wilayah lain di Indonesia. Empat keistimewaan Aceh adalah keistimewaan dalam kehidupan beragama, pendidikan, adat, (peran) ulama. Dan terakhir disempurnakan dengan UU No.11/2006 tentang Pemerintahan Aceh. (Tabloid Modus Aceh, edisi Mai 2008) 25

Salah satu produk kebijakan dalam kerangka otonomi khusus Aceh adalah formalisasi SI (Syari at Islam). Secara sederhana Syari at Islam atau SI dalam pengertian etimologi adalah jalan ketempat mata air, atau tempat yang dilalui oleh air sungai, sedangkan secara terminologi adalah seperangkat norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesamanya dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan makhluk lain dialam lingkungan hidupnya. Undang-undang yang memuat 24 bab ini mengakui berdirinya pemerintahan otonom dalam bentuk Nanggroe Aceh Darussalam atau Negeri Islam Aceh Darussalam yang sejahtera. Isi Undang-undang tersebut mengacu pada tiga hal, yakni ijma tentang adat, ijma tentang pelaksanaan syariat Islam, dan ijma tentang pendidikan. Undang-Undang itu kemudian dijabarkan lagi oleh DPRD dalam bentuk peraturan daerah (Perda). Formalisasi SI adalah proses integrasi beberapa ajaran yang terkandung dalam fiqih Islam ke dalam bentuk kebijakan- kebijakan pemerintah daerah. Tujuan utamanya adalah : 1. Mengatur kehidupan warga provinsi NAD agar sesuai dengan kaidah-kaidah atau ajaran Islam. 2. Membentuk masyarakat Islami dimanifestasikan dalam bentuk upaya memberlakukan kontrol atas tertib sosial dengan mengacu pada hukum-hukum Islam (syari at). Seperti yang dikatakan oleh Al Yasa' Abubakar dalam Budiman, ajaran dan tuntunan mengenai tata peraturan kehidupan praktis, bagaimana cara seorang muslim menyembah Allah (Ibadah) bagaimana seorang muslim berinteraksi dengan keluarga dan kerabat (hukum perkawinan dan kekeluargaan) bagaimana hidup bertetangga dengan banyak 26

orang, hidup dalam masyarakat yang berbudaya, bagaimana setiap orang harus menahan diri, tidak berbuat semaunya, sehingga masyarakat tetap aman dan tenteram. Dalam bagian ini termasuk aturan tentang pemerintahan, mengenai pemilihan kepala pemerintahan, pembagian kekuasaan (kewenangan) dan pendelegasiannya. Begitu juga bagaimana memperlakukan dan memanfaatkan alam sehingga bermanfaat untuk manusia dan tidak mendatangkan mudarat atau bencana, dan seterusnya. Aspek ajaran ini dikembangkan para ulama menjadi sebuah disiplin yang sistematis yang diberi nama fiqih atau ilmu fiqih (buku yang menjelaskan hukum-hukum dalam kedudukan seseorang sebagai diri pribadi). Dengan kata lain, fiqih adalah aturan dan tuntunan mengenai prilaku lahir seseorang, baik dalam kedudukan sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat atau dalam kedudukan sebagai pejabat atau petugas negara. (Al Yasa' Abubakar, 2005 hal 14) Secara legal pelaksanaan syari at Islam di Aceh dilaksanakan oleh lembaga yang independen yaitu lembaga Syaria at Islam. Lembaga syari at Islam beranggotakan para Ulama yang memahami akan Hukum Islam. Tugas pertama lembaga Syaria at Islam mensosialisasikan, selanjutnya membantu pemerintah daerah dalam membuat qanun (Perda) yang menyangkut dengan syari at, memberikan bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat. Selain itu juga terdapat WH (Wilayatul Hisbah ) atau juga sering disebut sebagai polisi syaria at yang berperan sebagai penindak pelaku kejahatan Syaria at sampai akhirnya dilimpahkan kepada Mahkamah Syari at. (Tabloid Modus Aceh, edisi Mai 2008) Realitas sosial dewasa ini mengenai Penerapan SI masih jauh dari harapan karena terus meningkatnya pelaku Pidana baik Judi (Maisir), Minuman keras (Khamar) dan Mesum (Zina). Banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi menurut pengakuan 27

masyarakat bahwa mereka masih kurangnya pemahaman tentang konsep Syari at Islam sehingga terkesan adanya pemaksaan dari pihak terkait dalam bertindak. Untuk perbaikan kedepan diperlukan peran serta seluruh komponen masyarakat baik tokoh masyarakat, aktifis pemuda, perkumpulan wanita termasuk Ulama Dayah karena selama ini Ulama Dayah terkesan terabaikan dari Publik khususnya terkait Implementasi Syariat Islam, Dan semestinya Ulama Dayah harus berperan aktif dalam hal ini. dengan demikian peneliti tertarik untuk melihat peran ulama dalam implementasi syariat Islam di Aceh. 28

1.2. Perumusan masalah Dalam penulisan suatu karya Ilmiah selazimnya di perlukan pembatasan masalah untuk mengkonkritkan masalah penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah berikut uraian-uraian yang telah di kemukakan di atas maka, penulis mencoba untuk mengambil permasalahan yaitu 1. Bagaimana posisi dan peran Ulama Dayah dalam Impementasi Syari at Islam di Aceh. 2. Apakah selama pelaksanaan syariat Islam peran ulama dayah semakin penting atau terpinggirkan. 1.3 Tujuan penelitian Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana posisi dan peran ulama dalam pelaksanaan Syari at Islam di Aceh. Sebagai tujuan penelitian peneliti mencoba untuk mencari menemukan solusi agar pelaksanaan Syari at Islam diaceh berjalan sebagaimana yang diharapkan. 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.4.1. Manfaat teoritis Bermanfaat untuk menemukan gejala-gejala baru dalam masyarakat sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau menyempurnakan literatur yang telah ada dengan serta dapat menemukan formula baru yang relevan. khususnya dalam bidang sosiologi Hukum dan sosiologi Agama sebagai institusi sosial didalamnya diperlukan peran Ulama dayah. 29

Penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi pembaca dalam pengembangan bidang kajian Sosiologi (Sosiologi Agama dan Hukum) khususnya serta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik secara umum yang berintegritas intelektual muda. 1.4.2. Manfaat Praktis Manfaat penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi bagi pemerintah dan instansi terkait terhadap pelaksanaan Syari at Islam di Aceh. Terutama agar pelaksanaan pembangunan jangka panjang atau jangkan pendek yang dapat melibatkan Ulama secara total dan menyeluruh agar lebih cepat terealisasi ditengah masyarakat. Sehingga tepat sasaran sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu mencakup: 1. Bagi ulama dayah Aceh mampu mengaplikasikan Ilmu dan prilaku yang dimilikinya dalam membimbing dan membina masyarakat sesuai masyarakat Islami tanah serambi mekah yang menuju kepada kemaslahatan umat. 2. Menjadi bahan data bagi kajian study untuk yang akan datang tentang peran ulama pada masyarakat aceh. 3. Sebagai masukan bagi pemerintah tentang peran ulama dalam mengimplementasikan syari at Islam di Aceh. 30