STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB III TINJAUAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGONDANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA TN. D DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RSJD SURAKARTA

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Koping individu tidak efektif

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA TN

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. 1. Pengkajian dilakukan pada tanggal di Ruang ketergantungan

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. P DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III TINJAUAN KASUS. dr. Aminogondhohutomo, data diperoleh dari hasil wawancara dengan klien

BAB III TINJAUAN KASUS

BETTY SULISTYANINGTYAS NIM P.09070

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO TINGGI KEKERASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN. 1. Masalah Utama Perilaku Kekerasan

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal di ruang VII (Hudowo) RSJ

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH ( HOME VISIT) TENTANG GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN KELUARGA Ny.

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN SP DENGAN HALUSINASI

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

HESTI CATUR HANDAYANI NIM. P.09081

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

DODY SAKTI OKTAVIANTO P.09013

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. D DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG KRESNA ( X ) RSJD dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN PADA SDR. A : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses


BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN JIWA : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL SEMBADRA RSJD SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN PADA TN. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN DI RUANG MAESPATI RSJD SURAKARTA

DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG PRINGGODANI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggl 6 Januari 2008, di ruang IV

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB II TINJAUAN TEORI

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR. B DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG AYODYA RSJD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

Transkripsi:

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DI SUSUN OLEH: AGUS BASUKI NIM. P.09061 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DI SUSUN OLEH: AGUS BASUKI NIM. P.09061 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i

SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Agus Basuki NIM : P.09061 Program Studi : D III Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Dengan ini saya menyatakan, dengan sesungguhnya bahwa KTI ini saya susun tanpa ada tindak plagiatorisme yang berlaku di Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Apabila dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiatorisme, sepenuhnya saya menirima sangsi yang dijatuhkan oleh pendidikan kepada saya. Demikian surat ini saya buat agar dapat menjadi bahan pertimbangan. Surakarta, April 2012 Yang Membuat Peryataan AGUS BASUKI NIM. P.09061 ii

LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Agus Basuki NIM : P.09061 Program Studi : D III Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Ditetapkan di : STIKes Kusuma Husada Surakarta Tanggal : 26 April 2012 Pembimbing: Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns. ( ) NIK. 201185071 iii

HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama : Agus Basuki NIM : P.09061 Program Studi : D III Keperawatan Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SURAKARTA. Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Ditetapkan di Tanggal : 11 Mei 2012 : STIKes Kusuma Husada Surakarta DEWAN PENGUJI Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns. (...) NIK. 201185071 Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns. (...) NIK. 201187065 Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns. (...) NIK. 201183063 Mengetahui Ketua Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Setiyawan, S.Kep., Ns. NIK. 201084050 iv

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi D III keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekertaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Bapak Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi, perasaan nyaman dan memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. v

4. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inpirasi, perasan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns., selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inpirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program Studi D III Keperawtan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang bermanfaat. 7. Segenap karyawan, karyawati dan perawat di ruang Maespati Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 8. Kedua orang tua penulis yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat serta dukungan secara moral, material, spiritual. 9. Kakak penulis Widodo yang berada di Jakarta terima kasih atas dukunganya. 10.Teman - teman seperjuangan 2009 (Bagus, Ifan, Muku, Boby, Dody dan semua tingkat tiga yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu) STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu dan memberikan informasi serta dukungan moril maupun spiritual. Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan, Amin. Surakarta, 11 Mei 2012 AGUS BASUKI vi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN TIDAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penulisan... 4 C. Manfaat Penulisan... 5 BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian... 6 B. Perumusan Masalah Keperawatan... 12 C. Perencanaan Keperawatan... 14 D. Implementasi Keperawatan... 17 E. Evaluasi Keperawatan... 18 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan... 21 B. Simpulan... 27 C. Saran... 29 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Genogram Tn.S... 7 Gambar 2.2 Pohon Masalah... 13 viii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Log Book Kegiatan Harian Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 3 Lembar Pendelegasian Pasien Lampiran 4 Asuhan Keperawatan Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi sehat jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 sehat jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangannya itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Kusumawati, 2010). Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial, apabila seseorang sudah mengalami waham, halusinasi, tidak mampu mengendalikan emosi, tingkah laku kacau, isolasi sosial, maka sudah dikatagorikan mengalami gangguan jiwa (Keliat, 2005). World Health Organization (WHO) 2001, menyatakan paling tidak satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. World Health Organization (WHO) memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia megalami gangguan kesehatan jiwa, pada masyarakat umum terdapat 0,2-0,8 penderita sakit jiwa. Dari 120 juta penduduk di negara Indonesia terdapat kira - kira 2.400.000 orang anak mengalami gangguan jiwa ( Marmis, 2004 ). Menurut hasil survei dari RSJ Dr. Soeharto Herdjan Jakarta ditemukan pada bulan Januari - April 2011, penderita gangguan jiwa berjumlah 218 orang, dengan penderita perilaku kekerasan 16 orang (1,3%), halusinasi 157 orang (72 %), penderita Isolasi sosial 1

2 37 orang (16,97%), penderita harga diri rendah 5 orang (2,29%), penderita waham 3 orang (1,37%) (Casmita, 2008). Marah merupakan emosi yang memiliki ciri - ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat biasanya ada kesalahan, yang mungkin nyata - nyata kesalahanya atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka akan terjadi perilaku agresif (Puri, 2008). Berdasarkan kebutuhan Maslow, maslow menentukan prioritas diagnosa yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiologi, keselamatan dan keamanan, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan mencintai dan dicintai meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia (Hidayat, 2008). Tingkah laku perilaku kekerasan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yang pertama model teori importation yang mencerminkan kedudukan klien dalam membawa atau mengadopsi nilai - nilai tertentu. Model teori yang kedua yaitu model situasionism, amuk adalah respon terhadap keunikan, kekuatan dan lingkungan rumah sakit yang terbatas yang membuat klien merasa tidak berharga dan tidak diperlakukan secara manusiawi. Model yang ketiga yaitu model interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yang terjadi antara klien dan perawat dapat memicu atau menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk. Amuk merupakan respon marah terhadap adanya stres, cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan ketidak berdayaan. Respon ini dapat diekspresikan

3 secara internal maupun eksternal, secara internal dapat berperilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Adapun respon marah diungkapkan melalui tiga cara yaitu secara verbal, menekan dan menantang (Keliat, 2005). Penderita gangguan jiwa di RSJD Surakarta pada tahun 2009 sebanyak 2.420 pasien dengan presentasi hunian (BOR) 74 %. Tahun 2010 sebanyak 2.560 pasien dengan presentasi hunian 84,49%. Tahun 2011 sebanyak 2.605 pasien dengan presentasi hunian 75,6% ( rekam medic 2011). Berdasarkan komunikasi dengan perawat di bangsal maespati di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada 1 sampai 31 Maret 2012 diketahui jumlah pasien 42 pasien 9 diantaranya menderita gangguan perilaku kekerasan, sisanya halusinasi 15 orang, HDR 8 orang, isolasi sosial 6 orang dan waham 4 orang. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah dengan judul STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

4 B. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaporkan Kasus Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai pada Tn.S dengan Perilaku Kekerasan di Bangsal Maespati RSJD Surakarta. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini adalah agar penulis mampu: a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.S dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. d. Penulis mampu implementasi pada Tn.S dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.S dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada Tn.S dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan.

5 C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penanganan koping stres pada pasien dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. b. Meningkatkan ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. 2. Profesi Keperawatan Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa khususnya pada kasus Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa khususnya pada kasus Pemenuhan Kebutuhan Mencintai dan Dicintai dengan Perilaku Kekerasan. b. Pendidikan Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi pendidikan D III keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.

BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian penulis dilakukan pada tanggal 05 April 2012 jam 08.40 WIB dengan metode wawancara dan melihat status klien, dari pengkajian tersebut didapatkan data sebagai berikut klien dengan inisial Tn.S yang berusia 32 tahun, jenis kelamin laki - laki, beragama Islam status klien belum kawin, pendidikan terakhir adalah SMP, bertempat tinggal di Derak 05/ 06 Guworejo Karang Malang Sragen. Klien masuk RSJD Surakarta sejak tanggal 22 Februari 2012, keluarga yang bertanggung jawab atas klien adalah Ny.L yang merupakan kakak tertua dari klien yang tinggal serumah dengan klien yang berusia 54 tahun yang bertempat tinggal di Derak 05/ 06 Guworejo Karang Malang Sragen. Alasan masuk klien dibawa ke IGD RSJD Surakarta oleh kakaknya pada tanggal 22 Februari 2012 karena klien mengamuk, memecah kaca rumah tetangga, marah - marah. Pada faktor predisposisi klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJ sudah lima kali ini, pengobatan sebelumya kurang berhasil karena tidak mau minum obat dan tidak mau kontrol teratur. Klien mengatakan pernah mengalami penganiayaan fisik yaitu pada waktu SMP ditampar oleh orang tuanya karena klien marah - marah ketika minta dibelikan sepeda motor. Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Klien mengatakan mempunyai 6

7 pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu diejek, dilecehkan oleh warga karena penyakitnya dan karena tuli. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa TD: 120/ 80 mmhg, nadi: 92 kali per menit, respirasi: 22 kali per menit, suhu: 36. Keluhan fisik, klien tidak mengalami keluhan fisik. Gambar 2.1 Genogram Keterangan : : laki - laki : perempuan : pasien laki - laki : laki - laki meninggal : perempuan meninggal : Tinggal serumah : Garis keturunan Pada pemeriksaan psikososial khususnya genogram didapatkan data klien merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara, klien belum menikah dan

8 tinggal serumah dengan kakaknya yang pertama karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Klien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang diderita klien saat ini. Hasil pengkajian pada konsep diri meliputi gambaran diri klien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah hidung karena hidungnya bisa untuk bernafas. Bagian tubuh yang tidak disukai adalah telinga karena telinganya agak tuli. Identitas klien, klien merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara, klien berumur 32 tahun dan belun pernah menikah. Dari peran klien mengatakan berperan sebagai seorang anak yang paling muda dan tinggal serumah dengan kakaknya yang tertua dan klien pernah bekerja sebagai buruh tani dan sering membantu kakaknya bekerja di sawah serta mencari rumput untuk pakan ternak sapi kakaknya. Peran klien dimasyarakat sebagai anggota warga biasa dan sering ikut kegiatan dimasyarakat seperti kerja bakti dan gotong royong. Ideal diri klien, klien berharap ingin segera pulang dan berharap lagi bisa berkumpul dengan kakaknya dan berharap penyakitnya tidak kambuh lagi. Harga diri klien merasa minder dan rendah diri karena penyakitnya dan karena telinganya tuli. Hasil pengkajian hubungan sosial klien mengatakan orang yang paling berarti bagi klien adalah kedua orang tuanya dan saat ini orang yang paling berarti adalah kakaknya. Peran serta klien dalam kegiatan kelompok atau masyarakat, sebelum sakit klien ikut dalam kegiatan karang taruna tapi semenjak dia sakit sudah tidak ikut lagi. Hambatan klien dalam berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan tidak ada hambatan dengan orang lain tetapi klien merasa malu karena ada sebagian warga yang mengejek dia, dan kontak mata ada.

9 Spiritual nilai dan keyakinan, klien mengatakan beragama Islam. Dari kegiatan ibadah klien mengatakan selama di rumah rajin melakukankan sholat lima waktu, dan selama klien dirawat di RSJ tidak pernah melakukan sholat lima waktu, dan klien juga jarang mengikuti kegiatan ibadah lain diwarga seperti pengajian karena malas. Status mental klien meliputi dari penampilan klien selama di RSJ berpakain rapi, rambut cukup tertata, kebersihan cukup, nafas agak bau dan mandi dua kali sehari. Dari pembicaraan klien intonasi bicara cukup jelas tapi kadang kata - katanya diulang - ulang tetapi sesuai dengan topik pembicaraan. Aktifitas motorik klien terlihat gelisah dan mondar - mandir karena habis minum obat dan efek samping dari obat yang diminunya yaitu ngantuk. Alam perasaan klien, klien merasa sedih karena saat ini tidak bisa berkumpul dengan kakaknya. Afek datar, klien selalu berespon setiap ditanya perawat. Interaksi selama wawancara, klien kooperatif, kontak mata cukup saat wawancara, klien tidak mudah tersinggung ketika ditanya tentang hal - hal yang menyebabkan klien dibawa ke RSJ dan tentang masa lalunya. Persepsi klien mengatakan sekitar dua minggu yang lalu mengalami halusinasi pengelihatan tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Proses pikir yang dialami pembicaraan klien terarah muskipun terkadang diulang - ulang tetapi masih dalam topik pembicaraan. Isi pikir, klien mengatakan ingin cepat pulang dan berkumpul dengan kakaknya, klien tidak mengalami waham dan tidak ada gangguan dalam isi pikir. Tingkat kesadaran klien mengatakan masih sadar dan ingat perhitungan hari selama dirawat di RSJ sudah 44 hari, posisi sekarang masih di RSJ dan masih

10 mengingat kakaknya karena saat ini orang yang paling berarti adalah kakaknya. Memori saat ini klien mengatakan tidak mengalami gangguan daya ingat karena masih ingat kejadian - kejadianya, yaitu daya ingat jangka panjang ketika sekolah SMP sering berantem dan membolos pelajaran, daya ingat jangka pendek ketika klien mau dibawa ke RSJ klien menolak, dan daya ingat saat ini klien mengatakan tadi pagi mengikuti rehabilitasi dengan kegiatan senam, volly dan menggambar. Tingkat konsentrasi dan berhitung, klien mengatakan masih bisa berkonsentrasi dengan berhitung dibuktikan klien menghitung lama dilakukan perawatan di RSJ sudah 44 hari. Kemampuan penilaian, klien mengatakan jika disuruh mandi langsung mandi dan jika disuruh tidur langsung tidur. Daya tilik diri, klien ingin cepat pulang dan membantu kakaknya. Kebutuhan persiapan pulang klien mengatakan makan sendiri tanpa bantuaan, makan tiga kali sehari tepat waktu, habis satu porsi dengan menu RSJ seperti nasi, tahu, tempe, telur daging dan minum sekitar delapan gelas air putih dan teh, dua gelas bubur kacang hijau, dan setelah makan mau membersihkan alat. BAB/ BAK klien mengatakan BAB satu kali sehari yaitu pagi hari, warna kuning konsistensi lembek, BAK sekitar 4-6 kali sehari warna kuning jernih bau khas. Mandi, klien mengatakan mandi dua kali sehari pagi dan sore dengan sabun tanpa bantuan, keramas tiap hari, dan gosok gigi. Berpakaian dan berhias, klien mengatakan dalam berpakaian bisa melakukanya secara mandiri, setiap pagi ganti baju sesusai dengan baju yang disiapkan di RSJ. Dari kebutuhan istirahat dan tidur, lama tidur siang klien 1-2 jam, lama tidur malam klien sekitar 8-9 jam dari jam 20.00-05.00 WIB dan kegiatan klien sebelum tidur biasanya nonton tv

11 dan ngobrol dengan teman - temanya. Dalam penggunaan obat klien ketika di RSJ hanya tinggal meminum obatnya yang sudah disiapkan oleh perawat jaga (obat oral). Pemeliharaan kesehatan, perawatan lanjutan ketika klien sudah diijinkan pulang maka perawatan lanjutan yang harus dilakukan klien untuk memelihara kesehatan dianjurkan untuk kontrol rutin sebelum obat habis, perawatan dukungan dalam memelihara kesehatan klien didukung dengan penggunaan obat dan dukungan dari keluarga. Kegiatan klien yang dilakukan di dalam rumah yaitu membantu mempersiapkan makan, menjaga kebersihann rumah, mencuci piring setelah makan dan mencuci pakaian. Kegiatan di luar rumah klien ingin membantu kakaknya bekerja di sawah dan mencarikan pakan ternak sapi kakaknya serta menjadi buruh tani seperti mencangkul. Mekanisme koping klien dari adaptif: klien suka membantu kakaknya bekerja di sawah dan mencari rumput untuk pakan ternak sapi kakaknya. Mekanisme koping maladaptif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Masalah psikososial dan lingkungan klien mengatakan kurang lebih lima tahun yang lalu bekerja di proyek bangunan dan pekerjaan klien saat ini tidak menetap sehingga dalam membiayai dirinya klien dibantu oleh kakaknya karena masih tinggal serumah. Pengetahuan kurang tentang, klien kurang mengetahui tentanng faktor presipitasi tentang penyakit yang dialaminya dan manfaat dari obat - obatan yang selama ini diminumnya. Aspek medik, diangnosa medik skizofrenia akut dan terapi medik yang diberikan, pada klien yaitu

12 Chlorpromazine 2x100 mg (penenang), Triheksiperidil 3x1 mg (relaksasi), Risperidol 2x2 mg (penenang). Data penunjang yang diperoleh dari pemerisaan laboratorium pada tanggal 22 Februari 2012 hasilnya adalah GDS 134 mg/ dl ( normal < 130 mg/ dl), SGOT 16 U/ L (normal < 37 U/ L), SGPT 12 U/ L (normal < 42 U/ L). B. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data tersebut diatas dapat ditegakan diagnosa keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan, diagnosa keperawatan tersebut didukung dengan data subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: terdapat data pada pasien klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Diangnosa keperawatan yang kedua adalah harga diri rendah, diangnosa keperawatan tersebut didukung dengan data subyektif: klien mengatakan merasa minder pada masyarakat karena penyakit jiwa yang dideritanya dan karena tuli. Data obyektif: klien mengatakan malu saat mengungkapkan cerita, klien menunduk, kontak mata kurang saat menceritakan masalahnya yang berkaitan dengan kondisi fisik. Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, diagnosa tersebut didukung dengan data subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika tidak sependapat dengan lawan bicaranya

13 (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien mudah tersinggung, klien mudah marah. Dari ketiga diagnosa diatas dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sebagai akibat, resiko perilaku kekerasan sebagai care problem, harga diri rendah sebagai etiologi. Dari diagnosa tersebut dapat dijadikan prioritas diagnosa, prioritas yang pertama resiko perilaku kekerasan, harga diri rendah, resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Pohon Masalah Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan (Akibat) Resiko Perilaku Kekerasan ( Care Problem) Harga Diri Rendah (Etiologi) Gambar 2.2 Pohon Masalah C. Rencana Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan pada Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan kekerasan. Tujuan khusus 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien tampak: Menunjukan tanda - tanda percaya pada perawat, wajah cerah (tersenyum), mau berkenalan, bersedia menceritakan perasaannya.

14 Intervensi yang akan dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, memberi salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien. TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukanya, menceritakan penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri sendiri maupun lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal (jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien. TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasaan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan tanda - tanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan mengepal, ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah jengkel marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan tanda - tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan.

15 TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan, jenis - jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini, motivasi klien menceritakan jenis - jenis tindakan kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi. TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan akibat tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman), orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga, lingkungan. TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan klien, menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat, jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah, jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik: nafas dalam pukul bantal dan

16 olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain, sosial: latihan asertif dengan orang lain. TUK 7: Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 2x pertemuan klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal, verbal: mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain tanpa menyakiti, spiritual zikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin dipilih untuk mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat jengkel muncul. TUK 8: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan keluarga: menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan pentingnya paran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatakan perilaku kekerasaan, jelaskan pengertian penyebab, akibat, dan cara merawat klien perilaku kekerasan, peragakan klien menangani parilaku kekerasan, beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian kepada keluarga setelah peragakan, tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih. TUK 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menjelaskan: manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran, cara penakaran, efek yang dirasakan,

17 setelah 1x pertemuan klien mengungkapkan obat sesusi program. Intervensi jelaskan manfaat menggunaan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakain, efek yang dirasakan klien, anjurkan klien: minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor keperawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat. D. Implementasi Keperawatan Berdasarkan rencana keperawatan yang sudah disusun pada tanggal 05-07 April 2012 dilakukan tindakan untuk diangnosa yang pertama Sp 1: bina hubungan saling percaya (BHSP), memberi salam terapeutik, memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan klien, mengidentifikasi penyebab PK, mengidentifikasi tanda dan gejala PK, mengidentifikasi PK yang dilakukan, mengidentifikasi akibat PK, menyebutkan cara mengontrol PK, membantu klien mempraktekan latihan mengontrol cara fisik yang pertama (tarik nafas dalam), memnganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian, memberi reisformen atas keberhasilan klien, lanjut SP II. SP II: memberi salam terapeutik, mengevaluasi jadwal kegiatan klien, melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik yang kedua (memukul bantal), menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatn harian, memberi reisformen positif atas keberhasilan klien. SP III: memberi salam terapeutik, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengontrol PK dengan

18 cara verbal, menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian, memberikan reisformen positif atas keberhasilanya. E. Evaluasi Keperawatan Untuk mengetahui tindakan keperwatan yang dilakukan berhasil atau tidak dengan mengetahui perkembangan pada klien serta apakah masalah sudah teratasi maka perlu dilakukan evaluasi. Untuk diagnosa yang pertama SP I didapatkan data subyektif: klien mengatakan marah dan mengamuk jika tidak sependapat dengan lawan bicaranya (kakaknya), klien mengatakan mau diajari cara mengontrol PK, klien mengatakan senang setelah melakukan cara yang pertama (tarik nafas dalam). Data obyektif: saat dikaji klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, kontak mata ada, intonasi suara keras, klien mau menjawab salam, klien mau berjabat tangan, klien terlihat melakukan tehnik yang diajarkan. Klien mampu melakukan cara mengontrol PK dengan tarik nafas dalam, klien mampu mengungkapkan masalahnya dan penyebab PK sehingga planing untuk klien: motivasi klien mempraktekan cara fisik yang pertama (tarik nafas dalam) dan planing untuk perawat: evaluasi SP I dan lanjut SP II. Untuk SP II didapatkan data subyektif: klien mengatakan selalu mencoba nafas dalam bila rasa marah muncul, klien mengatakan merasa tenang bila melakukan tarik nafas dalam, klien mengatakan mau diajari dengan cara fisik yang kedua (memukul bantal), klien mengatakan senang dengan diajari memukul bantal. Data obyektif klien kooperatif kontak mata ada, klien mempraktekan cara fisik yang kedua (memukul bantal). Klien mampu mempraktekan cara fisik yang

19 kedua mengontrol rasa marah (memukul bantal). Planing untuk klien: anjurkan klien untuk mempraktekan lagi dan memasukan dalam jadwal kegiatan harian, planing untuk perawat: evaluasi SP I dan SP II lanjut SP III. Untuk SP III didapatkan data subyektif: klien mengatakan mencoba cara yang pertama dan yang kedua, klien bersedia diajarkan mengontrol marah dengan cara verbal. Data obyektif klien kooperatif, klien mau menjawab pertanyaan dan mempraktekan cara mengontrol PK III bicara baik - baik, kontak mata dan perhatian klien ada. Klien mampu mempraktekan cara yang ketiga mengontrol PK dengan mandiri. Planing untuk klien anjurkan klien mempraktekan cara mengontrol PK yang ketiga (bicara baik - baik) dan memasukan kedalam jadwal harian, sehingga planing untuk perawat motivasi klien untuk mempraktekan cara mengontrol PK yang ketiga (bicara baik - baik secara mandiri) dan evaluasi SP I - SP III.

20 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Puri, 2008). Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan yang muncul adalah muka merah, mata melotot, mengepalkan tangan, jalan mondar - mandir bicara keras, suara tinggi membentak dan berteriak, menyerang atau memukul benda, menyerang orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan amuk (Nanda, 2005). Pengkajian merupakan elemen penting untuk rencana asuhan keperawatan yang efektif yang relevensinya teridentifikasi pada pengkajian klien, maka dari itu pembuatan rencana dimulai dari pengkajian format, pengkajian dapat digunakan sebagai pedoman agar informasi yang diperoleh sistematis dan sebagai bagian dari dokumentasi (Towsend, 2006). Menurut Stuart dan Sundeen pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien, data yang dikumpulkan meliputi identitas klien, identitas penanggung jawab, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaaan fisik, psikososial, (genogram dan analisa genogram) status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan

21 lingkungan, data penunjang dan terapi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual klien (Keliat, 2005). Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (autoanamnesa) dan mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan, pembicaran, perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah catatan medik dan catatan keperawatan. Dalam pengkajian ini penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJD, identitas klien, penanggung jawab alasan masuk, faktor predisposisi, faktor prestisipitasi, pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial, (genogram dan analisa genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang (aspek medik, 2011). Saat dilakukan pengkajian pada Tn.S diperoleh data subyektif dan obyektif menunjukan bahwa masalah keperawatan pada Tn.S adalah resiko prilaku kekerasan ini didukung dengan data yang menunjukan bahwa dari hasil pengkajian dengan data subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika tidak sependapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang, dan data obyektif: klien mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Tanda gejala yang muncul pada Tn.S tidak ada kesenjangan sesuai dengan teori yaitu klien mondar - mandir, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Diangnosa keperawatan ialah suatu pertimbangan klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar

22 bagi pemelihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Townsend, 2006). Diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care problem dari perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang menjadi akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan harga diri rendah HDR (Iyus, 2009). Data yang diperoleh dari Tn.S sesuai dengan teori yang ada di atas yaitu yang menjadi care problem adalah resiko perilaku kekerasan yang didukung dengan data subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang, dan data obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Yang menjadi penyebab dari masalah keperawatan perilaku kekerasan (PK) yaitu harga diri rendah yang didukung dengan data subyektif: klien mengatakan merasa minder pada masyarakat karena penyakit jiwa yang dideritanya dan karena tuli. Data obyektif: klien mengatakan malu saat mengungkapkan ceritan, klien menunduk, kontak mata kurang saat menceritakan masalahnya yang berkaitan dengan kondisi fisik, kemudian yang menjadi yang menjadi akibat dari masalah keperawatan perilaku kekerasan (PK) yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika tidak sependapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien mudah tersinggung, klien mudah marah, hasil pengkajian yang diperoleh penulis pada

23 pohon masalah mulai dari core problem, akibat dan penyebab sama dan tidak ada kesenjangan sesuai dengan teori. Intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005). Intervensi yang dilakukan penulis adalah bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan, klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan. Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn.S dilakukan selama tiga hari pada tanggal 05-07 April 2012 di bangsal maespati, Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan melakukan tindakan -

24 tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah klien, tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap orientasi (Erlinafsiah, 2010). Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya, melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, konsep diri, masalah psikososial dan lingkungan, spiritual dan keyakinan, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu: bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar. Mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik nafas dalam, pukul bantal dan verbal (bicara baik) sebagai cara yang dipilih pasien selama tiga hari. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien, evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan (Keliat, 2005).

25 Hasil evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan obyektif antara lain: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Klien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara fisik yang pertama (nafas dalam) cara fisik yang kedua (pukul bantal), cara fisik yang ketiga (verbal bicara baik) dan pasien tampak mau mempraktekanya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk klien antara lain klien diminta untuk memberitahukan kepada perawat atau keluarga ketika sedang marah, sedangkan perencanaan untuk penulis adalah mempertahankan tujuan khusus 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 lalu melanjutkan strategi pelaksanaan yang selanjutnya yaitu mengontrol marah dengan cara, spiritual (do a) dan minum obat secara teratur. Memotivasi klien untuk mempraktekan cara mengontrol marah dengan nafas dalam, pukul bantal dan verbal bicara baik. Penulis mendelagasikan kepada perawat ruangan untuk memvalidasi cara yang telah diajarkan kepada klien. B. Simpulan Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (autoanamnesa) dan mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan, pembicaran, perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah catatan medik dan catatan keperawatan. Dalam pengkajian ini penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJD, identitas klien, penanggung jawab alasan masuk, faktor

26 predisposisi, faktor prestisipitasi, pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial, (genogram dan analisa genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang. Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care problem dari perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang menjadi akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan harga diri rendah (HDR). Data yang diperoleh dari Tn.S sesuai dengan teori yang ada diatas yaitu yang menjadi care problem adalah resiko perilaku kekerasan yang didukung dengan data subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang, dan data obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Yang menjadi penyebab dari masalah keperawatan perilaku kekerasan (PK) yaitu harga diri rendah yang didukung dengan data subyektif: klien mengatakan merasa minder pada masyarakat karena penyakit jiwa yang dideritanya dan karena tuli. Data obyektif: klien mengatakan malu saat mengungkapkan ceritan, klien menunduk, kontak mata kurang saat menceritakan masalahnya yang berkaitan dengan kondisi fisik, kemudian yang menjadi yang menjadi akibat dari masalah keperawatan perilaku kekerasan (PK) yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan subyektif: klien mengatakan mudah marah ketika tidak sependapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien mudah

27 tersinggung, klien mudah marah, hasil pengkajian yang diperoleh penulis pada pohon masalah mulai dari core problem, akibat dan penyebab sama dan tidak ada kesenjangan sesuai dengan teori. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan pengkajian mulai yaitu membina hubungan saling percaya, cara fisik yang pertama (nafas dalam), cara fisik kedua (pukul bantal), cara fisik ketiga (verbal, bicara baik) dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, konsep diri, masalah psikososial dan lingkungan, spiritual dan keyakinan, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan klien. Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap klien tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda - tanda saat marah, mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang dipilih klien. Evaluasi yang didapat dari Tn.S adalah data subyektif dan obyektif antara lain: klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan merusak barang. Data obyektif: klien tampak mondar - mandir, pandangan tajam, bicara terdengar keras (membentak), mata melotot. Klien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara fisik yang pertama (nafas dalam) cara fisik yang kedua (pukul bantal), cara fisik yang ketiga (verbal bicara baik) dan klien tampak mau mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk klien yaitu

28 mempertahankan TUK 1 sampai 7 dan melanjutkan strategi pelaksanaan dari perilaku kekerasan. C. Saran Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat: 1. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bagi instansi terkait, khususnya di dalam meningkatkan pelayanan pada Tn.S dengan perilaku kekerasan. 2. Bagi Instansi Pendidikan a. RSJD Surakarta Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan. b. Pendidikan Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan perilaku kekerasan dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA B.K. Puri dkk, 2008. Buku Ajar Psikiatri. Edisi : 2. EGC: Jakarta Casmita.T. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. www. jurnal. Perilaku - kekerasan. com diakses tanggal 10 April 2012 Catatan Medical Record, 2011. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Erlinafisah. 2010. Model Perawat Dalam Praktek Keperawatan Jiwa. Trans info medika: Jakarta Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Ed. 2. Salemba Medika: Jakarta Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. EGC: Jakarta Kusumawati, F & Yudi Hartono, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika: Jakarta Maramis Willy L,2004. Ilmu Kedokteran Jiwa.Cetakan 8.Airlangga: Surabaya Nanda. 2005. Nanda 2005-2006 Definisi & Klasifikasi. Prima Medika, Jakarta Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4. EGC: Jakarta Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC: Jakarta Towsend. M. C. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama, Bandung

30

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Agus Basuki Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 03 Agustus 1988 Jenis Kelamin : Laki - laki Alamat Rumah : Sodong, Pagerjurang, Musuk, Boyolali Riwayat Pendidikan : 1. SDN I Pagerjurang Lulus tahun 2001 2. SMPN 5 boyolali Lulus tahun 2004 3. SMKN I Mojosongo Lulus tahun 2007 Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja Riwayat Organisasi : Pernah mengikuti Organisasi OSIS pada waktu SMA dan Karang Taruna di Desa Sodong, Pagerjurang, Musuk, Boyolali.

32