Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Fakultas Pertanian Universitas Batanghari, Jambi, Indonesia ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
KEBUTUHAN ASAM LEMAK N-6 DAN N-3 DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.)

Kata kunci: ikan nila merah, tepung ikan rucah, vitamin E, TKG, IKG

PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN POTENSI REPRODUKSI INDUK IKAN SEPAT HIAS ( Trichogaster sp )

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

PENINGKATAN MUTU REPRODUKSI IKAN HIAS MELALUI PEMBERIAN KOMBINASI ASAM LEMAK ESENSIAL DAN VITAMIN E DALAM PAKAN PADA IKAN UJI ZEBRA, Danio rerio

Effect of Enriched Feed by Different n-6 Fatty Acids Levels at 0% of n-3 on Danio rerio Reproductive Performance

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Combs, Jr., G.F The Vitamins. Fundamental aspects in Nutrition and Health. 1 Academic Press, Inc.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

Effect of Enriched Feed by n-3 fatty acids and 2% of n-6 fatty acid on Danio rerio Reproduction. N. B. P. Utomo, L. Nurmalia, dan I.

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

PENGGUNAAN LEMAK PATIN DALAM PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus. Utilization of Catfish Body Fat in the Diet of Tilapia Oreochromis niloticus

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

3.KUALITAS TELUR IKAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor (16680), Indonesia ABSTRACT

M.A. Suprayudi, E. Mursitorini dan D. Jusadi

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

Effect of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium as a Vitamin C Source in Different Doses on Growth of Patin Pangasius Hypophthalmus Fingerlings

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

N.B.P. Utomo, N. Nurjanah dan M. Setiawati

PENGARUH TEPUNG IKAN LOKAL DALAM PAKAN INDUK TERHADAP PEMATANGAN GONAD DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.

KINERJA REPRODUKSI IKAN NILA

III. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

PENGARUH KADAR VITAMIN C DALAM BENTUK L-ASCORBYL-2-PHOSPHATE MAGNESIUM DALAM PAKAN TEHADAP KUALITAS TELUR IKAN PATlN Pangasius hypophthalmus

PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN UNTUK MEMPERCEPAT PENCAPAIAN MATANG GONAD DAN MENINGKATKAN KUALITAS TELUR INDUK IKAN LELE DUMBO

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari protein. Bahan ini berfungsi untuk membangun otot, sel-sel, dan

PEMBERIAN PAKAN MENGANDUNG VITAMIN E DAN MINYAK IKAN PADA INDUK MEMPERBAIKI KUALITAS TELUR DAN LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

I. Mokoginta, N.P. Utomo, A.D. Akbar & M. Setiawati

KEBUTUHAN MINERAL SENG (Zn) UNTUKBENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy, Lac.)

PENINGKATAN RETENSI PROTEIN MELALUI PENINGKATAN EFISIENSI KARBOHIDRAT PAKAN YANG DIBERI CHROMIUM PADA IKAN MAS Cyprinus carpio LINN.

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suplementasi vitamin E dengan dosis berbeda pada pakan terhadap kinerja reproduksi induk betina ikan komet Carassius auratus auratus

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DALAM PAKAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) ANJELI SULISTIANTI PAISEY

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

EFEK SUPLEMENTASI Spirulina platensis PADA PAKAN INDUK TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TELUR IKAN NILA Oreochromis niloticus

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

PEMELIHARAAN IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) YANG DIBERI PAKAN PELET DAN IKAN RUCAH DI KERAMBA JARING APUNG

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BAUNG

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PENGAYAAN PAKAN DENGAN VITAMIN E UNTUK MENINGKATKAN DAYA REPRODUKSI INDUK IKAN SEPAT MUTIARA (Trichogaster leeri)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) : (2013) ISSN :

III. BAHAN DAN METODE

3 METODE 3.1 Pakan Uji

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

PEMANFAATAN TEPUNG ECENG GONDOK TERFERMENTASI SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PEMBUATAN PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI INDUK IKAN BELINGKA (Puntius belinka Blkr)

THE EFFECT OF IMPLANTATION ESTRADIOL-17β FOR FERTILITY, HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF GREEN CATFISH (Mystus nemurus CV)

Pengaruh Dosis Ekstrak Hipofisis Ikan Patin (Pangasius hypothalamus) Terhadap Keberhasilan Pemijahan Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma macropomum)

PENGARUH VITAMIN C DAN E TERHADAP KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS TELUR IKAN BAUNG (Mystus nemurus) ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI RASIO ENERGI PROTEIN PADA PAKAN ISO PROTEIN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)

Combination of Black Soldier Fly (Hermetia illucens L.) Larva and Pellet as Food for Pangasius djambal

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

PENGARUH KADAR VITAMIN C DALAM BENTUK L-ASCORBYL-2-PHOSPHATE MAGNESIUM DALAM PAKAN TEHADAP KUALITAS TELUR IKAN PATlN Pangasius hypophthalmus

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEPALA UDANG DAL AM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

TINGKAT PEMBUAHAN DAN PENETASAN TELUR. KUDA LAUT (Hippocampus barbouri) Syafiuddin

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

PERKEMBANGAN DIAMETER TELUR IKAN BETOK (Anabas Testudineus) YANG DIBERI PAKAN DIPERKAYA VITAMIN E DENGAN DOSIS BERBEDA

Transkripsi:

Jurnal Akuakultur Indonesia Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH KADAR VITAMIN E ( TOCOPHEROL) PAKAN TERHADAP KADAR LEMAK, ASAM LEMAK ESENSIAL TELUR DAN DERAJAT TETAS TELUR IKAN LELE, Clarias batrachus Linn. The Effect of Dietary Vitamin E ( Tocopherol) Level on the Lipid, Essensial Fatty Acid Level and the Hatching Rate of Catfish, Clarias batrachus Linn. I. Mokoginta 1, Syahrizal 2 & M. Zairin, Jr. 1 1) Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Fakultas Pertanian Universitas Batanghari, Jambi, Indonesia ABSTRACT This experiment was conducted to evaluate the dietary level of vitamin E ( tocopherol) on the lipid, essential fatty acid level and the hatching rate of catfish, Clarias batrachus Linn. Five experimental diets with isoenergy and isonitrogen, but different vitamin E ( tocopherol) level were used in this experiment. Dietary vitamin E levels are 18, 114, 210, 308 and 416 mg/kg diet respectively. Fish with body weight of 18,55 5,11 g per fish, fed on the experimental diets at satiation, for six months. The vitamin E, the lipid and the n6 and n3 fatty acid level of egg increase as the dietary vitamin E level of broodstock diet increase. However, the ratio of n6/n3 fatty acid of egg produced by treatment 210 mg vitamin E/kg diet was higher than that of other treatments, which finally produced the highest hatching rate of egg (p<0,05). Key words : Vitamin E ( tocopherol), reproduction, catfish (Clarias batrachus Linn.) PENDAHULUAN Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa kuantitas dan kualitas pakan induk dapat memepengaruhi perkembangan gonad, fekunditas, derajat tetas telur dan kelangsungan hidup larva (Watanabe et al. 1984a; Watanabe et al. 1984b; Watanabe et al. 1985; Mokoginta 1998; Mokoginta et al. 2000). Kualitas pakan ditentukan oleh kandungan nutrien seperti protein, lipid, karbohidrat, vitamin, mineral dan energi pakan. Vitamin E ( tocopherol) mempunyai peran penting dalam proses reproduksi ikan (Halver 1989). Fungsi utama vitamin E adalah sebagai senyawa antioksidan, yang dapat mencegah terjadinya oksidasi asam lemak tidak jenuh pada sel. Asam lemak tidak jenuh terutama kelompok asam lemak linoleat dan linolenat, umumnya merupakan bagian fospolipid dari membran sel (Linder 1992). Keberadaan asam lemak tersebut pada membran sel akan mempengaruhi sifat fluiditas membran sel, yang selanjutnya akan mempengaruhi aktivitas enzimenzim pada membran (Robblee & Clandinin 1984). Kadar vitamin E dalam pakan induk akan mempengaruhi vitamin E yang disimpan dalam telur, dan hal ini akan mempengaruhi proses embriogenesis. Kebutuhan vitamin E oleh setiap spesies ikan untuk reproduksi dapat berbedabeda, ikan red sea bream 402 mg/kg pakan (Watanabe et al. 1985) dan ikan patin 190 mg/kg pakan (Mokoginta et al. 2000). Penelitian kebutuhan vitamin E untuk ikan lele, Clarias batrachus Linn., belum dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kadar vitamin E pakan terhadap kadar lemak telur, kadar asam lemak tidak jenuh kelompok linoleat dan linolenat serta derajat tetas telur ikan lele. Pakan induk BAHAN DAN METODE Pakan yang digunakan mempunyai kadar protein dan energi yang sama, namun kadar vitamin E berbeda, masingmasing berturutturut sebesar 18, 114, 210, 308 dan 416 mg/kg pakan. Komposisi bahan pakan dan komposisi proksimatnya disajikan pada Tabel 1. Vitamin E

yang digunakan dalam pakan adalah dl tocopherol (SIGMA) dengan kemurnian 67%. Pakan dibuat dalam bentuk pasta dan disimpan dalam freezer (20 C ) sebelum digunakan. Pemeliharaan Induk dan Pengumpulan Data Ikan lele dengan bobot ratarata 18,55 5,11 g dipelihara dalam bak beton 75x75x75 cm yang diisi air setinggi 50 cm. Setiap bak ditempatkan 4 ekor ikan lele. Sebelumnya tingkat kematangan gonad (TKG) diperiksa, dengan melihat tanda seksual primer yaitu kondisi telur dan ternyata ikan sudah mencapai TKG III (Effendie 1979). Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan satu kali sehari pada pukul 05.30 sore, sampai ikan kenyang. Setiap dua hari sekali, volume air diganti sebanyak 70% dan feses disifon setiap hari. Pergantian air total dilakukan setiap 10 hari. Suhu air selama pemeliharaan adalah 2628 o C, oksigen terlarut 6,107,27 ppm dan ph 5,50 7,00. Pada bulan keempat setelah pemeliharaan induk, pemeriksaan kematangan gonad mulai dilakukan tiap dua minggu sekali, dengan melihat ciriciri seks sekunder. Induk matang gonad disuntikkan dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas dengan dosis 3:1 (untuk setiap 100 g ikan lele disuntikkan ekstrak hipofisa ikan mas sebanyak 300 g). Frekuensi penyuntikan dua kali yaitu pada pukul empat sore dan sembilan malam. Ovulasi dilakukan pada pagi hari berikutnya pukul 05.30 pagi. Untuk membuahi telur, sperma diambil dari ikan jantan yang dipelihara dengan pemberian pakan komersial. Sperma diambil melalui pembedahan perut ikan jantan. Sampel telur yang belum dibuahi diambil sebanyak 10% untuk analisis kadar vitamin E, 10% untuk analisis lemak dan asam lemaknya dan 5% untuk pengukuran diameter telur. Telur diinkubasi untuk mendapatkan larva. Untuk menghitung derajat tetas, sebagian telur ditebar di akuarium berukuran 50x35x35 cm. Pada bagian dasar di bagian luar akuarium diberi kertas berwarna merah yang sudah digambari beberapa kotak (15x20 cm) sehingga mempermudah penghitungan jumlah telur yang ditetaskan. Larva yang menetas setelah 36 jam inkubasi dihitung untuk mendapatkan derajat tetas telur. Semua telur yang baik akan menetas maksimum 36 jam. Analisis statistik Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Untuk melihat ada tidaknya pengaruh perlakuan, dilakukan uji sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji Duncan s multiple range test (Steel & Torrie 1980). Data yang dianalisis secara statistik adalah derajat tetas telur, sedangkan data kimiawi telur dievaluasi secara deskriptif. Analisis kimia Analisis proksimat pakan dan telur dilakukan dengan menggunakan prosedur pada Takeuchi (1988). Pengukuran kadar vitamin E ( tocopherol) pakan, telur, larva dan hati induk dengan menggunakan metode Bouergeois (1992), sedangkan analisis asam lemak telur dilakukan menurut prosedur pada Oiso & Yamaguchi (1985). Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah enam bulan pemeliharaan induk ikan lele dengan pemberian pakan penelitian, data derajat tetas telur, kadar vitamin E dan lemak serta asam lemak telur dan larva dapat dikumpulkan. Sayangnya, pada perlakuan kadar vitamin E 416 mg/kg pakan ternyata telur yang dihasilkan induk tidak ada yang menetas, bahkan sebanyak 91.67% induk mengalami kematian. Tabel 2 berikut ini menyajikan data kadar vitamin E pada telur dan larva umur 0 hari (yang baru menetas), kadar lemak dan komposisi asam lemak pada telur. Dari tabel tersebut 2 terlihat bahwa kadar vitamin E di telur naik sejalan dengan bertambahnya kadar vitamin E pada pakan induk. Vitamin E ini digunakan selama embriogenesis, sehingga pada larva umur 0 hari memiliki kadar vitamin E yang lebih kecil dari kadar vitamin E pada telur. Selanjutnya kadar lemak telur ikan lele juga naik sejalan dengan bertambahnya kadar vitamin E pada pakan induk. Naiknya kadar lemak di telur, diikuti pula dengan naiknya kadar asam lemak n 6 dan n3, dimana kedua asam lemak ini dikenal sebagai asam lemak esensial bagi ikan. Rasio asam lemak n6/n3 telur terbesar diperoleh dari induk ikan lele yang diberi vitamin E dengan.

Tabel 1. Komposisi bahan pakan dan proksimat pakan ikan lele, Clarias batrachus Linn., dengan berbagai kadar vitamin E. Kasein Gelatin Dekstrin Minyak ikan Vitamin mix tanpa vitamin E 1) Mineral mix 1) tocopherol CMC 2) Komposisi Proksimat (% bobot kering): Protein kasar Lemak kasar Abu Serat kasar Vitamin E ( tocopherol) (mg/kg pakan) Kadar Vitamin E (mg/kg Pakan) 1,50 0,00 40,56 6,48 4,96 2,34 1) Takeuchi (1988) 2) Carboxy Methyl Cellulose 1,480014 0,019986 40,00 6,38 4,64 2,03 1,457626 0,042374 39,99 6,40 4,72 2,02 1,435238 0,064762 40,10 6,42 4,90 1,92 1,41285 0,08715 39,93 6,50 5,02 2,04 Tabel 2. Kadar vitamin E pada telur dan larva 0 hari, kadar lemak dan komposisi asam lemak telur Kadar vitamin E ( g/g bobot basah) : Telur Larva 0 hari Kadar Vitamin E (mg/kg pakan) 8,99 7,14 12,15 10,04 16,22 13,35 17,12 13,63 Kadar lemak telur (% bobot basah) : 3,10 3,63 4,18 4,32 Komposisi asam lemak telur ( g/g sampel) : C 16 : 0 C 16 : 1 C 18 : 0 C 18 : 1 C 18 : 2 n6 C 18 : 3 n3 C 20 : 0 C 20 : 1 n9 C 20 : 4 n6 C 20 : 5 n3 C 22 : 0 C 22 : 5 n3 C 22 : 6 n3 Total asam lemak n6 Total asam lemak n3 Rasio asam lemak n6/n3 1) Data tidak ada karena induk mati. 3,45 0,51 2,07 4,16 0,31 0,08 0,01 0,32 0,07 0,36 0,17 0,52 2,13 0,38 3,09 0,12 3,85 0,42 2,54 4,54 0,28 0,07 0,12 0,39 0,29 1,20 0,33 0,47 1,95 0,57 3,69 0,15 6,60 1,87 1,97 7,39 1,13 0,36 0,05 1,66 0,11 0,26 0,81 0,60 1,99 1,24 3,21 0,39 7,04 1,84 2,03 7,77 1,12 0,37 0,05 1,75 0,10 1,38 0,83 0,60 2,08 1,22 4,43 0,28 18,30 1)

dosis 210 mg /kg pakan Derajat tetas telur ikan lele yang terbesar diperoleh dari induk yang diberi vitamin E dengan dosis 210 dan 308 mg/kg pakan, yaitu masingmasing sebesar 71,87 11,80% dan 68,48 13,47%; diikuti oleh induk yang diberi pakan 114 mg vitamin E/kg pakan yakni sebesar 53,72 9,72%, dan yang diberi 18 mg vitamin E/kg pakan yakni sebesar 36,75 5,90% (p<0,05). Induk yang diberi pakan dengan kadar vitamin E sebanyak 406 mg/per kg pakan ternyata banyak yang mati, dan juga telur yang dihasilkan tidak menetas. Dari hasil analisis vitamin E di hati induk ternyata kadar vitamin E naik sejalan dengan naiknya kadar vitamin E pakan, berturutturut nilainya sebesar 21,60, 38,14, 53,77, 82,64 dan 104,16 g/g bobot kering. Pembahasan Kadar vitamin E yang berbeda dalam pakan induk akan mempengaruhi kadar vitamin E pada telur. Kadar vitamin E telur naik sejalan dengan naiknya kadar vitamin E pada pakan induk. Secara umum diketahui bahwa vitamin E berfungsi sebagai zat antioksidan (Linder 1992; Halver 1989), yang mencegah terjadinya oksidasi asam lemak tidak jenuh. Pada penelitian ini, terlihat bahwa asam lemak n3 dan n6 cenderung naik dengan naiknya kadar vitamin E pada telur. Hal yang sama juga terjadi pada kadar lemak telur. Walaupun kadar asam lemak n3 dan n6 cenderung naik, akan tetapi rasio asam lemak n 6/n3 yang tertinggi diperoleh dari induk yang diberi vitamin E dengan kadar 210 mg/kg pakan. Pada pemberian vitamin E pakan bagi induk ikan lele dengan kadar yang lebih tinggi ternyata rasio asam lemak n6/n3 telur menurun kembali. Ikan lele adalah ikan air tawar yang memerlukan asam lemak n3 dan n6 (Mokoginta 1986; Mokoginta 1998). Dari penelitian kebutuhan asam lemak untuk reproduksi (Mokoginta 1998), diperoleh derajat tetas telur yang terbaik pada rasio asam lemak n6/n3 telur sebesar 2,6, sedangkan pada nilai yang lebih kecil atau yang lebih besar dari rasio tersebut menghasilkan derajat tetas telur yang rendah. Pada penelitian ini, rasio asam lemak n6/n3 telur yang tertinggi dihasilkan oleh induk yang diberi vitamin E dengan kadar 210 mg/kg pakan, walaupun rasio asam lemak n6/n3 telur belum optimal seperti pada penelitian Mokoginta (1998). Lemak pada telur ikan umumnya juga digunakan sebagai sumber energi selama proses embriogenesis (Sargent et al. 1989; Verakunpiriya et al. 1996). Kadar lemak telur relatif meningkat sejalan dengan naiknya kadar vitamin E dalam pakan induk. Kadar lemak telur dari induk yang diberi 210 mg vitamin E/kg pakan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi 18 dan 114 mg vitamin E/kg pakan, namun lebih kecil dibandingkan dengan yang diberi vitamin E 308 mg/kg pakan. Hal ini berarti bahwa besarnya sumber energi embrio dari induk yang diberi 210 mg vitamin E/kg pakan relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang diberi 308 mg vitamin E/kg pakan. Namun demikian, derajat tetas lebih tinggi pada telur yang berasal dari induk yang diberi vitamin E dengan kadar 210 mg/kg pakan. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini peran vitamin E pada telur lebih pada pencegahan teroksidasinya asam lemak n6 dan n3, sebagai asam lemak esensial untuk embrio, dan pada rasio asam lemak n6/n3 tertentu akan menghasilkan derajat tetas telur yang tinggi. Pada pemberian vitamin E bagi induk dengan kadar yang lebih kecil atau lebih besar dari 210 mg/kg pakan akan menghasilkan telur dengan rasio asam lemak n6/n3 yang kurang sesuai kebutuhan embrio, sehingga derajat tetas telur yang dihasilkan juga akan rendah. Gejala yang sama juga ditemukan pada ikan patin, Pangasius hypophthalmus (Mokoginta et al. 2000; Watanabe et al.1991). Pada penelitian ini, kematian terjadi pada induk yang diberi vitamin E dengan kadar 416 mg/kg pakan. Dari analisis kadar vitamin E di hati induk tersebut nilainya dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang diberi 210 mg vitamin E/kg pakan. Vitamin E diketahui sebagai salah satu vitamin yang larut dalam lemak, yang apabila diberikan dalam kadar yang tinggi dalam pakan akan mempunyai pengaruh negatif pada ikan (Halver 1989). Jadi kemungkinan kematian induk yang diberi perlakuan vitamin E 416 mg/kg pakan terjadi akibat pemberian vitamin E yang berlebih dan bersifat toksik bagi induk ikan.

DAFTAR PUSTAKA Bourgoeis, C. 1992. Determination of Vitamin E, Tocopherol and Tocotrienol. Elsevier Applies Science, London. 438 pp. Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 hal. Halver, J.E. 1989. The vitamins, p. 32102. In J.E. Halver (ed.), Fish nutrition. Academic Press Inc., California. Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan. Universitas Indonesia, Jakarta. 781 hal. Mokoginta, I. 1986. Kebutuhan Ikan Lele (Clarias batrachus, Linn.) akan Asam Lemak Linoleat dan Linolenat. Tesis. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 66 hal. Mokoginta, I. 1998. Kebutuhan ikan lele (Clarias batrachus, Linn.) akan Asam Lemak Esensial bagi Perkembangan Induk. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Laporan Penelitian. 64 hal. Mokoginta, I., D. Jusadi, M. Setiawati, T. Takeuchi & M. A. Suprayudi. 2000. The effect of different levels of dietary n3 fatty acid on the egg quality of catfish (Pangasius hypophthalmus). JSPSDGHE International Symposium, Sustainable Fisheries in Asia in the New Millenium. pp: 252256. Oiso, T. & K. Yamaguchi. 1985. Manual for food composition analysis. SEAMIC, Tokyo. pp. 174184. Robblee, G.L. & M.T. Clandinin. 1984. Effect of dietary fat level and polyunsaturated fatty acid content on the phospholipid composition of rat cardiac mitochondrial membrans and mitochondrial ATPase activty. Journal of Nutrition, 101: 1703 1710. Sargent, J.R., R.J. Henderson & D.R. Tocher. 1989. The lipid, p. 153217. In J. Halver (ed.), Fish Nutrition. Academic Press, New York. Steel, R.G.D. & J.H. Torrie. 1980. Principles and Procedure of Statistics. A Biometrical Approach. McGraw Hill Book Company Inc., New York. 633 pp. Takeuchi, T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrient, p. 179232. In T. Watanabe (ed.), Fish Nutrition and Mariculture. Kanagawa Fisheries Training Centre, Japan International Cooperation Agency, Tokyo. Verakunpiriya, V., T. Watanabe, K. Mushiake, V. Kiron, S. Satoh & T. Takeuchi. 1996. Effect of broodstock diet on the chemical components of milt and eggs produced by yellowtail. Fisheries Science, 62: 610619. Watanabe, T., T. Arakawa, C. Kitajima & S. Fujita. 1984a. Effect of nutritional quality of broodstock diets on reproduction of red sea bream. Nippon Suisan Gakkaishi, 50: 495 501. Watanabe, T., A. Itoh, W. Murakami, Y. Tsukashima, C. Kitajima & S. Fujita. 1984b. Effect of nutritional quality of diets given to broodstock on the verge of spawning on reproduction of red sea bream. Nippon Suisan Gakkaishi, 50: 10231028. Watanabe, T., C. Itoh, S. Satoh, C. Kitajima & S. Fujita. 1985. Effect of dietary protein levels and feeding period before spawning on chemical components of eggs produced by red sea bream broodstock. Nippon Suisan Gakkaishi, 51: 15011509. Watanabe, T., M. J. Lee, J. Mitzutani, T. Yamada, S. Satoh, T. Takeuchi, N. Yossida, T. Kitada & T. Arakawa. 1991. Effective components in cuttlefish meal and raw krill for improvement quality of red sea bream, Pagrus major, eggs. Bull. Japan. Soc. Sci. Fish., 57(4): 681694.