BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakasanakn pada bulan Februari 2015 hingga Maret 2015 dan

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 3.1 Lintasan Pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN. A. Koordinat Titik Pengukuran Audio Magnetotellurik (AMT)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian untuk mempelajari karakteristik panas bumi di sepanjang lintasan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

STUDI EFEK STATIK PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) MENGGUNAKAN PEMODELAN INVERSI 2-D

INVERSI 1-D PADA DATA MAGNETOTELLURIK DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE OCCAM DAN SIMULATED ANNEALING

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

ANALISIS DERET WAKTU UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DATA MAGNETOTELURIK (STUDI KASUS LAPANGAN GEOTHERMAL)

PEMODELAN RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN METODE MAGNETOTELLURIK (STUDI DAERAH GUNUNGMERAKSA-TASIM, SUMATERA SELATAN)

III. METODE PENELITIAN

PENDEKATAN INVERSI 1D UNTUK MENGURANGI EFEK GALVANIC PADA MODEL 2D MAGNETOTELLURIK DAERAH PANASBUMI DANAU RANAU. Muhammad Gunadi Arif Wibowo

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTRO MAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI MAPOS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Sistem Geotermal Daerah Telomoyo dengan Menggunakan Data Magnetotellurik

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB III TEORI DASAR. permukaan. Sistem panasbumi terutama disebabkan oleh keberadaan sumber

KATA PENGANTAR. Penelitian dengan judul Pendugaan Suhu Reservoar Lapangan Panas. Bumi X dengan Metode Multikomponen dan Pembuatan Model Konseptual

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

IV. METODE PENELITIAN

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

IV. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS INVERSI 2D METODE OCCAM UNTUK MEMODELKAN RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DATA MAGNETOTELLURIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

CURVE MATCHING. Moe2KiyoKidi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 6, No. 3, Juli 2017, Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB III TEORI DASAR. Magnetotellurik (MT) adalah metode pasif yang mengukur arus listrik alami

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMROSESAN DATA MAGNETOTELLURIK DENGAN MEMPERHITUNGKAN CROSSPOWER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

Bab IV Pemodelan dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

Exploration Geophysics Laboratory, Departement of Physics, The University of Indonesia. PT. NewQuest Geotechnology, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN 2-DIMENSI DATA MAGNETOTELLURIK DI DAERAH PROSPEK PANASBUMI GUNUNG ENDUT, BANTEN SKRIPSI

BAB 5 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Identifikasi geological strike dan dimensionalitas berdasarkan analisis phase tensor untuk pemodelan 2D magnetotelurik di lapangan panas bumi GYF

BAB III METODE PENELITIAN

Noise Elimination Technique in Magnetotelluric Data Using Digital Filter and Time Series Data Selection

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KARAKTERISTIK PANASBUMI DAERAH OUTFLOW GUNUNG ARJUNO-WELIRANG BERDASARKAN DATA GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA (3G)

POSITRON, Vol. V, No. 1 (2015), Hal ISSN :

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB II METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

Inversi 3D Data Magnetotellurik Menggunakan Data Inversi 1D Magnetotellurik Sebagai Model Awal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

MODUL METODE MAGNETOTELLURIK

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI...

ANALISIS NILAI TAHANAN JENIS BERDASARKAN PEMODELAN 2D MAGNETOTELLURIK DAERAH PROSPEK PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

PENERAPAN KOREKSI STATIK TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) PADA DATA MAGNETOTELLURIK (MT) UNTUK PEMODELAN RESISTIVITAS LAPANGAN PANAS BUMI SS.

BAB III METODA PENELITIAN. mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. : Panas bumi, Geokimia, Reservoar panas bumi, Geoindikator Cl-HCO3-SO4, Geotermometer Silika, Binary Cycle

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

PROGRESS v 3.0. dalam proses pengolahan data Geofisika metode Geolistrik, dalam hal ini dibahas

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakasanakn pada bulan Februari 2015 hingga Maret 2015 dan bertempat di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Kelompok Penyelidikan Bumi Pertama, Bandung. Tabel 3. Jadwal penelitian Kegiatan Studi Literatur Pengolahan Data Pemodelan dan Visualisasi Analisis dan interpretasi Laporan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 4.2. Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah a. Data hasil pengukuran Magnetotelurik, b. Data geokimia sampel air dan gas, c. Perangkat lunak :Microsoft Excel, SSMT 2000, MT Editor, Winglink d. Komputer yang kompatibel dengan perangkat lunak yang digunakan.

49 4.3. Tahapan Proses Data 4.3.1. Pengolahan Data Geokimia Data geokimia pada penelitian ini berupa data geokimia air dan gas maninfestasi fumarol. Adapun unsur yang didapatkan adalah Na, K, Ca, Mg, Cl, SO 4, HCO 3, B, SiO 2, dan Li. Gas-gas yang terdeteksi adalah CO 2, H 2 S, SO 2, O 2, Ar, dan N 2. Semua data geokimia tersebut dilakukan perhitungan kesetimbangan ion (ion balance) untuk melihat kualitas dari data geokimia tersebut sebelum dilakukan pengolaham. Pengolahan data geokimia dilakukan di microsoft ecxel kemudian dilakukan plotting ke diagram tennary (Cl-SO4-HCO3 ; Na-K-Mg). Selanjutnya itu dilakukan proses perhitungan pendugaan temperatur bawah permukaan dengan menggunakan geotermometer air dan gas. 4.3.2. Data Maganetotelurik 4.3.2.1. Pengolahan Data Magnetotelurik Data awal dari suatu data MT hasil dari pengukuran di lapangan berupa file Raw Time Series dalam format ekstensi (.TS), file Calibration yang terdiri dari kalibrasi instrumen atau kalibrasi box dalam format ekstensi (.CLB) dan kalibrasi sensor atau kalibrasi coil dalam format ekstensi (.CLC), serta file Site Parameter dalam format ekstensi (.TBL). Selanjutnya data ini akan dilakukan proses edit parameter dan robust dengan menggunakan program SSMT2000 yang akan

50 menghasilkan data output berupa data plot MT dalam format ekstensi (.MTH) yang berisi data yang berfrekuensi tinggi dan (.MTL) berisi data dengan frekuensi rendah dan akan diedit pada program MT-Editor. Dimana : a. Edit parameter merupakan salah satu proses awal pada pengolahan data mentah (raw data) metode MT. Parameter lapangan yang diperoleh diantaranya berupa nilai potensial dan kontak resistan kabel utara, barat, selatan, timur terhadap ground. b. Proses Robust merupakan proses pengolahan data yang sering digunakan dalam pengolahan metode MT untuk memperbaiki kualitas data. Estimasi Robust memiliki kemampuan untuk menghilangkan gejala atau efek dari data yang yang tidak biasa (outliers) dalam respon variabel (medan listrik). Tetapi proses ini sering tidak sensitif terhadap data yang diharapkan (medan magnet) (Sutarno, 2008). Selanjutnya output dari pengolahan dengan perangkat lunak SSMT2000, dilakukan proses smoothing dan editing data ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MT Editor dari Phoenix Geophysic Canada. Tujuan dari smoothing dan editing data ini adalah untuk memperbaiki kurva tahanan jenis dan fase yang masih kurang baik, agar dapat meminimalisasi kesalahan dalam interpretasi data di tahapan selanjutnya. Data yang telah dilakukan smoothing, diexport kedalam format ektensi (.edi) untuk dilakukan proses pembuatan model. 4.3.2.2. Koreksi Statik

51 Data MT dapat terdistorsi karena adanya heterogenitas lokal dekat permukaan dan faktor topografi, yang dikenal sebagai efek statik (static shift). Hal tersebut menyebabkan kurva sounding MT (log tahanan-jenis semu terhadap log periode) bergeser ke atas atau ke bawah sehingga paralel terhadap kurva sounding yang seharusnya. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghilangkan efek static tersebut adalah metode geostatistik, yaitu dengan melakukan perata-rataan terhadap suatu titik yang akan digunakan sebagai acuan titik-titik yang lain. 4.3.2.3. Pemodelan Data Magnetotelurik Pada tahapan pemodelan dilakukan menggunakan perangkat lunak WinGLink. Untuk pemodelan 1D dilakukan dengan menampilkan kurva sounding 1D terhadap kedalaman. Pemodelan 1D yang dilakukan menggunakan 2 metode, yaitu metode Bostick dan metode Occam. Pada pemodelan 1D ini mode pengukuran yang digunakan merupakan Mode Invariant yang merupakan gabungan dari mode Transverse Electric (TE) dan Transverse Magnetic (TM). Pemodelan 1D ini dilakukan dengan membuat perkiraan layer yang merupakan nilai resistivitas terhadap kedalaman (yang di tunjukkan pada Gambar 12 bagian kanan), pada metode Bostick layer maksimal yang dapat dibuat berjumlah 8 sedangkan untuk metode Occam layer maksimal yang dapat dibuat berjumlah 32 (lebih banyak dibandingkan dengan metode Bostck). Selanjutnya layer yang telah dibuat dengan kedua metode tersebut akan membentuk sebuah

52 kurva, dimana kurva tersebut harus menyerupai kurva resistivitas data (Mode Invariant). Berikut adalah contoh stasiun pengukuran MT yang telah dilakukan inverse 1D. Gambar 12. Kurva Pemodelan inverse 1D Selanjutnya dari inverse 1D masing-masing station pengukuran akan menghasilkan nilai sebaran tahanan jenis semu terhadap periode. Selanjutnya dilakukan pembuatan model P-section, dimana P-section ini merupakan model 1D berdasarkan data awal. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13 dan 14.

Gambar 13. P-Section Lintasan 1 53

54 Gambar 14. P-Section lintasan 2 Tahapan selanjutnya adalah membuat cross section (X-section). Dimana X-section merupakan berupa hasil sounding 1D di setiap stasiun pengukuran yang dikorelasikan berdasarkan kesamaan nilai (warna) tahanan jenisnnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15 sampai 18.

55 Gambar 15. Model 1D bostick lintasan 1 Gambar 16. Model 1D occam lintasan 1

56 Gambar 17. Model 1D bostick lintasan 2 Gambar 18. Model 1D occam lintasan 2

57 Selanjutnya adalah tahapan inverse 2D. Mode awal (Initial model) dibuat sebagai model yang homogen. Dilakukan pembatasan frekuensi yang digunkan sampai 0.01 Hz karena pada frekuensi yang lebih rendah dari 0,01 Hz banyak terjadi distorsi yang disebabkan oleh noise. Jumlah iterasi yang digunakan adalah sebanyak 100 iterasi. Setelah initial model dibuat, selanjutnya dilakukan pemilihan parameter yang akan digunakan, dimana parameter yang digunakan adalah mode TE dan TM, pembatasan frekuensi yang digunakan, dan pemilihan nilai Tau (Tau yang digunakan terdiri dari 0.1; 0.3; 1; 3; 5; 7...), nilai tau yang digunakan pada proses ini akan menentukan nilai error RMS model pada setiap inversi yang dilakukan, semakin besar nilai tau yang digunakan maka model yang didapatkan akan semakin smooth (error RMS yang kecil) akan tetapi model tersebut akan semakin kurang representative terhadap keadaan sebenarnya. Sehingga dalam pembuatan model magnetotelurik, nilai tau yang digunakan adalah nilai tau yang menghasilkan model dengan error RMS yang optimum, yang akan terlihat dengan menggunakan grafik L-Curve (hubungan antara nilai roughness dan error RMS). Pada penelitian ini nilai tau yang menghasilkan nilai RMS yang paling optimal adalah 1, yang ditunjukkan pada Gambar 19 dan 20. Gambar 19. L-Curve lintasan 1 Gambar 20. L-Curve lintasan 2

58 4.4. Diagram Alir Diagram alir yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 21. ` Mulai Data Pendukung : Geokimia Raw Data (Time Series) Edit Parameter Kurva Resistivity dan Phase Robust Ploting diagram ternary Export format *edi Smoothing / Editing Kurva Resistivity dan Phase Perhitungan suhu reservoar Koreksi Static shift Informasi Geologi Pemodelan 1D/ 2D Pemilihan Parameter : Nilai tau Iterasi 100 Struktur bawah permukaan 2D (Resistivitas) Analisis Selesai Gambar 21. Diagram alir analisis data