Pengamanan Plot STREK Melalui Tree Spiking Di KHDTK Labanan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

dokumen-dokumen yang mirip
Amiril Saridan dan M. Fajri

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

KERAGAMAN JENIS DIPTEROKARPA DAN POTENSI POHON PENGHASIL MINYAK KERUING DI HUTAN DATARAN RENDAH KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR

Analisis vegetasi tegakan benih pada tiga areal HPH di Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG


EKPLORASI JENIS-JENIS DIPTEROKARPA DI KABUPATEN PASER, KALIMANTAN TIMUR (Exploration of Dipterocarps Species in Paser Regency, East Kalimantan)

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Syahrani Samarinda Telp. (0541) Fax (0541)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

SINTESA HASIL PENELITIAN PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI KOORDINATOR: DARWO

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

MODEL RIAP AWAL SETELAH PENEBANGAN DAN PENGARUH PERLAKUAN TERHADAP PERTUMBUHAN POHON PADA PUP PT SUMALINDO LESTARI JAYA II

RIAP TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn) DI KHDTK SAMBOJAKECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI TEMPAT TUMBUH TEGAKAN ALAM Shorea leprosula, Shorea johorensis DAN Shorea smithiana. Oleh : Nilam Sari, Karmilasanti Dan Rini Handayani

SEBARAN DAN POTENSI POHON TENGKAWANG DI HUTAN PENELITIAN LABANAN,KALIMANTAN TIMUR

CAPAIAN KEGIATAN LITBANG

UJI PENANAMAN DIPTEROKARPA DI JAWA BARAT DAN BANTEN

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. Vlll No. 2 : (2002) Arti kel (Article) Trop. For. Manage. J. V111 (2) : (2002)

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

Potensi Jenis Dipterocarpaceae di Hutan Produksi Cagar Biosfer Pulau Siberut, Sumatera Barat

Sepuluh Tahun Riset Hutan Hujan Tropica Dataran Rendah di Labanan, Kalimantan Timur Plot Penelitian STREK

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

UJI SPESIES MERANTI (Shorea spp) DI IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

RIAP DIAMETER HUTAN BEKAS TEBANGAN SETELAH 20 TAHUN PERLAKUAN PERBAIKAN TEGAKAN TINGGAL DI LABANAN BERAU, KALIMANTAN TIMUR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Tujuan Penelitian Bahan dan metode Hasil & Pembahasan Kesimpulan

INTENSITAS SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT Shorea leprosula Miq TINGKAT SEMAI DI TAMAN NASIONAL KUTAI RESORT SANGKIMA KABUPATEN KUTAI TIMUR

POTENSI DAN SEBARAN SPESIES POHON PENGHASIL MINYAK KERUING DI HUTAN PENELITIAN LABANAN, KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Yusliansyah 1 RINGKASAN

PERTUMBUHAN TINGGI AWAL TIGA JENIS POHON MERANTI MERAH DI AREAL PT SARPATIM KALIMANTAN TENGAH

ANALISA PERTUMBUHAN TEGAKAN MUDA MERANTI (Shorea sp.) DENGAN TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF (SILIN) DI PT. TRIWIRAASTA BHARATA KABUPATEN KUTAI BARAT

2 dilakukan adalah redesign manajemen hutan. Redesign manajemen hutan mengarah pada pencapaian kelestarian hutan pada masing-masing fungsi hutan, teru

Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSPLORASI JENIS-JENIS DIPTEROKARPA POTENSIAL DI KALIMANTAN TENGAH Exploration of Potential Species of Dipterocarps in Central Kalimantan ABSTRAK

Status Riset 25 Tahun Plot STREK

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

*) Diterima : 17 April 2008; Disetujui : 10 Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

MODEL PERTUMBUHAN POHON-POHON DI HUTAN ALAM PASKA TEBANGAN STUDI KASUS PADA HUTAN ALAM PRODUKSI DI KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 2 : (2003)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

Peran PUP dalam Perencanaan Pengaturan Hasil untuk Mendukung Kelestarian Hutan

Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan pada Areal Bekas Tebangan di PT Salaki Summa Sejahtera, Provinsi Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

KEADAAN UMUM. Letak dan Luas. Topografi, Iklim dan Jenis Tanah. Aksebilitas. Sarana dan Prasarana

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Kehutanan Sumatera, Aek Nauli

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

II. METODOLOGI. A. Metode survei

Studi Potensi dan Penyebaran Tengkawang (Shorea spp.) di Areal IUPHHK-HA PT. Intracawood Manufacturing Tarakan, Kalimantan Timur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

Dewi Kartika Sari, Iskandar AM,Gusti Hardiansyah Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief

B. BIDANG PEMANFAATAN

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

Distribusi alami dari tegakan pohon ulin dan keragaman jenis pohon

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

West Kalimantan Community Carbon Pools

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 3, Juni 2015 ISSN:

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

PERKEMBANGAN TEGAKAN SETELAH PENEBANGAN DI AREAL IUPHHK-HA PT. BARITO PUTERA, KALIMANTAN TENGAH

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

Keragaman Jenis Tingkat Pancang pada Kawasan...(Ernayati dan Nina Juliaty)

Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165; Telp , ; Fax Bogor 2)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM

KONSEPSI HUTAN, PENGELOLAAN HUTAN DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI DI INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

Transkripsi:

Pengamanan Plot STREK Melalui Tree Spiking Di KHDTK Labanan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur Oleh : Ir. Amiril Saridan, MP. 1, Agus Wahyudi S. Hut. 2, Ronald Rombe 3 Abstrak Plot STREK merupakan salah satu plot penelitian silvikultur di kawasan hutan campuran dipterokarpa dataran rendah di Kalimantan Timur yang memiliki data growth and yield yang lengkap dan berkelanjutan. Keamanan dan kelestarian pohon dalam plot STREK menjadi hal yang sangat penting untuk menjamin kontinyuitas data yang dihasilkan. Tantangan berat untuk mempertahankan keberadaan plot STREK pada saat ini adalah illegal logging. Tree spiking merupakan salah satu alternatif pengamanan hutan yang bersifat preventif dan intensif sepanjang waktu tanpa batas dari aktivitas illegal logging. Tree spiking diperlukan untuk menjaga kelestarian pohon dalam plot STREK agar data penelitian tetap terjaga dengan baik.. Kelestarian pohon dalam plot STREK akan menjamin dihasilkannya data growth and yield yang akurat sebagai dasar dalam perhitungan rotasi tebang dan proses dinamika tegakan pasca pembalakan, sehingga dapat dilakukan upaya pengelolaan hutan secara lestari. Kata kunci : plot STREK, growth and yield, illegal logging, tree spiking I. PENDAHULUAN Plot STREK (Silvicultural Technique for Regeneration of Logged Over Area in East Kalimantan) adalah plot penelitian yang dibangun di kawasan hutan Labanan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur pada bulan September 1989, hasil proyek kerjasama antara pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Kehutanan melalui Badan Litbang Kehutanan, PT.Inhutani I dan pemerintah Perancis dibawah CIRAD Forêt. Tujuan dibangunnya plot STREK adalah dalam rangka menciptakan suatu model pengaturan pengelolaan hutan yang menjamin kelestarian produksi hutan di Kalimantan Timur. Untuk kegiatan penelitian tersebut dibangun 18 Petak Ukur Permanen (PUP), yang terdiri dari 12 PUP perlakuan pembalakan di RKL IV dan 6 PUP perlakuan penjarangan di RKL I. Sejak bulan Juni 2004 pengelolaan plot STREK diserahkan sepenuhnya kepada Departemen 1 Peneliti Muda Balai Besar Penelitian Dipterokarpa 2 Calon Peneliti Balai Besar Penelitian Dipterokarpa 3 Teknisi Balai Besar Penelitian Dipterokarpa 1

Kehutanan dengan pelaksana teknis Balai Litbang Kehutanan Kalimantan yang sekarang menjadi Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Dan sekarang ini, Plot STREK merupakan bagian dari Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Labanan yang dikelola oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Plot STREK memiliki sumber data penelitian growth and yield yang lengkap. Mulai dari tahun 1989 sampai saat ini data masih terekam dengan baik. Data diambil tiap dua tahun sekali secara bergantian, mulai dari 12 PUP di RKL IV kemudian tahun berikutnya 6 PUP di RKL I. Disamping itu, pada areal ini masih memiliki potensi dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Sist dan Saridan (1998) menyebutkan bahwa plot STREK memiliki kekayaan flora yang cukup besar, tercatat sebanyak 74 jenis Dipterocarpaceae dari 8 marga, dengan rataan jenis Dipterocarpaceae per hektarnya sebanyak 29 jenis. Selain itu, ditemukan 2 jenis flora yang baru pertama kali tercatat di Indonesia yaitu Shorea leptoderma Meijer dan S. symingtonii ex Meijer, dimana kedua jenis ini bersifat endemik dan hanya terdapat di Sabah. Keamanan merupakan syarat mutlak untuk menyelamatkan data yang berkelanjutan di plot STREK. Tantangan berat untuk mempertahankan keberadaan plot STREK pada saat ini adalah illegal logging (pembalakan liar). Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mencegah pembalakan liar sudah banyak dilakukan, namun hasilnya belum cukup signifikan. Dukungan para pengambil keputusan belum cukup untuk melindungi hutan. Para polisi hutan dipaksa untuk sering kalah atau mengalah. Operasi gabungan hanya memberikan jaminan keamanan hutan secara temporer, karena setelah operasi dilakukan pembalakan liar kembali marak. Kondisi penegakan hukum di Indonesia juga belum dapat menindak tegas dan tuntas terhadap para pelaku dibalik pembalakan liar. Salah satu kendala utama dalam menanggulangi aktifitas illegal logging adalah situasi keamanan yang cenderung menjadi sumber konflik dengan para penebang. Sehingga upaya pengamanannya harus mengarah pada tindakan preventif, disamping tetap berupaya untuk tetap melakukan tindakan represif. Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka diujicobakan sebuah solusi alternatif pencegahan illegal logging di plot STREK dengan pendekatan pengamanan preventif, yaitu dengan metode Tree Spiking (pemakuan pohon). Paku yang ditanam dalam pohon akan bertahan sangat lama, sehingga pohon akan terlindungi secara terus menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu, 12 bulan dalam setahun, selama pohon tersebut hidup. Oleh karena itu, cara ini dipandang 2

sangat cocok untuk diterapkan di kawasan plot STREK yang memerlukan pengamanan berkelanjutan. II. PRINSIP TREE SPIKING Prinsip dasar tree spiking (pemakuan pohon) adalah memaku pohon yang akan dilindungi terutama jenis pohon komersial dengan paku yang berukuran besar di beberapa titik pada pohon yang menjadi sasaran mata chainsaw, baik pada takik rebah maupun takik balas hingga ketinggian tertentu. Biasanya paku yang digunakan adalah paku ulin berukuran 6 inchi. Anonim (2002), menyebutkan bahwa manfaat dari pemakuan pohon ini adalah untuk menjaga pohon-pohon komersial yang sudah besar dari gangguan penebang liar. Apabila pohon tersebut ditebang dan dibalak, maka mata rantai chain saw atau gergaji yang dipakai akan putus waktu mengenai paku, sehingga hal ini akan merugikan penebang/pedagang kayu. Pohon komersil yang dilindungi biasanya berdiameter > 60 cm. Namun, dengan semakin maraknya illegal logging dan terbatasnya jumlah pohon komersil dalam hutan, maka limit diameter pohon yang dilindungi dapat diturunkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perlidungan terhadap kawasan. Kegiatan pemakuan pohon bukan ditujukan untuk kepentingan ekonomi atau produksi, akan tetapi lebih diarahkan untuk mengamankan pohon hutan pada areal konservasi dan hutan penelitian. Metode Tree Spiking dipilih sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah penebangan liar dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut (Anonim, 2003) : a. Metode ini dianggap mempunyai risiko paling kecil terjadinya bentrok dengan penebang liar. Metode pengamanan represif lainnya untuk sementara ini sudah kurang efektif lagi dilakukan karena cenderung menimbulkan potensi konflik dengan masyarakat. b. Sebagai metode preventif yang efektif dalam menahan laju ekspansi suatu kawasan oleh aktifitas illegal logging, karena aktifitas penebangan pohon akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menebang pohon. c. Kerusakan pohon akibat pemakuan pohon akan menurunkan mutu kayu yang akan ditebang, sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi bagi para cukong yang akan membeli kayu tersebut. 3

III. TAHAP KEGIATAN TREE SPIKING Kegiatan Tree Spiking dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu : 1. Perencanaan kegiatan lapangan Perencanaan lokasi yang akan dipaku, pembentukan tim lapangan yang diperlukan, jadwal teknis pelaksanaan di lapangan dan detail pelaksanaan lain seperti lokasi yang dijadikan target pemakuan, pemetaan posisi pohon yang akan dipaku, bahan baku yang diperlukan dan pemasangan papan nama pemakuan yang strategis di lapangan yang dapat dilihat oleh para penebang liar. 2. Deskripsi dan pembentukan tim lapangan Setiap Tim lapangan terdiri dari 5 (lima) orang dengan komposisi : Ketua Tim (1), tenaga pengebor pohon (1), tenaga pengelem lubang bekas paku (1) dan tenaga pemaku pohon (2). Ketua tim harus orang yang mempunyai pengalaman teknis pengenalan pohon dan medan lapangan serta tenaga lapangan harus terseleksi terutama mereka yang berpengalaman dalam pertukangan kayu. Dalam pelaksanaan lapangan harus didampingi pihak keamanan untuk menghindari terjadi kesalahan pahaman dengan para penebang liar maupun pihak lain yang tidak menginginkan adanya program pemakuan pohon. 3. Pelatihan tenaga lapangan Sebelum kegiatan pemakuan pohon, terlebih dahulu dilakukan pelatihan pemakuan pohon agar diperoleh hasil yang maksimal sesuai target yang akan dicapai di lapangan. Jumlah tenaga yang dilatih tergantung dari kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan, tenaga tersebut harus mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan yang akan dilakukan karena kegiatan ini mempunyai risiko yang tinggi terhadap keselamatan para pelaksana lapangan. 4. Pengamanan Lapangan Pada saat pelaksanaan pemakuan pohon tahap awal dalam kawasan yang rawan terhadap penebangan liar ada kemungkinan terjadinya resistensi dari penebang liar, 4

untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan harus didampingi oleh pihak keamanan setempat. IV. LOKASI KEGIATAN DAN TEKNIS TREE SPIKING Tree Spiking dilakukan pada pohon komersil berdiameter > 60 cm (prioritas) atau 60 cm yang berada sekitar plot STREK dan rawan terhadap kegiatan penebangan liar. Umumnya pohon yang menjadi prioritas adalah jenis-jenis Dipterocarpaceae yang dipaku dengan menggunakan paku ulin berukuran 6 inci, kemudian dilem dan ditutup dengan kulit pohon, sehingga tidak terlihat adanya pemakuan pohon. Selanjutnya, teknis tree spiking dilakukan melalui prosedur sebagai berikut : a. Ketua tim menentukan jenis dan letak pohon yang akan dipaku. b. Setiap pohon dibor oleh 1 orang pengebor dan 1 orang pemaku. c. Lubang pengeboran mengarah ke atas dlam batang kayu dengan sudut 45 o. d. Disetiap letak paku, kulit kayu dikupas ± 2 x 2 cm dengan pahat, dan potongan kulit kayu tersebut disimpan. e. Pohon tanpa banir dipaku setinggi takik rebah atau takik balas yang sering dibuat tukang chainsaw, dengan jarak antar paku vertikal ± 25 cm. f. Pohon dipaku dengan pola 4 arah mata angin. Jumlah paku yang dipakai untuk setiap pohon menyesuaikan dengan bentuk batangnya. g. Untuk pohon yang berbanir pemakuan dilakukan diseputar banir yang ada ditambah 1 meter diatas banir. h. Untuk pemakuan pohon yang mempunyai banir tinggi, dapat dibantu dengan menggunakan tangga. i. Setelah pemakuan selesai, lubang ditutup dengan silikon dan potongan kulit kayu ditempel kembali. j. Pohon yang sudah dipaku diidentifikasi dan ditentukan koordinatnya di peta oleh ketua tim untuk dijadikan data dalam pembuatan peta pohon. Pengambilan titik koordinat menggunakan GPS. V. HASIL KEGIATAN TREE SPIKING di PLOT STREK 5

Tahun 2005 merupakan awal dilaksanakannya kegiatan tree spiking. Pada tahap awal ini pemakuan pohon difokuskan pada buffer zone plot 3, 10 dan 12 di RKL IV dengan dasar pertimbangan bahwa plot-plot ini paling dekat dekat dengan jalan cabang dan sangat mudah untuk dijangkau. Jumlah pohon yang telah dipaku sebanyak 210 pohon yang meliputi jenis Dipterocarpus spp., Hopea sp., Eusideroxylon zwageri, Parashorea sp. dan Shorea spp.. Hasil pemakuan dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada tahun 2006 kegiatan tree spiking dititik beratkan pada daerah-daerah yang rawan masuknya illegal logging di RKL I dan area di sekitar jalan masuk menuju RKL IV. Jumlah pohon yang telah dipaku sebanyak 412 pohon dari marga Shorea, Parashorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, Anisoptera, Hopea dan beberapa pohon dari marga Sindora (Sindora sp., S. wallichii dan S. elaeocarpa), Heritiera sp., Palaquium sp., serta E. zwageri seperti tertera pada Lampiran 2. Khusus untuk E. zwageri dan beberapa jenis pohon dilindungi lainnya dilakukan pemakuan mulai dari diameter 30 cm keatas. Pohon yang dipaku diarahkan pada pohon-pohon yang berdekatan dengan plot permanen, sepanjang jalan cabang bekas kegiatan pembalakan dan daerah sekitar plot permanen yang mudah untuk dimasuki oleh para penebang liar yaitu, disekitar plot 3 RKL IV dan plot 1, 2, 4 dan 6 RKL I. Kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pemakuan pohon adalah sekitar 8-10 pohon/hari/regu. Banyaknya pemakuan pohon yang diperoleh tergantung dari topografi, cuaca, tenaga pemaku pohon dan karakter jenis pohon (seperti tebal kulit, lunak atau kerasnya pohon yang dipaku, serta bentuk batang). Umumnya jenis pohon yang sulit untuk dipaku adalah E. zwageri (ulin) dan Shorea laevis (bangkirai). Pemakuan pada kedua jenis ini banyak memerlukan paku karena sifat kayunya yang keras. Kendalanya adalah bor manual yang digunakan umumnya tidak mampu membuat lubang dengan kedalaman optimal, sehingga penanaman paku ke dalam pohon lebih banyak dibantu dengan martil, yang terkadang menyebabkan paku bengkok. Untuk itu, paku tersebut harus dicabut kembali dan diganti paku yang baru. Demikian juga lem yang digunakan dalam mengembalikan kulit kayu yang telah dikupas sebelumnya harus benar-benar merata dan tidak terlihat secara sekilas oleh para penebang liar. Berdasarkan pemantauan terhadap hasil pemakuan pohon yang telah dilakukan tahun 2005 dan 2006, samapai saat ini tidak ditemukan pohon yang hilang akibat illegal logging. Selain itu, tidak ditemukan kerusakan pohon yang sangat berarti atau pohon 6

tersebut mati, hanya sebagian pohon terdapat pembengkakan di sekitar lubang paku. Hal ini juga sesuai dengan hasil kegiatan yang dilaporkan Anonim (2002) di kawasan Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) pada tahun 2001 2002, dimana lebih dari 8000 pohon dipaku untuk mencegah illegal logging. Sejak dilakukan pemakuan pohon di HLSW illegal logging berkurang secara drastis dan sampai saat ini tidak terdengar lagi suara chain saw di dalam kawasan HLSW. VI. PENUTUP Keamanan dan kelestarian pohon dalam plot STREK menjadi hal yang sangat penting karena data yang dihasilkan merupakan data berkelanjutan. Kegiatan tree spiking diperlukan untuk menjaga kelestarian pohon dalam plot STREK agar data penelitian tetap terjaga dengan baik dan lestari. Kelestarian pohon dalam plot STREK akan menjamin dihasilkannya data growth and yield yang akurat sebagai dasar dalam perhitungan rotasi tebang berikutnya dan proses dinamika tegakan pasca pembalakan, sehingga dapat dilakukan upaya pengelolaan hutan secara lestari. Tree spiking merupakan salah satu alternatif pengamanan hutan yang bersifat preventif dan intensif sepanjang waktu tanpa batas dari aktivitas illegal logging. Pemakuan pohon sangat tepat untuk dilakukan pada kawasan hutan yang mempunyai peranan penting sebagai kawasan lindung, penelitian, pendidikan serta dapat dijadikan sebagai salah satu program penyelamatan hutan di masa mendatang. Kegiatan tree spiking merupakan hal yang baru, oleh karena itu sangat diperlukan dukungan dari berbagai instansi terkait. Adanya kordinasi dan sosialisasi yang baik dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat mengenai kegiatan tree spiking akan sangat membantu keberhasilan program ini. Akan tetapi, yang paling penting adalah adanya kesadaran dari semua pihak untuk menjaga kelestarian hutan. 7

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2002. Pengenalan Paku Pohon Sebuah Senjata Alternatif untuk Menanggulangi Penebangan Liar. Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain. Balikpapan. Anonim. 2003. Proposal Kegiatan. Paket Pengamanan Preventif Zona Inti Taman Nasional Gunung Palung Tahun 2003. Tahap I. Balai Taman Nasional Gunung Palung. Ketapang. Ashton, P.S. 1989. Species Richness in Tropical Forest, In: Tropical Forests Botanical Dynamics, Speciation and Diversity. Holm-Nielsen L.B. Nielsen I.C. Baslev H.ed. London,UK. Academic Press. Saragih, B. 2003. Illegal logging. Pendefinisian dan Dampak dari Inkonsistensi Penanggulangannya. Makalah pada Lokakarya Pencegahan Illegal Logging dalam Pemanfaatan Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. Sist, P dan A. Saridan. 1998. Description of the Primary Lowland Forest of Berau. Silvicultural Reseacrh in a Low Land Mixed Dipterocarps Forest of East Kalimantan.CIRAD-Foret. France. 8

Lampiran 1. Hasil Pemakuan Pohon Tahun 2005 Terhadap Beberapa Jenis Pohon Komersial Di Hutan Penelitian Labanan, Kabupaten Berau-Kalimantan Timur. No. Nama Jenis Jumlah Pohon Yang Dipaku 1 Dipterocarpus confertus 4 2 Dipterocarpus elongatus 1 3 Dipterocarpus glabrigemmatus 3 4 Dipterocarpus humeratus 6 5 Dipterocarpus pacyphyllus 1 6 Dipterocarpus sp 3 7 Dipterocarpus sp1 6 8 Dipterocarpus sp2 24 9 Dipterocarpus sp3 5 10 Dipterocarpus verrucosus 1 11 Eusideroxylon zwageri 1 12 Hopea sp 2 13 Koompassia malacensis 1 14 Parashorea sp 4 15 Shorea atrinervosa 1 16 Shorea excelliptica 3 17 Shorea hopeifolia 4 18 Shorea johorensis 8 19 Shorea laevis 3 20 Shorea leprosula 7 21 Shorea longisperma 2 22 Shorea macrophylla 5 23 Shorea ovalis 1 24 Shorea paguetiana 2 25 Shorea parvifolia 11 26 Shorea pinanga 18 27 Shorea seminis 1 28 Shorea smithiana 3 29 Shorea sp 6 30 Shorea sp1 15 31 Shorea sp2 23 32 Shorea sp3 18 33 Shorea sp4 6 34 Shorea sp5 4 35 Shorea sp6 5 36 Shorea sp7 1 37 Shorea virecens 1 Total 210 9

Lampiran 2. Hasil Pemakuan Pohon Tahun 2006 Terhadap Beberapa Jenis Pohon Komersial Di Hutan Penelitian Labanan, Kabupaten Berau-Kalimantan Timur. No. Nama Jenis Jumlah Pohon Yang Dipaku 1 Anisoptera sp 1 2 Dipterocarpus acutangalus 2 3 Dipterocarpus confertus 8 4 Dipterocarpus elongatus 1 5 Dipterocarpus humeratus 11 6 Dipterocarpus sp 19 7 Dipterocarpus stellatus 2 8 Dipterocarpus verrucosus 19 9 Dryobalanops beccarii 4 10 Dryobalanops sp 5 11 Durio sp 2 12 Eusideroxylon zwageri 48 13 Heritiera symplicifolia 2 14 Hopea mangerawan 1 15 Mangifera sp 1 16 Palaquium sp 1 17 Parashorea malaanonan 8 18 Parashorea smythiesii 19 19 Parashorea sp 18 20 Polyalthia sp 1 21 Scaphium macropodum 3 22 Shorea agamii 6 23 Shorea atrinervosa 2 24 Shorea beccariana 1 25 Shorea excelliptica 1 26 Shorea hopeifolia 1 27 Shorea johorensis 53 28 Shorea laevis 15 29 Shorea leprosula 17 30 Shorea longisperma 3 31 Shorea ovalis 4 32 Shorea parvifolia 19 33 Shorea parvistipulata 2 34 Shorea pauciflora 1 35 Shorea pinanga 10 36 Shorea smithiana 12 37 Shorea sp 65 38 Shorea sp1 5 39 Shorea ssp pauciflora 2 40 Shorea superba 4 41 Sindora elaeocarpa 1 42 Sindora sp 5 43 Sindora wallichii 3 10

44 Syzigium sp 2 45 Unknown 2 Total 412 11