Kondisi Optimum Pemisahan Aseton dari Campuran Aseton-Etanol-Air-n Butanol Dengan Kolom Distilasi Vacuum

dokumen-dokumen yang mirip
THE EFFECT OF ETHANOL-WATER COMPOSITION VARIATION IN ACETONE-ETHANOL-WATER-n-BUTANE MIXTURES ON THE PERFORMANCE OF DISTILLATION COLUMN

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

BAB I DISTILASI BATCH

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V

BAB II. KESEIMBANGAN

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

EVALUASI KOLOM DISTILASI BUTANOL-AIR DENGAN INTEGRASI PANAS UNTUK MENDAPATKAN TOTAL ANNUAL COST (TAC) MINIMUM

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS. CREATED BY DENNY FIRMANSYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Makalah Termodinamika Pemicu 4: Kesetimbangan Fasa Uap-Cair

Pemisahan Distilasi Azeotrop. Heri Rustamaji. Referensi:

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

PMD D3 Sperisa Distantina

6/12/2014. Distillation

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

Pembimbing: Prof.Ir. Renanto Handogo, MS. PhD. Ir.Musfil A.S,M.Eng,Sc.

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015

SIMULASI ABSORPSI MULTIKOMPONEN HIDROKARBON DENGAN VISUAL BASIC 6.0 METODE BURNINGHAM-OTTO SUM RATES

PERFORMA KOLOM SIEVE TRAY DENGAN PACKING SERABUT PADA DISTILASI ETANOL-AIR

KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM ETHANOL + 2-PROPANOL + ISOOCTANE PADA TEKANAN ATMOSFERIK

PENGUKURAN KESETIMBANGAN UAP-CAIR SISTEM BINER ETANOL+ETIL ASETAT DAN ETANOL+ ISOAMIL ALKOHOL PADA TEKANAN 101,33 kpa, 79,99 kpa dan 26,67 kpa

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DA- RI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

KESETIMBANGAN UAP-CAIR (VLE) ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

Penuntun praktikum DISTILASI BATCH

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER ETANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER METANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

KESETIMBANGAN UAP-CAIR-CAIR SISTEM BINER n-butanol+air DAN ISOBUTANOL+AIR PADA kpa

STRATEGI KONTROL KOLOM DISTILASI TUNGGAL SISTEM BINER METANOL-AIR

DESAIN ALAT DISTILASI UNTUK MEMPEROLEH ETANOL DENGAN KADAR OPTIMUM

MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR SIMBOL DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRACT Latar Belakang Keaslian Penelitian 5

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

Optimasi Feed Plate dan Temperatur Feed Adsorber Dalam Proses Distilasi Adsorpsi Pada Pembuatan Etanol Absolut

Etanol akan membentuk campuran azeotrop dengan air sehingga sulit

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER 1-PROPANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

Kata kunci : Absorber, Konsentrasi Benfield, Laju Alir Gas Proses, Kadar CO 2, Reboiler Duty, Aspen Plus

PMD D3 Sperisa Distantina

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan campuran azeotrop multikomponen dengan menggunakan

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan:

Pengendalian Sistem Kolom Distilasi Campuran Azeotrop Heterogen Butanol-Air Menggunakan Model Predictive Control (MPC)

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

OTK 3 S1 Sperisa Distantina

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

REAKTOR KIMIA NON KINETIK KINETIK BALANCE R. YIELD R. STOIC EQUILIBRIUM R. EQUIL R. GIBBS CSTR R. PLUG R.BATCH

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

MAKALAH TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA

Laporan Praktikum Kimia Fisik

TERMODINAMIKA I G I T A I N D AH B U D I AR T I

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

EVALUASI ENERGY SAVING DAN CAPITAL COST KOLOM DISTILASI PETLYUK DAN DIVIDED WALL DISTILLATION COLUMN DWDC UNTUK PEMISAHAN TIGA KOMPONEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)

Simulasi Proses Dehidrasi Etanol dengan Kolom Distilasi Azeotrop Menggunakan Isooktan

LEVEL -04 SISTEM PEMISAHAN

@ Heri Rustamaji. World Wide Web home page on the Internet at:

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina

SIMULASI KONDISI OPERASI KOLOM DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN DIVIDING WALL COLUMN UNTUK PEMURNIAN ETANOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESETIMBANGAN UAP CAIR (KUC)

PABRIK ASETON DARI ISOPROPIL ALKOHOL DENGAN PROSES DEHIDROGENASI

DISTILASI. 19/10/2014 Nur Istianah-KPP-Distilasi

Kelompok B Pembimbing

KONTRAK PERKULIAHAN 1. Manfaat Mata Kuliah 2. Deskripsi Mata Kuliah 3. Tujuan Instruksional 4. Strategi Perkuliahan

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PREDIKSI SIFAT TERMODINAMIKA DAN TRANSPORT CAMPURAN TERNER HIDROKARBON

TEKNOLOGI HEMAT ENERGI UNTUK PRODUKSI ALKOHOL FUEL GRADE YANG EFISIEN

HUKUM RAOULT. campuran

LAMPIRAN A HASIL PERHITUNGAN NERACA MASSA

SIMULASI DISTILASI BATCH BERBASIS PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK

Simulasi Kolom Distilasi Ekstraktif untuk Proses Dehidrasi Etanol Menggunakan Etilen Glikol-Gliserol

Referensi: 1) Smith Van Ness Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed. 2) Sandler Chemical, Biochemical adn

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK

Studi Aplikasi Decoupling Control untuk Pengendalian Komposisi Kolom Distilasi

LTM TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA Pemicu

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

PERANCANGAN PROSES DISTILASI ATMOSFERIK DAN PENGHILANGAN GAS OIL DALAM PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

STRUKTUR KONTROL KOLOM DISTILASI ALDEHYDE

PENENTUAN BANYAKNYA UAP YANG DILEPASKAN KE UDARA DARI SUATU CAIRAN YANG TERSIMPAN DI TANGKI SIMPAN DENGAN PENDEKATAN TEORI NERACA ENERGI

PENGHEMATAN ENERGI PADA MENARA DISTILASI DENGAN HEAT INTEGRATED DISTILLATION COLUMN (HIDiC)

BAB II DESKRIPSI PROSES

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemodelan Kolom Distilasi Pabrik Petrokimia dengan Menggunakan Distributed Control System

DAFTAR NOTASI. No. Notasi Keterangan Satuan 1. Hc Entalpi pembakaran kkal/kmol 2. Hf Entalpi pembentukan kkal/kmol 3. Hf 25

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Volume 6 No. 1, Juli 2005 (1-12) Kondisi Optimum Pemisahan Aseton dari Campuran Aseton-Etanol-Air-n Butanol Dengan Kolom Distilasi Vacuum Chairul Irawan, Iryanti Fatyasari Nata 1 Abstract Fermenting molasses using clostridium acetobutilycum can produce a mixture of acetone (1)/ethanol (2)/water (3)/n-butanol (4). The fermentation products are then separated and purified in a series of distillation column. In this work the products are 99.5-wt % of acetone and 99 % recovery. This work is primarily concerned with the effect of operating pressure on the distillation column performance. Distillation columns were designed using computer programs written in VISUAL FORTRAN 5.0. A rigorous equilibrium based computation method due to Wang-Henke that taking into account the effects of non-equal molar overflow and non-ideal vapor-liquid equilibrium was used in study. UNIQUAC, a method of estimating activity coefficient in non-ideal liquid mixtures, was used to model the vapor liquid equilibrium. The column performance was studied by varying the operating pressure that is constrained by the cooling water temperature in the condenser. The numbers of plates are 50 and feed plate location at 12 th plate below the condenser for acetone column. Variation of pressure 0.7 to 0.6 atm for acetone column will decrease 6.03 % reflux ratios, 4.3% condenser and 4.78% reboiler duty. Optimum condition for acetone column was 0.6 atm. Keywords simulation, vacuum distillation, acetone column PENDAHULUAN Latar Belakang Campuran aseton-etanol-air-n-butanol dapat diperoleh dari fermentasi molasses sebagai limbah pabrik gula. Pada fermentasi ini bakteri yang mampu mengkonversi bahan tersebut adalah Clostridium acetobutylicum (Roffler dkk. 1987). Dalam merancang kolom distilasi masalah utama adalah menentukan umlah plate, letak plate umpan, refluks rasio, beban kondensor dan reboiler. Perhitungan distilasi multikomponen memerlukan penyelesaian yang simultan dari neraca massa, neraca panas, kesetimbangan uap-cair (VLE) dari sistem. Selain itu perlu dihitung distribusi komponen, temperatur, lau alir cairan dan uap tiap plate. Dari segi termodinamika persoalan kesetimbangan akan bertambah rumit karena campuran aseton-etanol-air-n-butanol merupakan campuran yang tidak ideal. Oleh karena itu penyelesaian persamaan yang lebih teliti secara analitis sukar dilakukan. Selain waktu yang diperlukan lebih banyak. Dengan kemauan teknologi persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan simulasi komputer seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Tuuan Penelitian Tuuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Menentukan umlah plate dan letak plate umpan kolom pemisah aseton pada pemisahan campuran aseton-etanol-air-nbutanol menadi produk yang lebih murni 1 Staff pengaar Fakultas Teknik Unlam Banarmasin 1

2 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005 dengan refluks rasio dan beban reboiler yang minimum. 2. Mempelaari unuk kera kolom berdasarkan perubahan tekanan kolom, sehingga diketahui perubahan refluks rasio (R) beban reboiler (Q R ) dengan recovery dan produk atas yang tetap. KAJIAN TEORITIS Mengacu pada peneliti terdahulu, yaitu Roffler dkk. (1987) dan Renanto H. dkk (2001), empat buah kolom buah kolom distilasi digunakan untuk memisahkan campuran aseton-etanol-airn-butanol yang terdiri dari kolom aseton, kolom etanol, water stripper dan butanol stripper. Proses Pemisahan Aseton-Etanol-Air-n- Butanol Pemisahan ini diawali dari produk atas beer stripper yang mengandung 70% berat air dan 30% berat aseton-etanol-n-butanol. Produk atas dari beer stripper diumpankan ke kolom aseton. Kolom aseton menghasilkan produk atas 99,5% berat aseton pada 0,7 atm. Produk bawah diumpankan ke kolom etanol yang beroperasi 0,3 atm. Kolom ini menghasilkan 95% berat etanol dan produk bawah diumpankan ke decanter. Selain dari kolom etanol, decanter menerima umpan dari produk atas water stripper dan butanol stripper. Fasa kaya air mengandung sekitar 95% berat butanol dan diumpankan ke water stripper. Fasa kaya butanol mengandung sekitar 23% berat air diumpankan ke butanol stripper. Water stripper beroperasi pada 0,3 atm dengan produk bawah air dengan kandungan 0,01% berat. Butanol stripper beroperasi pada 1,5 atm dengan produk bawah 99,7% berat n-butanol. Diagram alir proses tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1. Metode Bubble Point (Wang-Henke) Untuk Perhitungan Distilasi Kolom distilasi denagn model skematik Countercurrent Cascade N plate kesetimbangan meliputi empat golongan persamaan (MESH Equation) sebagai berikut : Persamaan M (material balance) untuk tiap komponen (C persamaan untuk tiap plate). M i, = L -1 X i,-1 +V -1 y i,+1 +F z i, -(L )X i, (V )y i, = 0...(1) Persamaan E (equilibrium relation) untuk tiap komponen (C persamaan untuk tiap plate). E i, = y i, K i, x i, (2) dimana : K i, = rasio kesetimbangan fasa 99,5 % berat Aseton Kolom Aseton 0,7 atm Kolom Etanol 95 % berat Etanol 0,3 atm Decanter Produk Fermentasi 1,5 atm Beer Stipper Steam Water Stripper 0,3 atm Waste Air 1,5 atm Butanol Stripper 99,7% berat n-butnol Gambar 1. Proses pemisahan campuran aseton-etanol-air-n-butanol

Irawan, Iryanti, Kondisi Optimum Pemisahan Aseton 3 Persamaan S (summation of mole fraction) untuk tiap-tiap plate. (S (3) c y) yi, 1,0 0 i 1 (S (4) c x) xi, 1,0 0 i 1 Persamaan H (enthalpy balance) untuk masing-masing plate H = L -1 H L,-1 +V +1 H v,+1 +F H F -(L )H L, (V )H V, -Q = 0... (5) Dengan pengabaian perubahan energi potensial dan kinetik. Selain 5 persamaan di atas tedapat persamaan neraca massa total dari plate 1 sampai yang merupakan kombinasi dari persamaan (3) atau (4) dengan persamaan. (1). L V 1 (Fm Wm - Um) V1 (6) m 1 Prediksi kesetimbangan uap-cair (VLE) dan cair-cair (LLE) telah banyak dilakukan seperti yang dipublikasikan oleh Gmehling dan Ongken (1977), Ismartono dan Syamsyul (1997) dan Wiryanto dan Teddy (1999). Tekanan uap enuh suatu zat dapat diestimasi dengan persamaan Antoinne (Prausnitz dkk. 1977), sedangkan harga koefisien aktifitas komponen dalam campuran dapat dihitung dengan korelasi UNIQUAC (Walas 1985). Untuk data entalpi uap dan cairan diprediksi dari Reid dkk. (1987). Algoritma Matriks Tridiagonal dan Lau Alir Uap dan Cairan pada Tiap Plate Algoritma matriks tridiagonal yang digunakan Wang-Henke dikembangkan oleh Thomas, dengan mengeliminasi y dan L dari neraca massa (M) (Henley dan Seader 1981).Lau alir uap dapat dihitung dengan persamaan neraca entalpi (Henley dan Seader 1981): V + V +1 = (7) dimana : = HL -1 - Hv.. (8) = HV -1 - HL........ (9) 1 ( (Fm Wm Um) V 1)(HL HL 1) F (HL HF) m 1...(10) Secara umum harga aliran uap pada tiap plate adalah: 1 α 1V 1 V (11) β 1 Lau alir cairan pada tiap plate dapat dihitung: L = V +1 + (F m - Um - Wm ) - V1. (12) m 1 Kebutuhan energi kondensor dan reboiler dihitung berdasarkan persamaan : Q N N 1 (F H N 1 F U HL WHV ) Q V1 HV1 LNHLN 1...(13) Kriteria Konvergensi Kriteria yang disarankan Wang-Henke merupakan umlah dari error tiap plate yang dikuadratkan. Hal ini tidak menunukkan error tiap-tiap plate yang memenuhi toleransi, sehingga dibuat kriteria konvergensi yang berdasarkan error tiap plate yang memenuhi toleransi. (k) (k 1) T T ε.. (14) Tabel 1. Komposisi Umpan Berupa Cairan Komponen Fraksi berat Fraksi mol aseton 0,07684 0,03122 etanol 0,02184 0,01093 air 0,70000 0,89580 n-butanol 0,19952 0,06205

4 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005 Harga merupakan harga toleransi suhu tiaptiap plate, sehingga dengan kriteria ini dapat memeriksa perbedaan suhu iterasi tiap-tiap plate agar memenuhi error yang ditoleransi. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, campuran yang dipisahkan adalah campuran aseton (1)/ etanol (2)/air (3)/nbutanol (4). Untuk simulasi pemisahan ini dibuat program komputer dalam bahasa Fortran. Pengeraan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: 1. Tahap perancangan kolom aseton dengan menentukan umlah plate dan letak plate umpan dengan refluks rasio dan penggunaan energi reboiler yang minimum untuk recovery dan produk atas yang tetap. 2. Tahap unuk kera kedua kolom tersebut berdasarkan perubahan tekanan kolom aseton untuk recovery dan produk atas yang tetap. 3. Tahap penentuan kolom yang memakai energi paling kecil untuk produk aseton untuk recovery dan produk atas yang tetap dengan memperhatikan tekanan kolom dan media pendingin. Asumsi yang digunakan pada tahap perancangan kolom ini adalah: 1. Beda tekanan tiap plate sebesar 0,0034 atm dan efisiensi plate 100%,umpan dan refluks masuk cairan enuh (saturated liquid), gas ideal, kolom distilasi sederhana dengan menggunakan kondensor total dan reboiler parsial. Basis perhitungan: 1000 kgmol/am. 2. Komposisi umpan berupa cairan (Roffler, 1987) : 3. Komposisi aseton produk atas 99,5% berat, recovery aseton 99% dan tekanan dan kolom aseton 0,4 atm sampai 0,8 atm Kolom Pemisah Aseton Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengkondisikan kolom dengan memvariasi tekanan, untuk melihat perubahan refluks rasio (R), kebutuhan reboiler (Q R ) dan temperatur atas kolom (T top ). Perubahan tekanan ini memperhatikan temperatur atas kolom agar media pendingin pada kondensor yang dipakai adalah air dan pengaruh terhadap beban pemanasan dan pendinginan untuk recovery dan komposisi produk aseton yang sama. Langkah-langkah perhitungan : 1. Spesifikasi problem meliputi : Komposisi, kondisi termal dan lokasi umpan masuk, tekanan tiap plate, lau alir side stream, perpindahan panas dari dan menuu tiap plate, kecuali untuk plate ke-1 (kondensor) dan plate ke-n (reboiler), umlah plate total. Memasukkan harga, tekanan kolom, umlah plate, letak plate umpan, lau produk atas dan refluks rasio. 2. Menghitung harga awal untuk variable T dan V 3. Menghitung komposisi tiap plate (x i, ) dengan metode Thomas 4. Menormalisasi komposisi (x i, ) tiap plate 5. Menghitung (T ) baru dari perhitungan bubble point tiap plate dengan harga komposisi yang dihitung dari tridiagonal matrik. 6. Menghitung kebutuhan beban kondensor (Q 1 ) dan beban reboiler (Q N ). 7. Menghitung lau alir uap (V ) dan cairan (L ) tiap plate dari persamaan neraca panas dalam bentuk matrik didiagonal. 8. Mengui toleransi error pada persamaan (14), bila memenuhi perhitungan selesai dan bila tidak memenuhi maka ulangi perhitungan kembali pada langkah 3. Pada tahap ini dilihat pengaruh letak plate umpan terhadap refluks rasio untuk umlah plate tertentu, sehingga dapat dilihat pula pengaruhnya terhadap beban reboiler. Pada tahap unuk kera kolom dipelaari pengaruh perubahan tekanan total kolom terhadap refluks rasio dan beban reboiler untuk umlah plate kolom dan letak plate umpan yang sama, serta recovery dan komposisi produk atas yang tetap. Perubahan ini dapat dilihat pengaruhnya terhadap beban reboiler (Q N ), temperatur atas kolom (T top ) dan refluks rasio (R), profil suhu tiap plate, komposisi tiap plate, komposisi uap tiap plate dan lau alir molar uap dan cairan tiap plate.

Refluks rasio (R) Irawan, Iryanti, Kondisi Optimum Pemisahan Aseton 5 Mulai Spesifikasi : F,X fi,, kondisi feed (T F,P F,H F ), P, N, N F, D (lau distilat ), R (refluks rasio) Set k=k+1 Initial tear variables Menghitung x dengan metode Thomas Menormalisasi x i, tiap plate Menghitung T baru dari perhitungan bubble point Menghitung Q 1 dan Q N Dievaluasi secara bergiliran Menghitung V dan L tidak (T baru-t)< selesai Ya Gambar 2. Algoritma metode bubble point Wang- Henke HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan berikut ini berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian dengan simulasi, metode penyelesaian dan memenuhi kriteria konvergensi serta asumsi yang telah diuraikan. Penentuan Jumlah Plate Kolom Aseton Untuk mendapatkan spesifikasi produk yang diinginkan, penentuan umlah plate merupakan salah satu masalah penting dalam kolom distilasi. 9,77 9,76 9,75 9,74 9,73 9,72 9,71 9,70 9,69 9,68 Dalam penentuan umlah plate tidak terlepas dari penentuan letak plate umpan dan harga refluks rasio untuk penggunaan kebutuhan energi reboiler dan kondensor yang minimum. Penentuan letak plate umpan sangat penting, karena berpengaruh terhadap karakteristik kolom terutama harga refluks rasio dan kebutuhan energi reboiler. 9 10 11 12 13 14 15 Nomor plate umpan (N F ) Gambar 3. Hubungan refluks rasio (R) terhadap nomor plate umpan (N F ) kolom aseton tekanan 0,7 atm.

Kebutuhan Reboiler (Q R ).10 6, KJ/am 6 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005 Pada kolom aseton 0,7 atm hubungan antara refluks rasio dengan letak plate umpan ditunukkan pada Gambar 3. Untuk umlah plate 50, diperoleh refluks rasio yang berbeda untuk letak plate umpan yang berbeda dengan kemurnian aseton 99,5% berat dan recovery aseton 99%. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa refluks rasio akan turun dengan naiknya letak plate umpan sampai pada letak plate umpan tertentu, kemudian nilai refluks rasio akan naik kembali. Hal ini tergantung dari komposisi dan ketidakidealan campuran, sehingga letak plate umpan sangat berpengaruh terhadap refluks rasio. Letak plate umpan ini mempengaruhi kesetimbangan uap-cair (VLE) dalam kolom tiap plate. Refluks rasio minimum terletak pada plate ke-12, letak plate umpan yang optimum ditunukkan oleh refluks rasio dan kebutuhan energi panas reboiler yang paling kecil untuk umlah plate tertentu. Hubungan letak plate umpan dengan energi reboiler ditunukkan Gambar 4. Dari Gambar 4 dapat dilihat kebutuhan reboiler akan turun dengan naiknya letak plate umpan sampai pada letak plate umpan tertentu, kemudian nilai kebutuhan reboiler akan naik kembali. L R.. (15) D Q N N (F H 1 F U H L W H V ) N 1 1 Q V H 1 V1 L H N (16) LN Dari persamaan di atas dapat dilihat, besar kecilnya harga refluks rasio akan mempengaruhi kebutuhan panas reboiler. Untuk refluks rasio yang besar beban reboiler uga besar, karena cairan yang dikembalikan ke kolom (refluks) semakin besar dan energi yang dibutuhkan untuk menguapkan cairan tersebut dalam reboiler uga besar. Jadi letak plate umpan yang optimum ditunukkan oleh kebutuhan energi panas reboiler yang paling kecil untuk umlah plate tertentu. Pengaruh Refluks Rasio terhadap Jumlah Plate Kolom Aseton dan Kebutuhan Energi Reboiler Hubungan kebutuhan energi reboiler dan kondensor dengan refluks rasio menunukkan bahwa makin besar harga refluks rasio, makin besar kebutuhan energi reboiler dan kondensor yang dibutuhkan. Perbedaan kebutuhan energi reboiler dan kebutuhan energi kondensor semakin besar dengan berkurangnya harga refluks rasio. Hal ini ditunukkan pada Gambar 5. Fh F + Q R Q C Dh D Bh B = 0 B = F D Q R Q C = Dh D + Bh B - Fh F = Dh D + Bh B - Dh B - Fh F = D (h D -h B ) + Fh B - Fh F..(17) 10.98 10.93 10.88 9 10 11 12 13 14 15 Nomor plate umpan, (N F ) Gambar 4. Hubungan kebutuhan energi reboiler (Q R ) terhadap nomor plate umpan (N F ) kolom aseton tekanan 0,7 atm.

Jumlah Plate (N) Kebutuhan Energi. 10 6 (KJ/am) Irawan, Iryanti, Kondisi Optimum Pemisahan Aseton 7 Dari persamaan Q R Q C dapat dilihat selisih kebutuhan energi panas reboiler dan kondensor yang berpengaruh adalah lau molar produk atas (D), entalpi produk atas dan entalpi produk bawah. Untuk umlah plate kolom yang banyak menyebabkan perbedaan tekanan dan suhu di bagian atas dan bagian bawah semakin besar, hal ini menyebabkan penambahan energi reboiler lebih besar daripada kondensor. Untuk kolom ideal, dimana tidak teradi pressure drop dalam kolom penambahan refluks rasio mengakibatkan penambahan kebutuhan energi reboiler dan kondensor. Pada kolom ideal berkurangnnya harga refluks rasio tidak menyebabkan perbedaan kebutuhan energi reboiler dan kondensor. Jadi ika kolom ideal, bertambahnya refluks rasio akan diikuti oleh kenaikan energi reboiler dan kondensor secara linier. Hubungan umlah plate kolom dengan refluks rasio ditunukkan pada Gambar 6. Harga refluks rasio diperoleh dari harga refluks rasio optimum pada letak plate umpan untuk umlah plate kolom tertentu. Hubungan tersebut menunukkan bahwa makin besar harga refluks rasio, makin sedikit umlah plate kolom yang dibutuhkan. 12.8 12.3 11.8 Kebutuhan kondensor dengan pressure drop Kebutuhan reboiler dengan pressure drop Kebutuhan kondensor tanpa pressure drop Kebutuhan reboiler tanpa pressure drop Pada saat nilai refluks rasio mendekati nilai refluks rasio minimum dengan umlah plate mendekati tak berhingga, perhitungan sangat sulit untuk mencapai konvergen. Dari Gambar 4 dapat ditentukan harga refluks rasio yang minimum. Harga refluks rasio minimum diperoleh pada umlah plate tak berhingga (maksimum). Tekanan kolom aseton 0,7 atm harga refluks rasio pada umlah plate kolom 110 dianggap sebagai refluks rasio minimum sebesar 8,74. Dengan cara yang sama seperti di atas nilai refluks minimum tiap tekanan dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagai kasus dasar dari perancangan adalah tekanan 0,7 atm, ditetapkan umlah plate 50 buah dengan refluks operasi 1,11 kali refluks minimum. Jumlah plate yang ditetapkan disimulasikan kembali untuk mencari harga refluks rasio sesungguhnya. 11.3 10.8 10.3 9.8 9.3 8.2 8.6 9.0 9.4 9.8 10.2 10.6 11.0 11.4 11.8 Gambar 5. Hubungan kebutuhan energi reboiler (Q R ) dan kondensor (Q C ) terhadap refluks rasio (R) kolom aseton tekanan 0,7 atm. 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 Refluks rasio (R) 8 8.4 8.8 9.2 9.6 10 10.4 10.8 Refluks rasio (R) Gambar 6. Hubungan umlah plate (N) terhadap refluks rasio (R) kolom aseton tekanan 0,7 atm.

Temperatur atas kolom,(k) 8 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005 Tabel 2. Harga refluks rasio minimum tiap tekanan kolom aseton Tekanan (p), atm Jumlah plate maksimum, buah Refluks minimum 0,4 90 7,12 0,6 120 8,17 0,7 110 8,74 0,8 80 9,46 Hasil yang diperoleh untuk kondisi di atas adalah: Kolom aseton 0,7 atm : - Jumlah plate kolom, buah : 50 - Letak plate umpan, ke- : 12 - Refluks rasio : 9,69 - Lau distilat, kgmol/am : 31,267 - Kebutuhan energi kondensor, KJ/am : 10,3898.10 6 - Kebutuhan energi reboiler, KJ/am : 10,8999.10 6 Unuk Kera Kolom Aseton Kinera kolom aseton terhadap perubahan tekanan untuk mengetahui pengaruh tekanan terhadap refluks rasio (R), temperatur atas kolom (T top ), energi reboiler (Q R ) dan kondensor (Q C ). Jumlah plate yang diperoleh pada tekanan 0,7 atm disimulasikan kembali untuk tekanan 0,4; 0,6 dan 0,8 atm. Hasil simulasi untuk perubahan tekanan total kolom aseton dapat dilihat Tabel 3. 324 320 316 312 308 304 300 296 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 Tekanan kolom, (atm) Gambar 7. Hubungan temperatur atas (T top ) kolom terhadap tekanan kolom (p) aseton. Temperatur atas kolom sangat berpengaruh terhadap beban kondensor dan pendingin yang digunakan. Pada kolom aseton media pendingin yang digunakan adalah air. Dengan pendingin air temperatur atas kolom minimal 308 K. Dari Gambar 7 menunukkan hubungan antara temperatur atas kolom terhadap tekanan kolom aseton. Tabel 3. Hasil Simulasi Kolom Aseton pada Berbagai Tekanan Kolom Aseton, atm 0,4 0,6 0,7 0,8 Jumlah plate kolom, buah 50 50 50 50 Letak plate umpan, ke- 12 12 12 12 Refluks rasio (R) 7,7 9,107 9,692 12,6 Lau distilat (D), kgmol/am 31,21 31,236 31,267 31,22 Kebutuhan kondensor (Q C ), KJ/am 10,2213.10 6 9,8923.10 6 10,3898.10 6 13,074.10 6 Kebutuhan reboiler (Q R ), KJ/am 10,7314.10 6 10,4316.10 6 10,8999.10 6 13,4737.10 6

Komposisi aseton, X(1) Irawan, Iryanti, Kondisi Optimum Pemisahan Aseton 9 Dari Gambar tersebut tekanan kolom yang dapat menggunakan pendingin air minimal pada tekanan 0,6 atm. Jadi tekanan kolom etanol yang digunakan berdasarkan pertimbangan di atas adalah 0,6 atm. a. Pengaruh Tekanan Total Kolom terhadap Distribusi Komponen Kunci Gambar 8 menunukkan profil komposisi mol cairan etanol tiap plate untuk tekanan kolom aseton 0,7 dan 0,6 atm. Pada bagian stripping (di bawah plate umpan) kenaikan komposisi cairan mol etanol konstan, sedangkan bagian enriching (di atas plate umpan) komposisi mol cairan bertambah dengan cepat sampai komposisi etanol mencapai 0,988 mol (99,5 % berat) pada plate ke-1. Pada bagian stripping ini teradi kenaikan mol aseton yang konstan dari plate ke-50 sampai plate ke-12 di bawah kondensor, hal ini disebabkan campuran umpan yang masuk sangat encer. Perbandingan komposisi umpan antara komponen kunci ringan (light key) dengan komponen kunci berat (heavy key) sangat besar, yaitu 3 : 90. Komposisi komponen berat (air) yang sangat besar menyebabkan mol aseton lebih sukar menguap. Distribusi mol cairan maupun uap etanol pada bagian stripping kenaikannya sangat kecil. Pada bagian enriching mulai teradi pemisahan aseton dari campurannya sampai komposisi 99,5 % berat. Kenaikannya kom-posisi mol etanol lebih cepat pada bagian enriching karena kandungan komponen berat (air) berkurang, sehingga fraksi kaya aseton semakin besar sampai mencapai kemurnian 99,5 % berat. Distribusi keempat komponen tiap plate tekanan 0,6 atm dapat dilihat pada Gambar 9. b. Pengaruh Tekanan Total Kolom terhadap Temperatur tiap Plate Profil temperatur kolom aseton tiap plate untuk tekanan 0,7 atm dan 0,6 atm dituukkan Gambar 10. Bagian bawah kolom ditunukkan nomor plate yang paling besar dan terus mengecil sampai bagian atas kolom. Temperatur di bagian stripping menurun secara konstan, kemudian teradi penurunan yang taam di daerah sekitar plate umpan. Pada bagian atas kolom penurunan temperatur konstan kembali. Temperatur atas kolom 315,88 K dan bawah kolom 358,16 K untuk tekanan 0,7 atm dan tekanan 0,6 atm temperatur atas kolom 311,22 K dan bawah kolom 354,78 K. Perhitungan temperatur tiap plate pada kolom berdasarkan metode bubble point yang tergantung dari tekanan dan komposisi cairan tiap plate.. 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 Nomor plate, (N) Gambar 8. Profil komposisi mol cairan tiap plate kolom aseton tekanan 0,7 dan 0,6 atm XD(1) = 99,5 % Recovery aseton = 99 % XD(1) = aseton (0.7 atm, N=50) XD(1) = aseton (0.6 atm, N=50)

Temperatur (K) Komposisi cairan, X 10 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 XD(1) = 99,5 %, p= 0,6 atm Recovery aseton = 99 % X(1) = aseton X(2) = etanol X(3) = air X(4) =n-butanol 0.1 0.0 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 Nomor plate, N Gambar 9. Profil komposisi cairan tiap plate kolom aseton tekanan 0,6 atm. 358 354 350 346 342 338 334 330 326 322 318 314 310 XD(1) = 99,5 % Recovery aseton = 99 % 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 Nomor plate, (N) p = 0,7 atm, N=50 p = 0,6 atm, N=50 Gambar 10. Profil temperatur tiap plate kolom aseton tekanan 0,7 atm dan 0,6 atm. Pada bagian enriching profil temperatur penurunannya taam ( T) besar. Hal ini disebabkan bertambahnya komposisi cairan dari umpan (x F ). Pada saat mendekati bagian atas kolom penurunan temperatur konstan kembali, karena komposisi cairan light key mendekati murni. Distribusi temperatur untuk plate yang sama untuk tekanan total kolom 0,7 atm lebih besar daripada tekanan 0,6 atm, sehingga energi yang dibutuhkan untuk kondensor dan reboiler uga bertambah besar.

L, V (kgmol/) Irawan, Iryanti, Kondisi Optimum Pemisahan Aseton 11 c. Pengaruh Tekanan Total Kolom terhadap Lau Cairan dan Lau Uap tiap Plate Gambar 11 menunukkan profil lau cairan (L ) dan lau uap (V ) tiap plate untuk tekanan 0,7 dan 0,6 atm. Untuk tekanan total kolom 0,7 atm bagian bawah kolom lau cairan konstan di tiap plate bertambah 0,1 sampai 0,3 kgmol/am sampai pada bagian enriching teradi penurunan lau cairan, sebesar 996 kgmol/am, hal ini disebabkan penambahan cairan dari umpan tidak diperhitungkan lagi, sehingga cairan yang berada pada bagian enriching hanya cairan dari refluks pada bagian atas kolom. Selanutnya teradi kenaikan lau alir cairan sampai ratenya 303 kgmol/am. d. Pengaruh Tekanan terhadap Refluks Rasio, Lau Distilat dan Kebutuhan Energi Reboiler pada Kolom Aseton Perubahan tekanan kolom aseton menyebabkan penurunan refluks rasio dari 9,69 menadi 9,107 menurun 6,03 % dan lau distilat dari 31,267 menadi 31,236 dengan recovery aseton 99 % dan produk 99,5 % berat aseton. Dengan penurunan tekanan kolom komponen ringan (light key) lebih mudah menguap, karena semakin rendah tekanan relative volatility ( ) komponen ringan terhadap komponen berat semakin besar. 1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 L = cairan (0.7 atm) V = uap (0.7 atm) L = cairan (0.6 atm) V = uap (0.6 atm) 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 Nomor plate, N Gambar 11. Profil lau cairan dan lau uap tiap plate kolom aseton tekanan 0,7 dan 0,6 atm. Untuk tekanan total kolom 0,6 atm lau alir uap bagian striping konstan tiap plate 0,1 sampai 0,3 atm kgmol/am, kemudian pada bagian enriching teradi kenaikan 996,26 kgmol/am pada plate ke-11, selanutnya kenaikan konstan sampai plate ke-1 sebesar 234,04 kgmol/am. Hal ini teradi karena bagian enriching lau molal cairan tidak diperhitungkan, sehingga kontak antara cairan dan uap menadi lebih kecil dan uap yang meninggalkan plate dan konsentrasinya meningkat. Pada plate ke-11 konsentrasi uap meningkat karena lau uap bertambah dengan penambahan umpan berupa cairan enuh (saturated liquid). Dari segi kebutuhan panas dan pendingin kolom aseton semakin rendah tekanan kolom kebutuhan panas dari 10,8999.10 6 menadi 10,4316.10 6 KJ/am menurun 4,3% dan kebutuhan pendingin dari 10,3898.10 6 menadi 9,8923.10 6 KJ/am menurun 4,78 %. Energi yang dibutuhkan untuk memvakumkan kolom aseton 0,7 atm sebesar 104,51 KJ/am sedangkan untuk 0,6 atm 125,169 KJ/am. Penurunan tekanan kolom dari 0,7 atm menadi 0,6 atm akan menurunkan kebutuhan reboiler 468,3.10 3 KJ/am. Penurunan tekanan pada kolom aseton dengan memperhatikan media pendingin pada kondensor digunakan air. Penambahan kebutuhan memvacuumkan

12 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005 kolom dan penurunan energi reboiler dan kondensor dapat menghemat energi 4,3% (468,278.10 3 KJ/am). Dari perhitungan di atas penggunaan energi dapat dihemat, adi ditentukan kolom aseton yang dipakai dalam perancangan ini tekanan 0,6 atm. - Jumlah plate kolom, buah : 50 - Letak plate umpan ke- : 12 - Refluks rasio : 9,107 - Lau distilat, kgmol/am : 31,236 - Kebutuhan energi kondensor, Gkal/am : 2,365 - Kebutuhan energi reboiler, Gkal/am : 2,495 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal : 1. Penentuan umlah plate kolom aseton tergantung letak plate umpan yang optimum ditunukkan oleh refluks rasio dan beban panas reboiler yang paling kecil. 2. Kondisi yang optimum untuk memisahkan campuran aseton-etanol-air-n-butanol menadi kemurnian 99,5 % aseton kolom pemisah dioperasikan pada tekanan 0,6 atm. 3. Penurunan tekanan total kolom aseton menyebabkan : - penurunan refluks rasio - penurunan beban kondensor dan reboiler - penurunan distribusi temperatur tiap plate - penurunan lau molar uap dan cairan tiap plate Saran Kondisi operasi kolom pada tekanan vacuum yang optimum diperoleh pada tekanan 0,6 atm, perlu dikai lebih lanut bagaimana ika kolom dioperasikan pada tekanan atmosferik. Pada kondisi atmosferik energi untuk memvacuumkan kolom tidak diperlukan, sehingga dapat diketahui apakah pada kondisi ini kinera dan spesifisikasi produk yang dihasilkan akan sama seperti pada kondisi vacuum dimana pertimbangan utilitas/energi yang paling diperhatikan. DAFTAR PUSTAKA Dagdar, A.M., dan Foutch G.L. (1988), Improving The Acetone-Butanol Fermentation Process with Liquid-Liquid Extraction, Biotech. Prog., 4, p. 26. Gmehling, J., dan Onken U. (1977), Vapor-Liquid Equilibrium Data Collection, DECHEMA Chemistry Data Series, I, DECHEMA, Frankfurt. Henley, E. J., dan Seader J. D. (1981), Equilibrium-Stage Separation Operation in Chemical Engineering, John Wiley & Sons, Singapore. Ismartono, T. dan Syamsul, A.W. (1997), Pengukuran Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Etanol(1)-n-Butanol(2), Aseton(1)- Etanol(2), dan Aseton(1)-n- Butanol(2) pada Tekanan Atmosfir, Skripsi S-1, ITS, Surabaya. Prausnitz, J. M., Sherwood, T.K., dan Poling B.E. (1977), The Properties of Gases & Liquid, Edisi 3, McGraw-Hill Book Co., Singapore. Reid, R.C., Prausnitz, J.M, B.E. (1987), The Properties of Gas and Liquid, Mc. Graw Hill International edition, 4th edition, Singapore. Roffler, S., Blanch, H.W, dan Wilke, C.R. (1987), Extractive Fermentation of Acetone and Butanol: Process Design and Economic Evaluation, Biotech. Prog., 3, p. 131. Renanto, H. dan Iryanti, F.N. (2001), Pengaruh Tekanan terhadap Kinera Kolom Distilasi Aseton dan Etanol pada Pemisahan Campuran Aseton- Etanol-Air-n-Butanol, Maalah IPTEK, vol 3 p.134. Smith, J.M., dan H.C. Van Ness (1996), Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, 5th, McGraw-Hill, Singapore.