BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu penyidik dalam memenuhi permintaan visum et repertum, untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Forensik Kedokteran Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

Identifikasi Korban Post Mortem yang Dipastikan oleh Laporan Operasi Ante Mortem

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB II. Tinjauan Pustaka. Selama bertahun tahun penutupan sutura tengkorak dianggap metode yang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diantaranya adalah korban kriminalitas dan korban kecelakaan lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi

BAB III PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan:

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE. Jenis Kelamin Ciamis Tegal Blitar 45 ekor 20 ekor 38 ekor 56 ekor 89 ekor 80 ekor

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dalam proses hukum untuk kasus kecelakaan lalu. lintas, peran dokter sangat penting, baik itu

PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

VISUM ET REPERTUM VER/01/XII/2014/Reskrim

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

BABY WRAP TUTORIAL Content:

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik dan Medikolegal, Thanatologi forensik, dan Sitologi forensik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

BAB III ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN SISTEM

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.2

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

PERSI AWARD 2012 BANTALAN KECIL YANG LUAR BIASA TECHNICAL SERVICE IMPROVEMENT PROJECT RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

PRASEJARAH INDONESIA

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

KASUS III. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN UMUR BERDASARKAN OBLITERASI SUTURA TESIS OLEH INDRA SYAKTI NASUTION / IKK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat. 1. Kendala Pengisian Formulir Lembar Identifikasi Bayi Baru Lahir

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

P U T U S A N. Nomor 35/PID.B/2015/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

Surjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan

LUKA BAKAR Halaman 1

FORMAT LAPORAN KASUS FORENSIK

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

Transkripsi:

Panduan Belajar Ilmu Ke eran F k & Me BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK A. Tujuan pembelajaran Para mahasiswa diharapkan mampu : Memeriksa ciri khas tubuh korban. Mengumpulkan data-data ante mortem. Menentukan pemeriksaan laboratorium yang sesuai untuk identifikasi Memahami berbagai metode identifikasi forensik Memahami penanganan identifikasi jenazah pada bencana massal B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda Apa pentingnya identifikasi forensik? Metode apa saja yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi? 59

Fakultas Kedokteran UGM Algoritme kasus 60

Panduan Belajar Ilmu Ke eran F k & Me 4. Penjabaran prosedur Pemeriksaan identifikasi jenazah, antara lain: Pakaian, perhiasan dan barang-barang milik korban Dokumen Ciri khas tubuh Golongan darah Sidik jari DNA Gigi-geligi Antropologi Semua metode hendaknya diperiksa pada jenazah sehingga didapatkan data post mortem selengkap-lengkapnya. Data ante mortem yang berasal dari informasi keluarga korban, dokumen, rekam medis dll digunakan untuk mencocokkan dengan data post mortem yang ada. Untuk kasus-kasus jenazah dalam kubur, yang perlu diperhatikan: Lokasi a. dalam areal kuburan b. di sembarang tempat Jumlah korban a. tunggal b. massal Kondisi jenazah a. masih segar (baru dikubur) b. sudah lama, tetapi masih terbalut jaringan lunak c. berupa rangka Kondisi rangka a. lengkap/tidak lengkap b. utuh/tidak utuh c. primer/sekunder d. posisi/orientasi/konteks dan sebagainya 61

Fakultas Kedokteran UGM Untuk keperluan pemeriksaan rangka jenazah seyogyanya dimulai dari dalam kubur (liang lahat) dan dilanjutkan diluar liang lahat (di lapangan/ di laboratorium). Sesudah rangka dalam keadaan aslinya terkubur terlihat, catat situasi, kondisi, konteks, posisi, orientasi, dan sebagainya. Sesudah kering karena udara, lakukan inventarisasi dari tengkorak sampai ujung kaki, perhatikan lateralisasi. Beri nomor dan kode/catatan pada tulang tulang tersebut, dengan dasar tippex dan diatasnya diterakan tinta hitam yang tidak luntur (baik tengkorak atau keping tengkorak, maupun bagian tulang yang lain dari yang besar sampai yang kecil). Perhatikan lateralisasi, jangan dicampur antara kiri dan kanan; perhatikan tulang belakang (dirangkai dengan tali sesuai dengan urutan dan bagiannya cervical, thoracal, lumbal, dsb); perhatikan juga tulang iga, dirangkai sesuai dengan urutannya; perhatikan tulang tulang kecil pangkal tangan dan kaki; demikian juga metacarpus dan metatarsus, serta phalangas). Masukan dalam kantung plastik dalam keadaan terpisah pisah, jangan dicampur aduk. Pengambilan tulang bisa dilakukan didalam liang lahat lalu dimasukan dalam kantung plastik/kain, bisa juga tulang diangkat dan dikeringkan diluar liang lahat dengan diangin-anginkan di tempat yang teduh. Pemeriksaan : a. Jenazah harus diperiksa : - Dilakukan Identifikasi - Menentukan kematiannya wajar atau tidak - Menentukan saat kematian - Menentukan sebab kematian b. Untuk identifikasi rangka : Perhatikan berbagai aspek rangka tersebut missal kondisi, lengkap/tidak, utuh/tidak, keadaan tulang (rapuh/tidak, dsb), 62

Panduan Belajar Ilmu Ke eran F k & Me keadaan patologis (penyakit, tindakan hewan, tindakan manusia, dsb). Pemeriksaan secara makroskopik (dalam anthroposkopi). Lakukan osteoskopis dan cranioskopis, odontoskopis. Tentukan untuk bayi/fetus/neonatus, apakah imatur/premature/aterm. Pemeriksaan anthropometrik Untuk bayi tentukan panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala. Untuk dewasa : a. Ukuran tinggi dan panjang b.ukuran lebar c. Ukuran dalam ( depth) d.ukuran lingkaran Pemeriksaan antropogenetis : Baik kelainan maupun penyakit, termasuk golongan darah, sebaiknya multi sistem untuk identifikasi. Contoh golongan ABO, MN, dan Rhesus. Dermatoglify (sidik jari), tidak sama dengan yang dilakukan polisi bagian identifikasi (Dactyloskopi). Pemeriksaan tinggi badan a. Langsung (direct method) b. Tidak langsung (indirect method), hasil dimasukan kedalam rumus. Prinsip semua tulang panjang dapat digunakan untuk menentukan tinggi badan. Pemeriksaan jenis ras : Tentukan jenis rasnya, apakah Monggoloid, Australomelanesid, Caucasid, Negrid, ataukah Khoisanid berdasar ciri ciri fisik yang sama maupun berbeda terutama yang khas. Pemeriksaan jenis kelamin : a. Melihat alat kelamin primer b. Melihat alat kelamin sekunder 63

Fakultas Kedokteran UGM c. Melihat berbagai ciri fisik pada tulang : Pada tengkorak Pada Mandi bula Pada tulang pinggul (pelvis) Pada tulang paha (femur linea aspera) Pemeriksaan umur, secara umum baik bayi maupun dewasa, yaitu: Melihat pusat penulangan (harus dengan x-ray) Fusi epi dan diaphyse tulang Erupsi gigi Pola permukaan articulatio symphisis pubis Fusi sutura cranium 64