BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

Laboratorium Farmasetika

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

KOSMETOLOGI. = Berasal dari bahasa yunani Cosmein = berias

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA LIPSTIK BERWARNA MERAH YANG DIJUAL DI PASAR ANTASARI BANJARMASIN

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kosmetika adalah kata serapan dari bahasa Yunani Kuno, kosmetikus yang

1. Untuk membuat sediaan lipstik dengan angkak sebagai pewarna. 2. Untuk mengetahui apakah sediaan lipstik menggunakan angkak sebagai

LAPORAN KIMIA PEMISAHAN BAB CAMPURAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

Kromatografi tambahan. Imam S

BAB I PENDAHULUAN. dari China yang masuk ke Indonesia antara lain seperti, industri makanan, industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. Kecantikan identik dengan penampilan diri dan merupakan aset berharga

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional (Undang Undang RI No. 20, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Cara Pengklasifikasian Kromatografi :

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

KULIT. Kulit adalah lapisan paling luar tubuh yang terdiri dari selsel hidup dan merupakan lapisan tipis yang penting bagi tubuh.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (RIAS WAJAH KHUSUS) 1.Kompentensi: Rias Wajah Panggung. Mahasiswa dapat :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIPE RAUT MUKA. A. Tipe Raut Muka

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

MENGATUR PENGELUARAN UNTUK KECANTIKAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET (GROOMING KECANTIKAN) 1.Kompentensi: Make up sehari-hari.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

Ubah Plastik Jadi Bahan Bakar

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Senyawa Kimia Paling Penting Dalam Kehidupan Manusia

MATERI TEST PROJECT SELEKSI DAERAH ASEAN SKILL COMPETITION X KEJURUAN BEAUTY THERAPY

Merawat Kulit Kering dan Menua

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. parfum, lipstik, kuku dan cat kuku kaki, mata dan riasan wajah, gelombang

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO


HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KRIM MALAM TERHADAP PENIPISAN KULIT WAJAH SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jelly adalah produk minuman semi padat yang terbuat dari sari buah-buahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Putri. Mahasiswa dapat :

IDENTIFIKASI ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH PIPI DAN EYE SHADOW DENGAN METODE KLT DAN KCKT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

LAPORAN KIMIA ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

Bila dulu scrubbing hanya dapat dilakukan sekali-sekali saja, namun, zaman sudah mulai berubah. Sehingga scrubbing dapat dilakukan kapan saja,

LANGKAH-LANGKAH MAKE -UP

Under Makeup Moisture Lotion

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga kana adalah sejenis tanaman perdu, tumbuh tegak dengan tinggi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kosmetik 1. Pengertian Kosmetik Menurut Wall dan Jellinenk, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007). Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermidis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. 2. Penggolongan kosmetik a. Penggolongan kosmetik dibagi menjadi 13 kelompok, yaitu : 1) Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi. 2) Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule. 3) Preparat untuk mata, misalnya mascara, eye shadow. 4) Preparat untuk wangi wangian, misalnya parfum, toilet water.

5 5) Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray. 6) Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut. 7) Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick. 8) Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes. 9) Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant. 10) Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku. 11) Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab pelindung. 12) Preparat cukur, misalnya sabun cukur. 13) Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation. b. Penggolongan kosmetik menurut sifat dan cara pembuatan sebagai berikut: 1) Kosmetik modern, diramu dari bahan bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk antaranya adalah kosmedics) 2) Kosmetik tradisional a) Betul betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun. b) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama. c) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional

6 c. Penggolongan kosmetik menurut kegunaan bagi kulit sebagai berikut: 1) Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic) Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, di antaranya : a) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). b) Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya mois turizing cream, night cream c) Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sunblock cream dan lotion. d) Kosmetik untuk menipiskan atau mengamplas kulit (peeling), misal nya scrub cream yang berisi butiran butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver). 2) Kosmetik riasan (dekoratif atau make up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self con fidence) misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain. 3. Persyaratan Kosmetik Kosmetik yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Menggunakan bahan yang memenuhi standart dan persyaratan mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan.

7 b) Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik. c) Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI). B. Pemerah pipi 1. Pengertian Pemerah pipi Pemerah pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tatarias wajah (Depkes RI, 1985). Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim mengandung zat pewarna, pemerah pipi yang mengandung zat warna dengan kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok. Pemerah pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum maupun sesudah menggunakan bedak (Depkes RI, 1985). 2. Fungsi Pemerah Pipi Fungsi dari pemerah pipi ini yaitu untuk memberikan rona segar pada pipi dan untuk memperjelas keindahan struktur wajah yang terfokus pada tonjolan tulang pipi. Pemerah pipi juga berperan untuk menyatukan nuansa warna rias wajah secara keseluruhan. Karena itulah pemerah pipi seringkali dibaurkan secara tipis pada seluruh wajah sebagai sentuhan terakhir (finishing).

8 3. Komposisi Pemerah Pipi a. Basis Basis yang digunakan pada pembuatan pemerah pipi dalam bentuk kompak atau padat sama dengan basis yang digunakan pada pembuatan bedak kompak. Basis tersebut bertujuan untuk memberikan struktur yang baik dan memberikan rasa licin, misalnya : Talc b. Zat Pewarna Beberapa pewarna yang masih dapat digunakan adalah Solvent Red3 dengan warna Merah, D&C Red No. 31 dengan warna merah. c. Pengikat (Binder) Zat Pengikat yang digunakan yaitu zat kering atau powder, minyak, silicon. Akan tetapi pengikat minyak dapat digunakan pada beberapa formulasi pemerah pipi padat atau kompak contohnya minyak mineral. d. Pengawet Pengawet diperlukan dalam sediaan pemerah pipi untuk mencegah kontaminasi produk oleh mikroba selama produksi, distribusi, maupun setelah sampai dan digunakan oleh konsumen. e. Lemak Lemak yang biasa digunakan yaitu lemak Lanolin. Lanolin adalah zat berupa lemak yang dimurnikan dari bulu domba yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya.

9 f. Fragrance Parfum merupakan komponen yang penting dalam pemerah pipi agar dapat menutupi bau yang tidak sedap dari bahan serta menciptakan suatu ketertarikan tersendiri bagi konsumen. 4. Efek negatif Pemerah Pipi Pemerah pipi mempunyai pengaruh negatif pada kulit muka terutama pipi, yakni diawali dengan gatal gatal lalu memerah dan bahkan kulit mengelupas. Tentu saja hal ini tidak diinginkan, karena muka tidak dapat disembunyikan, sebagaimana bagian yang lain (Rostamailis, 2005). C. Zat Warna Rhodamine B 1. Sifat Fisika kimia Rhodamine B berbentuk kristal ungu kemerahan, dengan rumus empiris C 28 H 31 ClN 2 O 3, bobot molekul 479,00, terdiri atas 70,20 % karbon, 6,52 % nitrogen, 7,40 % klor, 5,85 % hidrogen, 10,02 % oksigen, biasanya digunakan untuk pewarna kertas, wool dan sutra (Lestari, 2004). Rhodamine B sangat larut dalam air dengan menghasilkan larutan warna merah dan berflouresensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah larut dalam alkohol, sukar larut dalam asam encer dan dalam larutan alkali (Budavari, 1996). Rumus Kimia Rhodamin B : C 28 H 31 ClN 2 O 3 dengan nama lazim tetraethylrhodamine, Rhodamine B clorida

10 (Budavari, 1996). Gambar 1 Struktur Kimia Rhodamin B 2. Efek samping dari penggunaan zat warna Rhodamin B a. Efek toksik kronik Keracunan kronik terjadi bila penggunaan zat pewarna Rhodamin B pada dosis kecil yang terus menerus sehingga tertimbun dalam tubuh. Rhodamin B tidak dapat dimetabolisme oleh hati sehingga penumpukan Rhodamin B dalam hati akan menyebabkan gangguan fungsi hati. b. Efek karsinogenik Didalam rhodamin B terdapat ikatan dengan Klorin (Cl) yang mana senyawa Klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan berbahaya. Penyebab lain senyawa ini berbahaya yaitu senyawa yang radikal, senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin B mengandung Klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut merupakan senyawa yang radikal akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa senyawaa dalam tubuh sehingga akan memicu kanker atau bersifat karsinogenik pada manusia.

11 D. Kromatografi 1. Arti dan Jenis Kromatografi Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh tswett, ia telah menggunakan untuk pemisahan senyawa senyawa yang berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun pembatasan untuk senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa yang tak berwarna, termasuk gas. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa bergerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini. Cara cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan (absorption chromatography), jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi (partition chromatography). Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat macam sistem kromatografi tersebut adalah : a. Fasa bergerak zat cair fasa tetap padat : Dikenal sebagai kromatografi serapan yang meliputi 1) Kromatografi lapisan tipis 2) Kromatografi penukaran ion

12 b. Fasa bergarak gas fasa tetap padat : 1) Kromatografi gas padat c. Fasa bergerak zat cair fasa tetap zat cair : Dikenal sebagai kromatografi partisi 1) Kromatografi kertas d. Fasa bergerak gas fasa tetap zat cair : 1) Kromatografi gas cair 2) Kromatografi kolom kapiler Semua pemisahan dengan metode kromatografi tergantung dari senyawa- senyawa yang dipisahkan, diantaranya fasa bergerak dan fasa tetap dalam perbandingan yang berbeda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain (Hardjono, 1985). 2. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan dimana yang memisahkan terdiri atas fase diam yang ditempatkan pada penyangga berupa plat glas, logam atau lapisan yang cocok. Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi (serapan), dimana fasa diam digunakan zat padat yang disebut adsorben (penyerap) dan fasa gerak adalah zat cair yang disebut dengan larutan pengembang. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak. Kemudian plat (lapisan) dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fasa gerak) sehingga pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Pada

13 akhir perkembangan, pelarut dibiarkan menguap dari plat dan noda noda yang terpisahkan dilokalisir dan diidentifikasi. Dengan memakai kromatografi lapis tipis, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organik alam, senyawa organik sintetik, komleks organik organik, dan bahkan ion anorganik, dapat dilakukan dalam berberapa menit dengan alat yang tidak terlalu mahal (Gritter, 1991). Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi biasanya dinyatakan dengan angka R f. Rf = h Nilai Rf berguna untuk identifikasi senyawa, pada senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. 3. Faktor faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga R f : a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan. b. Sifat dari penyerap Perbedaan penyerapan akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf. Meskipun menggunakan fasa bergerak yang sama tetapi hasil akan dapat di ulang dengan hasil yang sama jika menggunakan penyerap yang sama pula. c. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.

14 Meskipun tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya tetapi ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tidak rata juga. d. Pelarut fasa gerak Perbandingan campuran dengan kemurnian dari pelarut sebagai fasa gerak harus disesuaikan dalam kromatografi lapis tipis. e. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang digunakan f. Teknik percobaan Tehnik percobaan digunakan untuk mengetahui arah mana pelarut akan bergerak di atas plat, dengan menggunakan metoda aliran penaikan, penurunan serta mendatar. g. Jumlah cuplikan yang digunakan Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan akan memberikan pengaruh penyebaran noda noda, sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada harga Rf. h. Suhu Tehnik pemisahan dikerjakan pada suhu tetap karena untuk mencegah perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan fasa. i. Keseimbangan Bila atmosfer atau tekanan dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut jika digunakan pelarut campuran akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fasa bergerak lebih cepat pada bagian yang tepi daripada dibagian tengah (Hardjono, 1985)