BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

II. TINJAUAN PUSTAKA

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarah persebarannya Belimbing termasuk satu jenis buah tropis

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di antara sayur sayuran yang dapat dibudidayakan di Indonesia, sawi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

Pengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan. bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TATANIAGA BERAS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. (costless) karena pembeli (costumer) memiliki informasi yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

PEMASARAN KOMODITI SAWI DI KELURAHAN TANAH ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain (Anonimous, 2011). Sawi bukan tanaman asli Indonesia. Menurut asalnya sawi banyak di budidayakan di Asia tepatnya di Cina, akan tetapi keadaan alam Indonesia dengan iklim dan cuaca serta keadaan tanah yang memungkinkan tanaman luar dapat dikembangkan dengan baik. Tanaman Sawi dapat tumbuh dengan mudah di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tempat tumbuh yang dibutuhkan yaitu tanahnya gembur, banyak mengandung bahan organik, drainase yang baik dan derajat keasaman tanahnya (ph) antara 6-7. Tanaman ini tahan naungan dan tahan kekeringan. Waktu tanam yang tepat yaitu pada ahir musim hujan atau awal musim kemarau. Selama pertumbuhannya tanaman ini harus cukup air. Tanaman dapat berbunga, sehingga benihnya mudah diperoleh. Tanaman ini dapat diusahankan secara monokultur dan secara hidroponik (Sutarya dan Grubben, 1995). Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500

meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun (Margianto, 2007). Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C (Anonimous c, 2010). Tanaman sawi, seperti halnya produk pertanian pada umunya merupakan komoditi yang mempunyai masa kesegaran yang relatif pendek. Untuk itu, masalah pengangkutan, pengemasan, penyimpanan dan pemasaran perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan pemasaran komoditi ini. Hal-hal tersebut perlu dilakukan secepatnya. Jika terlambat atau tidak ditangani dengan baik, sawi akan gampang rusak dan tidak laku dijual atau harganya rendah sehingga dapat menyebabkan kerugian. Pendukung dalam tataniaga sawi mempunyai peranan penting dalam sistem distribusinya adalah petani, pedagang perantara dan konsumen. Ketiganya mempunyai fungsi dan peranan masing-masing dalam rentetan jalur tataniaga komoditi ini. Petani sebagai produsen sawi merupakan orang yang langsung berhubungan dengan proses produksi. Mutu sawi yang secara langsung juga menentukan tinggi rendahnya harga, merupakan tanggung jawab yang di pegangnya. Pemilihan jalur tataniaga selanjutnya juga sangat menentukan lancar tidaknya pemasaran komoditi ini.

Sawi kebanyakan ditanam di daerah pinggiran atau luar kota. Untuk bisa menyalurkan semua hasil panen kepada konsumen diperlukan pedagang-pedagang perantara, di samping ada sebagian yang langsung dipasarkan kepada konsumen. Jumlah yang langsung dipasarkan kepada konsumen sangat sedikit dibandingkan dengan yang dijual melalui pedagang perantara. Para konsumen yang langsung membeli kepada petani biasanya bertempat tinggal tidak jauh dari lahan penanaman (Haryanto dkk, 1996). Setelah sawi sampai pada konsumen, ada yang langsung mengkonsumsinya sendiri. Ada pula yang melakukan pengolahan terlebih dahulu kemudian dijual lagi pada konsumen lainnya. 2.2 Landasan Teori Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan serta mau atau mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan itu. Jadi besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki kebutuhan, punya sumberdaya yang diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi keinginan mereka (Yasin dan Dilham, 2008). Pemasaran didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena menciptakan kegunaan (utility) baik kegunaan bentuk, tempat, waktu maupun milik. Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam berbagai subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan

pemasaran. Dengan demikian lima subsistem yaitu sektor produksi, saluran pemasaran, sektor konsumsi, aliran (flow), dan fungsional berinteraksi satu sama lain dalam subsistem keenam, yaitu lingkungan (Anonimous b, 2008). Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembagalembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga lembaga pemasaran, baik dari konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam sistem komoditas (Gumbira dan Harizt, 2001). Menurut Hutauruk (2003) dalam mempelajari marketing ada beberapa metode yang digunakan yaitu: Pendekatan fungsi (Fungsional Approach), dimana dipelajari bermacam macam fungsi yang dikehendaki dalam marketing, bagaimana dan siapa yang melaksanakannya. Pendekatan dari segi lembaga (Intitusional Approach), dipelajari bermacam macam perantara, bagaimana masing masing berusaha, fungsi fungsi yang dilaksanakannya. Pendekatan komoditi barang (komodity approach), mempelajari bagaiman macam macam barang dipasarkan dan lembaga mana yang mengendalikannya. Saluran pemasaran / saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan dan fungsi yang digunakan untuk produksi dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen (Kotler, 1995). Saluran

pemasaran selalu terdiri dari produsen dan konsumen akhir, termasuk di dalamnya para pialang yeng terlibat dalam pemindahan produk ke konsumen. Para pialang dan agen juga merupakan bagian dari saluran distribusi meskipun mereka tidak memiliki hak atas barang. Hal ini biasanya terjadi karena memainkan peran yang aktif dalam pemindahan hak kepemilikan. Dalam proses tataniaga terdapat fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh produsen dan lembaga pemasaran. Yaitu, pembeli (buying) dimana pengumpulan atau assembling dapat dikelompokkan ke dalamnya., penjualan (selling) penyebaran distribusi termasuk di dalamnya, pengangkutan (transportation), penyimpanan (storage), pengolahan, pembiayaan (financing), resiko ( risk taking), informasi pasar (market information) (kartasapoetra,1992). Biaya pemasaran merupakan bentuk konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi fungsi pemasaran. Fungsi fungsi pemasaran merupakan bagian tambahan harga dari barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu biaya pemasaran yang tinggi akan membawa efek pada harga beli konsumen. Di samping itu biaya pemasaran yang tinggi juga akan membuat sistem pemasaran tidak efisien (Gultom,1996). Komponen biaya pemasaran terdiri atas semua pengeluaran yang di keluarkan oleh setiap middleman dan lembaga pemasaran yang berperan secara langsug dan tidak langsung dalam proses pemindahan barang, dan keuntungan yang diambil oleh middleman atau lembaga tataniaga atas modal dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktivitas pemasaran tersebut. Setelah dikelompokkan menurut jenis biaya yang sama, maka marketing margin ini

disebut price spread. Jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka di peroleh share margin (Gultom,1996). Harga adalah sinyal kelangkaan suatu barang. Harga barang yang tinggi mengindikasikan bahwa barang tersebut langka, sedangkan harga barang yang rendah mengindikasikan bahwa barang tersebut tersedia lebih. Harga yang dibentuk oleh pasar bersaing sempurna adalah harga yang mampu menghasilkan kesejahtraan tertinggi bagi para pelaku ekonomi (Sunaryo, 2001). Harga produk dibidang pertanian berbeda dengan produk di bidang industri, dimana harga produk di bidang industri relatif lebih konstan atau lebih banyak ditentukan oleh perusahaan. Sedangkan harga produk pertanian relatif berfluktuatif, karena produk pertanian mempunyai beberapa sifat, yaitu: 1. Keadaaan biologi di lingkungan pertanian, seperti hama, penyakit dan iklim menyebabkan output pertanian bersifat musiman dan tidak kontinu. 2. Adanya tenggang waktu dalam memproduksi komoditi pertanian. 3. Keadaan pasar, khususnya struktur pasar dan berbagai anggapan tentang pasar pertanian yang menyebabkan semakin tidak menentunya harga di bidang pertanian. 4. Dampak dari institusi, seperti Bulog dan komitmen perdagangan (antara lain pengurangan tarif dan lain-lain) (Anindita, 2008). Lembaga pemasaran memberi pengaruh yang positif terhadap barang. Sehingga barang memperoleh nilai tambah (Value Added). Di samping itu lembaga pemasaran memberi pengaruh yang positif terhadap biaya pemasaran.

Sebab jika petani melakukan sendiri fungsi pemasaran maka efisiensi pemasaran lebih tinggi dibandingkan bila ditangani oleh lembaga pemasaran. Peningkatan nilai tambah yang diterima barang maupun penurunan biaya pemasaran bila ditangani lembaga pemasaran telah meningkatkan harga jual di tingkat konsumen. Sehingga pendapatan petani terus meningkat. Efektifitas pemasaran menyangkut efisiensi pemasaran. Sehingga tingkat efisiensi pemasaran (Ep) ini di ukur dengan rumus: Ep = x 100 % Maka pasar yang tidak efisien akan terjadi jika: Biaya pemasaran semakin besar, dan Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi jika: Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi. Persentasi perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan Adanya kompetisi pasar yang sehat. (Soekartawi, 2002). Selain itu indikator empirik yang sering digunakan dalam pengkajian efisiensi pemasaran di antaranya adalah margin pemasaran dan transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani atau ke pasar produsen. Sistem pemasaran semakin efisien apabila besarnya marjin pemasaran yang merupakan jumlah dari

biaya pemasaran dan keuntungan pedagang semakin kecil. Dengan kata lain, perbedaan antara harga yang diterima petani dan harga yang dibayar konsumen semakin kecil. Adapun transmisi harga yang rendah mencerminkan inefisiensi pemasaran karena hal itu menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak seluruhnya diteruskan kepada petani, dengan kata lain transmisi harga berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini biasanya terjadi jika pedagang memiliki kekuatan monopsoni sehingga mereka dapat mengendalikan harga beli dari petani (Irawan, 2007). Pada pasar persaingan sempurna, selisih antara harga yang dibayar konsumen dan harga yang diterima petani lebih rendah dibanding pada kondisi pasar monopsoni, dengan kata lain, margin pemasaran akan semakin besar jika terdapat kekuatan monopsoni. Pada kondisi pasar monopsoni transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani juga berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini menyebabkan korelasi harga di tingkat konsumen dan di tingkat petani akan semakin rendah dan fluktuasi harga di pasar produsen akan lebih rendah daripada di pasar konsumen. Pasar monopsoni adalah keadaan dimana satu pelaku usaha menguasai pembelian atau menjadi pembeli tunggal barang atas jasa dipasar komoditas. Jadi monopsoni memiliki kekuatan pembeli untuk mempengaruhi harga. Monopsoni memungkinkan pembeli membeli harga lebih rendah daripada dengan pasar kompetitif (Satia, 2007). Pasar oligopsoni adalah sebuah kondisi pasar dimana produsen atau penjualnya banyak (dalam hal ini petani), sementara pembelinya ada beberapa

(seperti pengijon, rentenir, dan juga supplier besar). Hal ini membuat para petani hanya dapat menerima harga yang ditetapkan oleh beberapa pembeli tersebut, kecuali pemerintah turun langsung menentukan harga eceran terendah (Satia, 2007). 2.3 Kerangka Pemikiran Usaha tani merupakan suatu kegiatan yang produktif bagi petani. Setelah melaksanakan usaha tani, petani akan melaksakan fungsi pemasaran. Pemasaran didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Dalam proses pemindahan barang dari produsen ke konsumen tercipta beberapa saluran pemasaran. Dalam penyaluran produk produk pertanian dilibatkan lembaga lembaga pemasaran. Saluran pemasaran terbagi tiga yaitu petani sawi ke pedagang pengumpul, petani sawi ke pedagang pengecer dan petani sawi langsung ke konsumen. Tiap lembaga pemasaran melibatkan fungsi fungsi pemasaran yang berbeda. Adapun fungsi fungsi pemasaran yang terlibat dalam pemasaran sawi yaitu pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, sortir, pengepakan, penyusutan dan pengolahan. Dengan melaksanakan fungsi fungsi pemasaran maka akan terbentuk biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran maka akan menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pemasaran. Selain itu biaya pemasaran akan menentukan tingkat keuntungan yang diterima produsen dan lembaga pemasaran. Dari biaya pemasaran dan harga jual akan didapat margin pemasaran yang akan

digunakan dalam pengukuran tingkat efisiensi tataniaga. Margin pemasaran terdiri dari price spread dan share margin. Semakin banyak lembaga tataniaga yang berperan dalam pemasaran sawi, maka sistem pamasaran sawi tidak efisien. Kemudian petani menerima harga yang diberikan oleh pasar. Setelah di dapat harga penjualan maka akan di hitung margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga pada komoditi sawi. Nilai elastisitas pemasaran akan digunakan untuk menentukan bentuk struktur pasar yang terjadi di daerah penelitian. Selanjutnya dihitung tingkat efisiensi pemasaran sawi di daerah penelitian. Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

PETANI Pedagang Pengumpul Konsumen Pedagang Fungsi Pemasaran Biaya Pemasaran Harga Jual Margin Pemasaran Elastisitas Transmisi Efisiensi Pemasaran Keterangan : = Menyatakan Pengaruh = Saluran Pemasaran Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian 1. Harga jual komoditi sawi di tingkat petani dan konsumen cenderung berfluktuasi 2. Struktur pasar komoditi sawi di daerah penelitian berbentuk pasar monopsoni. 3. Ada hubungan yang nyata antara efisiensi pemasaran dengan luas tanam komoditi sawi di daerah penelitian.