BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

Abstrak. Kata kunci : Tenaga Kerja, Bahan baku, Modal, Poduksi dan Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan potensi yang ada dalam memajukan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

ANALISIS SKALA EKONOMIS PADA INDUSTRI KRIYA KAYU DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negara-negara sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. cara untuk mencapai keadaan tersebut. Adanya pembangunan selain

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena dapat memberikan kesempatan kerja yang luas dan nilai tambah terbesar sehingga mampu menyelesaikan suatu masalah yaitu mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran (Chairul et al., 2013). Perkembangan pembangunan Daerah Bali merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik fisik maupun mental yang bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat serta memperkuat kepribadian dan jati diri masyarakat Bali lokal, regional maupun nasional. Ardi (2005) menyatakan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu pelaksanaan pembangunan harus menjamin pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila ke lima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang sekaligus untuk mencegah adanya jurang antara si kaya dan si miskin. Farok (2012) mengemukakan pembangunan sebagaimana dikonsepkan oleh para ahli ekonomi telah menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negara-negara sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju kehidupan yang maju dan sejahtera. Priyonggo (2008) menyatakan hakekatnya pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya 1

dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi (Euis Soliha, 2008), maka untuk mencapai hal tersebut pemerintah dalam melaksanakan pembangunan akan semakin mengandalkan pada aktivitas dan peran aktif masyarakat itu sendiri agar terwujud masyarakat yang sejahtera. Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, sehingga pendapatan dapat mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat (Lincolin Arsyad, 1999:25). Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia sudah berkembang pesat, salah satunya pertumbuhan yang terjadi di sektor industri. Sektor industri di Indonesia sangat dipegaruhi oleh skala usaha atau skala produksi dari suatu perusahaan dalam industri tersebut, dan biasanya semakin besar skala usaha atau skala produksinya cenderung akan menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi atau input yang tinggi sehingga perusahaan akan berkembang lebih pesat (Railia, 2010). Marius (2006) menyatakan perkembangan ekonomi khususnya sektor industri adalah salah satu kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu, sehinga diusahakan jika semakin besar kegiatan ekonomi khususnya sektor industri maka semakin luas lapangan kerja produktif bagi masyarakat. Irwan (2010) perkembangan yang terjadi di sektor industri sekarang ini mulai menjadikan sektor industri sebagai sektor yang sangat diminati dan bisa 2

berkembang dengan pesat apalagi dengan didukung oleh teknologi tepat guna yang juga terus mengalami perkembangan. Jeffry (2009) perkembangan sektor industri merupakan harapan pemerintah suatu wilayah, akan tetapi tidak dengan mengurangi kontribusi dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Pemerintah berharap semua sektor bisa berkembang secara seimbang dan teknis mengalami perkembangan. Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk meningkatkan sektor industri, peran pemerintah diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Bali merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memilki sektor industri yang berkembang pesat, akan tetapi perkembangan sektor industri di bidang migas tidak terlalu baik ini disebabkan karena Provinsi Bali tidak memiliki sumber daya mineral yang banyak, sehingga pembangunan sektor industri di Bali diarahkan di bidang non migas (Mantra, 2008). Agus (201 3) menyatakan pembangunan sektor industri di bidang non migas di Bali diarahkan pada pembangunan-pembangunan industri rumah tangga kecil dan UMKM dimana salah satunya adalah industri kriya kayu, Perkembangan industri kriya kayu di Bali sangat pesat dikarenakan sektor industri kriya kayu melengkapi industri kayu dalam menambah nilai produk yang dihasilkan sektor industri ini. Produk kriya kayu Bali merupakan salah satu hasil budaya yang diproduksi oleh para kriyawan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik sebagai pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohani dan sesuai dengan perubahan sosial ekonomi budaya zamannya (Gerya, 2014). Kabupaten Badung 3

merupakan pusat pengembang produk kriya kayu tradisional Bali yang dikemas bentuknya sesuai dengan tuntutan sosial ekonomi budaya masyarakatnya. Realitasnya produk kriya kayu tradisional dikembangkan sesuai dengan selera konsumen yang eksistensinya dapat laku dipasarkan dan produk kriya kayu kreasi baru yang dipasarkan menunjukkan eksistensinya belum dapat diterima oleh masyarakat sebagai pengguna produk. Produk kriya kayu di Kabupaten Badung, yang hasilnya sebagian besar merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk produk kriya kayu tradisional, berupa bentuk Sanggah, Pelangkiran, Pintu Bali, Pintu Gebyok, Hiasan Dinding Primitif, Hiasan Dinding Tradisional, dan Hiasan Dinding Kreasi Baru. Produk yang bersumber pada unsur-unsur kreativitas murni kriyawanya yang menghasilkan berupa produk kriya kayu kreasi baru dengan mengangkat tema yaitu tema topeng, ayam, primitif, kuda dan penari. Perkembangan sektor industri kriya kayu dan industri lainnya di Provinsi Bali tidak terlepas dari peran masing-masing Kabupaten atau Kota. Salah satunya Kabupaten Badung yang merupakan salah satu Kota besar yang terkenal dengan berbagai industri rumahannya di Bali. Kabupaten Badung yang merupakan salah satu Kota seni dan pariwisata di Bali memiliki laju pertumbuhan rata-rata PDRB tahun 2008-2013 dari sektor industri masih lebih rendah dibandingkan dua sektor lainnya. 4

Dimana hal tersebut terlihat dari data PDRB Kabupaten Badung atas dasar harga konstan tahun 2003 menurut lapangan usaha pada tahun 2008-2013 pada Tabel 1.l Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung Atas Dasar Harga Konstan 2003 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2008 2013 (Persen) No. Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Ratarata [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1. Pertanian 3,87 5,47 2,80 2,06 6,81 5,52 4,42 2. Pertambangan dan Penggalian 0,32 0,28 0,29 0,25 5,38 6,23 2,12 3. Industri Pengolahan 4,70 4,61 9,67 7,71 7,74 8,46 7,14 4. Listrik, Gas & Air Bersih 7,21 8,05 3,84 8,19 8,78 8,11 7,36 5. Bangunan 6,97 6,73 4,28 5,61 3,88 4,79 5,37 6. Perdagangan, Hotel & 6,73 5,23 9,92 9,99 7,35 8,25 7,91 Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 5,53 5,92 4,87 4,83 6,87 5,17 5,53 8. Keuangan, Persewaan & Jasa 4,84 5,15 3,67 4,01 4,10 5,11 4,48 Perusahaan 9. Jasa-jasa 8,47 9,53 2,85 4,29 4,71 4,24 5,68 PDRB 6,40 5,66 4,68 5,21 6,18 6,20 5,56 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2014 Tabel 1.1 menunjukkan, bahwa laju pertumbuhan dari sektor industri pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan menjadi 4,61 persen dari tahun 2008 sebesar 0,09 persen, kemudian tahun 2010 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu 5,06 persen menjadi 9,67 persen, ini dikarenakan dampak dari sektor tersier yaitu perdagangan, hotel dan restoran dalam perdagangan besar dan eceran yang meningkat pertumbuhannya pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 sektor industri mengalami penurunan lagi sebesar 1,96 persen menjadi 7,71 persen, laju pertumbuhan dari sektor industri kembali meningkat pada tahun 2012 menjadi 7,74 persen dan pada tahun 2013 sektor industri mengalami peningkatan menjadi 8,46 persen dari tahun sebelumnya. Tabel 1.1 juga menunjukan meskipun PDRB 5

rata-rata sektor industri menempati urutan ketiga dari kesembilan sektor yang ada, tetapi PDRB rata-rata sektor industri masih lebih tinggi dari rata-rata seluruh sektor yang ada pada tahun 2008 sampai 2013. Rekapitulasi industri rumah tangga, kecil dan menengah yang ada di Provinsi Bali berdasarkan Kabupaten pada tahun 2013, ditunjukkan dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Rekapitulasi Industri Rumah Tangga, Kecil dan Menengah di Provinsi Bali Berdasarkan Kabupaten Tahun 2013 No. Kabupaten Jumlah Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi (Unit) (orang) (Rp.000) 1. Badung 2.561 27.735 385.578.183 2. Buleleng 557 3.685 7.168.275 3. Bangli 275 2.675 2.275.017 4. Denpasar 508 8.477 275.203.628 5. Badung 1.335 8.655 4.4934.935 6. Jembrana 873 12.232 393.558.508 7. Karangasem 426 3.726 1.539.284.358 8. Klungkung 398 4.156 7.886.713 9. Tabanan 473 6.368 59.206.528 Total 8.406 77.829 2.687.105.140 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2014 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 Kabupaten Badung memiliki jumlah unit usaha di sektor industri rumah tangga, kecil dan menengah yang terbanyak di Provinsi Bali yaitu sebanyak 2.561 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja terbesar yaitu 27.735 orang. Perkembangan industri rumah tangga, kecil dan menengah di Kabupaten Badung menjadikan Kabupaten Badung sebagai Kabupaten atau kota yang paling banyak memiliki unit usaha di sektor industri rumah tangga, kecil dan menengah salah satunya adalah industri kriya kayu. Perkembangan industri di Kabupaten Badung menjadikan Kabupaten Badung sebagai Kabupaten atau Kota yang paling banyak memiliki unit usaha kriya kayu. 6

Jumlah unit usaha, tenaga kerja, dan investasi industri kriya kayu menurut Kabupaten atau Kota di Provinsi Bali pada tahun 2012 terlihat dalam Tabel 1.3. Tabel 1.3. Rekapitulasi Industri kriya kayu per Kabupaten di Provinsi Bali Berdasarkan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi Tahun 2012 No. Kabupaten Jumlah Tenaga Kerja Nilai Investasi Unit Usaha (Orang) (Rp.000) 1. Jembrana 26 58 80.605 2. Buleleng 17 85 144.514 3. Tabanan 27 641 3.820.867 4. Badung 409 8.562 6.048.272 5. Badung 29 59 2.744.318 6. Klungkung 16 239 305.664 7. Karangasem 25 246 126.150 8. Bangli 4 37 62.117 9. Denpasar 145 64.180 321.933.320 Total 798 14.603 331.444.960 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2014 Tabel 1.3 menunjukan rekapitulasi industri kriya kayu per Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 2012. Jumlah unit usaha kriya kayu di Kabupaten Badung sebanyak 409 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 8.562 orang serta nilai investasi sebesar Rp.6.048.272,- dan selanjutnya pada tahun 2013 untuk Kabupaten Badung industri kriya kayu terus mengalami pertumbuhan jumlah unit usaha. Jumlah unit usaha, tenaga kerja, investasi industri kriya kayu berdasarkan kecamatan di Kabupaten Badung dari tahun 2008 sampai 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.4. 7

Tabel 1.4. Jumlah Industri Kriya Kayu di Kabupaten Badung tahun 2008-2013 No Tahun Jumlah Industri Kriya Kayu (Unit) Perkembangan Persentase (%) 1 2008 242-2 2009 340 0,40 3 2010 463 0,36 4 2011 509 0,09 5 2012 409-0,19 6 2013 539 0,31 Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2014 Tabel 1.4 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah unit usaha kriya kayu di Kabupaten Badung pada tahun 2008 sampai tahun 2013. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 dimana jumlah industri kriya kayu di Kabupaten Badung mengalami pertambahan sebanyak 98 unit industri. Tabel 1.4 menunjukkan pada tahun 2013 jumlah industri kriya kayu mengalami peningkatan menjadi 539 industri usaha dari jumlah industri usaha kriya kayu pada tahun 2012 yang berjumlah 409. Jumlah industri kriya kayu se-kecamatan yang di Kabupaten Badung tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.5. Tabel 1.5 Jumlah Industri Kriya kayu Se-Kabupaten Badung Tahun 2013 No Kecamatan Jumlah (Unit) Perkembangan Persentase (%) 1 Kuta Selatan 16 2,9 2 Kuta 25 4,6 3 Kuta Utara 84 15,5 4 Mengwi 405 75,1 5 Abiansemal 6 1,1 6 Petang 3 0,6 Jumlah 539 100 Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2014 Menggambarkan yang sebenarnya industri kriya kayu telah menyebar sekecamatan di Kabupaten Badung. Data pada Tabel 1.5 Menunjukkan bahwa 8

Kecamatan Mengwi memiliki jumlah industri kriya kayu yang lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Jumlah industri kriya kayu di Kecamatan Mengwi pada tahun 2013 sebanyak 405 industri dari 539 industri kriya kayu yang berada di Kabupaten Badung. Kecamatan Kuta Utara berada diperingkat ke dua dengan jumlah industri sebanyak 84 industri dari 539 industri kriya kayu di Kabupaten Badung. Kecamatan Petang memiliki jumlah industri paling sedikit yakni sebanyak 3 industri dari 539 industri kriya kayu di Kabupaten Badung. Michel (2003) meningkatnya jumlah penduduk harus diikuti dengan pertambahan jumlah tenaga kerja, maka salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor industri, dimana sampai sekarang masih dapat bertahan bahkan cenderung semakin mengalami peningkatan, seperti yang kita ketahui bahwa produk yang dihasilkan oleh industri ini adalah dimana pakaian merupakan kebutuhan pokok masyarakat jadi dengan bertambahnya penduduk diharapkan juga produksi dari industri pakian jadi ini ikut meningkat (Chairul et al., 2013). Perkembangan nilai produksi kriya kayu tergantung dari pada faktor-faktor yang digunakan dalam proses produksi. Dimana nilai produksi sangat dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang diserap dan modal yang digunakan oleh perusahaan itu sendiri. Tabel 1.6 menyajikan jumlah nilai produksi industri kriya kayu di Kabupaten Badung tahun 2008-2013. 9

Tabel 1.6 Nilai Produksi Industri Kriya kayu di Kabupaten Badung Tahun 2008-2013 No Tahun Nilai Produksi (Rp.000) Perkembangan Persentase (%) 1 2008 315.671.251-2 2009 357.969.208 13,4 3 2010 379.897.512 6,12 4 2011 450.374.257 18,5 5 2012 499.837.157 10,9 6 2013 545.758.246 9,18 Total 2.549.507.631 58.1 Sumber: Disperindag Provinsi Bali, 2014 Tabel 1.6 menunjukkan perkembangan nilai produksi industri kriya kayu di Kabupaten Badung dari tahun 2008 sampai tahun 2013. Peningkatan nilai produksi kriya kayu tertinggi terjadi pada tahun 2011 dimana nilai produksi meningkat sebesar Rp. 450.374.257 atau 18,5 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 6,12 persen atau sebesar Rp. 379.897.512. Tenaga kerja adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi suatu Daerah, karena disamping akan mendorong kenaikan output secara signifikan, tenaga kerja yang berproduktivitas tinggi akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena produksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas pekerja, secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat ( Dimas dan Nenik, 2009). Setelah meningkatnya penyerapan tenaga kerja maka diharapkan terjadi peningkatan produksi yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan PDRB di Kabupaten Badung. 10

Kenaikan produksi yang dilakukan di industri akan menambah penggunaan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 1.7. Tabel 1.7 Jumlah Tenaga Kerja Industri Kriya kayu di Kabupaten Badung Tahun 2008-2013 No Tahun Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Perkembangan Persentase (%) 1 2008 6.912-2 2009 7.534 0,09 3 2010 7.902 0,05 4 2011 8.221 0,04 5 2012 8.317 0,01 6 2013 8.562 0,03 Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2014 Tabel 1.7 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri kriya kayu di Kabupaten Badung terus mengalami kenaikan tiap tahunnya. Peningkatan tenaga kerja tertinggi terjadi pada tahun 2010 dimana pada tahun ini jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan sebanyak 368 pekerja menjadi 7.902 pekerja. Basri et al. (2002) menyatakan faktor modal dapat meningkatkan produksi dengan jalan meningkatkan kapasitas produksi. Modal merupakan hal yang sangat penting dalam proses produksi (Sukirno, 2000:368). Modal mempunyai peranan yang penting karena dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan. Jumlah modal industri kriya kayu di Kabupaten Badung pada tahun 2008-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.9. 11

Tabel 1.8 Nilai investasi Industri Kriya kayu di Kabupaten Badung Tahun 2008-2013 No Tahun Nilai Investasi (Rp.000) Perkembangan Persentase(%) 1 2008 44.693.471-2 2009 48.943.876 0,09 3 2010 52.357.466 0,07 4 2011 66.975.387 0,27 5 2012 70.628.524 0,05 6 2013 75.728.632 0,07 Sumber : Disperindag Kabupaten Badung, 2014 Tabel 1.8 dapat dilihat bahwa jumlah investasi industri kriya kayu di Kabupaten Badung selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011 dimana jumlah investasi mengalami peningkatan sebesar Rp. 14.617.921 dari tahun sebelumnya, menjadi Rp. 66.975.387. Di dalam perencanaan pembangunan ekonomi dalam bidang industri, untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah memerlukan data-data statistik sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil produksi yang telah dicapai (Ardi, 2005). Salah satu cara yang digunakan adalah dengan memperhitungkan laju pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu b iasanya dalam satu wilayah (khususnya Kabupaten Badung). Besar kecilnya angka PDRB suatu daerah dipengaruhi oleh tersedianya potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan faktor-faktor produksi yang berhasil dimanfaatkan (Irwan, 2010). Sehingga dengan adanya berbagai keterbatasan dalam mengelola dan memanfaatkan faktorfaktor tersebut, menyebabkan besaran PDRB antara wilayah satu dengan lainnya 12

sangat bervariasi. Seperti halnya dengan PDRB Kabupaten Badung sebagai wilayah studi ini faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam kegiatan produksi. Peranan tenaga kerja akan semakin besar di dalam industri kecil yang bersifat umum, dimana ketelitian keterampilan dari pada karyawan yang menangani proses produksi mempunyai akibat langsung terhadap produksi yang dihasilkan (Ashyari 2005:55). Perkembangan industri kriya kayu di Kabupaten Badung menghadapi banyak kendala yang hampir sama dengan yang dialami industri rumah tangga, kecil dan menengah lainnya dimana masalah utamanya adalah dalam kurangnya dari segi permodalan. Bagi beberapa usaha industri kriya kayu yang masih berbasis usaha mikro dan kecil di Kabupaten Badung yang membuat adanya perbedaan yang signifikan dari permodalan dengan usaha industri kriya kayu yang mempunyai modal kuat, selain itu persaingan usaha yang sangat ketat mengingat Kabupaten Badung sebagai sentra industri usaha, serta penggunaan tenaga kerja dan jam kerja yang terbatas dan belum optimal sangat berpengaruh terhadap kapasitas produksi. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja usaha kriya kayu ini untuk mengetahui skala ekonomis serta bagaimana sifat produksi pada industri kriya kayu di Kabupaten Badung. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut. 1) Apakah tenaga kerja dan modal secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap produksi kriya kayu di Kabupaten Badung? 13

2) Bagaimana skala ekonomis industri kriya kayu di Kabupaten Badung? 3) Apakah sifat produksi industri kriya kayu di Kabupaten Badung bersifat padat modal atau padat karya? 1.2 Tujuan penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja dan modal terhadap industri kriya kayu di Kabupaten Badung. 2) Untuk menganalisis skala ekonomis kriya kayu di Kabupaten Badung. 3) Untuk menganalisis produksi industri kriya kayu di Kabupaten Badung bersifat padat modal atau padat karya. 1.3 Kegunaan penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai pengaplikasian teori yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi terutama mengenai skala ekonomis dan pendapatan pengusaha industri kriya kayu di Kabupaten Badung akibat adanya tenaga kerja dan modal usaha yang berbeda antar pengusaha kriya kayu. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pengusaha industri kriya kayu di Kabupaten Badung mengenai beberapa 14

faktor yang mendasari besar kecilnya jumlah pendapatan yang diterima pengusaha industri kriya kayu sehingga diharapkan pemerintah maupun pihak yang terkait dapat mengambil kebijakan yang mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian. Bab II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam laporan ini yaitu mengenai konsep produksi, siklus kehidupan produk, skala ekonomi, konsep industri. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai objek penelitian, jenis data, metode penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Bab ini menguraikan gambaran umum daerah penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian. 15

Bab V Simpulan dan Saran Bab ini membahas mengenai simpulan yang diperoleh dari penyusunan laporan dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh. 16