BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT HUKUM PENGABAIAN NAFKAH TERHADAP ISTRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB IV ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK ISTRI DALAM PERKARA NOMOR 0241/PDT.G/2016/PA.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BAB VI ANALISIS DATA. PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB IV ANALISIS YURIDIS PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK-HAK ISTRI DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

EKSEKUSI PUTUSAN KEWAJIBAN AYAH ATAS NAFKAF ANAK PASCA PERCERAIAN (Studi Kasus Pada Mahkamah Syar iyah Idi)

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya :

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

PUTUSAN NOMOR : 258/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

BAB II NAFKAH MAD{IYAH DALAM PERSPEKTIF UNDANG- UNDANG PERKAWINAN, KHI DAN HUKUM ISLAM (FIQH ISLAM)

BAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI DALAM PUTUSAN NO. 718 K/AG/2012

KEBIJAKAN SANKSI PIDANA TERHADAP ORANG TUA YANG TIDAK MELAKSANAKAN PENETAPAN UANG NAFKAH ANAK OLEH PENGADILAN PASCA PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

PUTUSAN. Nomor : 0562/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor: 0718/Pdt.G/2014/PA. Pas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN MAJELIS HAKIM MENOLAK PERMOHONAN IWA<D} PERKARA KHULU DALAM GUGATAN REKONVENSI (No. 1274/Pdt.G/2010/PA.

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB II KERANGKA TEORI TENTANG NAFKAH. kewajiban memberi nafkah, baik berupa makan, pakaian (kiswah), maupun

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB II AKIBAT HUKUM PENGABAIAN NAFKAH TERHADAP ISTRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974

PUTUSAN. Nomor : 0391/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

PUTUSAN. Nomor : 0066/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PENGABAIAN KEWAJIBAN AYAH TERHADAP NAFKAH ANAK SETELAH PERCERAIAN

PUTUSAN Nomor 0050/Pdt.G/2015/PA. Pas

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

PUTUSAN Nomor : 150/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 1262/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG DALAM MENETAPKAN GUGATAN REKONVENSI MENGENAI HARTA GONO GINI DAN HADHANAH

P U T U S A N Nomor 0018/Pdt.G/2014/PTA.Pdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Konvensi/Penggugat Rekonvensi/Pembanding;

A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penolakan Pembagian Gaji PNS Pasca Perceraian. melaksanakan pembagian gaji PNS yang di dapat oleh suami PNS di

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

P U T U S A N. Nomor : 05/Pdt.G/ 2010/PTA.Bn. BISMILLAHIRRAMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 02/Pdt.G/2010/PA.Sgr.

BAB IV. pihak lalai dalam pemenuhan hak dan kewajiban tersebut, maka masingmasing. dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama.

PUTUSAN. Nomor : 0512/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA.Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

PUTUSAN. Nomor : 0827/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN PUTUSAN. Nomor : Pdt.G/2011/PTA.AB BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 400/Pdt.G/2011/PA.DUM. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

Prosedur berperkara pada Pengadilan Agama Sungai Penuh, adalah sebagai berikut:

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

P U T U S A N. Nomor 77/Pdt.G/2015/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 22/Pdt.G/2012/PTA.Pdg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

PUTUSAN. Nomor : 1173/Pdt.G/2008/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

PUTUSAN. Nomor : 0706/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAAHIRRAAHMAANIRRAAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

PUTUSAN. Nomor : 1155/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P U T U S A N Nomor 43/Pdt.G/2013/PTA.Pdg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan

PUTUSAN Nomor: 111/Pdt.G/2010/PA JP.

P U T U S A N. Nomor 35/Pdt.G/2015/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

Halaman 1 dari 12 Putusan No. 27/Pdt.G/2013 PTA. Pdg

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

PUTUSAN. Nomor : 0670/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN Nomor 00/Pdt.G/2013/PTA.Btn BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

Oleh Administrator Kamis, 15 Januari :42 - Terakhir Diupdate Rabu, 22 Desember :51

PUTUSAN. Nomor : 1031/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRAHMANIRROHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Di dalam Undang-Undang Perkawinan tidak mengatur masalah nafkah secara terperinci. Masalah nafkah dimasukkan dalam Bab VI Hak Dan Kewajiban Suami Istri dalam pasal 34 ayat 1. Adapun bunyi dari pasal 34 ayat 1 adalah suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Dari bunyi pasal tersebut sudah jelas bahwa seorang suami wajib memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga kepada istrinya seperti kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya. Sehingga tidak ada alasan untuk suami mengabaikan nafkah istri. Dari pembahasan tentang akibat hukum pengabain nafkah menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam BAB II diatas dapat diketahui bahwa akibat dari perbuatan suami mengabaikan nafkah istri adalah suami tersebut dapat digugat oleh istri di Pengadilan. Hal tersebut berdasarkan dalam pasal 34 ayat 3 yang bunyinya jika suami atau isteri melalaikan

82 kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan. Adapun jenis gugatan apa yang dapat diajukan istri ke pengadilan dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 belum dijelaskan. Tetapi pada kenyataannya gugatan yang diajukan oleh istri atas kelalaian suami memberikan nafkah adalah gugatan perceraian yang satu paketkan dengan gugatan nafkah. Padahal sebenarnya istri yang diabaikan nafkahnya oleh suami tersebut boleh mengajukan gugatan nafkah saja terhadap suami ke pengadilan. Apabila dalam Undang-Undang Perkawinan mengatur tentang bolehnya istri mengajukan gugatan nafkah saja tanpa mengajukan gugatan perceraian mungkin hal tersebut akan mengurangi angka perceraian di Indonesia. Jika istri mengajukan gugatan nafkah terhadap suami dan pengadilan mengabulkan gugatan tersebut, maka suami berkewajiban untuk membayar nafkah tersebut. Dan apabila istri mengajukan gugatan perceraian karena alasan pengabaian nafkah atau karena hal yang lain dan pengadilan mengabulkan gugatan istri tersebut maka hal tersebut dapat memutuskan hubungan tali perkawinan diantara suami istri tersebut. Dan pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri. Artinya Undang-Undang Perkawinan telah mengatur tentang

83 akibat hukum lain bagi suami, apabila suami istri telah bercerai maka suami tersebut oleh pengadilan diberi kewajiban untuk memberikan biaya penghidupan bagi mantan istri. Di dalam Undang-Undang Perkawinan ini juga belum mengatur tentang jalan alternatif lain selain bisa mengajukan gugatan atas kelalaian suami istri. Seperti contoh alternatife jika terjadi masalah pengabaian nafkah suami terhadap istri. Dalam masalah pengabaian nafkah ini jika hanya melihat dalam aturan Undang-Undang Perkawinan ini maka istri hanya berhak mengajukan gugatan saja ke Pengadilan tanpa mempunyai alternatif lain seperti diperbolehkannya istri mengambil harta suami tersebut secara terang-terangan atau secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami. Karena pada dasarnya nafkah merupakan hak dari istri yang merupakan kewajiban suami. Sehingga seharusnya Undang-Undang Perkawinan tersebut mengatur juga tentang alternatif lain jika terjadi kelalain suami dan istri selain bisa saling mengajukan gugatan ke Pengadilan.. Tentang bagaimana akibat hukum bagi suami yang tetap tidak melaksanakan putusan hakim untuk membayar nafkahnya kepada istrinya, maka Undang-Undang Perkawinan belum mengatur tentang hal tersebut. Tetapi dalam ketentuan Pasal 196 HIR dan Pasal 207 R.Bg, ada dua cara menyelesaikan pelaksanaan putusan, yaitu dengan sukarela melaksanakan putusan tersebut dan

84 dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh pengadilan. Jadi apabila suami tidak melaksanakan putusan secara sukarela maka pengadilan dapat melaksanakan eksekusi. Jadi di dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 aturan tentang akibat hukum pengabaian nafkah tidak memadai karena tidak mencakup tentang akibat hukum bagi suami yang tetap tidak melaksanakan pembayaran nafkah atas putusan Pengadilan Agama, maka berdasarkan ketentuan Pasal 196 HIR dan Pasal 207 R.Bg, istri dapat mengajukan permohonan eksekusi terhadap suami di Pengadilan Negeri. Sehingga perlu adanya penambahan pasal tentang akibat hukum pengabaian nafkah dalam Undang-Undang Perkawinan ini. B. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri Menurut Hukum Islam Dalam Hukum Islam membedakan antara suami yang tidak mampu atau dalam keadaan kesulitan dan suami yang dalam keadaan lapang dari segi ekonomi. Apabila suami tidak memberikan nafkah karena ia dalam keadaan kesulitan, ulama sepakat tidak boleh memenjarakan suami dalam keadaan sempit yang tidak mampu memberikan nafkah kepada istrinya. Ia diberi waktu sampai lapang, dengan alasan ayat Al-Qur an yang

85 menegaskan bahwa jika seseorang dalam keadaan sulit, maka beri waktu sampai ia lapang. Hak istri untuk menfasakh suami yang tidak mampu memberi nafkah, dalam hukum islam ada dua pendapat. Pendapat pertama memperbolehkan seorang istri untuk mengajukan fasakh. Hal itu ditetapkan lantaran semata-mata tidak ditemukan pemberian nafkah oleh suaminya yang dapat mengakibatkan istri tertimpa bahaya. Istri akan merasa tersiksa atas tingkah suami yang tidak memberikan tanggung jawabnya kebutuhan nafkah istri sehari-hari. Pendapat kedua istri tidak diperbolehkan untuk mengajukan fasakh nikah karena alasan suami tidak mampu menafkahi. Jika suami enggan memberi nafkah karena tidak bertanggung jawab padahal mampu, cara mengatasinya adalah pengadilan (hakim) menjual harta suaminya itu lalu dibayarkan kepada isterinya, atau suami dipenjara hingga mau membayar nafkah. Jika karena suami miskin, maka harus diberi kesempatan untuk terus mencari nafkah tanpa ada batasan waktu. Menurut pendapat kedua ini tidak setuju kalau kemiskinan atau ketidak mampuan suami yang tidak bisa memberikan nafkah itu dijadikan alasan perceraian karena hal itu akan bisa menyebabkan kesengsaraan suami. Dan dalam Hukum Islam sendiri telah mengatur tentang perkara halal yang dibenci oleh

86 Allah itu adalah thalaq. Hal inilah yang menyebabkan penolakannya terhadap perceraian. Sehingga untuk mengantisipasi terjadinya perceraian maka beliau menolak suami yang tidak mampu memberikan nafkah kepada istri tidak boleh dijadikan alasan perceraian. Karena Islam tidak membebani suatu kewajiban kepada umatnya di luar batas kemampuannya. Apabila hubungan perkawinan diputuskan akibat pengabaian nafkah terhadap istri tersebut, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban baru bagi suami dan istri. Dalam Hukum Islam apabila suami menceraikan istri, maka suami berkewajiban untuk memberikan nafkah selama masa iddah dan mut ah kepada istri. Mengenai masalah gugur atau tidaknya kewajiban suami memberikan nafkah jika suami dalam keadaan tidak mampu terdapat dua pendapat juga. Pendapat pertama kewajiban nafkah yang tidak dibayarkan suami dalam masa tertentu karena ketidakmampuannya, tidak menjadi hutang suami. Hal ini mengandung arti kewajiban nafkah gugur disebabkan ia tidak mampu. Ini menunjukakn bahwa Hukum Islam tidak membebankan seseorang diluar kemampuannya. Pendapat kedua berpendapat bahwa suami dianggap berhutang nafkah istri yang belum dibayarkannya baik atas dasar

87 keputusan hakim atau tidak. Nafkah tidak menjadi gugur disebabkan suami dalam keadaan tidak mampu perekonomiannya. Selama belum mampu memberikan nafkah, suami dianggap berutang kepada istrinya yang harus dibayar di kemudian hari apabila ia mampu. Berbeda jika suami enggan memberikan nafkah kepada istrinya padahal ia berada dalam keadaan lapang dari segi ekonomi maka dalam hal ini menurut Hukum Islam, Hakim di pengadilan berhak menyita harta suami secara paksa dan harganya diserahkan pembiayaan istri. Jika ia menyembunyikan kekayaannya, hakim berhak menghukumnya dengan penjara bila dikehendaki oleh istri sampai ia bersedia menunaikan kewajibannya. Alasannya hadis riwayat Abu Hurairah yang menceritakan ketegasan Rasulullah bahwa keengganan seseorang yang mampu untuk menunaikan kewajibannya adalah suatu kezaliman, oleh karena itu boleh dikenakan hukuman dan dipenjarakan sampai ia bersedia menunaikan kewajibannya. Ada jalan alternatif lain selain istri dapat menggunakan hak fasakh nikah atas kelalaian kewajiban suami yaitu Istri berhak mengambil sebagian dari harta suaminya dengan cara baik-baik guna mencukupi keperluannya sekalipun tidak sepengetahuan suaminya, karena dalam keadaan seperti ini, suami telah mengabaikan kewajiban yang sebenarnya menjadi

88 hak istri. Disini Hukum Islam tidak menggangap bahwa istri mencuri harta suami, tetapi istri dianggap melakukan perbuatan yang benar karena dia mengambil apa yang seharusnya menjadi haknya. Selain itu Hukum Islam juga memberi izin kepada istri untuk berutang kepada orang lain untuk memenuhi pembelanjaannya meskipun suami tidak mengizinkannya. Dalam hal ini, apabila suami enggan membayarkan utang tersebut setelah ia dalam keadaan lapang, maka hakim yang akan memaksanya untuk membayarnya. Mengenai ketetapan jumlah nafkah, jika istri hidup serumah dengan suaminya, ia wajib menanggung nafkahnya dan mengurus segala keperluan, seperti makan, pakaian, dan sebagainya. Istri tidak berhak meminta nafkahnya dalam jumlah tertentu selama suami melaksanakan kewajibannya itu. Jika suami bakhil tidak memberikan nafkah yang secukupnya kepada istrinya atau tidak memberikan nafkah tanpa alasan-alasan yang dibenarkan syara, istri berhak menuntut jumlah nafkah tertentu baginya untuk keperluan makan, pakaian dan tempat tinggal. Karena Allah telah memerintahkan kepada para suami untuk memberikan nafkah sesuai dengan kemampuan suami. Sehingga tidak dibenarkan jika suami yang dalam keadaaan lapang dari segi ekonomi memberikan nafkah yang tidak cukup untuk anak dan istrinya Hakim boleh

89 memutuskan berapa jumlah nafkah yang berhak diterima istri serta mengharuskan kepada suami untuk membayarnya jika tuduhan-tuduhan yang istri kepadanya itu ternyata benar. C. Persamaan Dan Perbedaan Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Dan Hukum Islam Ada beberapa persamaan dan perbedaan akibat hukum pengabaian nafkah terhadap istri menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam. Adapun persamaan dan perbedannya adalah: Adapun persamaan akibat hukum pengabaian nafkah terhadap istri menurut Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Islam adalah: a) Istri sama-sama mempunyai hak untuk mengajukan gugatan nafkah ataupun cerai terhadap suami yang mengabaikan nafkah tersebut. b) Suami berkewajiban untuk membayar nafkah terhadap istri karena kelalaian tersebut atas putusan pengadilan. c) Adapun sanksi bagi istri yang mengajukan gugatan cerai terhadap suami dengan alasan pengabaian nafkah tersebut dan pengadilan mengabulkan gugatan tersebut, maka hal tersebut dapat memutuskan hubungan tali perkawinan tersebut. Dan

90 suami tersebut akan mendapatkan akibat hukum baru yaitu suami berkewajiban untuk memberikan nafkah iddah dan mut ah terhadap istri. Sedangkan perbedaan akibat hukum pengabaian nafkah terhadap istri menurut Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Islam adalah: a) Di dalam Hukum Islam membedakan akibat hukum pengabaian nafkah terhadap istri antara suami yang lapang dari segi ekonomi dan suami yang tidak mampu atau miskin. Tetapi berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan yang tidak membedakan hal tersebut. b) Tentang masalah gugur atau tidaknya kewajiban suami memberikan nafkah jika suami dalam keadaan tidak mampu. Dalam Hukum Islam ada dua pendapat, yaitu kewajiban suami gugur atau tidak gugur akibat ketidakmampuan suami memberikan nafkah. Hal tersebut belum diatur di dalam Undang-Undang Perkawinan. c) Apabila suami mampu memberikan nafkah tetapi dia enggan melaksanakannnya, maka dalam Hukum Islam suami dianggap tetap berhutang kepada istri kecuali ia membayarnya atau pihak istri merelakannya. Hal tersebut belum diatur dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

91 d) Mengenai masalah jalan alternatif jika suami melalaikan kewajiban memberikan nafkah kepada istri, selain mengajukan gugatan. Dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tidak memberikan jalan lain kecuali mengajukan gugatan atas kelalaian suami kepada Pengadilan Agama. Hal ini berbeda dengan Hukum Islam yang memberikan jalan lain selain mengajukan gugatan jika suami melalaikan kewajiban memberikan nafkah, yaitu istri berhak untuk mengambil harta suami, walaupun tanpa sepengetahuan suami. Hukum Islam juga memberi izin kepada istri untuk berutang kepada orang lain untuk memenuhi pembelanjaannya meskipun suami tidak mengizinkannya. Sehingga hal tersebut bisa mengurangi masalah angka gugatan perceraian akibat pengabaian nafkah. e) Perbedaan mengenai penentuan jumlah pembayaran nafkah. Hukum Islam memberikan hak istri untuk menentukan jumlah nafkah tertentu yang harus dibayarkan oleh suami tersebut apabila suami tersebut tidak memberikan nafkah tanpa alasan-alasan yang dibenarkan syara. Apabila tuduhan-tuduhan istri terhadap suami itu benar, maka hakim berhak memutuskan jumlah nafkah yang harus dibayarkan kepada istri tersebut. Dan hal ini tidak diatur dalam Undang- Undang Perkawinan.