KORELASI KEPADATAN SAMBARAN PETIR AWAN KE TANAH DENGAN SUHU BASAH DAN CURAH HUJAN ( Studi Kasus : Pengamatan di Pulau Jawa )
T 551.563 2 GAN
ABSTRACT Indonesia archipelago, being situated along the equatorial line, is characterized, from view point of lightning activities, by relatively high ground flash densities compared with those of subtropical areas. So far, one of the parameters for indicating lightning activity is the Isokeraunic Level (IKL), whose figures describe the number of thunderdays during the period of one year, and they are normally represented in isoline on geographical map. However, by only knowing Isokeraunic Level (IKL) data one can not obtain sufficient picture on physical activity of lightning. In this study, the data on ground flash density, have been collected from the lightning observation station which are located near Subang, Kebumen, Tuban, and Panimbang. Those 4 (four) stations are using the so-called Time Difference and Direction (TDD) technique. Meanwhile, the climatic parameters data such as : wet-bulb temperature and precipitation, of the same period as of lightning observation data have been obtained from Meteorological and Geophysical Agency (BMG), Jakarta. The period of observation was done from November 1 s`, 1994 through February 28`h, 1996. By applying the statistical regression analysis method on the observed data, namely : wet-bulb temperature, precipitation and ground flash density for certain locations in Java Island, i.e. : Bandung, Bogor, Jakarta, Madiun and Tasikmalaya, an empirical formula for estimating the ground flash density (Ng) as function of wet-bulb temperature (7) and Precipitation (P) has been derived. The formula is : N g = - 0,0063 + 0,0014P + 0,0031 T with the coefficient correlation R = 0.7128 where : N g : ground flash density (flashes/month-km 2 ) P : precipitation in mm T : wet-bulb temperature in C The figure of coefficient correlation R is sufficiently high which, statistically, supports the hypothesis on significant correlation between ground flash density (N g ) and some climatic parameters especially wetbulb temperature (T) and Precipitation (P).
ABSTRAK Posisi geografis kepulauan Indonesia yang berada di daerah tropik merupakan wilayah yang mempunyai angka rata-rata kepadatan sambaran petir yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan daerahdaerah subtropik. Sejauh ini, karakteristik aktivitas petir masih sering dinyatakan dalam angka tingkat keraunik (Isokeraunic Level) yaitu angka yang menyatakan jumlah hari guruh rata-rata selama satu tahun, dan biasanya digambarkan dengan garis-garis (isoline) pada peta geografis untuk menyatakan lokasi-lokasi yang mempunyai angka Isokeraunic Level (IKL) yang sama. Namun data-data tersebut belum dapat memberikan gambaran fisis yang memadai dari aktivitas petir tersebut. Data utama pada penelitian ini diperoleh dari pengukuran dengan jaringan deteksi petir di Pulau Jawa di empat stasiun deteksi petir, yaitu stasiun Subang, Kebumen, Tub an, dan Panimbang. Lokasi sambaran petir ditentukan dengan teknik Time Difference and Direction (TDD). Data parameter cuaca yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan perioda pengamatan stasiun observasi petir seperti suhu basah dan curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta. Data-data tersebut dikumpulkan mulai dari tanggal 1 November 1994 sampai dengan tanggal 28 Pebruari 1996. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi dengan data-data suhu basah, curah hujan dan jumlah sambaran petir awan ke tanah dari beberapa lokasi di Pulau Jawa seperti : Bandung, Bogor, Jakarta, Madiun, dan Tasikmalaya, diperoleh persamaan berikut ; N g = - 0,0063 + 0,0014 P + 0,0031 T dengan koefisien korelasi R adalah 0.7128 dimana : N g : kepadatan sambaran petir (jumlah sambaran/km 2 -bulan) P : curah hujan (Precipitation) dalam mm T : suhu basah (Wet-bulb Temperature) dalam C Dari persamaan empiris tersebut di dapat hubungan yang signiftkatif antara kepadatan sambaran pear awan ke tanah dengan suhu basah dan curah hujan di beberapa lokasi di Pulau Jawa, yang secara statistik direpresentasikan dengan koefrsien korelasi yang cukup tinggi.