BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena seorang penulis itu memiliki kepekaan terhadap hal-hal

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB V BAHAN PEMBELAJARAN DAN KEGIATAN DALAM PENDIDIKAN. 5.1.Model Pengajaran Invatif sebagai Model Pengajaran Nilai-Nilai Luhur dalam Karya Sastra

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat aspek keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. refleksinya terhadap gejala-gejala sosial disekitarnya. Adanya imajinasi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

MANFAAT STUDI FILOLOGI

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 3 Beban belajar : 4 SKS. Materi Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara teoretis kita dapat melakukan berbagai macam bandingan, di antaranya (a) bandingan intratekstual, seperti studi filologi, yang menitikberatkan pada kritik teks untuk mencari keaslian, babon naskah, atau sumber tema, misalnya bandingan Narasoma Maling, Darmagandul, Pararaton, dan Wulung Reh; serta (b) bandingan intertekstual, antara dua kurun waktu sastra yang berbeda, sinkroik, dan/atau diakronik. Bandingan intertekstual dapat dilakukan karya sastra antar daerah, negara, genre, atau pengarang yang diperkirakan ada keterkaitan. Kedua jenis studi bandingan itu mendasarkan pada unsur-unsur kesamaan sehingga jelas acuannya, misalnya konsep bandingan dari aspek genre, bentuk, periode, aliran, tema, dan mitos. Bandingan juga dapat diarahkan pada bandingan ekspresi sastra dengan ekspresi lain (seni, budaya, agama, politik). Titik pangkal sastra bandingan yang harus dirunut adalah konsep pengaruh antarkarya atau hipogram (Endraswara, 2011: 198-199). Menurut Endraswara, bandingan intertekstual dan intratekstual sebenarnya ditentukan oleh objek dan subjek penelitian. Bandingan intratekstual mirip dengan ide lama ke arah bandingan kritik teks. Penyalinan naskah, mutrani, menyadur, dan sejenisnya menarik sastra bandingan intrateks pada masa lalu karena terdapat aneka versi dalam teks sastra. Berbeda dalam sastra bandingan intertekstual yang memang membandingkan teks yang berlainan. Intertekstual berupa bandingan antara dua karya atau lebih yang mungkin berbeda wilayah, genre, konteks, dan sebagainya (Endraswara, 2011: 199). Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani merupakan naskah kuno, buah karya sastra lama/klasik daerah Sunda, dengan pengaruh bahasa Arab yang kuat, penting dikaji dan dianalisis akan isi yang terkandung di dalamnya, karena selain merupakan sebuah karya sastra, Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani juga mengandung nilai-nilai pendidikan moral serta tuntunan hidup, terutama bagi umat Islam. Makna yang tersirat dalam Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani maupun Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani, di dalamnya terdapat suatu ajaran yang ditujukan kepada seseorang untuk mencapai kebahagiaan, kemuliaan teragung yang sejati, menyatu di sisi Allah Swt menuju puncak persada tertinggi, menyinari pandangan hati

dengan cahaya hakikat dan menyucikan nurani dari segala sesuatu selain yang hak, melalui ajaran bernama tasawuf (Budhisantoso, 1990: 2). Dalam ajaran tasawuf diterangkan, bahwa syariat itu hanya peraturan belaka, tarekatlah yang merupakan pelaksanaan perbuatannya syariat; apabila syariat dan tarekat ini sudah dapat dikuasai, maka lahirlah hakikat yang merupakan perbaikan keadaan atau ihwal, sedang tujuan terakhir adalah makrifat, yakni mengenal dan mencintai Tuhan dengan sebaik-baiknya (Budhisantoso, 1990: 2). Menurutnya pula, di Indonesia sekarang ini, ajaran tasawuf sudah banyak dikenal, tetapi umumnya belum mengenal tarekat atau tasawuf itu dari dekat. Syekh Abdul Qadir Jaelani adalah tokoh tasawuf di zamannya, melalui pengkajian dan penelaahan naskah ini, melatarbelakangi pengenalan tasawuf secara konsepsional (Budhisantoso, 1990: 2). Sebagai ilustrasi, betapa besarnya perhatian ahli-ahli pikir Eropa terhadap tasawuf, termasuk tarekat, karena mereka melihat dalam didikan batin itu tersembunyi kekuatan umat Islam yang tak terhingga, yang merupakan urat nadi dan jiwa bagi Islam sewaktu-waktu ia dalam keadaan mundur dan lemah. Seperti diketahui pembagian ilmu menurut Islam ada empat, yakni syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat (Budhisantoso, 1990: 2). Kaitannya dengan Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai naskah kuno, buah karya sastra lama/klasik daerah, maka semua sastra daerah mempuyai sifatnya yang khas, aksaranya yang khas, bahkan bahan-bahan tulisannya pun khas. Ada yang berupa kulit kayu, bambu, kertas padi, lontar, nipah, dan sebagainya. Sastra ini timbul dan berkembang pada zaman yang belum mengenal nasionalisme, bahkan sebagian besar berakar pada feodalisme yang kita anggap sebagai suatu sikap hidup yang sudah usang. (Budhisantoso, 1990: 6). Lalu dapatkah kita mengemukakan pertanyaan: masih adakah gunanya penelitian naskah lama dalam konteks masyarakat multikutural sekarang ini? Tentu pertanyaan tersebut harus dijawab sesuai dengan fakta di lapangan. Berikut pendapat Rusyana menguatkan, bahwa pengalaman sastra seribu tahun di masa lalu dapat dijadikan rujukan dalam menyongsong sastra seribu tahun yang akan datang (Rusyana, 1999: 37, Media Indonesia). Selain itu, sekarang para pemilik sastra lisan maupun tertulis biasanya sudah lanjut usia bahkan sudah tiada, maka jelaslah di banyak daerah sastra tersebut sudah mendekati kemusnahan sehingga diperlukan perhatian dan penanganan yang segera. Pengumpulan secara fisik tentunya belum cukup, maka diperlukan telaah filologi untuk mempermudah orang dalam memahami naskah lama. Lalu transliterasi untuk semakin mempermudah orang dalam mengenal naskah kuno tersebut. Tentu, tahap pemeliharaan juga

tidak cukup untuk pelestarian naskah, namun diperlukan pengembangan untuk pelestarian atau keberlanjutannya sehingga bisa bermanfaat bagi umat manusia. Adapun tahap pengembangan naskah dengan tujuan keberlanjutan dimaksud adalah adanya kegiatan lanjutan berupa kajian atau analisis terhadap karya sastra wawacan tersebut. Maka dengan demikian, naskah lama/klasik akan mampu menghadapi tantangan zaman dengan tidak ditinggalkan orang, inovatif, dan bisa memenuhi prinsip keberlanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani perlu diungkap dan dikaji untuk mengetahui sejauhmana tingkat intratekstual maupun intertekstualnya, nilai-nilai luhur apa yang dikandungnya, serta sejauhmana relevansi serta kontribusinya terhadap pembangunan kebudayaan, pendidikan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia yang berwawasan kebangsaan dan berprinsip pembangunan berkelanjutan (Sustainable development). Di sini penulis mengkaji dengan membandingkan Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani, dicari intertekstual atau keterkaitannya, serta dicari nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya untuk dijadikan suatu hal yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Penelitian bandingan dengan pencarian nilai luhur tersebut diupayakan lebih mendalam dan lengkap dari penelitian sebelumnya. Penelitian dari segi intertekstual memang sudah banyak yang melakukan, terutama diterapkan pada analisis karya sastra berupa cerpen atau novel, namun pengkajian intertekstual dengan objek berupa wawacan atau manaqib masih sedikit yang peneliti temui, baru di antaranya Kalsum (2008) membahas Wawacan Batara Rama: Kajian Intertekstual. Di sini Kalsum mengintertekstualkan Manunggaling kaula Gusti dalam Teks Wawacan Batara Rama dan Teks-teks hipogram lainnya, yakni Pantun Ramayana dan yang lainnya. Sedangkan peneliti sendiri akan mengkaji secara intertekstual dengan membandingkan terlebih dahulu struktur Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani, serta mencari nilai-nilai luhur yang tedapat di dalamnya agar berguna bagi dunia pendidikan. Selain itu, pengkajian sastra terhadap Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani hendakya ditinjau dari sudut Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani atau manaqib tersebut sebagai karya sastra yang khas, dan Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai karya sastra yang berada dalam alur sejarah pula. Diharapkan penelitian ini meliputi kedua sudut pandang ini juga. Penelitian Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai sebuah karya sastra berada pada aliran sejarah

akan menggunakan pendekatan bandingan intertekstualitas. Pendekatan bandingan intertekstualitas menurut Kalsum (2008: 42), yaitu menelusuri hipogram dari sebuah karya, hipogram yaitu teks-teks yang kemudian turut dalam rekonstruksi sebuah teks. Akan tetapi yang akan dilakukan pada penelitian ini dengan membandingkan terlebih dahulu kedua kara tersebut, baru kemudian dicari intertekstualitasnya atau kaitan satu sama lainnya serta dicari nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya. Adapun nilai luhur yang berlaku pada masyarakat multikultural yang akan dijadikan pendekatan dalam penelitian ini, yakni nilai-nilai yang ada dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Kemdikbud (2011), di antaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Sebagai landasan untuk berbicara lebih lanjut mengenai pemanfaatannya bagi pendidikan, tidak kalah pentingnya mengetahui ihwal apresiasi sastra itu sendiri. Karena dengan apresiasi sastra, baik di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi, maka karya sastra akan lebih bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Berbicara mengenai apresiasi sebagaimana diterangkan Rusyana (1984: 321), merupakan pengenalan nilai pada bidang nilai-nilai yang lebih tinggi. Menurutnya pula, apresiasi itu merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke arah nilai yang lebih tinggi, sehingga ia siap untuk melihat dan mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik. Seseorang yang telah memiliki apresiasi bukan sekadar yakin bahwa sesuatu itu dikehendaki sebagai perhitungan akalnya, tetapi benar-benar menghasratkan sesuatu, dan menjawab dengan sikap yang penuh kegairahan terhadapnya (Witherington, 1950: 299 dalam Rusyana, 1984: 321-322). Diharapkan dengan adanya apresiasi terhadap karya sastra lama berupa Wawacan Layang Syekh abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani ini, dapat membangkitkan hasrat sastra yang baru. Dengan demikian, bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan pada khususnya dan masyarakat pada umumya. 1.2 Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah Penulis membatasi penelitian ini yaitu hanya mengkaji bandingan teks yang satu dengan yang lain, dalam hal ini Wawacan Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syeh

Abdul Qadir Jaelani yang berusaha meneliti bandingan dan kaitan antara teks yang satu dengan yang lain yang memiliki kemiripan judul (Syekh abdul Qadir Jaelani) dan berusaha mencari nilai yang terdapat di dalamnya untuk kemudian dikontribusikan bagi dunia pendidikan. 1.2.2 Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian Ada tiga pertanyaan penelitian yang penulis kemukakan, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimanakah desain atau identifikasi wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani? 2. Bagaimanakah kajian struktur Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani? 3. Bagaimanakah fungsi dan nilai dari Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani? 4. Bagaimanakah pemanfaatan kajian bandingan Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani bagi pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1) membandingkan struktur wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani. 2) mengetahui fungsi dan nilai dari Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani. 3) mengetahui pemanfaatan kajian bandingan Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani bagi pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1) memberikan kontribusi bagi studi sastra adalah memberikan sumbangan pemikiran dalam perspektif desain atau identifikasi wawacan dan kajian struktur wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani. 2) memberikan kontribusi bagi studi sejarah sastra adalah berkenaan dengan sejarah karya sastra lama/klasik dalam wawacan Indonesia.

3) memberikan kontribusi bagi pembaca sastra adalah mengetahui konsep nilai luhur, konteks dan fungsi yang dikaitkan dengan kajian bandingan wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani. 4) memberikan sumbangan pemikiran dan keilmuan bagi pendidikan, yakni pemanfaatan kajian bandingan Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani bagi pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia. 1.4 Definisi Operasional Untuk memperoleh kejelasan dari penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan, di antaranya: 1) Kajian Bandingan (Intertekstual) adalah penelaahan bandingan yang berusaha membandingkan Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani yang kemudian dicari keterkaitannya. Adapun kajian bandingan di sini peneliti membandingkan struktur Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Struktur Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani, setelah itu membandingkan nilai dan fungsi dari keduanya, serta membandingkan nilai-nilai luhur yang terdapat dari keduanya. 2) Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani atau disingkat WLSAQJ adalah naskah kuno, buah karya sastra lama/klasik daerah Sunda/Jawa, dengan pengaruh bahasa Arab yang kuat. Adapun wawacan yang dianalisis adalah wawacan yang dimiliki oleh Nal Hadan dan ditranslitersi oleh S. Budhisantoso, dkk. (hasil terjemahan wawacan Bahasa Sunda ke dalam Bahasa Indonesia), sedangkan kitab yang dianalisis adalah kitab Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jaelani yang dikeluarkan oleh Pondok Pesanten Suryalaya. 3) Nilai luhur adalah sebuah nilai karakter bangsa yang dijunjung dan masih sesuai dengan masyarakat Indonesia. 4) Pemanfaatan bagi pendidikan adalah proses memanfaatkan hasil kajian bandingan terhadap Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dengan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani bagi pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia dengan model pengajaran inovatif dalam menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis karya sastra. 1.5 Anggapan Dasar

Anggapan dasar (postulat) adalah anggapan yang menjadi titik tolak pemikiran dalam usaha memecahkan masalah atau suatu persoalan, pernyataan yang mengandung relevansi dengan masalah yang dikemukakan serta mengandung kebenaran atau sudah dianggap benar (Ambari, 1984: 84). Lebih lanjut, Surakhmad (1980: 40) menegaskan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang dapat diterima oleh si penulis. Berdasarkan penjelasan di atas, hal-hal yang menjadi anggapan dasar untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Setiap karya sastra dapat dipahami maknanya melalui kerja analisis, interpretasi, dan evaluasi. 2) Aspek-aspek karya sastra lama Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani maupun Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani tersusun dalam aspek bentuk dan aspek isi. Aspek bentuk karya sastra itu sendiri adalah suatu cara pengarang dalam menyampaikan ide-ide atau gagasannya, sedangkan aspek isi adalah ide-ide atau gagasan yang ingin disampaikan (Budi Darma, 1984: 27 dalam Santoso, 1990: 8). Bertolak dari pengertian tersebut, maka penulis akan meneliti kedua aspek tersebut, akan tetapi lebih dominan kepada aspek intertekstualnya atau relasi antarteksnya. 3) Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani maupun Manaqib Syeh Abdul Qadir Jaelani merupakan naskah kuno, buah karya satra lama/klasik daerah Sunda, dengan pengaruh bahasa Arab yang kuat, isi yang terkandung di dalamnya penting dikaji dan dianalisis, karena selain merupakan sebuah karya sastra, Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan Manaqib Syekh Abdul Qadir Jaelani juga mengandung nilainilai pendidikan moral serta tuntunan hidup, terutama bagi umat Islam. Makna yang tersirat dalam Wawacan Layang Syekh Abdul Qadir Jaelani dan kitab manaqib tersebut, di dalamnya terdapat suatu ajaran yang ditujukan kepada seseorang untuk mencapai kebahagiaan, kemuliaan teragung yang sejati, menyatu di sisi Allah Swt menuju puncak persada tertinggi, menyinari pandangan hati dengan cahaya hakikat dan menyucikan nurani dari segala sesuatu selain yang hak, melalui ajaran bernama tasawuf (Budhisantoso, 1990: 2). Berangkat dari penjelasan tersebut, maka penulis akan meneliti makna yang terkandung di dalamnya dengan mencari nilai luhur yang terdapat di dalamnya.