OPTIMASI AKTIVATOR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK DARI LIMBAH KAKAO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS STARTER PADA PROSES PENGOMPOSAN ECENG GONDOK Eichhornia Crassipes (MART.) SOLMS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

PERBEDAAN FISIK DAN KIMIA KOMPOS DAUN YANG MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR MOL DAN EM 4

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

PENGOMPOSAN K1UDGE HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU KOMPOS (SAMPAH ORGANIK PASAR, AMPAS TAHU, DAN RUMEN SAPI) TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS KOMPOS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

KAJIAN BEBERAPA DEKOMPOSER TERHADAP KECEPATAN DEKOMPOSISI SAMPAH RUMAH TANGGA

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PENGGUNAAN AKTIVATOR EM4, PROMI DAN STARDEC UNTUK PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK. KM 34, Banjarbaru.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

EFEKTIVITAS PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH DAUN DENGAN TIGA SUMBER AKTIVATOR BERBEDA

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT ORGANIK (SAMPAH SAYURAN DAN AMPAS TEBU)

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

I Putu Gde Suhartana Kajian Proses Fermentasi Sludge

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengujian fisik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 2, Juni 2015,

TINJAUAN PUSTAKA Kompos Proses Pengomposan Anaerobik

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA II.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penambahan EM-

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI PASAR TRADISIONAL DI BANDAR LAMPUNG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KOMPOS DAN BIOGAS

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Sifat fisik. mikroorganisme karena suhu merupakan salah satu indikator dalam mengurai

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT (SLUDGE) PABRIK PULP DAN PAPER

Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Kompos Dengan Variasi Penambahan Dosis Abu Boiler Serta Penggunaan Bioaktivator EM-4

Kata Kunci : kompos, kotoran sapi, kotoran ayam, kualitas kompos, C/N rasio.

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

PENGGUNAAN EM-4 DALAM PENGOMPOSAN LIMBAH TEH PADAT

STUDI OPTIMASI TAKAKURA DENGAN PENAMBAHAN SEKAM DAN BEKATUL

PENGOMPOSAN LIMBAH TEH HITAM DENGAN PENAMBAHAN KOTORAN KAMBING PADA VARIASI YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN STARTER EM4 (EFECTIVE MICROORGANISM-4)

MATERI DAN METODE. Materi

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

PENGGUNAANAK TIVATOR KOMPOS SAMPAH ORGANIK RUMAH. Muchsin Riviwanto dan Andree Aulia Rahmad (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE TAKAKURA

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

PEMBUATAN BOKHASI DARI LIMBAH BATANG PISANG

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

PENGOMPOSAN SEKAM PADI MENGGUNAKAN SLURRY DARI FERMENTASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. A. Salak Pondoh. Menurut data dari Badan Pusat Stastistik tahun (2004) populasi tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Aisyah Azka Hidayati, Winardi D.N, Syafrudin

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

Pengaruh Variasi Tinggi Tumpukan Pada Proses Pengomposan Limbah Lumpur Sawit Terhadap Termofilik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

PENGARUH JENIS BIOAKTIVATOR PADA LAJU DEKOMPOSISI SAMPAH DAUN KI HUJAN Samanea saman DARI WILAYAH KAMPUS UNHAS. Hasanuddin, Makassar, 2014 ABSTRAK

Transkripsi:

OPTIMASI AKTIVATOR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK DARI LIMBAH KAKAO Nyimas Yanqoritha * Abstract The purpose of the study is to determine the ability of the composting process composting time to examine the relationship to temperature, ph and levels of C, N, Ratio C / N, P using activator, MOD 71, sheep dung on cocoa waste biomass. The working principle of the study is to observe and analyze the decomposition of biomass wastes cocoa to different activators and observe the process of composting process variables for 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, and 56 days with the analysis of temperature, ph and analyze levels of nitrogen (N), Carbon (C), Ratio C / N, and phosphorus (P). Results were obtained in accordance with the optimization point of the graph N, C, Ratio C / N, and P. Then connected to the SNI table, suitable compost is compost activator biomass using, at 28 days with temperatures 54.88 0C and compost maturation is the 56 th day of temperature 28 C with a ph of 7.46.. Keywords: Biomass, activator,, MOD 71 1. Pendahuluan Komponen limbah buah kakao yang terbesar berasal dari kulit buahnya atau biasa disebut pod kakao, yaitu sebesar 75 % dari total buah (Ashadi, 1988). Menurut Darmono dan Panji,T (1999), limbah kulit buah kakao yang dihasilkan dalam jumlah banyak akan menjadi masalah jika tidak ditangani dengan baik. Produksi limbah padat ini mencapai sekitar 60% dari total produksi buah.pembuatan kompos dari limbah kakao adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. 2. Kajian Pustaka Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah dijadikan kompos. Menurut Hengki (2006) kompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat digunakan sebagai suplemen ataupun pengganti pupuk kimia (anorganik). Kompos ini telah digunakan di bidang perkebunan sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar. 2.1 Kompos Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:ukuranbahan ; ratio Karbon Nitrogen (C/N) ; kelembabandanaerasi ; temperaturpengomposan ; derajadkeasaman ; mikroorganisme yang telibat. Aktivator/mikroorganisme mempengaruhi proses pengomposan melalui dua cara, cara pertama yaitu dengan menginokulasi strain mikroorganisme yang efektif dalam menghancurkan bahan organik (pada aktivator organik), kedua yaitu meningkatkan kadar N yang merupakan makanan tambahan bagi mikroorganisme tersebut. 2.2 Effective Microorganism 4 () mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman serta telah * Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Medan, Sumatera Utara

diterapkan pada berbagai jenis tanaman dan kondisi tanah. (Sumber :Yuwono, 2007). 2.3 MOD 71 Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbahlimbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). 2.4 Kotoran domba Kotoran ternak domba telah lama diketahui berguna bagi tanaman, karena di dalamnya terdapat zat zat yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman antara lain unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Ketiga unsur ini memiliki fungsi sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi tanaman (Setiawan, 2003). 3. Metodologi Penelitian Biomasa limbah kakao dicacah sehingga menjadi ukuran lebih kurang 3 cm panjangnya. Bahan energi yang digunakan adalah dedak padi dan gula pasir digunakan untuk mendukung aktivitas mikroorganisme decomposer. Tiap perlakuan menggunakan biomasa yang telah dicacah masing-masing sebanyak 2,5 liter. Penakaran biomasa ditakar dilakukan tanpa pemadatan. Kepada biomasa, tiap-tiap perlakuan ditambah 1/2 liter dedak dan dicampur secara merata. Kemudian setiap perlakuan diberi mikroorganisme/activator yang berbeda-beda sesuai dengan perlakuan masing-masing. Setelah bahan kompos tercampur merata, pada setiap perlakuan disiram menggunakan larutan yang terdiridari ¼ liter air, 1 ¼ gram gula dan 0,65 gram urea. Larutan sebanyak ¾ milliliter ditambahkan pada larutan yang digunakan untuk pembuatan kompos dengan perlakuan penambahan bahan aktif. Untuk perlakuan berikutnya yaitu penambahan activator kotoran domba kering sebanyak sebanyak ½ liter dan untuk perlakuan yang menggunakan stardec diberikan ¾ gram. Pencampuran dan pengadukan kompos menggunakan tangan untuk menjamin pemerataan kelembaban yang merata dan tidak kekurangan oksigen. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1Hubungan waktu - ph hubungan waktu dengan ph dengan menggunakan beberapa aktivator yaitu, MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses pengomposan didapat pada tabel 1. Tabel 1. Kondisi ph Kompos pada BeberapaAktivator PH Rata-rata Sampel pada aktivator Waktu (Hari) MOD 71 Kotoran Tanpa Domba Aktivator 0 5.09 5.34 5.07 5.03 7 5.35 5.69 5.28 5.28 14 5.69 6.02 5.53 5.56 21 5.93 6.36 5.81 6.25 28 6.28 6.67 6.08 6.46 35 6.60 6.91 6.51 6.69 42 6.92 7.21 6.83 7.04 49 7.26 7.44 7.26 7.43 56 7.46 7.75 7.60 7.58 4.2 Hubungan waktu - temperatur hubungan waktu dengan temperatur dengan menggunakan beberapa aktivator yaitu, MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses pengomposan didapat pada tabel 2. Tabel 2. Kondisi Temperatur Kompos pada Beberapa Aktivator Temperatur Rata-Rata Sampel pada Aktivator ( o C) EM 4 MOD Kotoran 71 Domba 0 28.00 28.00 28.00 28.00 7 34.00 31.50 30.25 29.75 14 40.63 38.00 37.63 33.38 21 47.63 42.75 41.95 37.98 28 54.88 53.85 48.22 41.80 35 49.40 48.82 43.32 46.53 42 42.68 44.85 39.63 40.85 49 32.13 33.88 35.18 37.83 56 28.00 29.88 30.28 30.70 Waktu (Hari) Tanpa Aktivator 104

Optimasi Aktivator dalam Pembuatan Kompos Organik dari Limbah Kakao 4.3 Hubungan Variasi sampel kadar Nitrogen (%) Variasi sampel dengan kadar Nitrogen (%) dengan menggunakan beberapa aktivator yaitu, MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses pengomposan didapat pada tabel 3. Tabel 3. Hubungan Variasi Sampel dengan Kadar Nitrogen (% Nitrogen) Variasi Kadar Nitrogen (%N) MOD 71 Kotoran Domba Tanpa Aktivator 1 1.57 2.33 1.69 2.36 2 1.65 2.52 1.83 2.15 3 1.89 2.43 1.75 2.03 4 1.53 2.03 1.85 1.87 Tabel 5. Hubungan Variasi Sampel dengan Ratio C/N RATIO C/N Variasi MOD Kotoran Tanpa 71 Domba Aktivator 1 19.22 17.64 20.53 17.20 2 20.49 17.36 19.61 18.38 3 18.98 17.23 19.28 19.58 4 20.33 19.60 20.79 20.50 4.6 Hubungan Variasi sampel kadar Phosphor (%) Variasi sampel dengan Kadar Phosphor (%) dengan menggunakan beberapa aktivator yaitu, MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses pengomposan didapat pada tabel 6. 4.4 Hubungan Variasi sampel Kadar Karbon (%) Variasi sampel dengan kadar Karbon (%) dengan menggunakan beberapa aktivator yaitu, MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses pengomposan didapat pada tabel 4. Tabel 4. Hubungan Variasi Sampel dengan Kadar Karbon (%C) Variasi Kadar Karbon (%C) MOD 71 Kotoran Domba Tanpa Aktivator 1 30.19 41.12 34.70 40.61 2 33.81 43.77 35.89 39.53 3 35.89 41.87 33.75 39.75 4 31.17 39.80 34.31 38.34 4.5 Hubungan Variasi sampel Ratio C/N Variasi sampel dengan Ratio C/N dengan menggunakan beberapa aktivator yaitu, MOD 71, Kotoran domba, dan Tanpa aktivator pada proses pengomposan didapat pada tabel 5 berikut: Tabel 6. Hubungan Variasi Sampel dengan Kadar Phosphor(%P) Kadar Phosphor (%P) Variasi MOD Kotoran Tanpa 71 Domba Aktivator 1 2.73 2.36 2.73 2.13 2 2.69 2.15 2.62 2.05 3 2.64 2.01 2.58 2.18 4 2.72 2.38 2.52 2.25 4.6 Pembahasan Bahan utama pembuatan kompos berasal dari limbah kakao yang mana awal proses pengomposan limbah kakao mengeluarkan air berwarna coklat kehitaman dan berbau sehingga mengundang serangga buah dan lalat untuk datang mengerubungi sekitar wadah pengomposan. Setelah satu minggu kemudian serangga buah dan lalat berkurang seiring berkurangnya bau yang di timbulkan. Pemberian aktivator menghasilkan susut bobot massa paling kecil yaitu sebesar 67.47 % dari berat awalnya 4001.75 gr, dan penyusutan pada MOD 71 yaitu sebesar 68.719 %. Kemudian kotoran domba dan tanpa activator mengalami penyusutan sebesar 69.30 % dan 73.80 %. Kompos dengan mengalami penyusutan paling sedikit sehingga kompos yang dihasilkan lebih banyak. Hal ini dikarenakan mengandung mikroba Asam Laktat yang berfungsi MEKTEK TAHUN XV NO. 2, MEI 2013 105

Meningkatkan percepatan perombakan bahanbahan organic dan dapat menghancurkan bahanbahan organic seperti lignin dan selulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh-pengaruh merugikan yang diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang tidak terurai. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengomposan dapat mereduksi limbah kakao hingga 67.47% - 73.80% dari bobot awalnya, sisa limbah kakao yang menjadi kompos 32.53% - 26.20%. Hal ini berarti pengomposan efektif untuk mereduksi volume limbah kakao yang dihasilkan setiap harinya ke dalam bentuk kompos yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Proses pengomposan dapat menjadi solusi untuk mengatasi volume sampah limbah kakao yang terus meningkat. Selama proses pengomposan, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Temperatur kompos selama proses pengomposan menunjukkan bahwa mikroba yang menguraikan limbah kakao menjadi kompos adalah mikroba mesofilik. Mikroba mesofilik akan hidup pada temperature < 50 0C. Temperatur proses yang paling tinggi terjadi pada hari ke-28 yaitu 54.88 0C untuk aktivator, 53.85 0C untuk MOD 71, dan 48.22 0C untuk kotoran domba. Sedangkan kompos tanpa aktivator, temperatur tertingginya terjadi pada hari ke-35. Hal ini menunjukkan bahwa kompos tanpa aktivator lambat dalam mendekomposisi limbah menjadi kompos. lanjut, yaitu pembentukan humus. Temperatur kamar pada hari ke-56 adalah 28 0 C, dan kompos yang temperaturnya sudah sama dengan suhu kamar adalah. Berdasarkan analisa temperatur ini diperoleh bahwa yang memiliki mikroba paling efektif di banding aktivator lainnya.hasil analisa ph selama proses pengomposan terjadi meningkatan ph pada hari ke-7 pengomposan, ph kompos masih asam yakni 5,09 untuk ; 5,69 untuk MOD 71; 5,28 untuk kotoran domba dan 5,28untuk kompos tanpa aktivator.hal ini disebabkan aktifitas mikroba pada hari ke-7 sangat aktif. Gambar 2. Grafik hubungan ph kompos selama proses pengomposan Pada gambar Grafik ph kompos selama proses pengomposan ph kemudian naik pada pengamatan berikutnya, hingga pada hari ke-56 diperoleh ph 7,46 untuk ; 7,75 untuk MOD 71; 7,60 untuk kotoran domba, dan 7,58 tanpa aktivator. Dari analisa ph ini disimpulkan bahwa ph kompos sesuai standard SNI adalah. Penelitian ini dilakukan selama 56 hari yang kemudian dilakukan pengujian kadarnitrogen, kadar Carbon, ph, rasio C/N, kadar Phospor pada kompos dengan jenis aktivator yang berbeda-beda. Gambar 1. Grafik hubungan temperatur kompos selama proses pengomposan Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan vahan organik menjadi CO 2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar vahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat Gambar 3. Grafik hubungan antara variasi sample dengan kadar Nitrogen (%) 106

Optimasi Aktivator dalam Pembuatan Kompos Organik dari Limbah Kakao variasi sample dengan kadar Nitrogen (%), dari beberapa jenis aktivator seperti, MOD 71, Kotoran Domba, dan Tanpa aktivator semuanya sesuai dengan kadar SNI yaitu > 0,4 % yaitu untuk dengan rata kadar Nitrogennya (%) sebesar 1,66%, serta 2,33%untuk MOD 71; 1,78 % untuk Kotoran Domba sedangkan 2,10% untuk tanpa aktivator. jenis aktivator seperti, MOD 71, Kotoran Domba, dan Tanpa aktivator, semuanya sesuai dengan kadar SNI yaitu 9,38-20%, yaitu pada jenis aktivator rata ratio C/N sebesar 19,75 dan 17,95 untuk MOD 71 serta 20,05 untuk kotoran domba sedangkan 18,91 untuk Tanpa Aktivator. Gambar 6. Grafik hubungan antara variasi sampel dengan Phosphor (%) Gambar 4. Grafik hubungan antara variasi sampel dengan kadar Karbon (%) variasi sample dengan kadar Karbon (%) dari beberapa jenis aktivator seperti, MOD 71, Kotoran Domba, dan Tanpa aktivator semua aktivator ada yg tidak sesuai dengan kadar SNI yaitu 9.81-32.28% yakni untuk kadar rata-rata karbon 41,64% untuk MOD 71, serta 34,66% untuk Kotoran Domba sedangkan Tanpa Aktivator 39,56 %. Gambar 5. Grafik hubungan antara variasi sampel dengan Ratio C/N variasi sample dengan Ratio C/N dari beberapa variasi sample dengan Phosphor (%) dari beberapa jenis aktivator seperti, MOD 71, Kotoran Domba, dan Tanpa aktivator, semuanya sesuai dengan kadar SNI yaitu > 0,1%, yaitu pada jenis aktivator 2,69% dan MOD 71 2,22% kotoran domba 2,61 sedangkan tanpa Aktivator 2,15. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil penelitian diperoleh untuk pembuatan kompos dengan menggunakan aktivator yang berbeda yaitu tanpa aktivator,, MOD 71, dan Kotoran domba, yang sesuai dengan titik optimasi dari grafik C, N, ratio C/N, dan P sesuai dengan tabel kompos secara SNI adalah kompos yang menggunakan aktivator yaitu pada kadar C dimulai 30.19 menuju 35.89 menurun ke 31.17 ; dan kadar N dimulai 1.57 menuju 1.89 menurun 1.53 ; dan kadar ratio C/N dimulai 19.22 menuju 20.49 menurun 20.33; dan untuk kadar P dimulai 2.73 menuju 2.69 menurun 2.72. 6. Daftar Pustaka Abdullah, Ilmi, 2008, Daur Ulang Produk Sisa Konsumsi Dan Hasil Produksi Industri Dalam Peningkatan Kualitas MEKTEK TAHUN XV NO. 2, MEI 2013 107

Lingkungan, Institut Teknologi Medan, Medan. Anonim, 2009, Bahan-Bahan Pembatan Kompos, www.wikipedia.com Anonim, 2008, Cara Praktis Membuat Kompos, PT. AgroMedia Pustaka, JakartSelatan Anonim, 2008, Penanganan dan Pengolahan Sampah, Penebar Swadaya, Jakarta Agustina, dkk, 2008, Pengaruh Peningkatan Bahan Baku dan Penambahan Bokashi Terhadap Kualitas Kompos, Institut Teknologi Medan, Medan Astuti, Yuli.H, dkk, 2008, Identifikasi Jamur dan Bakteri pada Proses Pengomposan Kotoran Domba Sebagai Penunjang Sanitasi Lingkungan, Universitas Padjajaran, Bandung Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004 Badan Standarisasi Nasional (BSN) sumatera utara. 2009. Luas Tanaman dan Produksi Coklat Tanaman Perkebunan Rakyat Center for Policy and Implementation Study, 1992, Panduan Teknik Pembuatan Kompos dari Sampah: Teori dan Aplikasi, Center for Policy and Implementation Study (CPIS), Jakarta Djaja, Willyan, 2008, Langkah Jitu Membuat Kompos dari kotoran Ternak dan Sampah, PT. AgroMedia Pustaka, Jakarta Selatan Djuarnani, Nan, Ir, 2005, Cara Membuat Kompos Cepat, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan Gaur, A.C. 1983. A Manual of Rural Composting, FAO, United Nation, Rome Gunawan, A. dkk, 2001, Pembuatan Kompos dengan Bahan Baku Kotoran Sapi. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan. Jakarta Harada, Y.K, 1993. Quality of Compost from Animal Waste. Jepang Indriani, H.Y. 2002. Membuat Kompos secara kilat. Penebar Swadaya, Jakarta Kastaman, R. dkk, 2005, Rancang Bangun dan Uji Verja Reactor Kompos Skala Rumah Tangga, Universitas Padjadjaran, Bandung Murbandono, Leonardus, 2008, MembuatKompos, PenebarSwadaya, Jakarta Nasution, Arlan, 2009, Kelurahan di Medan Dapat Truk Sampah, www.waspadaonline.com Setiawan, A. 2003, Pemanfaatan Isi Rumen (Kambing dan Domba) sebagai Inokulan dalam Proses Pengomposan Sampah (Organic) dengan Kotoran Sapi Perah. Institut Pertanian Bogor, Bogor Simanjuntak, Poltak, 2008, Medan, Menuju Kota Metro Sampah, www.poltaksimanjuntakonline.com Sofian, 2008, Sukses Membuat Kompos dari Sampah, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan Suradjat, R, Prof. Dr. Ir, 2008, Mengelola Sampah Kota, Penebar Swadaya, Jakarta Suryati, Teti, 2009, Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Selatan Triatmojo, S. 2001. Kualitas Kompos yang Diproduksi dari Feses Sapi Perah dan Sludge Limbah Penyamakan Kulit, Buletin Peternakan, Jakarta Yuwono, Dipo, 2007, Kompos, Penebar Swadaya, Jakarta 108