BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Pariwisata Dalam Pembangunan

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

TINJAUAN PULO CANGKIR

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

V. KONSEP PENGEMBANGAN

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN

REDESAIN GEDUNG BIOSKOP DI KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA BAGIAN I. Pendahuluan dan Latar Belakang UKDW TUGAS AKHIR WILFRIDUS GALIH PRAKOSA

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

BAB I PENDAHULUAN. 1

KAJIAN TERHADAP KONSEP ELEMEN ALAMI DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TEPIAN PANTAI

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK DAN SUBYEK PENELITIAN. lainya berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak antara 110 o 24 I 19 II sampai

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

PENATAAN KORIDOR JALAN LETJEN S. PARMAN SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN DI PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

BAB III METODE PERANCANGAN

PENETAPAN LOKASI PENDATAAN ANALISIS KAWASAN DAN WILAYAH PERENCANAAN PENYUSUNAN KONSEP PENYUSUNAN RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. identitas. Identitas akan memberikan arti sebagai pembentukan image suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I - 1

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

BAB V KESIMPULAN DAN PANDUAN RANCANG BANGUN

CAFÉ & OPEN RESTO DIKAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

Universitas Sumatera Utara. 1 lebih ini, tidak pernah beroperasi sebagai pelabuhan pelelengan ikan, sehingga. 1 Dirjen Perikanan 2000

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota kuno bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada tahun 1532 M. Kotagede merupakan daerah budaya dengan banyak peninggalan sejarah yang terlihat dari arsitektur bangunan maupun kehidupan sosial budaya. Sebagai daerah tujuan wisata (DTW) di wilayah Yogyakarta, wisatawan yang berkunjung ke Kotagede tidak hanya terbatas pada wisatawan domestik saja tetapi juga wisatawan mancanegara yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Ketika berdiri sebagai ibukota Mataram, Kotagede masih merupakan wilayah Kerajaan Pajang. Melalui proses panjang dengan berbagai pergolakan, Mataram menjadi kerajaan yang mampu menggantikan dominasi kekuasaan kerajaan Pajang. Dalam perkembangannya, ibu kota Mataram mengalami perpindahan dari Kotagede ke Kerta, Plerét, kemudian pindah lagi ke Kartasura, dan akhirnya menetap di Surakarta. Namun demikian, tidak seperti Kerta dan Plerét, Kotagede justru masih menyisakan tinggalan arkeologis yang jauh lebih bermakna. Selain itu, ia tetap eksis sebagai kota lama yang bertahan dengan dinamikanya hingga saat ini. Secara umum dapat dikatakan bahwa Kotagede masa lalu merupakan kota pusat kegiatan-kegiatan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kotagede disebut sebagai pusat kegiatan politik karena ia menjadi pusat pemerintahan kerajaan Mataram sejak pemerintahan Senapati hingga pusat kerajaan dipindahkan ke Kerta oleh Sultan Agung. 1

Gambar 1 : Peta Kawasan Kotagede Sumber :JRF ( 2007 ) Kotagede pada dasarnya mempunyai kesamaan dengan kota-kota lainnya yang ada di jawa, yaitu dibangun berdasarkan pada konsep kosmologis Jawa- Islam yang mengacu pada keselarasan, keserasian, dan kesejajaran antara mikrokosmos yang berupa lingkungan buatan dengan makrokosmos yang berupa alam semesta, antara manusia dengan kesadaran sebagai makhluk yang lemah dengan kesadaran manusia otonom dan bertanggungawab, antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Upaya untuk mendapatkan keserasian tersebut dilakukan manusia Kotagede dalam keseluruhan kehidupannya, termasuk dalam perencanaan kota, arsitektur bangunan, kesenian yang berkembang, vegetasi dan hewan klangenan 2

yang dimilikinya. Konsep tataruang kawasan ini terdiri dari unsur-unsur kota berupa pasar, istana (keraton), alun-alun, kompleks masjid agung dan makam agung, tembok keliling, permukiman penduduk, dan jalan utama. Sebagai bagian dari kota Yogyakarta, Kotagede mengalami perkembangan selaras dengan tuntutan yang dibebankan kepada kota Yogyakarta secara makro. Pencanangan Kotadege sebagai kawasan konservasi cenderung menempatkan kawasan tersebut sebagai obyek wisata potensial. Realisasi dan pemanfaatan ringroad selatan serta rencana pengembangan kota Yogyakarta bagian timur juga akan merangsang akumulasi kegiatan dan pengembangan di Kotagede, pengaruh dari perkembangan tersebut dalam hal ini termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengan fisik kawasan seperti bentuk dan penampilan bangunan, gubahan masa dan ruang, tata lingkungan dan lain-lain. Hal tersebut, menimbulkan masalah yakni tata ruang dan lingkungan pada pusat kawasan Kotagede menjadi tidak atau kurang memiliki karakter tempat (sense of place) dan kaburnya citra (image) kawasan pada pusat kawasan itu sendiri, yang pada gilirannya dikhawatirkan akan menjadi suatu kawasan urban yang kehilangan jati diri yang selama ini melekat pada kota tersebut. Meskipun terjadi perubahan tata ruang, namun kawasan ini masih menjadi tempat menarik untuk berbagai tujuan. Kawasan ini menjadi pusat ekonomi bagi masyarakat sekitarnya karena terdapat beberapa pusat perdagangan, meskipun sebagian bersifat tradisional. Wisatawan mengunjungi kawasan ini untuk tujuan sejarah, religi, arsitektur, dan ekonomi. Masyarakat sekitar juga memburu kawasan ini sebagai tempat pemukiman karena kondisi lingkungan yang masih kondusif untuk pemukiman. Hal ini memicu terjadinya perubahan tata ruang kawasan, malah dikawatirkan dapat menghilangkan karakter awal kawasan ini. Suatu kawasan dalam perkotaan akan mengalami pertumbuhan pesat. Terkadang perkembangan yang terjadi berakibat pada perubahan kawasan terutama dari karakter visualnya. Baik itu karakter lingkungan fisik maupun kehidupan sosial masyarakat yang berakibat pada terciptanya new image dan new character tersebut (Garnham, 1985). 3

Keunikan atau kekhasan suatu lokasi merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga. Keunikan inilah yang akan membedakan antara suatu lokasi dengan lokasi lain yang merupakan identitas lokal tersebut (lynch, 1960). Namun hal tersebut nampaknya mempunyai tantangan yang cukup besar. Perubahan yanng terjadi pada suatu kawasan bersejarah akibat perubahan tuntutan fungsional di masa kini tidak dapat di pungkiri lagi. Bangunan-bangunan baru akan segera dibangun berdampingan dengan bangunan lama, atau bahkan menggantikan bangunan lama. Apabila perubahan yang dilakukan tidak mengacu pada arahan yang tepat, dikhawatirkan identitas yang dimiliki kawasan tersebut akan hilang. Konsep tatanan tapak kawasan tradisional Jawa yang menggunakan empat elemen (catur gatra) yaitu rumah raja, pasar alun-alun dan masjid diterapkan pada penataan awal kawasan permukiman. Sampai saat ini terlihat hanya tempat ibadah berupa Masjid (Masjid Ageng) dan lokasi pasar (Pasar Gede Kotagede). Pasar Kotagede yang merupakan area komersial, jalan-jalan yang menuju pasar berkembang dan menjadikan bangunan-bangunan yang awalnya berfungsi sebagai hunian menjadi tempat usaha. Terlihat dari Jalan Mondorakan, Jalan Kemasan, Jalan Karang Lo di sisi kanan-kiri jalan tersebut banyak terdapat bangunan yang berubah fungsi dari hunian menjadi tempat usaha. Pasar Gede Kotagede atau sekarang dikenal pasar Kotagede merupakan pusat kegiatan aktivitas ekonomi sejak jaman kerajaan Mataram Islam hingga kini. Akses untuk menuju pasar Kotagede yang berhubungan dengan luar ada tiga jalan yaitu Jalan Mondarakan, Jalan Kemasan dan Jalan Karang Lo. Dari ketiga jalan yang berhubungan dengan daerah luar Kotagede, Jalan Karang Lo yang mempunyai peran sejarah dalam perpindahan kerajaan Mataram Islam dari Kotagede pindah ke Pleret. Masa Kerajaan Mataram Jalan ini menjadi penyangga (Hinter land) buat pasar Kotagede di karenakan banyak masyarakat yang berasal dari Pleret, Bantul menjual kebutuhan sehari-hari, alat pertukangan ke pasar Kotagede sehingga makin ramai nya pasar memberikan efek ke jalan Karang Lo menjadi penyangga untuk masyarakat menjual dagangan nya di area jalan karang Lo dan menetap untuk mempermudah meraka. Jalan ini sekarang juga menjadi pintu masuk dari sisi Timur terutama penghubung daerah 4

Banguntapan Bantul dengan Kotagede dan Yogyakarta. Berkembangnya daerah timur kotagede seperti Banguntapan dan Pleret saat ini memberikan kontribusi pengembangan Jalan Karang Lo menjadi seperti sekarang dan membuat perubahan fungsi bangunan rumah yang bercampur usaha menjadi fungsi murni usaha. Jalan Kemasan Jalan Mondorakan Jalan Karang Lo Pasar Kotagede Gambar 2 : Peta Kedudukan Koridor Jalan Karang Lo Terhadap Kawasan Kotagede Sumber :JRF ( 2007 ) Kota merupakan objek yang mudah terkena tekanan-tekanan ekonomi, sosial dan budaya yang membawa dampak perubahan fisik. Disini kota tidak dapat sepenuhnya menghalangi perkembangan perubahan tersebut namun dapat membatasi pengaruh negatif terhadap lingkungan kota untuk tetap menjaga lingkungan tetap menarik dan kaya akan simbol estetika (Garnham, 1985). Susunan objek fisik dan aktivitas manusia membentuk lingkungan dan hubungan elemen-elemen di dalamnya merupakan karakteristik yang terbesar dalam membentuk karakter dari suatu area (Gosling, 1984). Elemen-elemen tersebut memberikan kenyamanan visual dalam suatu ruang kota yang kemudian berkahir pada kualitas visual kawasan tersebut. 1.2 Perumusan Permasalahan Terjadinya karakter visual suatu daerah atau suatu kawasan disebabkan oleh : rancangan pembentukan elemen-elemen suatu kota termasuk image yang 5

diinginkan, yang kemudian dalam perjalanan perkembangan suatu kawasan terjadi penyesuain-penyesuaian, perubahan-perubahan, dan penambahan pada salah satu atau semua elemen sehingga membentuk karakter visual yang baru. Pembentukan suatu kawasan direncanakan disertai dengan karakter visual yang diinginkan. Karakter visual yang khas akan menjadikan suatu kawasan bernilai tinggi, baik dari segi sosial dan ekonomi sehingga menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah yang berada di kawasan tersebut Koridor Jalan Karang Lo yang melalui kawasan Kotagede memiliki elemen-elemen yang akhirnya membentuk karakter visual yang khas sebagai penghubung dan penciri antara elemen-elemen kota di Kawasan Kota Gede. Namun karakter visual Jalan Karang Lo belum dideskripsikan secara tertulis. Gambar 3 : Foto Jalan Karang Lo dari sisi Barat Gambar 4 : Foto Jalan Karang Lo dari sisi Timur Sumber :Penulis (2012) Sumber :Penulis (2012) Pembentukan dan perubahan karakter visual koridor Jalan Karang Lo belum diketahui, karena belum ada informasi tertulis yang berisi tentang keadaan Jalan Karang Lo dari massa awal pembentukannya hingga keadaan sekarang. Data yang tersedia sekarang baru bersifat parsial (sebagian) atau pendapat lisan dari orang-orang yang berkunjung ke kawasan tersebut. Jika karakter visual yang ada sekarang tergolong baik maka perlu dibuat rancangan konservasi agar karakter yang ada dapat terpelihara, tetapi jika karakter visual yang ada sekarang tergolong jelek (negatif) maka perlu dibuat rancangan (desain) perbaikannya agar karakter visual Jalan Karang terwujud seperti yang diinginkan sesuai dengan lingkungannya. Pertanyaan penelitian yang berhubungan dengan kajian karakter visual koridor Jalan Karang Lo adalah sebagai berikut : 6

1. Elemen-elemen apa saja yang membentuk karakter visual koridor di Jalan Karang Lo? 2. Bagaimana karakter visual yang terbentuk oleh elemen pembentuk karakter visual koridor Jalan Karang Lo? 3. Latar belakang apa yang membentuk karakter visual koridor Jalan Karang Lo seperti yang ada pada saat ini? 4. Bagaimana konsep panduan rancang bangun sebagai arahan penataan koridor Jalan Karana Lo? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini mengkaji karakter visual koridor Jalan Karang Lo. Secara rinci, tujuannya adalah : 1. Mengidentifikasi elemen-elemen pembentuk karakter visual koridor Jalan Karang Lo. 2. Mendeskripsikan karakter visual yang ditimbulkannya. 3. Merumuskan latar belakang proses terbentuknya karakter visual koridor Jalan Karang Lo tersebut. 4. Menyusun konsep panduan rancang bangun sebagai arahan penataan koridor di Jalan Karang Lo. 1.4 Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan Kajian tentang karakter visual koridor Jalan Karang Lo dengan menekankan pada : 1. Identifikasi karakter visual yang ditimbulkan dibatasi pada analisis kesan view dan spaces yang ditimbulkan melalui cara amatan membujur dan melintang 2. Kajian elemen yang membentuk karakter visual koridor Jalan Karang Lo dibatasi pada pengamatan tata guna lahan, bentuk dan bangunan, sirkulasi dan pola parkir kendaraan, vegetasi, penanda, dan jalur pejalan kaki yang terdapat di sepanjang Jalan Karang Lo. 7

3. Rumus latar belakang proses terbentuknya karakter visual koridor Jalan Karang Lo yang demikian dibatasi pada analisis perkembangan pembentuknya berdasarkan literature dan wawancara 4. Konsep panduan rancang bangun sebagai arahan penataan koridor di Jalan Karang Lo dibatasi oleh analisis kesan view dan spaces yang diperoleh, untuk mengubah elemen-elemen yang menimbulkan kesan negatif dan mempertahankan elemen-elemen yang menimbulkan kesan positif. 1.5 Keaslian Penelitian Fokus penelitian ini adalah pengamatan terhadap karakter visual koridor di Jalan Karang Lo. Penelitian tentang karakter visual jalan Karang Lo belum pernah di lakukan. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain : 1. Arah Rancangan Menjaga Karakter Visual Kawasan studi kasus : JL. Asia Afrika Bandung oleh Yohanes Firzal (2002), Tesis Pascasarjana UGM Fokus Penelitian : Pengamatan elemen karakter visual Lokus Penelitian : Jalan Asia-Afrika 2. Kajian Fasade Bangunan Di Jalan Mondorakan, Kotagede, Yogyakarta Sebagai Dasar Arahan Perancangan oleh Agustinus Madyana Putra (2008), Tesis Pascasarjana UGM Fokus Penelitian : Pengamatan karakter fasade Lokus Penelitian : Jalan Mondorakan, Kotagede 3. Peran Kualitas Visual Untuk Mempertahankan Karakter Kawasan studi kasus : Penggal Jalan Eks Perkantoran Kab.Lahat Propinsi Sumatra Selatan oleh Limra Naupan, Tesis Pascasarjana UGM Fokus Penelitian : Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi karakter visual kawasan Lokus Penelitian : Kawasan eks perkantoran Pemkab Lahat tepian sungai lematang Kota Lahat 8

1.6 Metodologi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Jalan Karang Lo, Kotagede, Yogyakarta. Proses penelitian terdiri dari a) Tahapan persiapan penelitian terdiri dari penyiapan surat izin, pengenalan medan penelitian, membuat peta penggal jalan, menyiapkan alat-alat, dan menetapkan metode penelitian b) Tahap pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder c) Tahap kompilasi data terdiri dari menysusun foto-foto elemen-elemen yang membentuk karakter visual koridor di Jalan Karang Lo, membuat tabel dan peta berkaitan dengan data elemen-elemen fisik yang membentuk karakter visual koridor di Jalan Karang Lo dan data latar belakang yang membentuk karakter visual koridor Jalan Karang Lo, dan menyusun data deskriptif d) Tahap analisis data. terdiri penyusunan data untuk mendapatkan karakter visual Jalan karang Lo, menganalisis terbentuknya karakter visual Jalan Karang Lo, dan membuat rencana pengembangan kawasan Jalan Karang Lo Metode penelitian adalah rasionalisme dari hasil pengamatan survey dan observasi langsung, dan selanjutnya diikuti dengan analisa kualitatif.. 1.7 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian mengenai kajian karakter visual koridor Jalan Karang Lo diharapkan dapat a) Memberikan manfaat pengetahuan dan kesadaran berbagai pihak akan pentingnya menghargai karakter visual koridor sebuah jalan historis. b) Dapat dijadikan sebagai pedoman penyusunan arahan penataan koridor bagi pengembangan kawasan jalan Karang Lo khususnya dan Kotagede pada umumnya sehingga tetap memiliki karakter visual yang khas sesuai dengan karakter kawasan Kotagede. 9

c) Sementara itu manfaat secara umum untuk menambah wawasan keilmuan dibidang arsitektur terutama di bidang rancang bangun koridor serta keterkaitan dengan bidang keilmuan lainnya. 1.8 Sistematika Penulisan. Sistematika penulisan tesis ini sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan Menguraikan tentang latar belakang perlunya penelitian karakter visual Jalan Karang Lo Kotagede, perumusan masalah karakter visualnya, manfaat penelitian, tujuan penelitisn, dan sistematika penulisan tesis. Bab II. Tinjauan Pustaka Menguraikan tentang studi literature yang menjadi landasan teori dan hipotesis yang berkaitan dengan bahasan, antara lain karakter visual umum, karakter visual koridor, serta elemen pembentuk dan analisis karakter visual. Bab III. Metodologi penelitian Menguraikan tentang bahan, alat, langkah-langkah penelitian, analisis hasil, dan kesulitan-kesulitan serta cara pemecahannya. Bab IV. Hasil Identifikasi dan Pembahasan Menguraikan tentang hasil penelitian karakter visual Jalan Karang Lo berdasarkan elemen pembentuknya, dari identifikasi karakter visual dan pembahasan analisa karakter visual Jalan Karang Lo. Bab V. Kesimpulan dan Panduan Rancang Bangun Menguraikan tentang kesimpulan tentang karakter visual Jalan Karang Lo Kotagede dan usulan panduan rancang bangun pengembangan kawasan Jalan Karang Lo. 10