BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Nama: Silantoro Nugroho (Aan) Jenis Kelamin: Laki-laki. Umur: 26. Daftar Pertanyaan Wawancara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

LAMPIRAN CODING SHEET 2 TRANSKIP INTERVIEW

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

LAMPIRAN 1 RINCIAN ALAT UKUR 1. Persepsi remaja awal tentang pola asuh otoriter orangtua

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena

Selamat pagi / siang /sore, Saudara dan Saudari yang saya hormati,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

Cara membuat wanita terkesan dengan anda

Tradisi SosioPsikologi

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

Kecakapan Antar Personal

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Mungkin banyak yang berpikir, Ah kalo cuma kenalan doang, gue juga bisa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Perpustakaan Unika L A M P I R A N 184

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

Alifia atau Alisa (2)

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

MEREKA YANG PERNAH HILANG BY. HAMDATUN NUPUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 KAJIAN PUSTAKA. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu

It s a long story Part I

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam video konser Super Junior bertajuk Super Show World Tour 1-5 banyak

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

PSIKODIAGNOSTIKA 3: WAWANCARA

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7?

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Wibisono, 2007: 90). Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

kemudian ia semakin yakini setelah ia berada di bangku perkuliahan. Perasaan ingin dilindungi merupakan alasan mengapa James tertarik kepada sesama je

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

Resensi Buku Larry King Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja (Rahasia-rahasia Komunikasi yang Baik)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004

I. PENDAHULUAN. Patch Adam adalah film yang menceritakan tentang kisah nyata. perjalanan seorang dokter Amerika bernama Hunter Patch Adam.

BAB I PENDAHULUAN. budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar menukar gagasan mengirim atau menerima informasi, berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Berbagai keinginan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kegiatan interaksi dengan orang lain dalam suatu sistem sosial tertentu. Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri ini merupakan salahsatu yang paling mendasar dalam kebutuhan hidup manusia, di samping kebutuhan akan afeksi (kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan kontrol (kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan interaksi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama (cooperation) maupun untuk melakukan persaingan (competition) (Suranto 2011). Menurut DeVito (1997: 5), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang yang telah menjalin hubungan, orang yang dengan suatu cara terhubung. Komunikasi ini juga terjadi di antara kelompok kecil orang, dibedakan dari publik atau komunikasi massa; komunikasi sifat pribadi, dibedakan dari komunikasi yang bersifat umum; komunikasi di antara atau di antara orang-orang terhubung atau mereka yang terlibat dalam hubungan yang erat (DeVito, 1997: 334). Devito (1997) menyatakan bahwa agar komunikasi berlangsung dengan efektif, maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh para pelaku komunikasi tersebut, yaitu :

a. Keterbukaan, yaitu adanya keinginan dan kemauan untuk menyampaikan informasi yang dimiliki kepada orang lain. b. Empati, yaitu adanya pemahaman yang sama mengenai perasaan masing-masing pihak. c. Dukungan, dukungan yang tidak diucapkan dengan kata-kata bukan berarti dukungan yang bernilai negatif, tetapi jauh dari itu dapat mengandung nilai-nilai positif. d. Kepositifan, diwujudkan dengan bersikap positif dan menghargai orang lain. e. Kesamaan, berarti menerima dan menyetujui orang lain atau memberi orang lain penerimaan yang positif tanpa harus dikondisikan. Dalam komunikasi Interpersonal, perbedaan bahasa menjadi sesuatu yang cukup sulit untuk ditoleransi, hal itu menyebabkan adanya beberapa perasaan seperti, curiga, tidak paham, dan berpikiran buruk, tetapi dengan kepositifan hal itu akan dapat diatasi. Hal ini terlihat pada saat Subjek I sedang berbicara dengan seorang laki-laki dari Amerika, dari awal pembicaraan, Subjek I lebih banyak berbicara meskipun sesekali teman Amerika juga menjawab dengan beberapa kalimat singkat. Topik pembicaraan terkesan sangat serius, terlihat dari ekspresi wajah keduanya sangat serius. Dari gestur yang terlihat, Subjek I lebih rileks saat berbicara, karena Subjek I duduk dengan bersandar di kursi dan berbicara dengan tempo yang tetap, sedangkan teman Amerika duduk tanpa bersandar dan berbicara agak cepat dan banyak mengulangi beberapa kata.

Bagaimana parasaan anda ketika berbicara dengan teman Amerika? (Kevin) Kalau saya nyaman ya karena saya sudah tahu sedikit banyak bahasa Inggris meskipun tidak sempurna sekali seperti grammarnya bagus. Bagi saya, saya merasa yakin dia mengerti saja apa yang saya utarakan itu sudah cukup, mungkin ya itu, kurang lebih seperti itu. Dari jawaban di atas, dapat diketahui bahwa jawaban subjek I termasuk dalam aspek komunikasi Interpersonal menurut DeVito (1997) tentang kepositifan. Dengan kepositifan seseorang dapat membantu sebuah komunikasi interpersonal menjadi efektif, dan ini juga merupakan bentuk dukungan yang dapat memberikan keefektifan dalam komunikasi Interpersonal. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa hal ini sesuai dengan hasil observasi yang menyatakan Subjek I nyaman ketika berbicara dengan teman dari Amerika. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gudykunts (2002) yaitu Teori Pengelolaan Kecemasan/ Ketidakpastian tentang Proses Situasional, disini Subjek I berbicara dengan teman Amerika dalam situsi informal sehingga hal ini menghasilkan sebuah penurunan kecemasan dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap prilaku mereka. Subjek I sangat yakin bahwa teman Amerika mengerti apa yang dia utarakan, ini adalah suatu bentuk percaya diri dari Subjek I. Ketika Subjek I berbicara dengan seorang perempuan dari Jerman. Dalam pembicaraan terlihat keduanya begitu antusias mendengarkan satu sama lain. Subjek sangat bersemangat untuk menceritakan sesuatu dengan mendekatkan badan kepada teman Jerman sebagai tanda antusiamenya. Keduanya saling balas-membalas dalam pembicaraan, terlihat sangat menikmati. Bagaimana situasi saat Anda berbincang dengan teman Jerman? Dari Kalau jawaban dengan di teman atas, Jerman dapat dilihat nggak, bahwa kami jawaban dekat sekali subjek bisa I bercanda termasuk terus bisa ber ber apa.. terbuka bisa merasa.. aku merasa terbuka didebat dalam terbuka aspek gitu lho, komunikasi bisa mengungkapkan Interpersonal perasaan. menurut DeVito (1997) tentang

Keterbukaan. Dalam hal ini keterbukaan juga nampak dari jawaban Subjek I ini, dia memiliki keterbukaan dalam berkomunikasi, sehingga mendukung komunikasi yang efektif. Hasil observasi juga menunjukan hal yang sama bahwa Subjek I sangat antusias dengan setiap topik pembicaraan dan terlihat sangat menarik, karena ketika mereka saling terbuka maka pembicaraan akan menjadi lebih menarik. Dalam hal ini sesuai dengan teori Gudykunts (2002) tentang Koneksi dengan orang asing yaitu Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka. Ketika Subjek I berbicara dengan seorang perempuan dari Korea. Subjek lebih banyak berbicara dibandingkan Yong En, selain karena keterbatasan bahasa hal ini dikarenakan dia seorang agak pendiam. Teman Korea sangat menghormati Subjek I terlihat dari cara dia berbicara dengan Subjek I, sesekali dia membungkukkan badannya sebagai tanda rasa hormatnya. Dengan begitu secara otomatis posisi Subjek I menjadi lebih tinggi dari teman Korea dan pembicaraannya pun hal ringan seperti bahasa dan budaya. Keduanya terlihat seperti Ibu dan Anak. Apa yang Anda dapatkan setelah berbincang dengan teman Korea? Kalau dengan teman Korea sama ya, sama dengan teman Jerman, Karena kita bisa lebih dalam, jadi mendapatkan banyak pengalaman. Saling memberi atau hanya mendapatkan? Emm begini ya, saya lebih.. mungkin karena saya lebih tua dari mereka jadi.. jauh ya jaraknya jauh antara saya dengan teman Jerman dan teman Korea itu jauh. Jadi teman Jerman dan Teman Korea belum merasakan kehidupan sebagai orang yang bersuami seperti itu jadi, saya lebih banyak memberi daripada mendapatkan atau saya ee membuat mereka berpikir tentang suatu kasus gitu. Lebih karena untuk menjalin itu aja. Dari jawaban di atas, dapat dilihat bahwa jawaban subjek I termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Devito (1997) tentang Dukungan yaitu, dukungan yang tidak diucapkan dengan kata-kata bukan berarti dukungan yang bernilai negatif, tetapi jauh dari itu dapat mengandung nilai-nilai positif. Dalam hal ini Subjek satu memberi

dukungan dalam bentuk perkataan, yaitu sebuah masukan atau nasihatnasihat karena dia merasa lebih tua dari teman Korea tersebut, ini adalah salahsatu cara terbentuknya komunikasi yang efektif. Hasil observasi juga menunjukkan hal yang sama, yaitu teman Korea terlihat sangat menghormati Subjek I karena perbedaan usia yang cukup jauh, dan hal ini membuat Subjek I terlihat lebih tinggi posisinya dibanding teman Korea tersebut. Gudykunts (2002) menyatakan dalam teorinya tentang Konsep diri dan diri yaitu meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan. Hal ini terjadi pada Subjek I yaitu dia merasa sangat dihargai oleh lawan bicaranya sehingga membuat dia mampu mengelola kecemasan. Ketika Subjek I berbicara dengan seorang laki-laki dari Australia. Pembicaraan terlihat serius, hal ini dapat dilihat dari ekspresi wajah keduanya yang serius. Keduanya terkesan memposisikan dirinya sama rata, terlihat dari cara mereka berbicara yang biasa saja tanpa ada gestur yang menunjukkan posisi yang berbeda. Apa yang Anda dapatkan setelah berbincang dengan Teman Australia? Kalau sama teman Australia mungkin hanya ee ini ya karena dia juga berkhotbah mungkin saya mendengarkan firman-firman yang disampaikan. Kalau dalam pembicaraan personal? Pada pembicaraan jarang, saya jarang melakukan pembicaraan dengan teman Australia. Tapi pernah? Pernah, jadi tidak banyak, tidak banyak apa ya, topik-topik ya itu tadi hanya..hanya menyapa itu tidak banyak. Tidak ada satu hal yang didapatkan? Ow mungkin ini, mungkin ini informasi tentang ini rencana-rancananya, akan apa,mau apa, lebih banyak mendapat, ee apa memberikan informasi. Dari jawaban di atas, dapat dilihat bahwa jawaban Subjek I termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Laswell (1987) tentang kemampuan mendengarkan karena mendengarkan juga memerlukan suatu kemampuan untuk dapat memberi umpan balik pada apa yang telah

disampaikan oleh orang lain. Dengan adanya kemampuan mendengarkan akansangat membantu tercapainya komunikasi yang efektif. Hasil observasi menunjukkan hal yang sama yaitu keduanya terlihat sejajar dan tidak terlalu menikmati pembicaraan. Di dalam teori Gudykunts tentang Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing menyatakan bahwa meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kecemasan. Subjek I dalam hal ini memiliki kebutuhan akan informasi di kelompok Solafide yaitu khotbah dari teman Australia. Ketika Subjek II berbicara dengan seorang laki-laki dari Amerika. Percakapan cukup serius karena topik yang dibicarakan berkaitan tentang Alkitab. Kevin jauh lebih banyak berbicara, dan Subjek II hanya mendengarkan dan bertanya beberapa pertanyaan. Subjek sangat antusias dengan isi pembicaraan, dia selalu fokus mendengarkan. Beberapa kali Subjek II menganggukan kepala sebagai tanda bahwa dia setuju. Kevin memposisikan dirinya lebih tinggi karena dia lebih banyak tahu tentang Alkitab dan pembicaraan berupa nasihat-nasihat kepada Subjek II. Ketika Subjek II berbicara dengan Kevin terlihat dia sangat hati-hati dalam berbicara dan sedikit kaku. Bagaimana parasaan anda ketika berbicara dengan teman Amerika? Nervous, terus salah berbicara bahasa Inggris, emm apa ya.. ya takut tidak nyambung. Apa yang Anda dapatkan setelah berbincang dengan teman Amerika? eee tentang hal-hal Alkitab yang lebih mendalam terus juga motivasi, incorrectment. Incorrectment maksudnya? Ya support gitu lho seperti apa.. Incorrectment itu hal-hal yang menyemangati dalam mengikut Tuhan, hal ke-kristenan. Dari jawaban di atas, menunjukkan bahwa jawaban Subjek II termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Laswell (1987) tentang

Kemampuan mendengarkan yaitu kemampuan untuk dapat memberi umpan balik pada apa yang telah disampaikan oleh orang lain. Disini Subjek II memiliki kemampuan untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya. Hasil observasi menyatakan bahwa Subjek II lebih banyak mendengarkan atau menerima informasi dari lawan bicara, itu juga disebabkan karena Subjek II agak gugup ketika berbicara dengan teman Amerika. Di dalam teori Gudykunts (2002) menyatakan dalam teorinya tentang Kategori sosial dari orang asing yaitu sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan positif kita dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan kecemasan kita dan akan menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka. Dalam hal ini Subjek II menyadari bahwa banyak ketakutan yang dia hadapi ketika berbicara dengan teman Amerika, dalam hal bahasa maupun ketakutan jika memberikan argumen yang salah, dan ini yang menyebabkan meningkatnya kecemasan dan penurunan rasa percaya diri. Ketika Subjek II berbicara dengan seorang perempuan dari Jerman. Percakapan bersifat dangkal dan tidak terlalu dalam dari sebuah topik pembicaraan. Sebagian besar yang mereka bicarakan adalah tentang halhal yang terjadi di sekolah dan tentang rencana yang akan dilakukan berkaitan dengan sekolah. Disisi lain kedua terlihat tidak terlalu saling tertarik dalam pembicaraan, hanya terlihat biasa saja. Bagaimana Anda memulai pembicaraan dengan teman Jerman? Teman Jerman tentang bertanya tentang gimana dia bisa datang ke tempat persekutuan, terus gimana kabarnya, terus tentang hal-hal yang baru sepanjang hari itu. Dari jawaban di atas, menunjukkan bahwa jawaban Subjek II termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Devito (1997) tentang

Empati yaitu adanya pemahaman yang sama mengenai perasaan masingmasing. Subjek II memiliki kepedulian terhadap teman Jerman karena dia memilki pemahaman yang sama. Contohnya dia tahu bahwa teman Jerman butuh bantuannya sehingga dia menanyakan bagaimana teman Jerman datang ke tempat persekutuan. Hasil observasi menunjukkan bahwa Subjek II tidak terlalu memperlihatkan empatinya tetapi sebenarnya dia melakukannya. Teori Gudykunts (2002) tentang reaksi terhadap orang asing menyatakan bahwa sebuah peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan kemampuan memprediksi perilaku orang asing secara akurat. Ketika Subjek II berbicara dengan seorang perempuan dari Korea. Keduanya selalu tersenyum selama pembicaraan, sangat terlihat tertarik satu sama lain tentang apa yang akan diceritakan. Subjek II lebih banyak bertanya di bandingkan teman Korea, hal-hal yang ditanyakan lebih banyak tentang bahasa. Pembicaraan terlihat sangat menyenangkan, terlihat dari ekspresi keduanya selalu tersenyum dan mengangkat alis. Subjek sangat tertarik tentang hal-hal yang akan ditanyakan oleh teman Korea. Apa yang Anda dapatkan setelah berbincang dengan teman Korea? Dengan teman Korea.. sesuatu tentang kata-kata baru yang digunakan di Korea dan juga apa..hal-hal yang unik, dan informasi baru yang bisasaya dapatkan. Apa yang membuat anda tertarik dengan Korea atau tentang topik pembicaraan? Karena saya menyukainya, karena itu adalah... apa ya.. hobi, kegemaran saya, hal-hal tentang Korea. Dari jawaban di atas, menunjukkan bahwa jawaban Subjek II termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Laswell (1987) tentang Kemampuan mendengarkan yaitu mendengarkan juga memerlukan suatu kemampuan untuk dapat memberi umpan balik pada apa yang telah disampaikan oleh orang lain. Disini Subjek II menjadi pendengar yang

baik, karena dia sangat tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh teman Korea. Hasil observasi menunjukkan hal yang sama, yaitu dia terlihat antusias dalam setiap percakapan dengan teman Korea,ditunjukkan dari ekspresi wajah yang selalu fokus, dan terlihat senang. Hal ini dijelaskan dalam teori Gudykunts (2002) tentang Koneksi dengan orang asing yaitu sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka. Disini Subjek II memiliki ketertarikan dengan teman Korea, sehingga menghasilkan penurunan kecemasan dan peningkatan rasa percaya diri. Ketika Subjek II berbicara dengan seorang laki-laki dari Australia. Dari awal mereka bercakap-cakap hal pertama yang dibicarakan adalah tentang hal-hal yang lucu, dan pembicaraann tersebut berlanjut dengan topik yang selalu membuat mereka tertawa, dari hal ini terlihat bahwa mereka bercakap-cakap tanpa rasa malu, sangat menyenangkan. Subjek menganggap teman Australia seperti teman sebaya, meskipun teman Australia lebih tua dari usia Subjek II. Teman australia lebih banyak berbicara hal-hal lucu, dan Subjek II dengan antusias mendengarkan. Ketika berbicara, keduanya seringkali tertawa, ini berarti mereka sangat menikmati obrolan itu. Bagaimana persepsi Anda tentang teman Australia? Teman Australia orang yang hebat, orang yang lucu, orang yang bersahabat, orang yang tau akan Alkitab, terus senior, orang yang baik, dan seperti pelawak ya.. di tengah perkumpulan Solafide. Dari jawaban di atas, menunjukkan bahwa jawaban Subjek II termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Devito (1997) tentang Kepositifan yaitu diwujudkan dengan bersikap positif dan menghargai orang lain. Subjek II sangat menghargai dan memilki pendapat positif

tentang teman Australia, ini sangat membantu terbentuknya komunikasi yang efektif. Hasil observasi menunjukkan bahwa mereka memiliki kepositifan, terlihat dari ekspresi wajah yang selalu senang, karena mereka membicarakan hal-hal yang menyenangkan dan ini memberikan rasa positif di antara mereka. Dalam teori Gudykunts (2002) tentang proses situasional yaitu sebuah peningkatan di dalam situasi informal dimana kita sedang berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap perilaku mereka. Antara Subjek II dan teman Australia dalam percakapan mereka terkesan sangat informal, karena kebanyakan dari pembicaraannya adalah hal-hal ringan dan banyak candaan-candaan. Ketika Subjek III bercakap-cakap dengan seorang laki-laki dari Amerika. Ketika diawal pembicaraan mereka sudah terlihat sangat akrab, mereka seperti seorang kakak adik. Pembicaraan yang dibahas biasanya hal-hal yang serius ataupun sebuah candaan. Mereka terlihat sangat santai ketika bercakap-cakap, tanpa rasa malu dan sesekali tertawa lepas. Tetapi sesekali mereka juga berbicara tentang hal serius seperti pembahasan tentang Alkitab. Apa motivasi Anda saat bercakap-cakap dengan teman Amerika? emmm ya pertama cuma bantu dia belajar, kedua karena kami berteman ya dan mereka keluarga baru tiba disini dan ada banyak cerita yang mereka biasa tidak bisa sampaikan dengan orang lain dan mereka merasa lebih nyaman untuk bercerita dengan saya. Apa saja biasanya? Eee halhal personal ya masalah pribadi, dari keluarga, masalah-masalah. Dari jawaban di atas, menunjukkan bahwa jawaban Subjek III termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Laswell (1987) tentang Empati yaitu Adalah kemampuan untuk dapat merasakan keadaan emosi yang sama seperti yang dirasakan oleh orang lain meskipun ketika tidak benar-benar berbagi perasaan yang sama itu. Empati sangat mendukung

terjadinya komunikasi interpersonal, karena dengan ber-empati kita berusaha untuk memahami pesan yang kita terima. Empati itu ditunjukkan melalui tindakan nyata oleh Subjek III yaitu dengan membantu mereka belajar bahasa dan mau menjadi teman untuk berbagi cerita tentang kehidupan sehari-hari. Dari hasil observasi menunjukakan hal yang sama bahwa mereka terkadang membahas hal yang biasa seperti belajar bahasa, tetapi juga hal yang serius seperti kehidupan pribadi dan keluarga. Gudykunts (2002) juga menyatakan dalam teorinya tentang Reaksi terhadap orang asing yaitu peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan kemampuan mempredikasi perilaku orang asing secara akurat. Ketika subjek bercakap-cakap dengan seorang perempuan dari Jerman. Mereka berdua cukup akrab tetapi tidak terlalu akrab. Ketika mereka bercakap-cakap terlihat tidak terlalu menarik satu sama lain, dan pembicaraan hanya seputar kabar, sekolah, dan hal-hal ringan lainnya. Apa motivasi Anda saat bercakap-cakap dengan teman Jerman? Motivasi pertama biasa untuk mendengar update cerita satu sama lain, apalagi kalau teman Jerman kan sering bepergian, kalau jadi saya mendengar cerita dia dan dia mendengar cerita saya, dan karena kami juga bersahabat, tidak bersahabat karena sahabat itu dekat, mungkin lebih teman tapi satu tingkat di atas teman tapi belum sampai sahabat. Kenapa? Karena mungkin intensitas bertemu belum terlalu sering dan intensitas maksudnya tingkat keintiman cerita eee kedalaman cerita belum sampai level sahabat. Dari jawaban di atas, terlihat bahwa jawaban subjek III termasuk dalam aspek komunikasi interpersonal menurut Laswell (1987) tentang kemampuan mendengarkan dan aspek komunikasi interpersonal menurut DeVito (1997) tentang Kesamaan, berarti menerima dan menyetujui orang lain atau memberi orang lain penerimaan yang positif tanpa harus dikondisikan. Dalam hal ini mereka saling mendengarkan cerita masing-masing yang merupakan hobi mereka, yaitu travelling atau

berpergian, itu berarti mereka memiliki kesamaan satu sama lain yang berarti sudah ada penerimaan yang positif tanpa harus dikondisikan. Hasil observasi yang menunjukkan bahwa mereka hanya bercakapcakap seputar hal-hal yang ringan, seperti kabar, kegiatan sekolah, travelling karena mereka memiliki kesamaan hobi. Di dalam teori Gudykunts (2002) menyatakan dalam teorinya tentang Kategori sosial dari orang asing yaitu sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat. Ketika subjek III bercakap-cakap dengan seorang perempuan dari Korea. Mereka berdua tampak saling mendengarkan dengan antusias, tetapi terkadang kedua terlihat agak kesulitan dalam hal bahasa, itu membuat mereka sesekali harus menggunakan bahasa tubuh untuk membantu mereka agar dapat saling mengerti. Mereka lebih banyak berbicara tentang bahasa dan kebudayaan. Bagaimana persepsi Anda tentang teman Korea? Teman Korea dia baik hati cuman dia suka malu karena mungkin dia terlalu kuatir dengan kendala bahasa dia, tapi seharusnya mungkin kalau dia mau mencoba lagi dan itu yang sedang saya coba untuk eee incorrect untuk... ee mendorong dia untuk lebih berani lagi, tidak usah takut salah tapi dia orangnya baik dan pemalu. Dari jawaban di atas, terlihat bahwa jawaban Subjek III termasuk dalam aspek komunikasi Interpersonal menurut DeVito (1997) tentang Dukungan yaitu, dukungan yang tidak diucapkan dengan kata-kata bukan berarti dukungan yang bernilai negatif, tetapi jauh dari itu dapat mengandung nilai-nilai positif. Disini Subjek III sangat mendukung teman Korea untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras lagi, ini adalah sebuah bentuk dukungan.

Hasil observasi menunjukkan bahwa mereka terlihat sedikit kesulitan karena kendala bahasa, namun Subjek III cukup memberikan toleransi dalam bentuk dukungan dan dorongan kepada teman Korea untuk lebih berani lagi. Gudykunts (2002) juga menyatakan dalam teorinya tentang Reaksi terhadap orang asing yaitu Sebuah peningkatan untuk mentoleransi ketika kita berinteraksi dengan orang asing menghasilkan sebuah peningkatan mengelola kecemasan kita dan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan meprediksi perilaku orang asing secara akurat. Ketika Subjek III bercakap-cakap dengan seorang teman Australia. Dalam percakapan mereka terlihat sangat akrab satu sama lain, dan banyak sekali yang bisa mereka perbincangkan. Mereka terlihat bisa membicarakan hal yang serius maupun bercanda. Terlihat dari raut wajah yang terkadang tertawa, tapi sesekali juga terlihat serius. Apa motivasi Anda saat bercakap-cakap dengan teman Australia? Nah... Dia sekarang dosen saya, biasa saya mencari apa.. karena beliau bijak jadi biasanya saya bercakap dengan beliau untuk mencari nasihat dan juga belajar budaya asing, karena ya... beliau cukup pintar kalau untuk beberapa hal biasanya saya akan bertanya tentang hal-hal itu. Dari jawaban di atas, terlihat bahwa jawaban Subjek III termasuk dalam aspek komunikasi Interpersonal menurut Laswell (1987) tentang Percaya yaitu untuk memudahkan kepercayaan dalam berkomunikasi, pendengar harus merespon pesan yang disampaikan oleh komunikator dengan tulus hati, bukan mementingkan diri sendiri tetapi berusaha menciptakan kepentingan bersama antara dua belah pihak. Disini Subjek III mempercayai kemampuan teman Australia untuk memberikan ilmu yang dia miliki dan hal menciptakan respon yang baik satu sama lain sehingga komunikasi menjadi efektif. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa keduanya cukup akrab dan hal-hal yang diperbincangkan bervariasi. Hubungan mereka bisa sebagai murid dan guru tetapi bisa juga sebagai teman atau anak dan

orangtua. Di dalam teori Gudykunts (2002) tentang Koneksi dengan orang asing mengatakan bahwa sebuah peningkatan dalam jaringan kerja yang kita berbagi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan menghasilkan peningkatan rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain. Antara Subjek III dan teman Australia mamiliki jaringan kerja yang sama yaitu sebagai murid dan guru, sehingga hal ini membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri.