BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan

berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan

SKRIPSI PROFIL KATARAK SENILE PRE-OPERATIF DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE BULAN NOVEMBER 2014 SAMPAI DENGAN APRIL 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. penderita kebutaan dari 285 juta penderita gangguan penglihatan di dunia. Sepertiga

BAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

BAB I PENDAHULUAN. vision di dunia. Data dari VISION 2020, suatu program kerjasama antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

Diabetes dan Penyakit Mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sistemik seperti steroid dan fenotiazin serta dapat disebabkan karena radiasi (Olver and Cassidy,2011). Pengobatan penyakit katarak pada saat ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikumpulkan melalui indera penglihatan dan pendengaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Wahyudi dan Rinayati, 2013). astigmatisme. Kedua, adanya kelaianan organik yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa. uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderitadiabetes mellitus (DM) baru di seluruh dunia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

SITUASI GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ENGKI SOFYAN NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terminologi kebutaan didefenisikan berbeda beda di setiap negara seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. Kornea merupakan lapisan depan bola mata, transparan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

WHO : Prevalensi Kebutaan : 1. < 0.5 % Clinical Problem % % PH Problem 3. > 1 %

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan Melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang anak-anak dapat lahir dengan kondisi katarak kongenital, atau katarak dapat berkembang setelah trauma, peradangan atau karena suatu penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi. Katarak merupakan keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasa mengenai kedua mata dan berjalan progresif 1-2. Pada Framingham Eye Study, kelompok usia 52-64 tahun telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74 tahun telah terjadi katarak senile sebesar 73%, dan pada kelompok usia 75-85 tahun telah terjadi katarak senile sebesar 91%. Angka 1

kejadian katarak senile mencapai lebih dari 90% dari semua tipe katarak 3-4. Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi kebutaan penduduk usia 6 tahun ke atas secara nasional sebesar 0,4 % dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Sebesar 0,78% katarak dapat menyebabkan kebutaan, kemudian glaukoma sebesar 0,2%, kelainan refraksi sebesar 0,14%, dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut sebesar 0,38% dapat menyebabkan kebutaan. Pada penelitian Shah SP et al (2011) tentang ukuran visus penderita katarak yang akan dioperasi pada negara-negara berkembang didapatkan sekitar 72% pasien menjalani operasi dalam keadaan buta akibat katarak atau memiliki gangguan penglihatan parah. Proporsi ini bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan suatu negara (15% pada penelitian di negara berkembang yang sangat tinggi, 62% pada penelitian di negara berkembang menengah sampai tinggi, 80% pada penelitian di negara berkembang menengah ke bawah, dan 90% pada penelitian di negara berkembang rendah; P <0,001) 6-8. Sebagai salah satu penyakit degeneratif, buta katarak pada umumnya terjadi di usia lanjut. Enam belas persen dari buta akibat katarak di Indonesia terjadi pada usia produktif (45-54 tahun). Besar tingkat atau derajat jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini 2

berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4% dari total penduduk). Jumlah tersebut cenderung akan bertambah besar karena berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik tahun 1993, jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia pada tahun 2025 akan mengalami peningkatan sebesar 414% dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990. Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penderita di daerah subtropik. Sekitar 16% sampai dengan 22% penderita katarak senile yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar orang buta di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah. Menurut Leske et al (2002) indeks status sosial ekonomi ditentukan oleh tingkat pendidikan dan pekerjaan pokok. Orang dengan indeks sosial ekonomi rendah cenderung lebih mudah terkena katarak dikarenaka tingkat pendidikan yang rendah ditambah dengan pekerjaan yang lebih banyak mencetuskan terjadinya katarak seperti di pekerjaan yang berada di bawah terik matahari (UVB) 5-6. Opasifikasi (kekeruhan) lensa mata atau yang disebut katarak merupakan penyebab tersering kebutaan yang dapat disembuhkan atau diperbaiki. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai 3

akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lain seperti asap rokok, radiasi UV, dan peningkatan kadar gula darah. Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan faktor resiko terjadi katarak. Keadaan miopia, bilik mata depan yang dalam, dan ruangan vitrous yang panjang dapat meningkatkan resiko terjadi katarak subkapsular posterior, sebagian kecil berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit sistemik spesifik lainnya. Beberapa di antaranya bersifat kongenital dan dapat diturunkan. Kondisi okular yang berkaitan dengan katarak adalah trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan topikal (terutama tetes mata steroid), dan tumor intraocular, sedangkan penyebab sistemik katarak adalah diabetes mellitus, obat-obat sistemik (terutama steroid), infeksi (rubella kongenital), distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom sistemik (down syndrome), kongenital, dan radiasi sinar-x 9-10. Ekstraksi katarak merupakan indikasi esensial karena beberapa alasan yaitu untuk memperbaiki ketajaman visus, indikasi medis seperti katarak yang menginduksi glaukoma sudut tertutup atau masalah retina seperti diabetic retinopathy atau retinal detachment, dan juga indikasi kosmetik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Crabtree et al (1999) di Inggris didapatkan bahwa rata-rata ketajaman visus ketika dilakukan pembedahan pada visus 6/18. Variabilitas 4

dalam pengukuran panjang aksial (axial length) cenderung menjadi sumber utama perbedaan dalam prediksi kekuatan Intra Ocular Lens (IOL) pada saat pembedahan katarak. Peningkatan panjang aksial mata berhubungan dengan rata-rata usia operasi katarak yang lebih rendah atau di usia yang lebih muda dikarenakan kebutuhan untuk memperbaikan tajam penglihatan menjadi semakin diperlukan untuk melakukan kegiatan sehari-hari 10-12, 37. Katarak senile memiliki hubungan yang bermakna juga dengan jenis kelamin perempuan dan status sosial ekonomi. Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-laki inilah yang menjadi indikasi sebagai faktor resiko katarak sehingga penderita katarak lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lusianawaty Tana pada tahun 2009, faktor jenis kelamin sangat mempengaruhi kejadian katarak dengan OR sebesar 1,27 dengan 95% CI (1,24<OR<1,29) yang artinya jenis kelamin secara statistik bermakna terhadap terjadi katarak 22. Indonesia adalah negara yang telah mencanangkan diri untuk memusatkan perhatian pada masalah kebutaan melalui komitmennya terhadap VISION 2020, yaitu the Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness. Prevalensi kebutaan di Indonesia merupakan 5

yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5%, dengan 52% dari jumlah tersebut (0,78%) disebabkan oleh katarak 13. VISION 2020 The Right to Sight merupakan program yang diinisiasi oleh World Health Organization (WHO) dan International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) untuk mewujudkan fungsi penglihatan yang optimal di dunia. Indonesia sebagai negara dengan angka kebutaan ketiga terbanyak di dunia turut berkomitmen dalam upaya pemberantasan kebutaan. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) sebagai organisasi profesi dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata, berperan aktif dalam upaya mencapai VISION 2020 melalui kegiatan Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK). SPBK merupakan perpanjangan tangan Perdami untuk menanggulangi katarak yang menjadi penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia. Perdami menyelenggarakan operasi katarak bagi masyarakat tidak mampu (bakti sosial) yang sebagian besar dikoordinasi oleh SPBK 13. Berdasarkan pada data-data di depan diketahui bahwa katarak menjadi penyebab utama kebutaan di atas glaukoma sehingga angka morbiditas katarak cukup tinggi. Kasus katarak semua umur di RS PHC Surabaya tahun 2015 juga menduduki peringkat pertama dari daftar 10 besar penyakit rawat jalan poli mata yaitu sebesar 1171 kasus 6

dari total kasus yang ada. Data tentang karakteristik pasien preoperatif katarak senile di Rumah Sakit, khususnya Surabaya, yang berhubungan dengan tajam penglihatan dan axial length, dapat dikatakan masih belum lengkap termasuk di Rumah Sakit PHC Surabaya. Data tentang ketajam penglihatan dapat digunakan sebagai titik acuan rata-rata ukuran visus yang dapat menjadi salah satu indikasi operasi katarak. Selain itu, axial length perlu diketahui untuk menentukan Intra Ocular Lens (IOL) jika dilakukan penanaman lensa sebagai terapi dari ekstraksi katarak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik katarak senile pre-operatif di Rumah Sakit PHC Surabaya yang berorientasi pada temuan kasus katarak senile berdasarkan umur, jenis kelamin, stadium katarak senile, tajam penglihatan, axial length, dan riwayat penyakit sistemik. 1.2 Rumusan Masalah Apakah karakteristik katarak senile pre-operatif berdasarkan usia, jenis kelamin, stadium katarak senile, tajam penglihatan, axial length, dan riwayat penyakit sistemik di Rumah Sakit PHC Surabaya? 7

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien pre-operatif katarak senile di Rumah Sakit PHC Surabaya. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi : 1. Usia pada katarak senile pre-operatif di Rumah Sakit PHC Surabaya. 2. Jenis kelamin pada katarak senile pre-operatif di Rumah Sakit PHC Surabaya. 3. Stadium katarak senile pre-operatif di Rumah Sakit PHC Surabaya. 4. Ukuran axial length pada katarak senile pre-operatif di Rumah Sakit PHC Surabaya. 5. Tingkat ketajaman penglihatan pada katarak senile preoperatif di Rumah Sakit PHC Surabaya. 6. Riwayat penyakit dahulu pada katarak senile preoperatif di Rumah Sakit PHC Surabaya. 8

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan menambah wawasan tentang profil katarak senile pre-operatif. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Rumah Sakit PHC Surabaya, sebagai bahan masukan untuk menambah kelengkapan data statistik tentang kelompok usia, jenis kelamin, stadium katarak senile, tajam penglihatan, ukuran axial length dan riwayat penyakit sistemik pada kasus katarak senile preoperatif. 2. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan kontribusi bagi penelitian selanjutnya tentang katarak senile pre-operatif. 3. Bagi masyarakat, dapat menjadi motivasi untuk melakukan pemeriksaan mata rutin setelah menginjak usia dekade ke-4 setiap satu tahun sekali agar dapat diidentifikasi lebih dini timbulnya katarak pada lensa mata. 9

4. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah informasi dan pengetahuan penulis tentang katarak senile pre-operatif. 1.5 Resiko Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari data rekam medis pasien sehingga memiliki resiko penelitian yang lebih kecil. 10