4 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Papua, atau lebih tepatnya di area Teluk Bintuni. Lokasi Teluk Bintuni dapat dilihat pada Gambar 2.1. Teluk Bintuni Gambar 2.1 Peta lokasi Teluk Bintuni, Papua Secara geografis, Papua dibagi menjadi 3 komponen besar, yaitu bagian Kepala Burung(KB), leher burung dan badan burung Papua. Cekungan Bintuni berada di Teluk Bintuni-Papua Barat, tepatnya terletak di bagian kepala-leher burung.
5 2.2 Geomorfologi daerah penelitian Geomorfologi Papua Barat mengalami deformasi pada umur Tersier Akhir, pada masa ini terjadi proses transgresi yang besar yang berarah barat daya dan berakhir pada New Guinea Mobile Belt, sehingga berbentuk kepala dan leher burung. Tatanan geologi daerah KB dibentuk oleh adanya kompresi pada umur Paleogen tepatnya Oligose-Resen. Kompresi ini disebabkan karena adanya oblique convergent antara Lempeng IndoAustralia yang bergerak ke arah barat laut dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah tenggara (Andi, 2010). Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum, di bagian timurnya dibatasi oleh jalur lipatan Anjakan Lengguru. Cekungan ini dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan Berau oleh Perbukitan Sekak. Struktur elemen penting yang berada di daerah KB Gambar 2.2, Antara lain : 1. Sesar Sorong, terletak di sebelah Utara Sesar Sorong adalah salah satu sesar mayor yang terletak di sebelah utara KB, dengan arah sesar berarah timur-barat. Jenis Sesar Sorong ini yaitu sesar mendatar kiri (left-lateral strike-slip fault). 2. Sesar Tarera Aiduna, terletak di sebelah selatan Sesar Tarera Aiduna merupakan sesar mayor yang berada di daerah KB dimana sesar ini terletak di sebelah selatan dengan arah sesar barat-timur. 3. Lengguna Fold-Belt (LFB), Berada di sebelah Timur LFB merupakan serangkaian antiklin yang mempunyai arah umum Barat Laut-Tenggara, yang kemudian terangkat ketika terjadi proses oblique convergent Antara Lempeng Pasifik-Indo Australia. Di sebelah selatan,
6 LFB ini dipotong oleh sesar Tarera Aiduna. Pada saat LFB ini terbentuk, mengakibatkan adanya penurunan (subsidence), sehingga mengalami sedimentasi pada cekungan LFB sebagian besar tersusun atas kelompok New Guinea Limestone (NGL) yang mengisi Cekungan Bintuni. 4. Seram Through, berada di sebelah barat Palung Seram berada di sebelah barat daya KB. Sesar ini terbentuk akibat adanya konvergen Lempeng Australia. Cekungan Bintuni Gambar 2.2 Peta geologi regional Kepala Burung (KB) (Syawal, 2010)
7 Cekungan Bintuni merupakan cekungan dengan luas ± 30.000 km 2 yang cenderung berarah utara-selatan dengan umur Tersier Akhir yang berkembang pesat selama proses pengangkatan LFB ke timur dan blok Kemum dari sebelah utara. Cekungan ini di sebelah timur berbatasan dengan Sesar Arguni, di depannya terdapat LFB yang terdiri dari batuan klastik berumur Mesozoik dan batu gamping berumur tersier yang mengalami perlipatan dan tersesarkan. Di sebelah barat cekungan ini ditandai dengan adanya tinggian struktural, yaitu Pegunungan Sekak yang meluas sampai ke Utara, di sebelah Utara terdapat dataran tinggi Ayamaru yang memisahkan Cekungan Bintuni dengan Cekungan Salawati yang memproduksi minyak bumi. Di sebelah selatan, Cekungan Bintuni dibatasi oleh Sesar Tarera-Aiduna, sesar ini paralel dengan Sesar Sorong yang terletak di sebelah utara KB. Kedua sesar ini merupakan sesar utama di daerah Papua Barat (Anonim, 2014). 2.3 Petroleum System Cekungan Bintuni Terdapat lima bagian dari petroleum system yang dipengaruhi dengan kondisi geologi regional maupun lokal yang ada pada daerah penelitian, yaitu : 1. Batuan induk Batuan induk adalah batuan yang mengandung bahan-bahan organik sisasisa hewan dan tumbuhan yang mengalami pematangan, sehingga terbentuk minyak dan gas bumi.
8 2. Batuan reservoar Batuan reservoar merupakan batuan yang bersifat porous (berpori-pori) dan permeable (meloloskan fluida), sehingga minyak dan gas bumi yang dihasilkan oleh batuan induk akan disimpan atau diakumulasikan di sini. Gambar 2.3 Petroleum System Cekungan Bintuni (Anonim, 2010) 3. Migrasi Migrasi hidrokarbon merupakan proses perpindahan hidrokarbon dari batuan induk menuju ke batuan reservoar untuk dikonsentrasikan di dalamnya. Arah migrasinya, yaitu dari cekungan menuju ke perangkap. Dalam hal ini, perangkapnya berupa perangkap struktur antiklin. 4. Perangkap Perangkap merupakan bentukan-bentukan yang memungkinkan hidrokarbon terperangkap di dalamnya.
9 5. Batuan penutup Batuan Penutup adalah batuan yang menghalangi hidrokarbon untuk keluar. Dalam hal ini, batuan sedimen yang kedap air, sehingga hidrokarbon yang ada dalam reservoar tidak dapat keluar lagi.