Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Sabtu, 26 April 2014

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Selasa, 22 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha KELOMPOK 4

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Sistem tiga komponen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Menentukan Kadar Ion Br- dan KSCN dengan Metode Argentometri-Volhard (METODE VOLHARD) Menentukan molaritas KSCN dengan metode titrasi balik

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

ENERGI KESETIMBANGAN FASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II Teknik Isolasi Kafein dari Biji Kopi

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

PENENTUAN KADAR ION KLORIDA DENGAN METODE. ARGENTOMETRI (metode mohr)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

Pembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Percobaan dengan judul reaksi orde satu yang bertujuan untuk menguji apakah H 2 O 2

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Basic laboratory skills terampil menggunakan alat dasar

Metodologi Penelitian

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI SEMESTER GANJIL TITRASI ASIDIMETRI-ALKALIMETRI. Tanggal Praktikum : 17 November 2017.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

Transkripsi:

Penentuan Koefisien Distribusi Tujuan: Menentukan koefisien distribusi I 2 dalam sistem air-kloroform Widya Kusumanngrum (1112016200005) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRAK Koefisien distribuasi atau Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat dalam dua fase. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kasetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur.faktor yang mempengaruhi koefisien disribusi adalah pelarut pertama dan pelarut yang kedua. Koefisien distribusi iod antara air dan karbontetraklorida pada temperatur laboratorium biasa, adalah 1/85, yaitu, pada keadaan seimbang, konsentrasi ion dalam lapisan air adalah 1/85 dari konsentrasi iod dalam lapisan karbontetraklorida. Pada percobaan ini didapatkan koefisien distribusi yaitu 0,1196. Kata kunci: Koefisien distribusi, iodine, air-kloroform. Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 1

I. PENDAHULUAN Pernahkah anda melihat minyak dan air saling melarutkan? Tentu tidak bukan?. Penentuan koefisien distribusi disebabkan oleh dua pelarut yang dicampurkan tetapi tidak saling melarutkan. Dalam melakukan penentuan koefisien distribusi dikenal dengan hukum Distribusi Nernst. Untuk dua pelarut yang tidak saling melarutkan, seperti air dan karbontetraklorida, ketika dicampurkan akan terbentuk dua fasa yang terpisah. Jika ke dalamnya ditambahkan zat terlarut yang dapat larut di kedua fasa tersebut, seperti iodium yang dapat larut dalam air dan CCl 4, maka zat terlarut akan terdistribusi di kedua pelarut (yang berbeda fasa) tersebut, sampai tercapai keadaan kesetimbangan. Pada saat tersebut, potensial kimia zat terlarut di fasa 1 sama dengan potensial kimianya di fasa 2 (Sri Mulyani dan Hendrawan, 23). Bila suatu zat-terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak-dapat bercampur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi ketika pada tahun 1891 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak-dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu: (R.A DAY, JR.& A.L. UNDERWOOD, 1998: 457-458). Untuk memahami prinsip-prinsip ekstraksi, harus terlebih dulu di bahas berbagai istilah yang digunakan untuk menyatakan keefektifan pemisahan. Untuk suatu zat-terlarut A yang didistribusikan antara dua fase tak-tetcampurkan a dan b, hukum distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa, asal kedaan molekulnya sama dalam kedua cairandan temperatur adalah konstan: Dimana Kd adalah sebuah tetapan yang dikenal sebagai koefisien distribusi (atau koefisien partisi) (J. Basset, dkk, 1994: 165). Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 2

Koefisien distribusi iod antara air dan karbontetraklorida pada temperatur laboratorium biasa, adalah 1/85, yaitu, pada keadaan seimbang, konsentrasi ion dalam lapisan air adalah 1/85 dari konsentrasi iod dalam lapisan karbontetraklorida (J. Basset, dkk, 1994: 166). II. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN Labu erlenmeyer Pipet tetes Gelas ukur Buret 50 ml Corong Statif dan klem Batang pengaduk Corong pisah Larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 M Larutan jenuh I 2 dalam CHCl 3 Indikator amilum Akuades JUMLAH 4 buah 2 buah 100 ml 25 ml 200 ml Prosedur Kerja: 1. Mengukur 25 ml larutan jenuh I 2 dalam CHCl 3 dan memasukkannya dalam corong pisah. 2. Menambahkan 200 ml akuades dalam corong pisah. 3. Mengocok campuran tersebut selama 60 menit. 4. Mendiamkan larutan tersebut hingga terbentuk dua lapisan. 5. Memisahkan kedua lapisan tersebut melalui corong pisah. 6. Memipet 5 ml larutan tiap lapisan. Lapisan atas 2 kali dan lapisan bawah 2 kali. 7. Menitrasi larutan tersebut dengan Larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 M hingga analit bening dengan menggunakan indikator amilum. Mencatat volume titran. Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 3

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Volume titran lapisan atas 1. 0,5 ml 2. 0,8 ml Volume awal sampel 5 ml Volume I 2 25 ml Volume lapisan bawah 1. 6,5 ml 2. 4,9 ml Volume awal sampel5 ml Volume akuades 200 ml Perhitungaan koefisien distribusi I 2 A. Menentukan konsentrasi I 2 pada air (lapisan atas) dan konsentrasi I 2 pada CHCl 3 (lapisan bawah) pada titrasi pertama. dalam air ( ) dalam CHCl 3 ( ) Mencari Koefisien Distribusi I 2 Menggunakan Persamaan Berikut: KD 1 0,076 Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 4

A. Menentukan konsentrasi I 2 pada air (lapisan atas) dan konsentrasi I 2 pada CHCl 3 (lapisan bawah) pada titrasi kedua. dalam air ( ) dalam CHCl 3 ( ) Mencari Koefisien Distribusi I 2 Menggunakan Persamaan Berikut: KD 2 Rata-Rata KD KD 0,1196 Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 5

Penentuan koefisien distribusi iodin antara air daan CHCl 3 dilakukan menggunakan corong pisah. Iodin dalam CHCl 3 yang dicampur air di dalam corong pisah, dikocok selama 60 menit agar iodin pada kedua pelarut tersebut terbentuk dua lapisan. Setelah dikocok, cairan dikeluarkan melalui corong pisah. Ada dua lapisan di dalam corong pisah, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisan yang berada di atas adalah air, karena massa jenis air lebih kecil dari pada massa jenis CHCl 3, sehingga CHCl 3 berada di lapisan bawah. Lapisan bawah dikeluarkan terlebih dahulu, dan diambil sebanyak 5 ml untuk dilakukan titrasi duplo. Lapisan atas dikeluarkan dan diambil 5 ml juga untuk dilakukan titrasi duplo. Setelah melakukan titrasi duplo, kemudian mencari molaritas I 2 dari masingmasing lapisan. Setelah mencari molaritas kemudian masukkan kedalam persamaan: Didapatlah kd 1 dan kd 2, kemudian mencari rata-ratanya sebagai berikut : Rata-Rata KD KD 0,1196 Berdasarkan teori, koefisien distribusi iod antara air dan karbontetraklorida pada temperatur laboratorium biasa, adalah 1/85, yaitu, pada keadaan seimbang, konsentrasi ion dalam lapisan air adalah 1/85 dari konsentrasi iod dalam lapisan karbontetraklorida (J. Basset, dkk, 1994: 166). 0,1196. 1/85 sama dengan 0,01176 sedangkan pada percobaan didapatkan koefisien sebesar Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 6

IV. KESIMPULAN Berdasarkan data hasil percobaan dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien distribusi yang didapat sebesar 0,1196. Pada teori sebesar 1/85, perbedaan hasil yang didapatkan ini disebabkan pada saat titrasi praktikan tidak teliti menghitung volume yang digunakan sampai sampel menjadi jernih. Oleh karena itu saat menghitung molaritas I 2 pada masing-masing lapisan pasti terjadi kesalahan. Sehingga koefisien yang dihasilkan tidak sama dengan teori. V. DAFTAR PUSTAKA Basset, J. Dkk. 1994. KIMIA ANALISIS KUANTITATIF ANORGANIK. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Mulyani, Sri dan Hendrawan.. KIMIA FISIKA II. Penerbit: UPI-Press. Underwood, A.L. dkk. 1998.ANALISIS KIMIA KUANTITATIF Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 7

Soal pasca praktikum 1. Apa yang dimaksud dengan koefisien distriusi? 2. Berdasarkan hasil pengamatan, apakah iodine lebih mudah larut dalam kloroform atau air? Jelaskan. 3. Jelaskan manfaat dari koefisien distribusi. Jawaban 1. Koefisien distribuasi atau Koefisien partisi adalah distribusi kesetimbangan dari analit antara fasa sampel dan fasa gas, dan kesetimbangan dari perbandingan kadar zat dalam dua fase. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kasetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur.faktor yang mempengaruhi koefisien disribusi adalah pelarut pertama dan pelarut yang kedua. 2. Iodine lebih mudah larut pada kloroform, karena iodine bersifat non-polar dan kloroform juga bersifat non-polar sehingga lebih mudah larut. Tidak larut pada air karena air adalah pelarut polar sedangkan iodin non-polar, sehingga tidak mudah larut bahkan tidak sampai larut. 3. Manfaat dari koefisien distribusi adalah dapat mengetahui sebaran zat-zat di antara dua pelarut, dan dapat mengetahui konsentrasi zat terlarut pada masing-masing zat pelarut. Widya Kusumaningrum (1112016200005) Page 8