FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) SURAT EDARAN EKSTERN NO. 9/20/DPNP TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN

dokumen-dokumen yang mirip
No. 9/20/DPNP Jakarta, 24 September 2007 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/17/PBI/2006 TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 15/2/DPNP Jakarta, 4 Februari 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

REVISI LAPORAN SELF ASESSMENT PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BANK NTB PERIODE DESEMBER TAHUN 2012

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTE CHARTER)

LAPORAN PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) Hasil Penilaian Sendiri ( Self Assessment) Pelaksanaan GCG

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PT.BANK RIAU KEPRI

GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 19 /PBI/2008 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

CONTOH PERHITUNGAN GWM SEKUNDER DALAM RUPIAH

PERINGKAT Bobot Skor ANALISIS SELF ASSESMENT 2.000% 0.027

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

2017, No Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (L

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/15/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENGAWASAN KHUSUS DAN PEMBEKUAN KEGIATAN USAHA

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA

Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega

PIAGAM KOMITE AUDIT PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL Tbk

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2007

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

% % % % 0.002

Bank Kustodian dan Perusahaan Efek wajib menyampaikan daftar pemegang rekening Efek berserta jumlah saham

PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT TRIKOMSEL OKE TBK.

No.6/ 26 /DPNP Jakarta, 30 Juni Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DESEMBER 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1992 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.03/2016

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

PEDOMAN KOMITE NOMINASI & REMUNERASI PT TOTAL BANGUN PERSADA TBK

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

LAPORAN PELAKSANAAN GCG 2008

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance) bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/10 /PBI/2003 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM KEGIATAN PENYERTAAN MODAL GUBERNUR BANK INDONESIA,

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT. BANK ANTARDAERAH BANK DEVISA. Laporan Pelaksanaan G C G (Good Corporate Governance)

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

No. 12/36/DPNP Jakarta, 23 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 4/1/DPBPR Jakarta, 24 Januari 2002 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Transkripsi:

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) SURAT EDARAN EKSTERN NO. 9/20/DPNP TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN 1. Apa latar belakang penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) ini? Dengan telah dikeluarkannya PBI No. 8/17/PBI/2007 tentang Insentif Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 9/12/PBI/2007, dianggap perlu diatur ketentuan pelaksanaannya dalam SE tentang Insentif Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan. 2. Apa saja pokok-pokok penjelasan dalam SE BI ini? a. Memperjelas pengertian dari masing-masing insentif yang diberikan. b. Memperjelas tata cara penyampaian rencana pemanfaatan insentif dan permohonan pemanfaatan masing-masing insentif dalam rangka konsolidasi perbankan c. Memperjelas persyaratan pemanfaatan masing-masing insentif dalam rangka konsolidasi perbankan 3. Apakah bank yang telah mengakuisisi bank lain untuk nantinya di merger, juga dapat memperoleh insentif-insentif tersebut? Insentif dalam rangka konsolidasi perbankan ini diberikan kepada bank hasil M/K, sehingga apabila Bank telah mengakuisisi bank lain namun belum merger, Bank tersebut belum dapat memperoleh insentif dalam rangka konsolidasi perbankan. Bank yang telah mengakuisisi tersebut dan memiliki rencana untuk merger sudah dapat mengajukan rencana pemanfaatan insentif namun insentif akan diberikan setelah izin M/K berlaku. 4. Bagaimana menghitung pengurangan sebesar 1% sebagai insentif kelonggaran atas kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah? Bank hasil M/K diberikan kelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Rupiah sebesar 1% selama 1 tahun sejak berlakunya M/K. Pengurangan sebesar 1% tersebut diambil dari total prosentase kewajiban pemenuhan GWM setelah memperhitungkan tambahan GWM yang wajib dipelihara Bank sesuai besarnya Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Contoh perhitungan

pengurangan kewajiban GWM tersebut sebagaimana terdapat pada Lampiran 1 dari SE ini. 5. Apakah Bank hasil M/K tetap memperoleh jasa giro dari kewajiban memelihara tambahan GWM dalam Rupiah? Bank Indonesia tetap memberikan jasa giro terhadap bagian saldo rekening giro Rupiah Bank yang diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban memelihara tambahan GWM dalam Rupiah setelah adanya pengurangan kewajiban pemenuhan GWM sebesar 1%. Contoh perhitungan pengurangan kewajiban GWM tersebut sebagaimana terdapat pada Lampiran 1 dari SE ini. 6. Berdasarkan apa perhitungan pemenuhan kewajiban GWM Bank hasil M/K dilakukan? Perhitungan pemenuhan kewajiban GWM dan kelonggaran sementara sebesar 1% berdasarkan laporan gabungan Bank hasil Merger atau Konsolidasi. 7. Bagaimana perhitungan pemenuhan kewajiban GWM apabila bank hasil Merger atau Konsolidasi (M/K) belum dapat menyusun laporan gabungan? Dalam hal Bank hasil M/K belum dapat menyusun dan menyampaikan laporan gabungan kepada Bank Indonesia setelah tanggal berlakunya izin M/K, maka perhitungan pemenuhan kewajiban GWM dan kelonggaran sementara sebesar 1% (satu perseratus) berdasarkan laporan dari masing-masing Bank peserta M/K. Perhitungan DPK Bank hasil M/K diperoleh dari penjumlahan rata-rata harian DPK masing-masing Bank peserta M/K, sementara perhitungan LDR diperoleh dari ratarata LDR masing-masing Bank peserta M/K. 8. Bagaimana perhitungan DPK pada masa awal setelah tanggal berlakunya izin M/K dalam perhitungan insentif GWM bagi Bank hasil M/K? Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai GWM, DPK yang diperhitungkan adalah rata-rata harian DPK pada 2 (dua) masa laporan sebelum tanggal berlakunya izin M/K dari masing-masing Bank peserta M/K. 9. Apakah seluruh bank yang melakukan M/K dapat memperoleh insentif Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pelampauan BMPK?

Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pelampauan BMPK sebagaimana dimaksud dalam diberikan kepada bank-bank yang melakukan Merger atau Konsolidasi setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/17/PBI/2006. 10. Kepada siapa penggantian biaya due dilligence diberikan, kepada masingmasing bank peserta M/K atau kepada bank hasil M/K? Penggantian biaya due dilligence diberikan kepada bank hasil M/K dengan menghitung kumulatif biaya due diligence yang telah dikeluarkan oleh masingmasing bank peserta M/K yang antara lain meliputi biaya due dilligence finansial, hukum, operasional, sumber daya manusia dan teknologi informasi. 11. Seberapa besar penggantian sebagian biaya due dilligence yang dapat diterima oleh bank hasil M/K? Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia mengenai insentif dalam rangka konsolidasi perbankan, Bank hasil Merger atau Konsolidasi akan diberikan penggantian sebagian biaya konsultan pelaksanaan due diligence sebesar 50% (lima puluh perseratus), dan maksimum Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). 12. Apakah ada batasan waktu pelaksanaan due diliigence yang dapat memperoleh penggantian? Biaya konsultan pelaksanaan due diligence yang akan diganti adalah biaya yang telah dikeluarkan oleh masing masing Bank peserta M/K untuk pelaksanaan due dilligence sejak dikeluarkannya PBI Nomor 8/17/PBI/2006 sampai dengan tanggal berlakunya izin M/K. 13. Bila Bank A awalnya telah melakukan due dilligence untuk rencana mergernya dengan Bank B, namun ternyata dengan pertimbangan bisnis tertentu Bank A tidak jadi merger dengan Bank B melainkan dengan Bank C, dan untuk merger dengan Bank C tersebut Bank A melakukan due dilligence kembali. Dalam kasus seperti itu apakah biaya due dilligence yang telah dikeluarkan bank A untuk merger dengan Bank B mendapat penggantian? Biaya pelaksanaan due dilligence yang dihitung dalam kumulatif biaya due dilligence yang akan mendapatkan penggantian hanya biaya due dilligence yang telah

dikeluarkan Bank A untuk merger dengan Bank C ditambah dengan biaya due dilligence yang dikeluarkan Bank C untuk merger dengan Bank A. 14. Apakah yang dimaksud dengan penundaan pemenuhan komposisi anggota Dewan Komisaris Independen terkait dengan insentif kelonggaran pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bank Umum? Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai GCG bagi Bank Umum, komisaris independen berjumlah paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari anggota Dewan Komisaris. Apabila M/K mengakibatkan tidak terpenuhinya ketentuan dimaksud (tidak terpenuhinya kriteria independensi), maka Bank hasil M/K dimaksud doperbolehkan untuk menunda pemenuhan komposisi komisaris independen untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakunya izin M/K, namun Bank hasil M/K tersebut tetap wajib memiliki paling kurang 1 (satu) orang komisaris independen. 15. Apakah yang dimaksud dengan pemberian kelonggaran ketentuan rangkap jabatan bagi Komisaris Independen sebagai ketua pada 3 (tiga) Komite terkait dengan insentif kelonggaran pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bank Umum? Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai GCG bagi Bank Umum, Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi wajib diketuai oleh Komisaris Independen. Selanjutnya Ketua Komite hanya dapat merangkap jabatan sebagai ketua komite paling banyak pada 1 (satu) komite lainnya. Dalam hal bank hanya memiliki 1 (satu) orang komisaris independen sebagaimana dimaksud pada huruf A.7.a SE ini, komisaris independen tersebut dapat menjabat sebagai ketua pada 3 komite yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nomisasi, paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakunya izin M/K. 16. Apakah yang dimaksud dengan penundaan pemenuhan komposisi pihak independen anggota Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko terkait dengan insentif kelonggaran pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bank Umum? Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai GCG bagi Bank

Umum, Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko paling kurang terdiri dari seorang Komisaris Independen, dan 2 (dua) orang Pihak Independen dimana jumlah tersebut mencakup paling kurang 51 % dari keseluruhan anggota masing-masing Komite. Bank hasil M/K dapat menunda pemenuhan Pihak Independen dalam keanggotaan Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko (misalnya karena tidak terpenuhinya kriteria independensi) paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakunya izin Merger atau Konsolidasi. 17. Bila bank baru berencana untuk M/K apakah sudah dapat memperoleh insentif kelonggaran pelaksanaan beberapa ketentuan dalam PBI Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum? Sesuai dengan cakupan PBI tentang Insentif Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan, insentif diberikan hanya bagi bank hasil M/K, sehingga sebelum berlakunya izin M/K bank harus tetap menjalankan ketentuan GCG sesuai dengan PBI tentang GCG bagi bank umum. 18. Bagaimana cara pemanfaatan insentif dalam rangka konsolidasi perbankan? Secara garis besar, bank yang ingin memanfaatkan insentif perlu mengajukan: a. rencana pemanfaatan insentif, yang diajukan sebelum bank melakukan M/K b. permohonan rencana pemanfaatan masing-masing insentif, yang waktu dan tata cara pengajuannya diatur berbeda-beda untuk masing-masing insentif. 19. Kapan rencana pemanfaatan insentif harus diajukan? Rencana pemanfaatan insentif diajukan kapan saja namun sebelum berlakunya izin M/K. 20. Apakah ada persyaratan yang perlu dilampirkan saat penyampaian rencana pemanfaatan insentif? Pengajuan rencana pemanfaatan insentif wajib melampirkan sekurang-kurangnya Rancangan Akta Merger atau Rancangan Akta Konsolidasi yang telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) masing-masing bank peserta M/K. 21. Bagaimana cara mengajukan pemanfaatan insentif penggantian sebagian biaya due dilligence dan apa saja persyaratan yang diperlukan?

Untuk memafaatkan insentif penggantian sebagian biaya due dilligence bank wajib mengajukan permohonan pemanfaatan insentif tersebut segera setelah berlakunya izin M/K dilengkapi fotokopi dokumen pendukung yang telah disahkan sesuai dengan aslinya, berupa: a. Bagi Bank Hasil Merger: 1) Akta Merger; 2) Akta perubahan anggaran dasar; 3) Surat persetujuan akta perubahan anggaran dasar Bank hasil Merger dalam hal perubahan anggaran dasar memerlukan persetujuan dari instansi yang berwenang, atau surat penerimaan laporan akta merger dan akta perubahan anggaran dasar Bank hasil Merger dari instansi yang berwenang dalam hal perubahan anggaran dasar tidak memerlukan persetujuan dari instansi yang berwenang; b. Bagi Bank Hasil Konsolidasi: 1) Akta Konsolidasi; 2) Akta pendirian bank hasil Konsolidasi; 3) Surat persetujuan izin konsolidasi; 4) Bukti pendaftaran akta pendirian Bank hasil Konsolidasi pada Daftar Perusahaan dan pengumuman pada Tambahan Berita Negara; c. Perjanjian/kontrak pelaksanaan due diligence masing-masing Bank peserta M/K; dan d. Rincian biaya pelaksanaan due dilligence dan bukti pembayaran masing-masing Bank peserta M/K. ---------------- ooo00ooo -----------------