MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

Pembangunan (Jakarta: Universitas Trisakti,2005), hal Dalam Penjelasan Pasal ayat 5 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

PENGEMBANGAN ARSITEKTUR LANSEKAP KOTA KEDIRI STUDI KASUS: PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU JALUR JALAN UTAMA KOTA

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SEBAGAI PENDUKUNG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN (RTHKP) KOTA BANJARMASIN

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

REVIEW PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIBIDANG PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

terendam akibat dari naiknya muka air laut/rob akibat dari penurunan muka air tanah.

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN. Oleh : Dr. Ida Farida, S.H., M.H. *) ABSTRAKS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH ILMU HUTAN KOTA LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk suatu kota dimana memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI SUATU SISTEM DALAM KERUANGAN KOTA

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

ANALISA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN, STUDI KASUS KOTA MARTAPURA

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAHKABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

Transkripsi:

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

TERMINOLOGI Berdasarkan Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP) Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Luas ideal RTHKP minimal 20% dari luas kawasan perkotaan 2

TERMINOLOGI Ruang Terbuka Hijau (RTH) / green space atau open space, adalah area dengan luasan tertentu yang didominasi vegetasi, yang diperuntukkan bagi kepentingan publik dan terjaga dari segala perubahan peruntukan. RTH bukan dan tidak termasuk area hijau yang akan dikonversi peruntukkannya menjadi berbagai fungsi non hijau. Berdasarkan Perda No.7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, pasal 1 pengertian Ruang Terbuka Hijau adalah ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau permakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan hijau jalur hijau, kawasan hijau pekarangan. Berdasarkan PERDA RTRW Surabaya 2013, definisi RTH adalah kawasan terbuka tempat tumbuhnya kelompok tanaman yang berfungsi sebagai pengatur iklim mikro, daerah resapan air dan estetika kota. RTH merupakan komponen stratejik ruang perkotaan yang berperan menjaga dan memperbaiki lingkungan 3

TERMINOLOGI RUANG TERBUKA : Landscape ( alam : pohon, tumbuhan dlsb) Hardscape (buatan : jalan a pedestrian dlsb) ELEMEN RUANG TERBUKA : Ruang terbuka non hijau : Taman dan square ( perkerasan, pancuran air minum,tempat sampah kios, bangku taman, penerangan, tanaman dan pohon) Ruang terbuka hijau kota : Green belt,barier, taman, hutan kota FUNGSI RTH : FILTER BARIER EKOLOGI ESTETIKA SOSIAL 4

KLASIFIKASI RTH Lingkup RTH perkotaan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: Taman meliputi : taman kota, taman bangunan bersejarah, taman keraton, taman alun-alun, taman lingkungan, tempat ibadah dan hutan kota Jalur hijau meliputi: tepi pantai, tepi sungai, tepi jurang, kaki bukit, tepi dan median jalan, di bawah jaringan tegangan tinggi-gas-minyak Zona konservasi alam meliputi: hutan lindung, cagar alam, kebun binatang, mata air, sempadan rel kereta api, sempadan sungai dan sejenisnya 5

6

ACUAN Penelitian Poernomohadi, 2002 7

ACUAN Penelitian Poernomohadi, 2002 8

ACUAN KEBIJAKAN 9

ACUAN UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang: Paragraf lima tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota : Pasal 28 Salah satunya adalah memuat adanya penyediaan dan pemanfaatan RTH (Ruang Terbuka Hijau) Pasal 29 Ruang Terbuka Hijau publik dan Ruang terbuka Hijau privat Proporsi RTH = 30 % dari luas wilayah kota Proporsi RTH publik = 20 % dari luas wilayah kota Pasal 30 Distribusi ruang terbuka hijau publik disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang. Pasal 31 Detail diatur dalam pp Mentri 10

ACUAN Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP) Tujuan penataan RTHKP adalah : menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. 11

ACUAN Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP) Fungsi RTHKP adalah : pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; pengendali pencemaran dan kerusakan k tanah, air dan udara; tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati; pengendali tata air; dan sarana estetika kota. 12

ACUAN Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP) Manfaat RTHKP adalah : sarana untuk mencerminkan identitas daerah; sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi i sosial; meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; sarana aktivitas it sosial bagi anak-anak, k remaja, dewasa dan manula; sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; memperbaiki iklim mikro; dan meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. 13

ACUAN Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP) Jenis RTHKP meliputi: 1. taman kota; 2. taman wisata alam; 3. taman rekreasi; 4. taman lingkungan perumahan dan permukiman; 5. taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; 6. taman hutan raya; 7. hutan kota; 8. hutan lindung; 9. bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah; 10.cagar alam; 11.kebun raya; 14

ACUAN Permendagri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP) Jenis RTHKP meliputi: 12. kebun binatang; 13. pemakaman umum; 14. lapangan olah raga; 15. lapangan upacara; 16. parkir terbuka; 17. lahan pertanian perkotaan; 18. jalur dibawah tegangan tinggi i (SUTT dan SUTET); 19. sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa; 20. jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; 21. kawasan dan jalur hijau; 22. daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan 23. taman atap (roof garden). 15

TAMAN KOTA TAMAN KOTA 16

TAMAN LINGKUNGAN PERKANTORAN DAN GEDUNG KOMERSIAL KEBUN RAYA 17

TAMAN REKREASI KOTA ROOF GARDEN 18

TAMAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN TAMAN REKREASI 19

Konsepsi Pengembangan RTH Perkotaan 20

ACUAN KEPMEN PU NO.6/PRT/M/2007 TTG. PEDOMAN UMUM RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 21

ACUAN KOTA SURABAYA PERDA NO.7 TAHUN 2002 22

ACUAN KOTA SURABAYA PERDA NO.7 TAHUN 2002 23

24

25

26

27

28

29

Skematik Skala Pelayanan 30

Standar Pelayanan 31

Konflik Ruang Terbuka Hijau Publik Konflik terjadi akibat adanya sudut pandang yang berbeda antara pihak-pihak p terkait (dalam perencanaan) PEMKOT : Taman kota sebagai hasil matematik dari rasio luas wilayah berbanding jumlah penduduk Lebih sering berpihak pada kegiatan ekonomi AKADEMISI : Fokus pada Estetika (bentuk, harmoni, tata hijau,style,gaya) y Pendekatan tidak membumi karena tidak menyentuh langsung kehidupan sosial masyarakat USER : Hanya memanfaatkan lahan kosong untuk rekreasi Tidak tahu apa sebenarnya maksud dan manfaat lahan kosong tersebut

Yang perlu diperhatikan Arahan pemanfaatan Ruang Terbuka publik meliputi RTH yang sudah eksis maupun yang belum Kejadian penurunan RTH, atau alih fungsi RTH harus dihindari Menjadikan RTH menjadi ruang publik dengan tujuan dan sasaran sebagai ruang yang menyediakan keteduhan, kenyamanan, dan keamanan

Rekomendasi Perencanaan RT (ruang terbuka) RTH (ruang terbuka hijau) TK (taman kota) Rencana Taman Kota : harus sebagai bagian yang secara integral terpadu dengan kerangka struktur ruang kota Taman Kota bukan tanah sisa yang oleh karena kendala tidak mungkin dibangun Perencanaan Taman Kota : turut Perencanaan Taman Kota : turut mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan warga kota, sehingga manfaat dapat dirasakan

Studi Kasus : Pengelolaan RTH di Korea PENDEKATAN : BIO-REGIONAL Kajian pengelolaan spasial dilakukan berdasarkan karakteristik satuan bio-region, yang dibangun berdasarkan kriteria hubungan ke-setangkup-an antara komponen biofisik dan komponen komunitas manusia BIOFISIK < > KOMUNITAS MANUSIA SATUAN BIOREGION : Bioregion Sub-region District landscape Place unit TAHAP KAJIAN : Indikator pengelolaan RTH Identifikasi RTH aktual Identifikasi pemanfaatan RTH aktual dan potensial Evaluasi konflik Analisa problem solving Usulan pengelolaan konflik

FENOMENA KONFLIK DALAM PENGELOLAAN Antara : RTH GREEN BELT SUMBER DAYA FISUAL

Contoh Pertanyaan Kota x yang berpola split city (kota terbelah) dipisahkan oleh sungai besar memiliki luas sebesar 3600 km2. Kota ini secara fisik terbagi menjadi sub kota A dan sub kota B dengan peruncian sebagai berikut : Sub kota A luasnya adalah 60% dari luas kota dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa Sub kota B luasnya adalah 40% dari luas kota dengan jumlah penduduk 100.000 jiwa a. Berapakah proporsi kebutuhan RTH total dan RTH Publik di Kota X? b. Berapakah jumlah taman lingkungan, taman kecamatan, taman kota dan pemakaman yang dibutuhkan oleh penduduk di sub kota A dan sub kota B? c. Gambarkan pola distribusi RTH yang dapat dilakukan di Kota X!

SEKIAN