I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Pisang Sistem Perakaran Tanaman Pisang Sistem Bercocok Tanam Pisang

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

Ralstonia solanacearum

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Lada

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama

BAKU OPERASIONAL PENGEN~ALIANTERPADU PENYAKIT KUNING LADA

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

DUKUNGAN TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING KOMODITAS LADA

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

BAB I. PENDAHULUAN. bahan-bahan yang dapat menyembuhkan penyakit. menyediakan sayuran bermutu dalam jumlah yang memadai. Dari segi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pisang Cavendish merupakan komoditas pisang segar (edible banana) yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan devisa negara maupun dari segi kegunaannya yang sangat khas dan tidak dapat digantikan dengan rempah lainnya. Indonesia pernah menjadi negara produsen lada terbesar dan berperan dalam pemenuhan kebutuhan lada di pasar internasional. Pada tahun 2000, devisa yang dihasilkan komoditas lada mencapai US$ 221 juta atau menduduki urutan ke enam pada sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dan kopi (Anonim, 2002) Berdasarkan data International Pepper Community (IPC), pada tahun 2000 Indonesia mampu memenuhi 90% kebutuhan lada dunia, namun setelah itu kondisinya semakin menurun. Produktivitas lada baru mencapai rata-rata 723 kg/ha pada tahun 2010 dari potensi di tingkat lapangan 2,5 ton/ha, atau di tingkat penelitian 4 ton/ha. Menurut laporan IPC pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ke dua dalam sumbangan produksi lada dunia yaitu sebesar 22%, setelah Vietnam yaitu sebesar 31%, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.1. (Anonim, 2013). 1

China 7% Lainnya 6% Brazil 10% India 13% Vietnam 31% Indonesia 22% Srilanka 5% Malaysia 6% Gambar 1.1. Proporsi produksi lada dari negara-negara produsen lada (Sumber: Anonim, 2013) Lampung, Bangka, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan, merupakan daerah sentra pertanaman lada di Indonesia (Anonim, 2006). Areal pengembangan lada pada tahun 2010 mencapai 186.296 ha dan hampir seluruhnya dikelola oleh rakyat (99,90%) dengan melibatkan sekitar 324 ribu kepala keluarga petani di lapangan (Anonim, 2012). Rendahnya produksi lada Indonesia antara lain diakibatkan oleh gangguan hama dan penyakit lada, belum menggunakan benih unggul, kurangnya pemeliharaan lada di tingkat lapangan, dan lemahnya permodalan yang dimiliki petani (Anonim, 2012). Hama dan penyakit lada yang banyak menimbulkan kerugian yaitu penyakit busuk pangkal batang, hama penggerek batang dan bunga, penyakit kuning, dan kerdil. Penyakit kuning merupakan salah satu penyakit penting yang dilaporkan ditemukan di Bangka dan Kalimantan Barat. Tanaman yang sakit pertumbuhannya terhambat, daun menjadi kuning kaku, tergantung tegak lurus, dan makin lama akan 2

makin mengarah ke batang. Daun-daun yang menguning tidak layu, tetapi sangat rapuh sehingga secara bertahap akan gugur, dan berakibat tanaman menjadi gundul. Meskipun tanaman sakit masih mampu berproduksi, namun kematian tanaman akan terjadi dalam jangka waktu 2-3 tahun setelah kemunculan gejala. Umumnya gejala penyakit kuning memiliki agihan berkelompok, artinya pada satu areal kebun yang terserang terdapat kelompok tanaman yang masih sehat dan kelompok tanaman sakit pada berbagai stadium. Kerugian tanaman oleh penyakit kuning tergantung pada tingkat kesuburan dan kandungan bahan organik tanah. Pada kesuburan dan kandungan bahan organik yang rendah, kerugian dapat mencapai 10 32% dari produksi lada (Anonim, 1993). Di Indonesia kerusakan dan kehilangan hasil akibat penyakit kuning belum menjadi perhatian utama sehingga informasi tentang penyakit kuning masih sangat terbatas. Menurut Mustika (1990), penyakit kuning pada lada di Bangka disebabkan oleh kompleks nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne spp. dengan jamur Fusarium solani dan F. oxysporum. Serangan R. similis akan menyebabkan tanaman berwarna kuning pucat atau berwarna keputihan pudar dan daun tampak terkulai layu (Koshy & Bridge, 1990). R. similis akan masuk ke dalam akar, 24 jam setelah inokulasi dan sel di sekitar tempat penetrasi akan berubah menjadi cokelat dan selanjutnya menghasilkan semacam bahan berlendir yang akan menyumbat pembuluh xilem. Penyumbatan pembuluh xilem mengakibatkan terjadinya gangguan sistem transportasi tanaman sehingga tanaman menunjukkan gejala layu (Freire & Bridge cit. Ramana & Eapen, 1995). Serangan Meloidogyne spp. akan menyebabkan daun lada berwarna kuning di antara tulang daun sehingga tulang daun tampak jelas dengan warna hijau tua dan 3

sistem akar berpuru. Terbentuknya puru akar diduga terjadi karena adanya peningkatan kandungan auksin dalam jaringan akar yang terserang (Koshy & Bridge, 1990; Mulyadi, 2009). Selain nematoda, lada bergejala penyakit kuning juga berasosiasi dengan jamur Fusarium. Infeksi Fusarium akan menyebabkan terjadinya gangguan pada xilem sehingga transpor air dan unsur hara terhambat, dan menyebabkan tanaman menjadi layu. Selain itu infeksi oleh jamur Fusarium juga menghasilkan senyawa toksin yang disekresikan ke dalam jaringan tanaman inang yang mengakibatkan tanaman menunjukkan gejala menguning (Duarte & Archer, 2003). Pada penelitian pendahuluan, berhasil diisolasi jamur Fusarium dan nematoda Meloidogyne dari lada bergejala penyakit kuning di Kalimantan Barat. Kajian tentang patogen utama penyebab penyakit kuning, dilakukan untuk mendapatkan kepastian tentang penyebab penyakit kuning lada di Kalimantan Barat. Mengingat penyebab penyakit kuning lada merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menjadi penyebab penurunan produksi lada, maka perlu dilakukan upaya pengendalian. Upaya pengendalian OPT lada saat ini masih mengandalkan pengendalian kimiawi yang hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Hasil penelitian Bande (2012) menunjukkan bahwa penggunaan herbisida mengakibatkan terjadinya penurunan populasi jamur mikoriza arbuskular (JMA) yang berimbas pada peningkatan intensitas penyakit busuk pangkal batang lada. Sejalan dengan hal tersebut International Pepper Community (IPC) dan American Phytopathological Society (APS) telah merekomendasikan penggunaan jamur mikoriza sebagai salah satu komponen dalam budidaya tanaman sehat (Conway, 1993; Anonim, 2008). Dengan berdasar pada hal tersebut, maka 4

penggunaan pupuk hayati berbasis mikoriza, berpotensi untuk dikembangkan dalam usaha budidaya lada. Aplikasi JMA memiliki potensi besar untuk sistem pertanian dan dapat bermanfaat dalam produksi tanaman berkelanjutan, serta berkontribusi terhadap penurunan penggunaan pupuk kimia dan pestisida (Barr, 2008). Dari uraian yang dijelaskan di muka, diketahui bahwa kajian tentang penyebab penyakit kuning lada baru dilakukan di Bangka, sedangkan penyakit kuning di Kalimantan Barat belum banyak diteliti. Adanya perbedaan informasi tentang penyebab penyakit kuning lada di Bangka dan Kalimantan Barat, menjadi salah satu alasan perlunya dilakukan kajian tentang peran Meloidogyne dan Fusarium sebagai penyebab penyakit kuning lada di Kalimantan Barat. Interaksi antara Fusarium dan Meloidogyne pada lada, yang meliputi pengamatan aktivitas peroksidase, aktivitas fotosintesis, kandungan klorofil, dan perubahan jaringan akar, diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan mekanisme interaksi antara kedua patogen dengan tanaman inangnya. Karena penyakit kuning lebih berkembang pada lahan dengan tingkat kesuburan yang rendah, maka pemanfaatan jamur mikoriza untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit kuning melalui perbaikan pertumbuhan tanaman perlu dikaji. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Patogen apa sajakah yang berasosiasi dengan penyakit kuning pada lada di daerah sentra produksi lada di Kalimantan Barat?, 5

2. Dari patogen yang berhasil diisolasi tersebut, yang manakah yang berperan sebagai patogen utama penyakit kuning, dan bagaimanakah peran nematoda dan Fusarium terhadap tingkat keparahan penyakit kuning di Kalimantan Barat?, 3. Bagaimanakah tanggapan tanaman inang dalam interaksi inang patogen pada penyakit kuning?, dan 4. Apakah jamur mikoriza berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan lada dan penurunan tingkat keparahan penyakit kuning?. C. Tujuan penelitian Penyakit kuning pada lada merupakan penyakit yang sangat berpengaruh terhadap penurunan produksi lada, meskipun keberadaannya pada pertanaman lada masih terbatas di beberapa lokasi, seperti Bangka dan Kalimantan Barat. Informasi tentang penyebab penyakit kuning masih bervariasi sehingga diperlukan beberapa informasi yang terkait dengan penyebab utama serta interaksinya pada tanaman inang. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk: 1. Mendapatkan jamur Fusarium spp. dan nematoda yang berasosiasi dengan penyakit kuning pada lada dari daerah sentra produksi lada di Kalimantan Barat, 2. Mengidentifikasi patogen utama penyebab penyakit kuning, dan menentukan peran nematoda dan Fusarium terhadap tingkat keparahan penyakit kuning di Kalimantan Barat, 6

3. Mengetahui tanggapan tanaman inang dalam interaksi inang patogen pada penyakit kuning, dan 4. Mengetahui peran jamur mikoriza terhadap peningkatan pertumbuhan lada dan penurunan tingkat keparahan penyakit kuning. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk membantu mengatasi permasalahan penyakit kuning yang pada saat ini masih terbatas penyebarannya. Hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk mengetahui peranan dari masing-masing patogen dalam menyebabkan munculnya gejala penyakit kuning, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyebaran penyakit kuning ke areal pertanaman lada yang lain, serta sebagai bahan kajian bagi para peneliti dalam pengembangan studi selanjutnya. E. Kebaruan Penelitian Penyakit kuning pada lada merupakan penyakit yang masih terbatas di Bangka dan Kalimantan Barat, namun penelitian yang banyak dilaporkan masih terbatas pada penyakit kuning di Provinsi Bangka Belitung, sedangkan penyakit kuning yang ada di Kalimantan Barat belum banyak dilakukan kajian. Penyakit kuning lada di Bangka dilaporkan disebabkan oleh Radopholus simillis sebagai patogen utama, namun di lapangan Radopholus simillis sering ditemukan berinteraksi dengan Fusarium spp., dan Meloidogyne spp. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian pendahuluan yang dilakukan di Kalimantan Barat. Dari lada 7

bergejala penyakit kuning di Kalimantan Barat, tidak ditemukan nematoda Radopholus tetapi hanya berhasil diisolasi nematoda Meloidogyne dan jamur Fusarium yang berasosiasi dengan penyakit kuning. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab penyakit kuning lada di Kalimantan Barat berbeda dengan penyakit kuning di Bangka yang sudah dilaporkan oleh peneliti sebelumnya. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian tentang peran Meloidogyne dan Fusarium sebagai penyebab penyakit kuning di Kalimantan Barat, sehingga akan dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan strategi pengendalian. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap patogen hasil isolasi dari lada bergejala penyakit kuning di Kalimantan Barat. Identifikasi Meloidogyne dilakukan secara morfologi dan berdasar pola perenial nematoda betina, sedangkan identifikasi Fusarium dilakukan berdasarkan hasil pengamatan morfologi mikroskopi yang didukung dengan identifikasi secara molekuler dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Informasi tentang tanggapan lada terhadap interaksi Meloidogyne dan Fusarium belum pernah dilaporkan. Untuk mengetahui mekanisme interaksi patogen dalam menyebabkan gejala penyakit kuning pada lada, pada penelitian ini dilakukan pengamatan tanggapan kimiawi yang berupa aktivitas enzim peroksidase, tanggapan struktural berupa lignifikasi pada jaringan akar, dan tanggapan fisiologis yaitu aktivitas fotosintesis, konduktansi stomata terhadap H 2 O, dan laju transpirasi daun. JMA merupakan salah satu jamur yang berasosiasi dengan perakaran lada dan berinteraksi dengan mikroorganisme lain yang ada di sekitar lada. JMA telah dilaporkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap 8

infeksi patogen, namun seiring dengan penggunaan pestisida kimia yang semakin intensif, perlu diwaspadai terjadinya penurunan populasi JMA yang akan berimbas pada peningkatan intensitas penyakit. Berdasarkan penelitian terdahulu dilaporkan bahwa penyakit kuning lada lebih berkembang pada lahan dengan tingkat kesuburan yang rendah, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk seleksi JMA yang berpotensi sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dan agens pengendali hayati (bioprotectant) sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan lada dan menghambat perkembangan penyakit kuning lada. Penelitian yang dilakukan oleh Mala et al. (2010) di Sri Lanka menunjukkan bahwa JMA berperan dalam meningkatkan pertumbuhan bibit lada, namun demikian penelitian tentang peranan JMA terhadap perkembangan penyakit kuning belum pernah dilaporkan. 9