I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KEDELAI. Nana Danapriatna ABSTRACT. Keywords: soybean seed, seed deterioration, viability, seed storage

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

Kajian Daya Simpan Benih Beberapa Varietas Kedelai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

BAB I PENDAHULUAN. yang bertumpu pada satu sumber karbohidrat yaitu beras, melemahkan ketahanan. pangan dan menghadapi kesulitan dalam pengadaanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sehubungan dengan peranan air bagi kehidupan Allah SWT berfirman dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

Pengaruh Jenis Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Viabilitas Benih Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench)

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam al-qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan tanaman diawali oleh proses perkecambahan, ada beberapa

EVALUASI MUTU BENIH JAGUNG DALAM GUDANG PENYIMPANAN BENIH UPBS. Rahmawati dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I PENDAHULUAN. Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

PENGKAJIAN SUHU RUANG PENYIMPANAN DAN TEKNIK PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAKALAH SEMINAR UMUM USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) SELAMA PENYIMPANAN

TINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

KAJIAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI HITAM DAN KEDELAI KUNING

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGOLAHAN BENIH. Perontokan Pengeringan Pembersihan Pemisahan/Pemilahan Perawatan Perlakuan/Pengujian Pelabelan Pengemasan Penyimpanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC)

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan akan konsumsi pangan penduduk, hal ini dibuktikan dengan Indonesia masih mengimpor bahan pangan dari negara lain. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi masalah kebutuhan pangan dengan mengembangkan jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan alternatif. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu tanaman serealia yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif, baik untuk manusia maupun hewan ternak. Menurut Hermawan (2013) sorgum sebagai sumber bahan pangan alternatif memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dengan kandungan pati sebesar 83%, lemak 3,06%, dan protein 12,3%. Berdasarkan komposisi tersebut, jelas sorgum mempunyai potensi yang baik untuk dijadikan sebagai sumber bahan pangan alternatif pengganti beras. Selain dapat dijadikan sumber bahan pangan alternatif bagi manusia dan hewan ternak, sorgum juga berpotensi untuk dijadikan sumber energi alternatif berbasis nabati. Kandungan pati yang tinggi pada tanaman sorgum merupakan bahan baku

2 dalam pembuatan bioetanol yang merupakan sumber energi berbasis nabati. Bahan bakar berbasis nabati diharapkan mampu mengurangi krisis energi yang terjadi saat ini, sehingga kebutuhan akan konsumsi energi dapat terpenuhi. Menurut Suarni (2004) menyatakan bahwa tanaman sorgum memiliki potensi yang besar sebagai bahan baku pembuatan bietanol karena bahan bakunya dapat diperoleh dari pati, nira, dan ampas sorgum. Kandungan pati yang tinggi pada tanaman sorgum tersebut menyebabkan tanaman sorgum berpotensi sebagai sumber bahan bakar nabati yaitu bioetanol. Namun dalam pengembangannya, tanaman sorgum menemui berbagai kendala salah satunya adalah masalah pada saat penyimpanan benih. Penyimpanan benih sorgum saat ini belum banyak diteliti, sehingga masalah pada saat penyimpanan benih sorgum perlu dipecahkan karena kandungan pati dan protein yang tinggi pada tanaman sorgum dapat mempercepat proses kemunduran benih, sehingga mengurangi penyediaan benih yang bermutu. Menurut Widajati et.al. (2013) faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal benih meliputi kadar air, sifat genetik, dan viabilitas awal. Sedangkan faktor eksternal atau lingkungan diantaranya suhu ruang simpan dan wadah simpan. Benih yang bermutu mempunyai sifat fisiologis, fisik dan genetik yang baik, yang dipengaruhi oleh proses produksi sampai penyimpanan (Sadjad, Murniati, dan Illyas, 1999). Viabilitas benih dapat dipertahankan selama penyimpanan dengan cara memilih kemasan benih secara tepat. Wadah simpan atau kemasan benih selama simpan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kadar air benih selama

3 penyimpanan. Pada kelembaban rendah, benih akan melepaskan kandungan airnya sampai mencapai keseimbangan, sebaliknya pada kondisi lembab, benih yang relatif kering akan menyerap air dari lingkungannya. Wadah simpan benih secara umum dirancang untuk melindungi mutu fisik benih, sehingga harus cukup kuat, tahan pecah, dan tahan sobek. Pemilihan wadah simpan didasari pertimbangan tujuan pengemasan, jumlah benih yang dikemas, sifat benih, kondisi ruang simpan, dan lamanya waktu penyimpanan. Oleh karena itu pemilihan materi kemasan benih sangat penting, agar kadar air mampu dipertahankan sehingga dapat memperlambat proses kemunduran benih. Kuswanto (2003) menyatakan sifat benih yang selalu mencapai kondisi keseimbangan (equilibrium) menyebabkan benih mudah mengalami peningkatan kadar air yang dapat menyebabkan deteriorasi benih berlangsung cepat, oleh karena itu dibutuhkan bahan pengemas yang tepat untuk menghambat perubahan kadar air pada benih. Selain wadah simpan dan suhu ruang simpan, faktor yang mempengaruhi mutu benih adalah faktor genetik benih. Sifat genetik benih akan mengekspresikan karakter-karakternya kedalam karakter-karakter fenotipnya. Hal ini antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit benih yang berpengaruh terhadap daya simpan benih. Hasil penelitian Sukarman dan Rahardjo (2000) pada tanaman kedelai, menunjukkan bahwa varietas Cikuray (berbiji sedang, kulit berwarna hitam) dan varietas Tidar (berbiji kecil, kulit berwarna kuning) memiliki daya simpan yang

4 lebih baik dibandingkan dengan varietas Wilis (berbiji sedang, berkulit kuning). Daya berkecambah benih varietas Cikuray dan Tidar masih diatas 80% setelah lima bulan penyimpanan. Oleh karena, itu perlu dilakukan penelitian serupa pada tanaman sorgum yang bertujuan untuk mengetahui pada kombinasi varietas dan jenis kemasan apa yang paling efektif dalam mempertahankan viabilitas benih pada tiga varietas sorgum (Sorghum bicolor [L]. Moench) pada suhu ruang simpan yang berbeda. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengaruh kombinasi jenis kemasan dan varietas terhadap viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan. 2. Kombinasi jenis kemasan dan varietas yang paling baik untuk mempertahankan viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan pada suhu ruang simpan berbeda. 1.3 Kerangka Pemikiran Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman. Mutu benih yang menjadi perhatian mencakup mutu fisiologis, mutu fisik dan mutu genetik. Mutu fisiologis merupakan kemampuan daya hidup suatu tanaman yang dapat diukur dari viabilitas benih, kadar air, maupun daya simpan benih. Mutu fisik merupakan penampilan benih yang dapat dilihat secara fisik seperti kebersihan benih, bentuk, ukuran, warna

5 yang homogen, serta tidak mengalami kerusakan mekanis ataupun karena serangan hama dan penyakit. Sedangkan mutu genetik merupakan penampilan benih murni dari spesies atau varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetik dari tanaman induknya. Viabilitas benih merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu benih. Untuk dapat mempertahankan viabilitas benih ketika di lapang, maka diperlukan penanganan yang terencana dengan baik dari sejak tanaman di lapang sampai dengan benih disimpan hingga ditanam kembali oleh petani. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan viabilitas benih yaitu dengan penyimpanan benih yang benar. Sutopo (2010) menyatakan tujuan dari penyimpanan benih tersebut adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode sepanjang mungkin, sehingga benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau musim yang berlainan pada tahun yang sama. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi dalam penyediaan benih bermutu tinggi adalah usaha mempertahankan viabilitas benih saat penyimpanan akibat tingginya laju respirasi. Laju respirasi yang tinggi menyebabkan benih cepat kehilangan energi dan persediaan cadangan makanan. Habisnya cadangan makanan dapat mengakibatkan benih tidak mampu berkecambah sehingga mengalami kemunduran. Kemunduran benih merupakan mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat menimbulkan perubahan menyeluruh didalam benih baik secara fisik, fisiologis maupun kimiawi yang dapat mengakibatkan menurunnya viabilitas benih.

6 Widajati et.al. (2013) menyatakan faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal benih meliputi kadar air, sifat genetik, dan viabilitas awal. Sedangkan faktor eksternal atau lingkungan, meliputi suhu ruang simpan, wadah simpan, kelembaban, oksigen, mikroorganisme, dan manusia. Oleh karena itu dalam penyimpanan benih, pemilihan materi kemasan sangat penting agar kadar air benih tidak mengalami perubahan sehingga viabilitas benih dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang, mengingat kadar air sangat berpengaruh terhadap masa simpan dan viabilitas suatu benih. Diharapkan materi kemasan yang kedap udara lebih mampu mencegah terjadinya perubahan kadar air benih dibandingkan materi kemasan yang tidak kedap udara. Menurut Kuswanto (2003) kadar air benih harus tetap dipertahankan karena sifat benih yang higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi equilibrium dengan lingkungannya. Pengemasan benih adalah tindakan memberikan lingkungan mikro yang optimal agar benih tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama penyimpanan. Ada beberapa jenis kemasan yang sering digunakan, yaitu kemasan kantong plastik, kemasan toples plastik, kemasan kaleng dan kemasan kain terigu. Bahan pengemas tersebut dapat berfungsi sebagai menahan masuknya uap air ke dalam kemasan dan menahan pertukaran gas-gas. Hasil penelitian Nugraha, Sudaryono, dan Lubis (2005) menemukan bahwa bahan pengemas dalam penyimpanan selain berfungsi sebagai pelindung bahan dari serangan hama dan penyakit, juga berfungsi sebagai penahan rembesan air dan masuknya udara dari luar yang dapat

7 menyebabkan naiknya kadar air gabah dalam kemasan. Dengan penggunaan bahan pengemas yang kedap udara, dapat mencegah peningkatan kadar air benih hingga 1-3%. Apabila nilai kadar air benih dapat dipertahankan pada saat penyimpanan, maka metabolisme benih berlangsung lambat sehingga proses deteriorasi benih dapat ditekan. Sifat genetis suatu benih berpengaruh terhadap daya simpan benih. Dimana kemampuan masa hidup suatu benih diturunkan pada turunannya baik pada tingkat spesies maupun tingkat kultivar berbeda-beda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam kondisi penyimpanan yang sama, kemampuan benih pada jenis tanaman yang sama mempunyai kemampuan hidup yang berbeda-beda. Hasil penelitian Suita dan Nurhasybi (2008) pada benih Tanjung menemukan bahwa benih tanjung yang memiliki ukuran besar memiliki vigor benih yang lebih baik yang ditunjukkan dengan tingginya persen perkecambahan benih mencapai 98% dibandingkan benih ukuran lainnya (sedang dan kecil). Hal ini disebabkan benih tanjung yang berukuran besar memiliki embrio dan cadangan makanan yang lebih banyak sehingga berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan dan kemampuan dalam pertambahan tinggi bibit. Selain ukuran suatu benih, kekerasan kulit benih dan permeabilitas kulit benih juga berpengaruh terhadap kemampuan hidup suatu benih. Benih yang memiliki kulit yang keras dan permeabilitas yang rendah akan dapat disimpan lebih lama dibandingkan dengan benih yang memiliki kulit yang lunak dan memiliki permeabilitas yang tinggi. Dengan kerasnya kulit benih tersebut, akan menghambat O 2 masuk kedalam benih, dimana keberadaan O 2 akan berpengaruh

8 terhadap aktivitas respirasi. Apabila aktivitas respirasi yang terjadi pada benih tinggi, maka hal tersebut akan mempercepat dalam proses kemunduran benih. Hasil penelitian pada tanaman kedelai menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan cuaca dilapang dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang (Mugnisyah, 1991). Sukarman dan Raharjo (2000) melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42º dan kelembaban 100%) dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang. Lama penyimpanan benih juga berpengaruh terhadap viabilitas benih karena viabilitas benih akan berpengaruh seiring dengan berjalannya waktu. Penyimpanan benih yang terlalu lama dapat menyebabkan kemunduran benih dan fisiologis benih yang akan menimbulkan perubahan menyeluruh pada benih/ biji baik fisik, fisiologis maupun biokimia yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih (Sadjad et. al., 2009). Hasil penelitian Idaryani, Suriany, dan Wahab (2012) melaporkan bahwa pada benih padi varietas Inpara 3 yang disimpan dalam kertas selama 12 minggu memiliki viabilitas yang semakin rendah yang ditunjukkan dengan persentase perkecambahan benih dari 59,33% pada minggu ke-0 menjadi 16,67% pada minggu ke -12 dan terjadi peningkatan kadar air benih sebanyak 2%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan dapat meningkatkan kadar air benih dan menurunnya viabilitas benih.

9 1.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Kombinasi jenis kemasan dan varietas mempengaruhi viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan. 2. Jenis kemasan simpan kedap udara benih pada suhu kulkas lebih baik dalam mempertahankan viabilitas benih sorgum setelah penyimpanan..