KAJIAN KARAKTERISTIK BIOLOGIS ITIK CIHATEUP DARI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN GARUT

dokumen-dokumen yang mirip
CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) ABSTRACT

Dudi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO

PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

Kajian Karakteristik Biologis Itik Pegagan Sumatera Selatan. Study on the Biological Characteristics of Pegagan Duck

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata)

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

Gambar 1. Itik Alabio

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

Karakteristik Fenotipe Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan

Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam Ransum pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

Karakteristik Produksi dan Fertilitas Telur Itik Rambon dan Cihateup Hasil Kawin Alam dengan Lama Pencampuran Jantan dan Betina Berbeda

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

KARAKTERISASI MORFOLOGI ITIK ALABIO (Anas Platyrhynchos Borneo) DI WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN KALIMANTAN SELATAN

Tinjauan tentang Performans Itik Cihateup (Anas platyrhynchos Javanica) sebagai Sumberdaya Genetik Unggas Lokal di Indonesia

PENINGKATAN PERFORMA DAN PRODUKSI KARKAS ITIK MELALUI PERSILANGAN ITIK ALABIO DENGAN CIHATEUP

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

KARAKTERISTIK HASIL TETAS TELUR ITIK RAMBON DAN CIHATEUP PADA LAMA PENCAMPURAN JANTAN DAN BETINA YANG BERBEDA

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN UKURAN-UKURAN TUBUH AYAM WARENG TANGERANG

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

Performa Itik Albino Jantan dan Betina bedasarkan Pengelompokan Bobot Tetas

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR ITIK PERSILANGAN PEKING X ALABIO (PA) DAN PEKING X MOJOSARI (PM) YANG DIINSEMINASI ENTOK JANTAN

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

Heterosis Persilangan Itik Tegal dan Mojosari pada Kondisi Sub-Optimal

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

Karakteristik Telur Tetas Puyuh Petelur Silangan... M Billi Sugiyanto.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

Pendugaan Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Galur Itik (Alabio, Bali, Khaki Campbell, Mojosari dan Pegagan) melalui Analisis Morfometrik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

Ekspresi Gen Homosigot Resesif (c/c) pada Performans Telur Pertama Itik Mojosari

Performa, Persentase Karkas dan Nilai Heterosis Itik Alabio, Cihateup dan Hasil Persilangannya pada Umur Delapan Minggu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

ClRl - CIRI FlSlK TELUR TETAS ltlk MANDALUNG DAN RASE0 JANTAN DENGAN BETINA

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

MATERI DAN METODE 1. Lokasi dan Materi Penelitian 2. Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METODE PENELITIAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

Transkripsi:

KAJIAN KARAKTERISTIK BIOLOGIS ITIK CIHATEUP DARI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN GARUT (Biological Characterics of Cihateup Duck of Tasikmalaya Garut Regencies) WAHYUNI AMELIA WULANDARI 1, PENI S. HARDJOSWORO 2 dan GUNAWAN 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 2 Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga Bogor ABSTRACT Cihateup duck is an Indonesian local duck which is mostly found in West Java especially in Tasikmalaya and Garut Regency. Cihateup duck is namely mountainous duck because it can adapt to cool temperature and survive in high land. The aim of this research was to get information about biological characteristics of Cihateup duck. Five hundreds and seventeen Cihateup eggs from Tasikmalaya and Garut were hatched. The commercial diet was used, and water and feed were given ad libitum. Physical traits of egg, growth pattern, feed consumption and conversion, body measurement, plumage patterns, shank and beak colors, and blood protein polymorphism were observed. The data characteristic of egg, growth pattern were analyzed with general linier model. Body measurements were analyzed with Principal Component Analyze (PCA) with Minitab. The result showed that egg weight from Tasikmalaya (68,0 g) was bigger than from Garut (65,6 g). Both of the males Cihateup duck from Tasikmalaya and Garut has growth higher than the females. Feed consumption of male was higher than female but the feed conversion of male was better than the females. The males duck has three kinds plumage pattern i.e pencilled, non barred and laced, whereas the females has two kinds i.e: laced and buttercup. Almost all Cihateup ducks have shank and beak in black color and only some showed the yellow color. There were similarity genetic distance between Cihateup duck from Tasikmalaya and Garut. Key Words: Cihateup Duck, Biologic Characteristic ABSTRAK Itik Cihateup adalah itik lokal Indonesia yang berasal dari Jawa Barat, terutama di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut. Itik Cihateup disebut juga dengan itik gunung karena dapat beradaptasi di bawah suhu dingin dan dapat bertahan di daerah pegunungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi karakteristik biologis itik Cihateup. Sebanyak 517 butir telur itik Cihateup dari Tasikmalaya dan Garut ditetaskan. Pakan yang digunakan adalah pakan komersial. Air minum dan pakan diberikan ad libitum. Parameter yang diamati adalah ciri-ciri fisik telur tetas, pertumbuhan, konsumsi dan konversi pakan, ukuranukuran tubuh, pola bulu, warna paruh dan shank, dan polimorfise protein darah. Data karakteristik telur tetas, pola pertumbuhan dianalisis dengan general linier model. Ukuran-ukuran tubuh dianalisis dengan Analisis Komponen Utama (AKU) dengan bantuan Minitab. Data pola bulu, warna paruh dan shank dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot telur itik asal Tasikmalaya (68,0 g) lebih besar dibandingkan asal Garut (65,6 g). Pertumbuhan itik jantan asal Tasikmalaya dan Garut cenderung lebih besar dibandingkan dengan itik betina. Konsumsi pakan itik jantan lebih tinggi dari betina tetapi konversi pakan itik jantan lebih baik daripada itik betina. Itik Cihateup jantan mempunyai 3 jenis pola bulu yaitu pencilled, non barred dan laced, sedangkan itik betina mempunyai 2 jenis yaitu laced dan buttercup. Hampir semua itik Cihateup mempunyai warna paruh dan shank hitam dan hanya sedikit yang berwarna kuning. Berdasarkan jarak genetik terdapat hubungan kekerabatan antara itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut. Kata Kunci: Itik Cihateup, Karakteristik Biologis 795

PENDAHULUAN Sejumlah kelompok itik di Indonesia telah memiliki nama yang disesuaikan dengan nama daerah tempat itik tersebut dikembang biakkan, akan tetapi pada umumnya belum didapat ciriciri baku masing-masing itik lokal. Selanjutnya untuk membedakan itik dari setiap lokasi, perlu diketahui karakteristik masing-masing jenis itik lokal. Hal ini berguna sebagai pedoman dalam pembentukan bangsa itik murni maupun sintetis atau persilangan agar menghasilkan itik hibrida yang unggul. Salah satu contoh itik lokal yang belum dikenal secara meluas adalah itik Cihateup. Peternak di sekitar Tasikmalaya dan Garut dapat dengan mudah mengenali itik Cihateup dari postur tubuh dan warna bulunya, tetapi orang-orang dari luar daerah akan sulit mengenali itik Cihateup. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi tentang ciri-ciri atau karakteristik itik Cihateup. Menurut peternak itik di daerah Cihateup, itik Cihateup termasuk jenis itik petelur. Itik Cihateup adalah itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Selain dikembang biakkan di daerah asalnya, itik Cihateup juga telah dikembangbiakkan di daerah-daerah di sekitar Tasikmalaya seperti Garut. Daerah Cihateup berada pada ketinggian 378 m di atas permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi, sehingga itik tersebut disebut juga dengan itik gunung. Daya adaptasinya dengan lingkungan dingin yang baik, membuat itik tersebut sesuai dipelihara untuk daerah dingin atau pegunungan. Itik tersebut merupakan salah satu kebanggaan peternak itik di Propinsi Jawa Barat di samping itik Cirebon. Untuk mempopulerkan dan meningkatkan manfaat itik Cihateup, maka perlu ditentukan karakteristik biologisnya agar dapat dijadikan pedoman dalam upaya pembudidayaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi ciri-ciri biologis itik lokal Cihateup berupa karakteristik telur tetas, pola pertumbuhan, fenotipe yang bersifat kualitatif (corak bulu, warna paruh dan shank) dan kekerabatan itik Cihateup yang berasal dari Tasikmalaya dan Garut. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penetasan Balai Penelitian Ternak, Ciawi dan Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas, dan Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dari bulan Januari sampai dengan Juni 2004. Telur itik Cihateup berasal dari Desa Padaasih, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut sebanyak 400 butir dan dari Desa Sukamaju Kaler, Kecamatan Indihiang, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat sebanyak 117 butir. Setelah menetas itik yang digunakan yaitu sembilan ekor jantan, 19 ekor betina asal Tasikmalaya dan 35 ekor jantan, 37 ekor betina asal Garut. Pakan yang digunakan ransum komersial ayam broiler produksi PT Gold Coin Indonesia (Tabel 1). Pada pengamatan karakteristik telur tetas, telur dari dua lokasi yang berbeda ditimbang untuk mengetahui bobot telur (g), kemudian diukur panjang dan lebar untuk mengetahui indeks telur (%). Telur diamati fertilitas dengan peneropongan (candling) dan diamati daya tetas setelah itik menetas. Selanjutnya diamati rasio itik jantan dan betina. Pada pengamatan karakteristik pertumbuhan, meri (anak itik) ditimbang untuk Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum yang digunakan dalam penelitian Umur (minggu) Kandungan nutrisi Kadar air Protein kasar Serat kasar Lemak (% BK) 1 4 Maksimal 13 20 22 Maksimal 5 Minimal 5 4 10 Maksimal 13 18 20 Maksimal 5 Minimal 5 10 14 Maksimal 13 16 18 Maksimal 6 Minimal 3 Sumber: PT GOLD COIN INDONESIA (2002) 796

mengetahui bobot tetas (g). Selanjutnya itik dipelihara pada kandang dengan lantai bilah kayu berkisi berukuran panjang dan lebar satu meter, tinggi 60 cm untuk diisi lima ekor itik. Itik dipisahkan antara itik jantan dan betina, dan asal itik (Tasikmalaya dan Garut). Ternak ditimbang setiap satu minggu sekali sampai dengan umur 14 minggu. Pada umur 14 minggu itik diukur bagian-bagian tubuhnya menggunakan jangka sorong dan pita ukur. Konsumsi pakan yang diamati adalah konsumsi pakan mingguan. Konversi pakan dihitung dengan membagi jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot hidup. Pengamatan karakteristik kualitatif diwakili oleh corak bulu, warna paruh dan shank, serta protein darah. Corak bulu dicocokkan dengan corak bulu unggas menurut SMYTH (1990). Selain itu juga diamati warna paruh dan shank. Pengamatan protein darah dengan teknik elektroforesis poliakrilamid untuk mengetahui kekerabatan itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut. Analisis data karakteristik telur tetas dan karakteristik pertumbuhan itik jantan betina asal Tasikmalaya dan Garut dianalisis secara deskriptif dengan menghitung rata-rata, simpangan baku, dan koefisien keragaman menggunakan general linear model dengan program SAS 6.12. Perbedaan ukuran dan bentuk tubuh pada itik umur 14 minggu dianalisis dengan analisis komponen utama (AKU) dibantu Minitab Release 13.20. Analisis data karakteristik fenotipik (corak bulu, warna paruh dan shank) dihitung dalam persentase dengan menggunakan rumus menurut STANFIELD (1982): Persentase fenotipe A = Jumlah ternak berfenotipe A (ekor) X 100% Jumlah seluruh ternak yang diamati (ekor) Analisis data karakteristik protein darah untuk mengetahui kekerabatan itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut menggunakan rumus jarak genetik (NEI, 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik telur tetas Karakteristik telur itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut meliputi bobot telur, indeks telur, fertilitas, daya tetas dan rasio jantan betina disajikan pada Tabel 2. Bobot telur itik Cihateup asal Tasikmalaya (68,0 g) lebih besar daripada asal Garut (65,6 g). Perbedaan bobot telur ini karena pengaruh umur induk, besar kerangka tubuh induk dan status gizinya. Bila dilihat dari koefisien keragaman, bobot telur itik asal Tasikmalaya (6,73%) lebih seragam dibandingkan bobot telur asal Garut (9,02%). Tabel 2. Karakteristik telur tetas Peubah yang diamati Jumlah telur (butir) Bobot telur (g) dan KK (%) Indeks telur dan KK (%) Tasikmalaya Asal telur Garut 117 400 68,0 a (6,73) 65,6 b (9,02) 80,19 (2,81) 79,67 (2,66) Fertilitas telur 36,75 61,00 (%) Daya tetas (%) 65,12 52,46 Rasio jantan : betina 1 : 2 1 : 1 Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) KK = Koefisien keragaman (%) Indeks telur itik Cihateup asal Tasikmalaya (80,19%) dan asal Garut (79,67%) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Indeks telur tersebut termasuk normal. Nilai indeks telur yang normal adalah 79%, sehingga nilai indeks yang lebih kecil dari 79% akan memberikan penampilan lebih panjang dan lebih dari 79% penampilannya lebih bulat (ROMANOFF dan ROMANOFF, 1963). Berdasarkan persentase koefisien keragaman, indeks telur asal Garut (2,66%) lebih seragam dibandingkan dengan asal Tasikmalaya (2,81%). Indeks telur yang mencerminkan bentuk telur sangat dipengaruhi oleh sifat genetik, bangsa, juga dapat disebabkan oleh proses-proses yang terjadi selama pembentukan telur, terutama pada saat telur melalui magnum dan isthmus (ROMANOFF dan ROMANOFF, 1963). Fertilitas telur itik asal Garut (61,0%) lebih tinggi bila dibandingkan dengan asal 797

Tasikmalaya (36,75%). Rendahnya fertilitas telur asal Tasikmalaya karena pada saat pemeliharaannya lebih sedikit itik jantan sehingga memperkecil peluang itik betina untuk dibuahi oleh itik jantan. Daya tetas itik asal Tasikmalaya (65,12%) cenderung lebih tinggi dibandingkan asal Garut (52,46%). Rasio jantan dan betina itik Cihateup yang berhasil menetas asal Tasikmalaya (1 : 2) lebih rendah dibandingkan dengan asal Garut (1 : 1). Pada itik Cihateup asal Tasikmalaya lebih sedikit diperoleh itik jantan. Karakteristik pertumbuhan Hasil pengamatan pertumbuhan itik Cihateup sampai umur 14 minggu ditampilkan pada Gambar 1. Pertumbuhan itik Cihateup jantan asal Tasikmalaya cenderung lebih besar dibandingkan asal Garut walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Pertumbuhan itik betina asal Tasikmalaya dan Garut tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Berdasarkan Gambar 1 pola pertumbuhan diantara keduanya menunjukkan pola yang sama. Pertumbuhan itik jantan asal Tasikmalaya dan Garut cenderung lebih besar dibandingkan dengan itik betina. Terjadinya laju pertumbuhan yang besar pada ternak jantan disebabkan oleh peran hormon androgen. Pada beberapa hewan, androgen menstimulasi anabolisme protein dan juga meningkatkan retensi nitrogen. Hal ini merupakan sebab terjadinya pertumbuhan pada jantan dewasa yang lebih cepat dan lebih baik (NALBANDOV, 1990). Bobot tetas itik Cihateup asal Tasikmalaya jantan dan betina cenderung lebih besar dibandingkan dengan asal Garut. Hal ini sejalan dengan bobot telur itik asal Tasikmalaya yang lebih besar dibandingkan asal Garut. Bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur, semakin besar bobot telur maka semakin besar pula bobot tetasnya. Demikian halnya dengan bobot akhir pada umur 14 minggu, itik asal Tasikmalaya cenderung lebih besar dibandingkan asal Garut walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Bobot tetas itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut relatif sama dengan bobot tetas itik Alabio (40,27 g) dan Mojosari (39,47 g) hasil penelitian SUSANTI et al. (1998). Bobo thidup (g) 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 JT 41.98 111.9 270.3 509.6 769.6 963.6 1158 1329 1403 1468 1530 1556 1567 1584 1591 BT 43.53 121.3 251 450.5 618.5 804.9 971.3 1133 1203 1250 1311 1337 1350 1365 1388 JG 39.91 107.7 253.5 457.9 676 843.3 1029 1174 1266 1340 1420 1474 1496 1521 1537 BG 40.6 98.2 240.5 409.7 610.2 773 942.9 1087 1172 1236 1294 1325 1341 1351 1358 Umur (minggu) JT = Jantan Tasikmalaya JG = Jantan Garut BT = Betina Tasikmalaya BG = Betina Garut Gambar 1. Pertumbuhan itik Cihateup selama penelitian 798

Karakteristik ukuran dan bentuk itik Cihateup Panjang leher memberikan kontribusi terbesar pada ukuran tubuh itik Cihateup jantan, yang memberikan kontribusi sebesar 0,887 berdasarkan nilai vektor Eigen yang diperoleh. Korelasi antara ukuran dan panjang leher sebesar 0,9771. Berdasarkan nilai korelasi yang positif maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar panjang leher maka ukuran ternak tersebut semakin besar dan sebaliknya. Bentuk tubuh itik Cihateup jantan paling banyak dipengaruhi oleh panjang tulang sayap dengan nilai vektor Eigen sebesar 0,728. Korelasi antara panjang tulang sayap dengan bentuk tubuh adalah 0,7027 yang bernilai positif berarti semakin tinggi panjang tulang sayap, maka skor bentuk yang diperoleh semakin tinggi dan sebaliknya. Ukuran tubuh itik Cihateup jantan asal Tasikmalaya dan Garut menunjukkan ukuran yang hampir sama (Gambar 2). Bentuk tubuh itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut juga menunjukkan bentuk yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat kekerabatan diantara itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut bila dilihat dari ukuran dan bentuk yang sama. Persamaan ukuran dan bentuk diantara kedua asal itik juga sejalan dengan bobot hidup diantara keduanya pada umur 14 minggu yang tidak berbeda nyata. Ukuran tubuh itik Cihateup betina paling banyak dipengaruhi oleh panjang tulang sayap yang memberikan kontribusi sebesar 0,781 berdasarkan vektor Eigen yang diperoleh, dengan korelasi sebesar 0,8848. Nilai korelasi yang menunjukkan arah hubungan antara ukuran dan panjang tulang sayap positif berarti semakin besar ukuran tubuh maka ukuran panjang tulang sayap semakin besar dan sebaliknya. Bentuk tubuh itik Cihateup betina paling banyak dipengaruhi oleh panjang leher yang memberikan kontribusi sebesar 0,758 dengan korelasi sebesar 0,6879. Nilai korelasi yang positif berarti semakin panjang leher maka skor bentuk yang diperoleh semakin besar dan sebaliknya. Gambar3 menyajikan secara kerumunan data individu pada kelompok itik Cihateup betina. Ukuran dan bentuk tubuh itik betina asal Tasikmalaya cenderung lebih kecil daripada asal Garut. Walaupun demikian, banyak kerumunan data individu diantara kedua asal itik yang saling tumpang tindih. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan kekerabatan yang dekat diantara kedua asal itik bila dilihat dari ukuran dan bentuk yang sama. Bila dibandingkan dengan bobot hidup diantara keduanya pada umur 14 minggu yang tidak berbeda nyata maka dapat diketahui bahwa postur tubuh itik betina asal Garut lebih tinggi daripada asal Tasikmalaya. Jantan Garut + Jantan Tasikmalaya bentuk 13 14 Ukuran Gambar 2. Grafik ukuran dan bentuk itik Cihateup jantan dari satu persamaan 799

o Betina Garut + Betina Tasikmalaya Bentuk Ukuran Gambar 3. Grafik ukuran dan bentuk itik Cihateup betina dari satu persamaan Tabel 3. Konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup dan konversi pakan itik Cihateup (umur 1 14 minggu) Peubah Jantan Betina Tasikmalaya Garut Tasikmalaya Garut Konsumsi pakan (g/ekor) 10.546,90 10.156,28 9.733,08 9.763,94 Pertambahan bobot hidup (g/ekor) 1.549,38 1.477,45 1.344,41 1.318,79 Konversi pakan 6,81 6,78 7,24 7,43 Karakteristik konsumsi dan konversi pakan Konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup dan konversi pakan itik Cihateup umur 1 14 minggu disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan data konsumsi dan pertambahan bobot hidup, dapat diketahui konversi pakan itik jantan asal Tasikmalaya (6,81) dengan Garut (6,78) tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Demikian halnya dengan konversi pakan itik betina asal Tasikmalaya (7,24) dan Garut (7,43) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Bila dibandingkan konversi pakan antara itik jantan dengan betina, maka konversi pakan itik jantan cenderung lebih rendah daripada itik betina, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa itik jantan lebih efisien dalam memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan dibanding dengan itik betina. Karakteristik kualitatif corak bulu, warna paruh dan shank Hasil pengamatan persentase fenotipik corak bulu, warna paruh dan shank itik Cihateup jantan dan betina asal Tasikmalaya dan Garut menunjukkan bahwa corak bulu itik jantan asal Tasikmalaya pada bagian leher, punggung dan kaki didominasi oleh corak bulu pencilled (88,89%), dan sedikit yang bercorak polos (11,11%). Pada bagian dada ditemukan corak bulu laced (11,11%), seperti pada itik betina. Keseluruhan itik jantan asal Tasikmalaya (100%) bercorak bulu polos pada bagian ekor. Demikian halnya dengan itik jantan asal Garut, pada bagian leher, punggung dan kaki didominasi oleh corak bulu pencilled (94,29%), dan sedikit yang bercorak polos (5,71%). Pada bagian dada ditemukan corak bulu laced (22,86%), seperti pada itik betina. Keseluruhan 800

itik jantan asal Garut (100%) bercorak bulu polos pada bagian ekor. Itik Alabio jantan hasil pengamatan HARDJOSWORO (1985) mempunyai dua corak bulu dominan yaitu laced dan pada bagian punggung pencilled. Pada itik betina asal Tasikmalaya dan Garut ditemui dua macam corak bulu yaitu laced dan buttercup. Pada bagian leher, punggung, dada, ekor dan kaki didominasi oleh corak bulu laced. Corak bulu laced itik betina asal Tasikmalaya (63,16%) lebih banyak daripada corak buttercup (36,84%). Demikian halnya dengan itik asal Garut corak bulu laced (64,86%) lebih banyak daripada corak buttercup (35,14). Sedangkan itik Alabio betina hasil pengamatan HARDJOSWORO (1985) mempunyai satu corak bulu yaitu laced. Warna paruh dan shank itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut ada dua macam yaitu hitam dan kuning. Warna hitam pada paruh dan shank itik jantan asal Tasikmalaya (88,89%) dan Garut (85,71%) lebih banyak daripada warna kuning. Demikian halnya dengan itik betina warna paruh dan shank itik asal Tasikmalaya (89,47%) dan Garut (91,89%) lebih banyak warna hitam daripada warna kuning. Warna paruh dan shank saling berhubungan. Warna kulit pada paruh dan shank dipengaruhi oleh gen dermal melanin (id + ) yang menyebabkan warna hitam. Sedangkan warna kuning dipengaruhi oleh gen Id (Inhibitor dermal melanin) yang bersifat menghambat peletakan pigmen melanin pada kulit (HUTT, 1949). Warna paruh dan shank itik Cihateup yang hitam mirip dengan itik Tegal dan itik Mojosari, sedangkan itik Alabio memiliki warna paruh dan shank kuning. Kekerabatan itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut Berdasarkan frekuensi gen enam lokus protein darah yang diamati (albumin, post albumin, transferin, post transferin-1, dan post transferin-2) menunjukkan bahwa itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut mempunyai jarak genetik yang dekat. Nilai jarak genetik itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut adalah sebesar 0,0469 (Gambar 4). Bila dibandingkan dengan jarak genetik antara itik Bali dan Khaki Campbell, juga itik Alabio dan Mojosari yang berjarak 1,420 dan 1,548 (BRAHMANTIYO et al., 2003) maka jarak genetik itik Cihateup asal Tasikmalaya dengan Garut tersebut termasuk dekat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan kekerabatan antara itik Cihateup asal Tasikmalaya dengan Garut. KESIMPULAN Bobot telur itik Cihateup asal Tasikmalaya (68,0 g) lebih besar daripada asal Garut (65,6 g). Indeks telur itik asal Tasikmalaya (80,19%) sama dengan asal Garut (79,67%) dan keduanya termasuk indeks telur yang normal. Fertilitas telur asal Garut (61,0%) lebih tinggi bila dibandingkan asal Tasikmalaya (36,75%). Daya tetas telur itik asal Tasikmalaya (65,12%) lebih baik dibandingkan asal Garut (52,46%). Pertumbuhan itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut menunjukkan pola pertumbuhan yang sama. Ukuran tubuh itik Cihateup jantan asal Tasikmalaya dan Garut adalah sama, sedangkan ukuran tubuh itik betina asal Tasikmalaya cenderung lebih kecil daripada asal Garut. Itik jantan lebih efisien dalam memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan dibandingkan dengan itik betina. Konversi pakan itik jantan asal Tasikmalaya dan Garut adalah sama, demikian halnya dengan itik betina. Karakteristik kualitatif yang diwakili oleh corak bulu menunjukkan bahwa corak bulu itik Cihateup jantan adalah pencilled sedangkan itik betina didominasi oleh corak bulu laced. Warna paruh dan shank itik Cihateup didominasi oleh warna hitam dan sedikit yang Tasikmalaya Garut 0,00 0,05 0,10 Gambar 4. Dendogram yang menunjukkan jarak genetik antara itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut berdasarkan enam lokus protein darah 801

berwarna kuning. Terdapat hubungan kekerabatan yang dekat antara itik Cihateup asal Tasikmalaya dengan Garut. DAFTAR PUSTAKA BRAHMANTIYO B., L.H. PRASETYO, A.R. SETIOKO dan R.H. MULYONO. 2003. Pendugaan jarak genetik dan faktor peubah pembeda galur itik (Alabio, Bali, Khaki Campbell, Mojosari dan Pegagan) melalui analisis morfometrik. JITV 8(1): 1 7. HARDJOSWORO, P.S. 1985. Konservasi Ternak Asli. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. HUTT, T.B. 1949. Genetics of The Fowl. New York: Mc Graw-Hill Book Company. NALBANDOV, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Edisi ke-3. Jakarta: University Indonesia Pr. NEI, M. 1972. Genetic distance between population. Amer. Nat. 106: 283 292. ROMANOFF, A.L. and A.J. ROMANOFF. 1963. The Avian Egg. New York: John Wiley and Sons. SMYTH, J.R. 1990. Genetics of Plumage, Skin and Eye Pigmentation in Chickens. In: Poultry Breeding and Genetics. CRAWFORD, R.D. (Ed.). Amsterdam: Elsevier. STANFIELD, W.D. 1982. Theory and Problems of Genetics. Second Edition. New York: Mc Graw-Hill Book Company. SUSANTI T., L.H. PRASETYO, C.R. YONO dan K.S. WAHYUNING. 1998. Pertumbuhan galur persilangan timbal balik itik Alabio dan Mojosari. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. DISKUSI Pertanyaan: 1. Bagaimana populasi dan ciri-ciri itik Cihateup? 2. Produksi telurnya serendah apa dan itik apa yang dipakai sebagai pembanding? 3. Sampel diambil dari mana? 4. Mengapa jumlah sampel tidak sama (117 ekor dan 400 ekor)? 5. Apa itik Cihateup hanya ada di Tasikmalaya dan Garut? Apa kontribusi itik tersebut terhadap kehidupan masyarakat setempat dan bagaimana perkembangannya? 6. Analisa apa yang dipakai untuk menentukan kekerabatan? 7. Bila ada hubungan kekerabatan antara itik Cihateup asal Tasikmalaya dan Garut, kira-kira mengapa demikian? 8. Apa arti ukuran tubuh dan bentuk tubuh? Jawaban: 1. Data dari Dinas Peternakan Kabupaten Tasikmalaya populasi itik Cihateup betina 24.300 ekor dan jantan 8000 ekor. Ciri-cirinya: itik jantan lehernya lebih panjang dibandingkan dengan itik lainnya, tubuh tegak dan warna bulu itik jantan dan betina lebih gelap dibandingkan dengan itik local Tegal, Cirebon dan Mojosari, serta dapat beradaptasi di tempat dingin/daerah pegunungan. 2. Produksi telurnya hanya 150-180 butir/tahun, lebih rendah dibandingkan dengan Iitik Tegal, Cirebon, Magelang dan Mojosari yang dapat mencapai 200-250 butir/tahun. 3. Sampel berasal dari peternakan rakyat yang ada di Tasikmalaya dan Garut. 802

4. Jumlah sampel tidak sama karena sangat sulit untuk mendapatkan telur di peternakan rakyat yang skala pemeliharaannya hanya 10-30 ekor/kk. 5. Itik Cihateup sudah dipelihara bertahun-tahun di kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya dan cukup membantu meningkatkan pendapatan keluarga peternak itik, walaupun rata-rata tiap keluarga hanya memiliki 20 ekor itik saja. 6. Analisa untuk menentukan kekerabatan adalah analisa polimorfisme protein darah melalui teknik elektroforesis poliakrilamid gel. Protein darah diambil melalui sel darah merah (Hemoglobin) dan plasma darah (albumin, transferin, post-transferin 1, post-transferin 2 dan post albumin). 7. Ada hubungan berarti itik yang berasal dari Tasikmalaya dan Garut masih itik Cihateup. Takutnya itik dari 2 lokasi tersebut yang digunakan untuk penelitian ini bukan itik Cihateup. 8. Ukuran tubuh artinya adalah panjang pendeknya bagian tubuh suatu ternak, sedangkan bentuk tubuh artinya bentuk tubuh ternak apakan lonjong atau bulat. 803