STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SENSASI THERMAL PADA MASJID AL-HUDA JOGLO, JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya

Seminar Nasional IENACO ISSN:

TINGKAT KENYAMANAN TERMAL BAGI PENGGUNA TAMAN DI JAKARTA (STUDI KASUS : TAMAN SITU LEMBANG DAN TAMAN SUROPATI, JAKARTA)

KENYAMANAN TERMAL PENGGUNA RUANG TUNGGU DI STASIUN JAKARTA KOTA

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

PENGARUH BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN SUHU PADA MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTER

Evaluasi Kenyamanan Termal pada Ruang Kelas Pondok Pesantren Daar el-huda di Kabupaten Tangerang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

KENYAMANAN TERMAL GEDUNG SETDA KUDUS

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS VENTILASI BAWAH TERHADAP KENYAMANAN DAN PMV (PREDICTED MEAN VOTE) PADA GEREJA KATEDRAL, SEMARANG

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN UMUM

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANGAN KELAS DI SDN BERDASARKAN INDEKS PMV DAN PPD SKRIPSI OLEH MELIANA

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENGARUH RONGGA PADA DINDING BATAKO TERHADAP SUHU RUANG DALAM

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS ANDALAS TUGAS AKHIR. Oleh : DEWI RAHMADANI NO BP

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

Evaluasi Desain Asrama Siswa dalam Aspek Kenyamanan Termal pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Jawa Timur

KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN. THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH BENTUK ATAP TERHADAP KARAKTERISTIK THERMAL PADA RUMAH TINGGAL TIGA LANTAI

BAB I PENDAHULUAN. ruangan. Untuk mencapai kinerja optimal dari kegiatan dalam ruangan tersebut

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PENGHUNI BAGI RUMAH KOLONIAL DI KALIANGET. Abstrak

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

EVALUASI KENYAMANAN THERMAL MESJID AR-RAUDDAH KOTA MEDAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

REDESAIN RUSUNAWA MAHASISWA PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO DENGAN PENDEKATAN KENYAMANAN TERMAL

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

Foam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal Pada Rumah Hunian

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP TIGKAT KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP TIGKAT KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

PERBANDINGAN MATERIAL ATAP DAK BETON DAN ASBES DALAM ASPEK KARAKTERISTIK TERMAL (DI KOMPLEK PERUMAHAN PURI ASIH PASAR KEMIS KABUPATEN TANGERANG)

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia ISSN

KINERJA PENERAPAN MODEL JENDELA ADAPTIF PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DI MALANG JURNAL ILMIAH

PENELITIAN KENYAMANAN TERMIS DI JAKARTA SEBAGAI ACUAN SUHU NYAMAN MANUSIA INDONESIA

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM VENTILASI DALAM MENINGKATKAN KENYAMANAN TERMAL PEKERJA DI RUANGAN FORMULASI PT XYZ

Aliran Udara Dalam Ruang Masjid Jawa Modern Studi Kasus Masjid Babadan Yogyakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KARAKTERISTIK VENTILASI DAN LINGKUNGAN TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SMPN DI JAKARTA SELATAN

RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga. penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

KENYAMANAN THERMAL PADA MASJID AL IRSYAD KOTABARU PARAHYANGAN, JAWA BARAT

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

PENGARUH PEMASANGAN EXHAUST FAN DI RUANG KELAS 3.8 FAKULTAS TEKNIK UNTIRTA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL YANG DIHASILKAN

Analisis Kenyamanan Termal Ruang Kelas Sekolah Dasar di Kota Makassar

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG Debby Desyana dan M.Syarif Hidayat Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta - Indonesia e-mail: debby_desyana@yahoo.com ABSTRACT The mosque is an adherent of the religion of Islam religious buildings, which contain all the activities of ritual worship. In the implementation of related praying therein related physical and psychological comfort that will support the purpose of worship. The problem of this research is how the thermal conditions in buildings and thermal sensation perceived mosque users. The purpose of this study is to determine the thermal comfort in buildings and are felt by the users of the building Jami Al-Mubarok Kababupaten Tangerang. The tools used are the thermometer, hygrometer, anemometer and questionnaire. Measurements were made over two days, on Thursday every prayer time from 04:00 to 20:00 hours. As for Friday, the measurement is based on the time of prayer. After the testing of thermal estimator to determine PMV and PPD. The results from 200 respondents 06 respondents (53) are in the 'neutral', 22 respondents () in the region of 'warm', 7 respondents (8.5) in the region of 'hot', and 45 respondents (22,5) in the region of 'cool'. While the calculation of Thermal Comfort Estimator software, showed that thermal comfort estimator users mosque with an average measurement of air temperature 28.3ºC, relative humidity and wind speed of m/s, PMV.30 + (Warm) and PPD 4. The conclusion of this study is from field measurements of the highest temperature reached 30.4 C and the lowest temperature reached 26.4 C, from the measurement of the respondents, the thermal sensation in the region of 'neutral' and the estimator calculations indicate that the thermal sensation located in the area 'warm'. Keywords: Mosque, Thermal Comfort, PMV, PPD ABSTRAK Masjid merupakan bangunan ibadah pemeluk agama islam, yang mewadahi segala kegiatan ritual ibadah. Dalam pelaksanakan ibadah shalat terkait di dalamnya terkait kenyamanan fisik maupun psikologis dimana akan mendukung maksud dari ibadah. Masalah penelitian ini adalah bagaimana kondisi termal pada bangunan dan sensasi termal yang dirasakan pengguna masjid. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kenyamanan termal pada bangunan dan yang di rasakan oleh para pengguna bangunan Masjid Jami Al-Mubarok Kababupaten Tangerang. Alat yang digunakan adalah termometer, hygrometer, anemometer dan kuisoner. Pengukuran dilakukan selama dua hari, yaitu pada hari Kamis setiap waktu shalat dari jam 04.00-20. Sedangkan untuk hari Jum at, pengukuran berdasarkan waktu shalat. Setelah itu dari termal estimator dilakukan pengujian untuk mengetahui PMV dan PPD. Hasilnya dari 200 responden 06 responden (53) berada pada daerah netral, 22 responden () berada pada daerah hangat, 7 responden (8,5) berada pada daerah panas, dan 45 responden (22,5) berada pada daerah sejuk. Sedangkan dari perhitungan software Thermal Comfort Estimator, menunjukkan bahwa kenyamanan termal pengguna masjid dengan pengukuran estimator rata-rata suhu udara 28.3ºC, kelembaban udara dan kecepatan angin m/s, PMV.30 + (Hangat) dan PPD 4. Kesimpulan penelitian ini adalah dari pengukuran dilapangan suhu tertinggi mencapai 30,4 ºC dan suhu terendah mencapai 26,4 ºC, dari pengukuran responden, sensasi termal berada pada daerah netral dan dalam perhitungan estimator menunjukkan bahwa sensasi termal berada didaerah hangat. Kata Kunci: Masjid, Kenyamanan termal, PMV, PPD

. PENDAHULUAN Bangunan yang baik adalah bangunan yang dapat mewadahi semua aktifitas penggunanya. Masjid merupakan bangunan ibadah yang dapat kita jumpai hampir pada semua tempat di Indonesia. Masjid pada umumnya menggunakan ventilasi alami untuk menunjang kenyamanan termal dalam ruang. Untuk aktifitas sholat sehari-hari dengan jumlah jama ah yang tidak terlalu banyak, kenyamanan termal dalam ruang masjid umumnya dapat dicapai. Tetapi pada saat pelaksanaan sholat Jum at dengan kapasitas penuh, ruangan akan menjadi panas dan pengap, karena terjadinya akumulasi panas yang dikeluarkan oleh setiap tubuh. Untuk meningkatkan kenyamanan termal dalam ruang cara yang paling baik adalah dengan memaksimalkan aliran udara, yaitu dengan mengupayakan bukaan pada dinding yang seluas-luasnya, bahkan pada beberapa masjid tidak memiliki dinding. Namun upaya ini menurut Indaryadi (20) dalam Satwiko.P (2004) dengan privacy dan security. Pada dasarya arsitektur merupakan suatu wadah kegiatan manusia agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara nyaman. Dengan kata lain salah satu fungsi utama bangunan adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun psikis bagi pemakai bangunan. Dengan kata lain salah satu fungsi utama bangunan adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun psikis bagi pemakai bangunan. Kenyamanan fisik bersifat universal dan dapat di hitung dengan berbagai pengukuran. Sedangkan kenyamanan psikis terkait dengan kepercayaan, agama, aturan dan sebagainya. Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Kaitannya dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan. Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah ia menghendaki perubahan suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan. Standard Amerika (ASHRAE 55-992) mendefinisikan kenyamanan termal sebagai perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termalnya. Dalam standard ini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang diukur menyatakan nyaman secara termal. Perkiraan Sensasi Thermis Rata-rata (PMV) adalah sama dengan fungsi dari temperatur udara kelembaban udara, suhu radiasi, dan kecepatan udara, laju metabolisma tubuh dan Sedangkan nilai dari PMV berada diantara rentang -3 dan +3 jenis pakaian dengan pengertian sebagai berikut -3 (dingin sekali), -2 (dingin), -(sejuk), 0 (netral), + (hangat), +2 (panas), +3 (panas sekali). Suatu kondisi dinyatakan masih nyaman apabila nilai PMV berada diantara -0.5 hingga +0.5. Pada kondisi semacam ini diperkirakan sekitar 90 dari sekelompok manusia yang berada didalam suatu ruangan (yang secara thermal homogen) akan merasa nyaman. Pada kondisi PMV : 0, diperkirakan sekitar 95 dari sekelompok manusia yang diteliti merasa nyaman secara thermis (suhu), Dalam teori kenyamanan suhu bahwa angka 00 nyaman dari sekelompok manusia (yang berada di dalam suatu ruangan yang sama dan secara thermal homogen) tidak akan pernah tercapai. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi tubuh manusia serta faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan sensasi thermis secara tidak sistematis atau beraturan (Amin, Danusputra, dkk, 2002). Menurut teori kenyamanan termal yang hingga kini diberlakukan, dinyatakan bahwa kondisi kenyamanan termal ditentukan oleh faktor iklim dan faktor individu atau faktor personal. Fator iklim yang mempengaruhi terdiri dari: suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban udara serta kecepatan angin. Sementara faktor individu yang turut menentukan keadaan suhu nyaman adalah laju metabolisme (atau jenis aktifitas) serta pakaian yang dikenakan. Teori Fanger dalam Basaria (2005), kenyamanan termal yang dapat dirasakan manusia merupakan fungsi dari faktor iklim serta dua faktor individu yaitu jenis aktifitas yang berkaitan dengan metabolism tubuh serta jenis pakaian yang digunakan. Sedangkan menurut Szokolay dalam Manual of Tripical and Building dalam Basaria (2005), menyebutkan kenyamanan tergantung pada variable iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembababn udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aktimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit. Menurut Humpheys dan nicol dalam basaria (2005),

kenyamanan suhu juga dipengaruhi oleh adaptasi dari masing-masing individu terhadap suhu luar disekitarnya. Houghton dan Yaglou (dalam Determining Lines of Equal Comfort _Vol. 29, 923), menyatakan kenyamanan sebagai fungsi dari radiasi panas, temperatur, kelembaban udara dan gerakan udara yang disebut sebagai Temperatur Efektif (TE). Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah adalah bagaimana kondisi termal pada bangunan Masjid Jami Al-Mubarok Kab.Tangerang? bagaimana sensasi termal yang di rasakan oleh pengguna masjid?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenyamanan termal pada bangunan dan yang di rasakan oleh para pengguna bangunan Masjid Jami Al- Mubarok Kab. Tangerang. 2. BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian ini dilakukan di Masjid Jami Al-Mubarok yang berada di Jalan Raya Bitung Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang-Banten. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan pengukuran dan pembagian kuisioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi termal bangunan dan sensasi termal yang dirasakan responden. Karakteristik masjid, dilihat dari bentuknya yaitu Masjid Jami Al-Mubarok ini berbentuk persegi panjang yang dibangun pada sebuah daratan dengan halaman yang terbuka dan tempat ibadah di dalam. Halaman di masjid sering digunakan untuk menampung jamaah pada shalat jum at, tarawih serta hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Masjid ini berukuran besar, mempunyai atap datar atasnya dan dignakan untuk menopang tiang-tiang. Masjid ini memiliki kubah besar di tengah, dimana kubah ini melingkupi sebagian besar area shalat. Menara adalah bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara. Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Masjid ini memakai bentuk setengah lingkaran, di kubah pun kaca yang menjadi ventilasi alami untuk pencahayaan di siang hari. Masjid ini termasuk masjid terbuka, dimana masjid ini dikelilingi kaca dan banyak memiliki pintu yang cukup banyak. Parkiran Masjid Gambar. Lokasi Masjid Jami Al-Mubarok Kabupaten Tangerang Sumber : google Earth Gambar 2. Tampak UtaraMasjid Jami Al-Mubarok Sumber : Data Pribadi, 204

Gambar 3. Potongan Masjid Jami Al-Mubarok Sumber : Data Pribadi, 204 Lokasi ini dipilih sebagai lokasi studi kasus karena bangunan ini tidak menggunakan AC (air conditioning) sehingga akan lebih mudah untuk mengetahui bagaimana kenyamanan termal pada bangunan ini, karena rata-rata bangunan yang sudah menggunakan AC memiliki kenyamanan termal yang cukup baik. Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa peralatan penelitian dan menggunakan software yaitu:. Thermometer (untuk mengukur suhu ruang dalam dan luar) 2. Hygrometer (untuk mengukur kelembaban udara dalam dan luar) 3. Anemometer (untuk mengukur kecepatan angin) 4. Thermal Comfort Estimator Gambar 4. Thermometer Gambar 5. Hygrometer Gambar 6. Anemometer Gambar 7. Thermal Comfort Estimator Pengukuran dilakukan selama 2 hari pada hari pertama pengukuran 4 titik ruang dalam dan 4 titik ruang luar (koridor) dan hari kedua pengukuran 35 titik ruang dalam dan 5 titik ruang luar (koridor). Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin. Hasil yang didapatkan ditulis pada parameter yang sudah disiapkan, dan dimasukkan bersamaan ketika pembagian kuisioner. Suhu terendah yang didapat mencapai 26,4 o C dan suhu tertinggi mencapai 30,9 o C. Pembagian kuisioner pada 200 responden, dimana 00 responden dihari pertama pada waktu shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya dan 00 respnden dihari kedua yaitu pada waktu shalat jum at Tujuan dibagiakannya kuisioner ke responden adalah untuk mendapatkan data sensasi termal pada pengguna masjid. setelah memperoleh data ternyata yang didapatkan jawabannya beragam dari subuh sampai isya, sensasi yang dirasakan mulai dari dari dingin sekali sampai panas sekali. Pada survei ini menggunakan kuisioner yang diberikan pada pengguna masjid dengan ketentuan sebagai berikut retan waktu shalat subuh pada pukul 04.00-05.00, dzuhur 2.00-3.00, ashar 5.00-6.00, maghrib 8.00-9.00, dan isya 9.00-20, dan pada shalat jum at. Rancangan penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan proses/metoda penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Penelitian metode ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan pengukuran dan kuisioner. Pada penelitian ini variabel

Suhu Udara ( C) yang digunakan untuk memberikan batasan pembahasan didalam penelitian adalah variabel bebas yang terdiri dari suhu udara (Ta), kecepatan udara (Va), kelembaban udara (RH). Untuk variable terikat terdiri dari kenyamanan termal responden. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Kondisi Termal Pada Bangunan Pengukuran Hari Pertama di 4 Titik ruang dalam dan 4 Titik ruang Luar Gambar 8. Titik Pengukuran Hari Pertama Lt. Ruang Utama 3.0 3 29.0 28.0 27.0 26.0 KORIDOR 25.0 Waktu Pengukuran (Jam) Gambar 9. Titik Pengukuran Hari Pertama Lt. Ruang Utama Secara umum, pada ruang shalat utama lantai suhu di ruang utama lebih rendah dibandingkan dengan suhu di luar ruangan (koridor). Mulai dini hari suhu ruang utama dari pukul 04:00 sampai pukul 06:00 suhu udara turun mencapai 26,8 C. Sedangkan di ruang luar (koridor) suhu udara naik mencapai 27,5 C. Pada pukul 07:00 suhu di ruang luar (koridor) mengalami penurunan mencapai 27,0 C. Dengan berjalannya waktu suhu udara di dalam ruang utama semakin siang maka suhu udara ruangan semakin naik, puncaknya pada pukul 3:00 mencapai 30, C. Begitupun suhu udara di luar (koridor) mencapai 30, C. Namun sore sampai malam suhu udara di dalam ruang utama kembali turun mencapai 28,4 C. Sedangkan di ruang luar (koridor) pada malam hari pukul 9:00-20:00 suhu udara naik mencapai 28,9 C. Dengan rata-rata suhu udara ruang masjid tertinggi mencapai 30, C dan rata-rata suhu udara terendah mencapai 26,8 C. Sedangkan rata-rata tertinggi suhu udara koridor mencapai 30,8 C dan rata-rata suhu udara terendah mencapai 26,95 C. Jadi, suhu udara tertinggi berada pada koridor. Hal ini terjadi karena koridor berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan

KECEPATAN ANGIN (m/s) KELEMBABAN () untuk ruang dalam sudah dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu, yang mengakibatkan suhu udara di dalam lebih rendah dibandingkan suhu udara di luar. 0 95.0 9 85.0 8 75.0 7 65.0 6 KORIDOR WAKTU PENGUKURAN (JAM) Gambar 0. Hasil pengukuran kelembaban hari pertama Secara umum, pada ruang shalat utama lantai kelembaban di ruang utama lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban di ruang luar (koridor). Pada pukul 04:00-07:00 sudah memperlihatkan bahwa kelembaban tinggi mencapai 86,. Sedangkan di ruang luar (koridor) kelembaban mencapai 83,8. Semakin siang kelembaban di ruang utama mengalami penurunan pada pukul 3:00 mencapai 68,9. Sedangkan di ruang luar (koridor) kelembaban mencapai 68,5. Dengan berjalannya waktu maka, kelembaban di ruang utama kembali naik sampai pukul 6:00 mencapai 72,. Sedangkan diruang luar (koridor) kelembaban mencapai 73,3. Semakin malam, maka kelembaban pun semakin naik mencapai,6. Sedangkan di ruang luar (koridor) mencapai,3. Dengan rata-rata tertinggi kelembaban udara ruang masjid mencapai 86 dan rata-rata kelembaban udra terendah mencapai 69. Sedangkan rata-rata kelembaban udara koridor tertinggi mencapai 83,8 dan rata-rata kelembaban udara koridor terendah mencapai 68,5. Kelembaban tertinggi berada di ruang dalam. Hal ini terjadi karena suhu udara di dalam bangunan rendah. Sehingga kelembaban di ruang luar lebih rendah karena suhu udara di luar ruangan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu udara maka kelembaban pun akan rendah. Jika suhu udara rendah maka kelembaban pun akan tinggi..4.2.0 0.8 0.6 0.4 KORIDOR WAKTU PENGUKURAN (JAM) Gambar. Hasil pengukuran Kecepatan angin hari pertama Secara umum, pada ruang shalat utama lantai angin diruang utama lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan angin diruang luar (koridor) yang sangat besar. Dari dini hari sampai malam hari kecepatan angin didalam bangunan relatif sama, kecepatan angin tertinggi mencapai 0,3 m/s pada pukul 07:00 pagi dan pukul 7:00 sore hari. Sedangkan kecepatan angin diruang luar (koridor) dari dini hari sampai pagi jam 0:00 kecepatan angin relatif sama mencapai 0,2 m/s. Namun berjalannya waktu semakin siang kecepatan angin diruang luar (koridor) cukup naik mencapai 0,6 m/s. Akan tetapi pada pukul 5:00 kecepatan angin kembali kecil mencapai 0,2 m/s. Kecepatan angin diruang luar (koridor) cukup besar pada pukul 6:00-7:00 mencapai,2 m/s. Lalu semakin malam kecepatan angin pun kembali kecil mencapai 0,3 m/s. Dengan rata-rata kecepatan angin ruang masjid tertinggi mencapai 0.3 m/s dan ratarata terendah mencapai m/s. Sedangkan rata-rata kecepatan angin tertinggi di koridor

SUHU UDARA ( C) mencapai.2 m/s dan rata-rata terendah mencapai m/s. Kecepatan angin tertinggi yaitu pada koridor. Karena koridor berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan kecepatan angin di ruang dalam lebih rendah, karena angin yang masuk ke dalam bangunan dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu. Pengukuran Hari Pertama di 35 Titik ruang dalam dan 5 Titik ruang Luar Gambar 2. Titik pengukuran hari kedua 32.0 3.0 3 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 4:00 5:00 2:003:005:006:007:008:009:0020:00 KORIDOR LANTAI LANTAI 2 BELAKANG KORIDOR LANTAI BELAKANG WAKTU PENGUKURAN (JAM) Gambar 3. Hasil Pengukuran suhu udara hari kedua Secara umum, pada suhu udara lantai, koridor lanatai dan lantai 2 cukup rendah, sedangkan di lantai belakang dan koridor suhu udara cukup tinggi. Pergerakan suhu udara ruang utama lt. dan koridor suhu tertinggi mencapai 30, C. Sedangkan suhu udara dilantai 2 suhu tertinggi mencapai 30,2 C. Namun untuk ruang lantai suhu udara tertinggi mencapai 30,8 C. Sedangkan dikoridor lantai belakang suhu udara tertinggi mencapai 30,9 C. Secara Umum, rata-rata suhu udara ruang lantai mencapai 29.0 C dan rata-rata suhu udara koridor mencapai 29,2 C. Sedangkan rata-rata suhu udara lantai belakang mencapai 29,4 C dan suhu udara rata-rata di koridor mencapai 29,5 C. Dengan rata-rata suhu udara lantai 2 mencapai 29,0 C. Jadi, suhu udara tertinggi berada pada koridor. Hal ini terjadi karena koridor berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan untuk ruang dalam sudah dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu, yang mengakibatkan suhu udara didalam lebih rendah dibandingkan suhu udara diluar.

KECEPATAN ANGIN (m/s) KELEMBABAN () 0 95.0 9 85.0 8 75.0 7 65.0 6 4:00 5:00 2:003:005:006:007:008:009:0020:00 WAKTU PENGUKURAN (JAM) KORIDOR LANTAI LANTAI 2 BELAKANG KORIDOR LANTAI BELAKANG Gambar 4. Hasil pengukuran kelembaban angin hari kedua Secara umum, pada ruang shalat utama lantai dan ruang luar (koridor) dilihat dari alur grafik, maka kelembaban di ruang utama dan koridor cukup tinggi mencapai 83, dibanding dengan kelembaban di lantai 2 mencapai 8,2, Sedangkan di lantai belakang dan koridor kelembaban cukup rendah mencapai 63,8. Namun dengan pergerakannya waktu lantai belakang cukup tinggi dari pukul 8:00-20:00 mencapai 83, dan pada koridor memiliki kelembaban mencapai 87. Dengan rata-rata kelembaban udara lantai mencapai 76 dan rata-rata kelembaban di koridor mencapai 74. Sedangkan rata-rata kelembaban di lantai belakang mencapai 73 dan rata-rata kelembaban di koridor mencapai 72. Namun, ratarata kelembaban udara lantai 2 mencapai 75. Kelembaban tertinggi berada di ruang dalam. Hal ini terjadi karena suhu udara didalam bangunan rendah. Sehingga kelembaban di ruang luar lebih rendah karena suhu udara diluar ruangan lebih tinggi. Jadi, semakin tinggi suhu udara maka kelembaban pun akan rendah. Jika suhu udara rendah maka kelembaban pun akan tinggi. 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 4:00 5:00 2:003:005:006:007:008:009:0020:00 WAKTU PENGUKURAN (JAM) KORIDOR LANTAI 2 BELAKANG Gambar 5. Hasil pengukuran kecepatan angin hari kedua Secara umum, pada ruang shalat utama lantai dan ruang shalat lantai 2 kecepatan angin relatif sama, mencapai 0,3 m/s. Sedangkan pada lantai koridor kecepatan angin cukup besar mencapai 0,6 m/s. Namun pada lantai belakang dan ruang luar (koridor) kecepatan angin relatif sama mencapai 0, m/s. Secara Umum, rata-rata kecepatan angin lantai mencapai 0,2 m/s dan rata-rata kecepatan angin pada koridor mencapai 0,4 m/s. Sedangkan rata-rata kecepatan angin lantai belakang dan koridor mencapai 0, m/s. Namun, rata-rata kecepatan angin lantai 2 mencapai 0,2 m/s. Maka kecepatan angin terendah ditunjukan pada ruang masjid dan koridor lantai. Kecepatan angin tertinggi yaitu pada koridor. Karena koridor berhubungan langsung dengan ruang luar. Sedangkan kecepatan angin di ruang dalam lebih rendah, karena angin yang masuk ke dalam bangunan dihalangi oleh dinding, jendela dan pintu.

Jumlah Responden (Orang) Distribusi Sensasi termal dari Responden 20 00 06 (53) 60 40 20 0 (0.5) Dingin Sekali 7 (3.5) 45 (22.5) 22 () 7 (8.5) 2 () Dingin Sejuk Nyaman Hangat Panas Panas Sekali Sensasi Termal Gambar 6. Hasil pengukuran responden keseluruhan Dapat dilihat dalam gambar grafik 40 bahwa 4 orang responden (4) memberikan pilihan 0 atau netral, sementara 26 responden (26) memilih sejuk, 4 responden (4) memilih dingin, tidak ada yang memilih dingin sekali, dan 7 responden (7) memilih hangat, 0 responden (0) memilih panas, 2 responden (2) responden yang memilih panas sekali. Data diatas memperlihatkan, secara rata-rata, bahwa lebih banyak responden yang merasakan netral dibandingkan merasakan panas sekali. Pengukuran Menggunakan Program Thermal Comfort Estimator Pada Bangunan Masjid Jami Al-Mubarok Kab. Tangerang o Hasil pengukuran estimator waktu subuh Tabel. Hasil pengukuran software estimator waktu subuh Pengukuran Ta RH Va PMV PPD 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 27.0 27.0 27.0 27.3 27.2 27.2 27.3 27.3 26.8 27. 27.4 26.4 26.4 27. 84 84 85 83 83 82 82 8 86 8 83 86 84 0.3.5 0.92.6.7.4.3.6.5.04.09.20 0.74 0.73 0.8 32. 22.90 33.8 33.83 32.40 32.02 33.44 33.05 28.02 37 35.28 6.65 6.7 8.96 Min 26.4 0.73 6.7 Max 27.4 86 0.3.2 35.28 Rata-Rata 27.0 83..04 28.49 Hasil perhitungan estimator menunjukkan bahwa pada waktu subuh dari rata-rata suhu udara 27,0ºC, kelembaban udara 83, dan kecepatan angin 0, m/s. Maka PMV + (Hangat).04 dan PPD 28.49.

o Hasil pengukuran estimator waktu dzuhur Tabel 2. Hasil pengukuran software estimator waktu dzuhur Pengukuran Ta RH Va PMV PPD 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 29.5 3 3 3 30.9 29.3 30.4 30.4 30.3 30.4 3 3 3 30 70 70 68 67 68 69 68 69 69 7 69 69 69 68 0.4 0.8.72.8.94.84 2.05.4.69.98.87.92.77.89.86.85 62.85 67.6 74.2 69.22.4 46.28 6.09 75.98 70.43 72.99 65.42 7.67 77 69.70 Min 29.3 67.4 46.28 Max 30.9 7 0.8 2.05.4 Rata-Rata 3 68.6.82 68.34 Hasil pengukuran estimator pada waktu dzuhur menunjukkan bahwa dari rata-rata suhu udara 30, ºC, kelembaban udara 68,6 dan kecepatan angin 0,2 m/s. Maka PMV +2 (Panas).82 dan PPD 68.34. o Hasil pengukuran estimator waktu ashar Tabel 3. Hasil pengukuran software estimator waktu ashar Pengukuran Ta RH Va PMV PPD 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 29. 29. 29. 29. 29. 29. 29.9 3 29.7 29.2 29.7 29.5 29.5 29.7 74 73 73 72 72 73 70 7 7 72 7 74 74 70 0.7 0.4 0.3 0.9.64.26.69.37.68.44.49.87..65.69.76.76. 58.32 38.23 6.32 43.96 60.84 47.49 50.44 70.64 66.03 58.98 6.22 64. 64. 66.03 Min 29. 70.26 38.23 Max 3 74 0.9.87 70.64 Rata-Rata 29.4 72.63 58.08 Hasil perhitungan estimator pada waktu ashar menunjukkan bahwa dari ratarata suhu udara 29,4ºC, kelembaban udara 72, dan kecepatan angin 0,2 m/s. Maka PMV +2 (Panas).63 dan PPD 58.08.

o Hasil pengukuran estimator waktu maghrib Tabel 4. Hasil pengukuran software estimator waktu maghrib Pengukuran Ta RH Va PMV PPD 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 28.0 27.9 27.9 28.9 27.8 28.4 28.0 28.0 28.6 28.2 28.5 28.4 28.6 28.6 8.40.3.8.63.30.46.2.22.40.27.50.47.52.52 45.74 40.74 34.44 57.99 44 48.8 35.62 36.03 45.25 38.88 50.9 49.28 52.05 52.05 Min 27.8.8 34.44 Max 28.9 8.63 57.99 Rata-Rata 28.3.39 44.84 Hasil pengukuran estimator pada waktu maghrib menunjukkan bahwa dari rata-rata suhu udara 28,3ºC, kelembaban udara,9 dan kecepatan angin 0, m/s. Maka PMV +2 (Panas).39 dan PPD 44.84. o Hasil pengukuran estimator waktu isya Tabel 5. Hasil pengukuran software estimator waktu isya Pengukuran Ta RH Va PMV PPD 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 28. 28. 28. 28.4 28.4 28. 28. 28. 28.8 28.4 28.5 28.6 28.7 28.7 85 8 8 0.3 0.3.38.44.43.55.49.37.6.25.59.47.50.32.43.43 44.34 47.8 47.05 53.64 5 43.90 33.09 37.66 55.85 49.28 50.9 4.22 46.93 46.93 Min 28..6 33.09 Max 28.8 85 0.3.59 55.85 Rata-Rata 28.5.4 46.34 Hasil pengukuran estimator pada waktu isya menunjukkan bahwa dari rata-rata suhu udara 28,4ºC, kelembaban udara,6 dan kecepatan angin 0, m/s. Maka PMV +2 (Panas).4 dan PPD 46.34. Keterangan : PMV (Predicted Mean Vote) prediksi rata-rata sensasi termal responden. PPD (Predicted Precentage Dissatisfied) prediksi presentase ketidak nyamanan. Ta (Suhu) Rh (Kelembaban) Va ( kecepatan angin ). Pada waktu subuh, maka PMV + (Hangat).04 dan PPD 28.49. Pada waktu dzuhur, maka PMV +2 (Panas).82 dan PPD 68.34. Pada waktu ashar, maka PMV +2 (Panas).63

dan PPD 58.08. Pada waktu maghrib, maka PMV +2 (Panas).39 dan PPD 44.84. Pada waktu isya, maka PMV +2 (Panas).4 dan PPD 46.34. Pada analisis Kenyamanan termal di ruang Masjid Jami Al-Mubarok dapat disimpulkan bahwa rata-rata suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin berada di daerah +2 (Panas). Semakin tinggi nilai PMV semakin banyak responden yang menyatakan tidak nyaman, karena rentang nyaman PMV dari -0,5 sampai 0,5. Semakin rendah nilai PPD semakin rendah ketidak kenyamanan yang di nyatakan responden. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan yaitu setelah mengukur langsung di lapangan dan membagikan kuisioner dapat disimpulkan ternyata suhu tertingi mencapai 30,4ºC dan suhu terendah mencapai 26,4ºC. Dari hasil pengukuran reponden pada hari pertama, 65() responden berada di daerah netral, 5() reponden berada di daerah hangat, 7() reponden berada di daerah panas dan 9() responden berada di daerah sejuk. Sedangkan hasil pengukuran responden pada hari kedua, 4() responden berada di daerah netral, 7() responden berada di daerah hangat, 0() responden berada di daerah panas dan 26() responden berada di daerah sejuk. Maka hasil dari keseluruhan pengukuran selama dua hari dari 200 responden, 06 responden 53() berada didaerah netral di banding 4 responden 20.5() yang berada didaerah panas. Sedangkan untuk hasil pengukuran estimator rata-rata suhu udara 28.3ºC, kelembaban udara dan kecepatan angin m/s, PMV.30 + (Hangat) dan PPD 4. Saran Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran yaitu apabila ada penelitian sejenis terutama pada bangunan masjid yang lain di kawasan Tangerang dengan arsitektur bangunan modern untuk dapat membandingkan sensai termalnya dengan bangunan Masid Jami Al-Mubarok Kabupaten Tangerang. Dalam pembagian kuisioner dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu reponden.kuisioner dibagikan sebelum melakukan shalat berlangsung, sehingga pengisian tepat pada posisi reponden duduk dan untuk hari Jum at pengukuran dilakukan setiap jam bukan setiap waktu shalat. Sebaiknya, pada bangunan ini ditambahkan kipas angin terutama pada ruang lantai belakang dan lantai 2. Sehingga dapat menambah kecepatan angin di dalam ruangan agar dapat menurunkan suhu ruangan dan menstabilkan kelembaban di dalam ruangan. 5. REFERENSI Amin, Muhammad. Hernowo Danusputra. and Eddy Prianto. 2002. Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Thermal Pada Bangunan Publik di Daerah Tropis. Universitas Diponegoro. www.share-pdf.com/.../sti-jul2005-20(26).pdf ANSI/ASHRAE 55-992, ASHRAE Standard Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy, ASHRAE, 98, USA Fanger, P.O., Thermal Comfort Analysis and Applications in Environmental Engineering, Danish Technical Press, Copenhagen, 970. Indrayadi. 20. Aliran Udara Dalam Ruang Masjid Jawa Modern Studi Kasus Masjid Babadan Yogyakarta. Vol.7 No.2 56-65. Santoso, Eddy Imam. 202. Indonesia Green Technology Journal, VOL. No.,edited by Santoso, Eddy Imam. Tesis Program Pascasarjana,Universitas Brawijaya dan Program Studi Arsitektu, Fakultas Tekni, Universitas Merdeka Surabaya. Sawitko, P. 2004. Fisika Bangunan I. Edisi I. Yogyakarta : Andi Szokolay S.V, et. Al. 973. Manual of Tropocal Housing and Building. Bombay : Orient Langman.