Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014 ISBN : 979-587-529-9



dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

KERAGAAN AGROINDUSTRI KERUPUK UDANG DI KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

Available online at www. jurnal.abulyatama.ac.id/agriflora ISSN X (Online) Universitas Abulyatama. Jurnal Agriflora

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

Arman dan Ruslang T., Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) :

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN EVALUASI KELAYAKAN USAHA RAJANGAN TEMBAKAU SAMPORIS

KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK AGRIBISNIS KEDELAI PADA USAHA ANEKA TAHU MAJU LESTARI DI KECAMATAN LANDASAN ULIN, KOTA BANJARBARU

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan cara metode survey. Metode penelitian kuantitatif

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

TITIK PULANG POKOK PRODUK OLAHAN COKELAT PADA INDUSTRI SA ADAH AGENCY DI KOTA PALU

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

KELAYAKAN FINANSIAL DAN NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting 2) dan Salmiah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA PENGOLAHAN UBI KAYU ABSTRACTS

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK

3. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI KERUPUK TEMPE DI GAMPONG SEUNEUBOK SEUMAWE KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN NILAI TAMBAH TEPUNG KARAGINAN DI KECAMATAN KEI KECIL, KABUPATEN MALUKU TENGGARA

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis

Analisis Nilai Tambah dan Usaha Pengolahan Tepung Sukun Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI KEDELAI DAN NILAI TAMBAH TAHU DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

ANALISA BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KABUPATEN KUBU RAYA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

II. BAHAN DAN METODE

ANALISIS PENGOLAHAN KERUPUK UDANG (Metapeonenis sp) DI DESA TANJUNG MEDANG KECAMATAN RANGSANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN KEDELAI MENJADI SUSU KEDELAI PADA SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KOTA MEDAN

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

SKALA MINIMUM AGROINDUSTRI CABAI BUBUK

Transkripsi:

Analisis Keuntungan Dan Nilai Tambah (Added Value) Pengolahan Kerupuk Udang dan Pemasarannya Di Sungsang I Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan Advantages and Added Value Analysis and The marketing of Prawn Crackers Processing In Sungsang I Banyuasin II Districts, Banyuasin Regency- South Sumatra Henny Malini 1*), Selly Oktarina 2 1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya 2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya *) Penulis untuk korespondensi: Tel./Faks. +62711580662/+62711580662 email: mhennymalini@yahoo.com ABSTRACT Analysis Advantages and Added Value Prawn Processing and Marketing in Sungsang I Village,Banyuasin II districts, Banyuasin Regency South Sumatera Province, this study aimed to analyze the strategy industrial household that prawn crackers in Sungsang I, Banyuasin II districts, while the specific objectives of this study were Calculating the rate of profit (R / C ratio) obtained from prawn cracker industrial household. Calculating the value-added raw materials in industrial household prawn crackers, base price and the break-even point (BEP) on the domestic industry in Sungsang I, Banyuasin II districts, Banyuasin Regency. the R / C of effort Prawn crackers is at 1.33 which means business feasible, when seen from the R / C ratio, the effort it can to run. From the calculation of break-even analysis, it was found that the BEP per unit effort Prawn crackers is Rp. 21 555, - per kilogram that is, efforts craftsmen prawn crackers capital will be turning (breakeven) if prawn crackers is sold at Rp. 21 555, - per kilogram and the sale of prawn crackers should be at least more than 31 kilograms, 31 kilograms because of the amount of sales effort prawn cracker turnover/break even. The added value obtained from processing prawn crackers are in Rp. 6,868, per kilogram. Prawn crackers marketing through 3 channels Key words : advantages, added value, marketing channels, industrial household ABSTRAK Analisis Keuntungan Dan Nilai Tambah (Added Value) Pengolahan Kerupuk Udang dan Pemasarannya di Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis strategi yang dijalankanindustri rumah tangga kerupuk udang di Sungsang Kecamatan Banyuasin II, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah Menghitung tingkat keuntungan (R/C ratio) yang diperoleh dari usaha industri kerupuk udang. Menghitung nilai tambah bahan baku kerupuk udang pada industri rumahtangga, Harga pokok dan titik impas (BEP) pada industri rumah tangga di Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin. R/C dari usaha kerupuk udang adalah sebesar 1,33 yang artinya usaha layak untuk dijalankan, apabila dilihat dari R/C ratio nya maka usaha tersebut bisa untuk dijalankan. Dari hasil perhitungan analisis titik impas, didapatkan bahwa BEP per unit usaha kerupuk/kemplang 239

udang dalam rupiah adalah sebesar Rp. 21.555,-, artinya, usaha pengrajin kerupuk/kemplang ini baru akan balik modal (impas) apabila kerupuk/kemplang tersebut dijual dengan harga Rp. 21.555,- dan penjualan kerupuk/kemplang udang harus minimal lebih dari 31 kilogram, karena jumlah penjualan 31 kilogram usaha kerupuk/kemplang udang tersebut baru balik modal/impas. Nilai tambah yang didapatkan dari pengolahan kerupuk/kemplang udang dalam per kilogramnya adalah Rp. 6.868,-. Kerupuk Udang dipasarkan melalui tiga saluran pemasaran Kata kunci : keuntungan, nilai tambah, saluran pemasaran dan industri rumah tangga PENDAHULUAN Peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional difokuskan pada nilai pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor serta perannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apabila upah tenaga kerja diasumsikan merupakan suatu konstanta yang bersifat konstan dalam satu titik waktu, maka nilai tambah tenaga kerja dapat dijadikan sebagai stimulus penyerapan tenaga kerja nasional, sementara peran sektor agroindustri dalam meningkatkan pendapatan sektor lain dapat ditingkatkan melalui pengganda keterkaitan sektor, khususnya keterkaitan ke belakang. Agroindustri adalah kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produk, Hicks (1995), Simatupang dan Purwoto (1990) menyebutkan, pengembangan agroindustri di Indonesia mencakup berbagai aspek, diantaranya menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa, memperbaiki pemerataan pendapatan, bahkan mampu menarik pembangunan sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku. 3 Pengembangan agroindustri dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah dan waktu yang sesuai, merupakan syarat kecukupan untuk berproduksi secara berkelanjutan. Optimalisasi nilai tambah dicapai pada pola industri yang berintegrasi langsung dengan usahatani keluarga dan perusahaan pertanian. Kabupaten Banyuasin II merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya hampir sebagian besar perairan, daerah Sungsang terletak diperbatasan perairan sungai musi dan selat Bangka, sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani dan nelayan. Dalam bidang pertanian, mereka lebih dominan melakukan budidaya tanaman padi sedangkan di bidang perikanan, mereka sebagai nelayan, di Desa Sungsang ini masyarakatnya mengolah udang menjadi makanan tradisional menjadi kerupuk udang untuk memperoleh nilai tambah daripada udang yang mereka hasilkan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung tingkat keuntungan (B/C ratio) yang diperoleh dari usaha industri kerupuk udang 2. Menghitung nilai tambah bahan baku kerupuk udang pada industri rumahtangga, Harga pokok dan titik impas (BEP) pada industri rumah tangga di Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin 3. Bagaimana pemasaran/pendistribusian produk kerupuk udang? 240

A. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa di Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan merupakan sentra industri rumahtangga yang mengolah kerupuk berbahan baku udang. Pengumpulan data di lapangan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang digunakan untuk menjangkau fakta yang terjadi di lapangan melalui kunjungan dan wawancara langsung. Sampel yang disurvey adalah bagian dari populasi industri rumah tangga yang mengolah kerupuk udang di Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin. C. Metode Penarikan Contoh Dalam penelitian ini penentuan desa sampel dipilih secara sengaja (purposive). Selanjutnya metode penarikan contoh yang digunakan adalah purposive. Dari 4 Desa yang terdapat di Kecamatan ini, diambil salah satu desa yaitu desa Sungsang I, dimana jumlah KK yang mengusahakan udang menjadi kerupuk yaitu sebanyak 1.325 orang, diambil sebanyak 20 KK secara sengaja untuk dijadikan sampel didalam penelitian ini. D. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dihitung secara matematis, disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif. Besarnya tingkat keuntungan, nilai tambah, harga pokok dan titik impas, dihitung dengan menggunakan rumus-rumus berikut: 1. Tingkat Keuntungan (B/C rasio) Perhitungan pendapatan menurut Husin dan Lifianthi (1995) : Pd = PNT BT PNT = y. Hy BT = BTpt + BVT Pd = Pendapatan atau keuntungan (Rp/bulan) y = Jumlah produk yang dihasilkan (kg) Hy = Harga produk (Rp/kg) BT = Biaya total (Rp/bulan) BtpT = Biaya tetap total (Rp/kg) BVT = Biaya variable total (Rp/kg) 2. a. Nilai Tambah 241

BB = Biaya bahan baku ditambah bahan penolong Blain = BBB + BP + BPny + BTK Keterangan : NT = Nilai tambah kerupuk (Rp/kg) NO = Nilai output kerupuk ((Rp/kg) NI = Nilai input udang (Rp/kg) Y = Jumlah kerupuk (unit) Hy = Harga kerupuk (Rp/unit) JBB = Jumlah Bahan baku (kg) BB = Biaya bahan kerupuk (Rp/produksi) BBB = Biaya bahan bakar BP = Biaya pemasaran kerupuk (Rp/produksi) BPny = Biaya penyusutan alat dan Bangunan (Rp/produksi). BTK = Biaya tenaga kerja (Rp/produksi). b. Harga Pokok Keterangan : HP = Harga pokok kerupuk (Rp/kg) BT = Biaya total produksi kerupuk (Rp/bulan) Y = Jumlah Kerupuk (kg) c. Titik Impas (BEP) Keterangan : BEP mix = break event point, titk keseimbangan jumlah penjualan (kg/bulan). BEP pn = break event point, titk keseimbangan penerimaan (kg/bulan). BTpT = Biaya tetap total (Rp/bulan). MK = Marjin kontribusi kerupuk (Rp/kg) HJ = Harga jual kerupuk (Rp/kg) BV = Biaya variable kerupuk (Rp/kg) Prop = Proporsi penjualan yang direncanakan atas kerupuk Pj = Penjualan kemplang pada saat BEP Y = Jumlah produksi kerupuk (kg/bulan) 242

HASIL A. Tingkat keuntungan (R/C ratio) dari usaha industri kerupuk/kemplang udang 1. Biaya Produksi Adapun Biaya Tetap dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Penyusutan Alat Usaha Kerupuk/kemplang Udang di Desa Sungsang 1 Kabupaten Banyuasin 2 No. Peralatan Biaya Tetap (Rp/1 x produksi) 1 Gerus 124,9 2 Papan Gilas 43,8 3 Dandang 556,8 3 Kompor 403,1 4 Pisau 68,0 5 Nampan jemur 638,8 6 Baskom 92,2 7 Fiber Penyimpan udang 224,0 Jumlah 2.155,6 a. Biaya Variabel, Penerimaan dan Pendapatan Tabel 2. Biaya rata-rata tenaga kerja proses produksi kerupuk/kemplang udang di Desa Sungsang 1, tahun 2013 Biaya Tenaga Kerja (Rp/1 No. Uraian Pekerjaan kali produksi) 1 Buang Kepala Udang 18.332,- 2 Penggerusan Udang 36.665,- 3 Pembuatan Adonan 36.665,- 4 Perebusan 36.665,- 6 Pemotongan 25.665,- 7 Penjemuran 36.665,- Rata-rata 19.065 Tabel 3. Biaya variabel rata-rata proses produksi kerupuk/kemplang udang di Desa Sungsang 1, Tahun 2013 No. Jenis Biaya Biaya (Rp/1 kali produksi) 1 Udang 474.000,- 2 Sagu 401.500,- 3 Telur 6.600,- 4 Gas 24.500,- 5 Garam 15.800,- 6 Penyedap Rasa 3.300,- Jumlah 925.260 243

Tabel 4. Biaya Total rata- rata produksi kemplang/kerupuk udang di Desa Sungsang 1 Kabupaten Banyuasin Biaya Produksi (Rp/1kali proses No. Uraian produksi) 1 Biaya Tetap 2.155,6 2 Biaya Variabel - Bahan-bahan 925.260 - Tenaga Kerja 19.065 Jumlah 946.480 Untuk penerimaan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Produksi dan penerimaan rata-rata kerupuk/kemplang udang di Desa Sungsang1 No. Uraian Jumlah 1 Produksi (Kg/1 kali produksi) 42 2 Harga (Rp/kg) 30.000 3 Penerimaan (Rp/1 kali produksi) 1.260.000 Adapun rincian pendapatan yang diperoleh pengrajin kerupuk/kemplang udang ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Pendapatan rata-rata kerupuk/kemplang udang di Desa Sungsang 1 Kecamatan Banyuasin 2, Kabupaten Banyuasin, 2013 No. Uraian Jumlah 1 Penerimaan (Rp/1 kali produksi) 1.260.000,- 2 Biaya Produksi (Rp/ 1 kali produksi) 946.480,- 3 Pendapatan 313.520,- Tabel 7. R/C Ratio usaha kerupuk/kemplang udang satu kali proses produksi di Desa Sungsang 1 Kabupaten Banyuasin 2 No Uraian Jumlah (Rp) 1 Revenue 1.260.000,- 2 Cost 946.480,- R/C Ratio 1,33 244

b. Break Even Value (Analisis Titik Impas) dan Analisis Nilai Tambah 1. Analisis Titik Impas (Break Even Value). Tabel 8. Analisis Titik Impas (Break Even Point) usaha kemplang/kerupuk udang di Desa Sungsang 1, Kecamatan Banyuasin 2, Kabupaten Banyuasin, 2013 No. Keterangan BEP 1 BEP (dalam rupiah) Rp. 21.555,- 2. BEP (dalam unit/kilogram) 31 2. Analisis Nilai Tambah Tabel 9. Analisis nilai tambah udang menjadi kerupuk/kemplang udang di Desa Sungsang 1, Kecamatan Banyuasin 2, Kabupaten Banyuasin. No. Keterangan Jumlah (Rp/kilogram) No 30.000 Ni 23.131,5 Nt 6.868,5 c. Distribusi/saluran pemasaran kerupuk udang Adapun saluran pemasaran kerupuk udang di Desa Sungsang I dilakukan melalui 3 saluran, yang dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini Produsen (1) (Pengrajin Kerupuk) (2) Pedagang Pengumpul (3) Pedagang Pengecer Konsumen Keterangan : : Menyalurkan Gambar 1.Saluran pemasaran kerupuk udang 245

PEMBAHASAN A. Tingkat keuntungan (R/C ratio) dari usaha industri kerupuk/kemplang udang 1. Biaya Produksi Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha kerupuk/kemplang udang yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produksi atau tidak habis dipakai dalam satu kali proses produksi (Rp/kali produksi), sedangkan biaya variabel adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk proses produksi dimana biaya ini dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah produksi yang dihasilkan dan habis dalam satu kali proses produksi (Rp/1 kali produksi). a. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk kemplang udang ataupun produsen tanpa memperhitungkan jumlah produk yang dihasilkan, biaya tetap yang termasuk kedalam penelitian ini adalah penyusutan alat-alat seperti Gerus, papan gilas, dandang, kompor, pisau, nampan jemur, baskom, fiber penyimpan udang. Nilai penyusutan sesuai dengan harga beli dan nilai pakai alat tersebut,. alat akan dihitung 1 kali proses produksi, pengrajin kerupuk/kemplang udang memproduksi kemplang/kerupuk udang setiap hari. Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata penyusutan alat usaha kerupuk/kemplang udang 1 kali proses produksi adalah Rp. 2.155,6,- yang terdiri dari biaya penyusutan seperti Gerus sebesar Rp. 124,9,- papan gilas sebesar Rp. 43,8,- dandang sebesar Rp. 556,8,-, kompor sebesar Rp. 403,8,-, pisau sebesar Rp.68,0,-, nampan jemur sebesar Rp. 638,8,-, baskom sebesar Rp. 92,2,- dan, fiber penyimpan udang sebesar Rp. 224,0 b. Biaya Variabel, Penerimaan dan Pendapatan Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan perubahan output yang dihasilkan, biaya ini berhubungan langsung dengan biaya atau nilai pembelian input variabel yang digunakan dalam proses produksi, secara rinci mengenai biaya variabel yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk/kemplang udang ini dapa dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Rata-rata biaya tenaga kerja pada proses pengolahan udang menjadi kerupuk/kemplang udang yaitu rata-rata sebesar Rp.19.065,- Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya pembuangan kepala, rata-rata upah perkilogram udang sebesar Rp. 500,- dan biasanya menggunakan tenaga kerja 2-3 orang untuk 50 kilogram udang dengan jumlah total biaya untuk pembuangan kepala udang sebesar Rp. 18.332,-, upah penggerusan udang menggunakan alat gerus yang terbuat dari kuningan yaitu sebesar Rp. 1.000,- perkilogram udang, tenaga kerja yang digunakan rata-rata 2-3 orang, dengan total biaya rata-rata untuk 50 kilogram udang, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 36.665,- untuk pembuatan adonan perkilogram udang upahnya sebesar Rp. 1.000- dengan total biaya untuk tenaga kerja pembuatan adonan sebesar Rp. 36.665,-, untuk proses perebusan total biaya rata-rata Rp. 36.665,- per 1 kali proses produksi, untuk proses pemotongan total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk/kemplang udang sebesar Rp. 25.665,- dan untuk penjemuran kerupuk/kemplang udang rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 36.665,-. Biaya variabel proses pembuatan kerupuk/kemplang udang adalah sebagai berikut. Biaya bahan-bahan untuk pembuatan kerupuk/kemplang udang rata-rata dikeluarkan oleh responden pengrajin kerupuk/kemplang udang sebesar Rp. 925.260,- yang terdiri dari 246

pembelian bahan baku utama yaitu udang, yang kalau sedang banyak harganya bisa Rp. 9.000,- perkilogram, sedangkan kalau lagi sedikit di pasaran harganya bisa mencapai Rp. 13.000,- per kilogram, sekitar bulan September sampai dengan bulan Desember jumlah udang yang didapatkan sedikit, karena pengaruh faktor cuaca. Bahan baku lainnya yang digunakan didalam pembuatan kerupuk/kemplang udang ini adalah sagu, jumlah sagu yang digunakan biasanya sama seperti jumlah udang yaitu 1:1, apabila udangnya 50 kilogram,maka sagunya 50 kilogram, biaya rata-rta yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk/kemplang udang ini yaitu sebesar Rp. 401.500,-, yang mana kerupuk /kemplang yang jadi sebesar 51 kilogram, untuk telur tidak semua pengrajin kerupuk/kemplang udang ini memberikannya tergantung dengan selera mereka, rata- rata penggunaan telur untuk 1 kali proses produksi biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.600,-, untuk bahan bakar yaitu gas biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp. 24.500,- biasanya pengrajin kerupuk/kemplang udang menggunakan tabung gas kecil yang isinya 3 kilogram, biasanya bisa 1,5 isi tabung gas untuk 1 kali proses produksi dengan kapasitas produksi 40 50 kilogram kerupuk/kemplang udang, selain itu biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk/kempalng udang ini adalah biaya untuk pembelian garam yaitu rata-rata sebesar Rp. 15.800,- dan penyedap rasa sebesar Rp. 3.300,- per 1 kali proses produksi. Biaya produksi total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk/kemplang udang ini adalah sebesar Rp.946.480,- yang terdiri dari total biaya tetap rata-rata sebesar Rp. 2.155,6, biaya bahan-bahan rata-rata sebesar Rp. 925.260 dan biaya tenaga kerja ratarata sebesar Rp. 19.260,-. Penerimaan rata-rata yang diperoleh pengrajin kerupuk/kemplang udang ini adalah sebesar Rp. 1.260.000,-. Harga jual kerupuk/kemplang udang di tingkat pengrajin kerupuk/kemplang udang adalah sebesar Rp. 30.000,- per kilogram, biasanya harga di tingkat pedagang pengecer di daerah Sungsang 1 ini sekitar Rp 32.000,- sampai Rp 35.000,- Pendapatan rata- rata yang diterima oleh pengrajin kerupuk/kemplang udang ini adalah sebesar Rp. 313.000,- per 1 kali proses produksi dengan kapasitas produksi rata-rata 40 kilogram kerupuk/kemplang udang, R/C ratio untuk usaha kerupuk/kemplang ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Dari Tabel 8 diatas dapat diketahui R/C ratio dari usaha kerupuk/kemplang udang adalah sebesar 1,33 yang artinya usaha layak untuk dijalankan, apabila dilihat dari R/C ratio nya maka usaha tersebut bisa untuk dijalankan, sedangkan apabila dilihat dari rasionya usaha kerupuk/kemplang udang tersebut tidak layak untuk dijalankan. c. Break Even Value (Analisis Titik Impas) dan Analisis Nilai Tambah Dari hasil perhitungan analisis titik impas, didapatkan bahwa BEP per unit usaha kerupuk/kemplang udang dalam rupiah adalah sebesar Rp. 21.555,-, artinya, usaha pengrajin kerupuk/kemplang ini baru akan balik modal (impas) apabila kerupuk/kemplang tersebut dijual dengan harga Rp. 21.555,- kurang dari harga tersebut maka usaha pengrajin tersebut akan rugi dan penjualan kerupuk/kemplang udang harus minimal lebih dari 31 kilogram, karena jumlah penjualan 31 kilogram usaha kerupuk/kemplang udang tersebut baru balik modal/impas d. Analisis Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami, et. al. (1987). Adapun Nilai tambah yang didapatkan dari pengolahan kerupuk/kemplang udang dalam per kilogramnya adalah Rp. 6.868,- 247

e. Saluran Pemasaran Kerupuk Udang Kerupuk udang sangat digemari masyarakat, akan tetapi kebanyakan masyarakat lebih menyukai kerupuk ikan karena tidak memiliki alergi seperti udang. Kerupuk udang merupakan salah satu kekhasan daerah seperti Desa Sungsang I memang kerupuk udang sebagai andalan usaha rumah tangganya. Dari komoditi udang cukup banyak makanan yang bisa diproduksi ibu-ibu rumah tangga seperti kerupuk udang, kemplang udang, tekwan udang, berbagai jenis pempek udang (kapal selam, telor kecil, adaan, keriting, lenjeran kecil dan besar). Hampir setiap pengrajin kerupuk udang menerima pesanan makanan berbahan baku udang ini. Adapun tempat pemasaran kerupuk udang adalah Jakarta, Palembang, Pangkalan Balai, Makarti Jaya, Upang, Sungsang, Bangka, Toboali, Permes, Sungai Liat dan Mentok. Kerupuk udang yang di pasarkan belum memiliki pengemasan yang baik dan merk. Hanya sebagian kecil saja yang sudah dikemas secara baik dan memiliki merk serta izin Dinkes, yaitu pengrajin kerupuk udang yang pernah mendapatkan bantuan dari Disperidag dan pernah diberkan pelatihan. Untuk pengrajin kerupuk udang yang memiliki sistem pengemasan yang baik memang harga jual relatif lebih tinggi dibandingkan bungkus biasa. Berdasarkan Gambar 1. di atas, dapat dilihat bahwa terdapat tiga saluran pemasaran kerupuk udang melalui produsen ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer ke konsumen, produsen langsung ke konsumen serta produsen ke pedagang pengecer ke konsumen. Dalam pemasaran kerupuk udang, pengrajin kerupuk sebagian besar menjual kerupuk udang di tempat usahanya sendiri karena pedagang pengumpul dan pengecer mengambil langsung ke rumah pengrajin kerupuk sehingga produsen tidak mengalami kesulitan dalam hal pemasaran. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : 1. R/C dari usaha kerupuk/kemplang udang adalah sebesar 1,33 yang artinya usaha layak untuk dijalankan, apabila dilihat dari R/C ratio nya maka usaha tersebut bisa untuj dijalankan. 2. Dari hasil perhitungan analisis titik impas, didapatkan bahwa BEP per unit usaha kerupuk/kemplang udang dalam rupiah adalah sebesar Rp. 21.555,-, artinya, usaha pengrajin kerupuk/kemplang ini baru akan balik modal (impas) apabila kerupuk/kemplang tersebut dijual dengan harga Rp. 21.555,- dan penjualan kerupuk/kemplang udang harus minimal lebih dari 31 kilogram, karena jumlah penjualan 31 kilogram usaha kerupuk/kemplang udang tersebut baru balik modal/impas. Nilai tambah yang didapatkan dari pengolahan kerupuk/kemplang udang dalam per kilogramnya adalah Rp. 6.868,- 3. Terdapat tiga saluran pemasaran kerupuk udang melalui produsen ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer ke konsumen, produsen langsung ke konsumen serta produsen ke pedagang pengecer ke konsumen. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan Penelitian ini dapat berlangsung dengan lancar karena kerjasama Tim Peneliti dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unsri, Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya serta pemerintah desa dan Pengrajin Kerupuk/Kemplang Udang di Desa Sungsang yang mau memberikan informasi dan data yang sesuai dengan penelitian tersebut. 248

DAFTAR PUSTAKA Arman Sudiyono, 2001. Pemasaran Pertanian, Malang, UMM Press. Dharmaresta. 2002. Pemasaran. Jakarta : Erlangga Hicks, P. A. 1995. An Overview of Issues and Strategies in The Development of Food Processing Industries in Asia and The Pacific, APO Symposium, 28 September-5 Oktober. Tokyo. Kadariah. 1983. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi, UI. Muhyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi 3. LP3ES, Jakarta. Simatupang, P dan A. Purwoto. 1990. Pengembangan Agro Industri Sebagai Penggerak Pembangunan Desa. Dalam P. Simatupang, E. Pasandaran, F. Kasryno, dan A. Zulham (Penyunting) Agro Industri Faktor Penunjang Pembangunan Pertanian Indonesia. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor, pp. 1-20. Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Rajawali Press. Jakarta Swastha, B. & Irawan, 1999. Manajemen Pemasaran Modern. Fakultas Ekonomi. Universitas Gajah Mada. Liberty. Yogyakarta. 249