Available online at www. jurnal.abulyatama.ac.id/agriflora ISSN X (Online) Universitas Abulyatama. Jurnal Agriflora

Transkripsi

1 Jurnal Agriflora, Vol.1, No.1, Mei 2017 : 6167 Available online at www. jurnal.abulyatama.ac.id/agriflora ISSN X (Online) Universitas Abulyatama Jurnal Agriflora Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Keripik Sambalado Ubi Kayu di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Firdaus* 1, Ainal Mardhiah 1, Muhammad Alfarisyi 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Abulyatama, Aceh Besar, 23372, Indonesia. * korespondensi : fir62aceh@gmail.com 1 Diterima 25 Februari 2017; Disetujui 10 Mei 2017; Dipublikasi 31 Mei 2017 Abstract: The business of cassava chips agroindustry in Kecamatan Lembah Seulawah Regency of Aceh Besar was categorized into small industry. The purposed of this research was to find out whether or not the agroindustry of cassava chips in Kecamatan Lembah Seulawah Regency of Aceh Besar, in terms of Revenue Cast Ratio (R/C), BEP production and BEP sales. To know the amount of added value of cassava chips agro industry in Kecamatan Lembah Seulawah Regency of Aceh Besar. Determination of this location of the research conducted by purposive sampling. Sampling method was done by simple random sampling method. The results showed that the average production in one month in the agroindustry group produces 580 kg of chips with the main raw material of cassava as much as 870 kg. The list price of chips was Rp / kg, The sale value was Rp million. Production Cost was Rp , The profit earned was Rp Sambalado chips Agro industry had RC Ratio of Thus, chips management business was feasible to cultivate (R C Ratio> 1). The added value of Agroindustry's business from ordinary chips to was percent. Break Even Point for chips will be achieved if the chips products sold 153 kg with the sale value was Rp , with the number of production days for 53 days. Keywords : feasibility, business, agroindustry, "" chips, cassava. Abstrak: Usaha agroindustri keripik ubi kayu di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar tergolong dalam industri kecil. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui layak atau tidak usaha agroindustri keripik ubi kayu di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar, ditinjau dari aspek Revenue Cast Ratio (R/C),BEP produksi dan BEP penjualan. Untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari agroindustri keripik ubi kayu di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Penentuan lokasi ini penelitian dilakukan secara purposive sampling. Metode penentuan sampling dilakukan dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ratarata dalam satu bulan pada kelompok usaha agroindustri menghasilkan 580 kg keripik dengan bahan baku utama yaitu ubi kayu sebanyak 870 kg. Harga jual keripik Rp /kg, Nilai Jual Rp Biaya Produksi Rp , Ketuntungan yang diperoleh sebesar Rp Usaha Agroindustri keripik mempunyai RC Ratio sebesar 3,62. Dengan demikian bahwa usaha pengolahan keripik layak untuk diusahakan (RC Ratio > 1). Nilai tambah usaha Agroindustri dari keripik biasa menjadi adalah sebesar 25,10 persen. Titik impas (Break Even Point) untuk keripik akan tercapai jika produk keripik terjual sebanyak 153 kg dengan nilai jual Rp , dengan jumlah hari produksi selama 53 hari. Kata kunci : kelayakan, usaha, agroindustri, keripik, ubi kayu Firdaus et al. (2017) 61

2 Jurnal Agriflora, Vol.1, No.1, Mei 2017 : Negara Indonesia akan lebih berkembang perekonomiannya jika didukung oleh sektor pertanian, baik di bidang agribisnis maupun agroindustri. Pengembangan sektor agroindustri dapat dipandang sebagai transmisi yang paling tepat dalam menjembatani proses transformasi ekonomi di Indonesia dari sektor pertanian ke sektor industri. Dalam hal ini pemerintah harus memprioritaskan semua jenis komoditi di bidang pertanian, bukan pada komoditi pangan saja, tetapi semua subsektor pertanian, karena masih banyak komoditi dari pertanian yang bisa dikembangkan seperti hortikultura maupun palawija, terutama komoditi ubi kayu (Solanum tuberesum) yang merupakan salah satu komoditi yang strategis untuk mendorong pembangunan khususnya di pedesaan. Menurut (Joewono, 2012:43), Pengembangan agroindustri di perdesaan yaitu bertujuan untuk memacu keunggulan kompetitif produk serta komperatif setiap wilayah, memacu meningkatkan sumberdaya manusia dan menumbuhkan agroindustri yang sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang dikembangkan, memperluas wilayah sentralsentral agribisnis komoditas unggulan yang nantinya berfungsi sebagai penyandang bahan baku yang berkelanjutan, pemacu pertumbuhan agribisnis wilayah dengan menghadirkan subsistemsubsistem agribisnis dan menghadirkan berbagai sarana pendukung berkembangnya industri perdesaan. Ubi kayu (Solanum tuberesum) adalah salah satu komoditas pertanian jenis umbiumbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Hal ini disebabkan karena tanaman ubi kayu mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu, sehingga dapat dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan ubi kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik makanan utama maupun selingan. Usaha agroindustri keripik ubi kayu seperti yang ada di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar tergolong dalam industri kecil, yang sebenarnya merupakan usaha turun temurun di daerah tersebut dan sejauh ini belum menggunakan peralatan teknologi sedikitpun, sehingga kapasitas produksi dalam skala relatif terbatas. Disamping itu dalam kelangsungan usahanya, pengusaha juga menghadapi berbagai masalah di antaranya modal usaha, produksi dan pendapatan, karena besar kecilnya modal yang dikeluarkan akan mempengaruhi tingkat produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keuntungan usaha yang diperoleh. Sementara itu permintaan terhadap output keripik ubi kayu tersebut cukup baik, ditandai dengan semakin banyaknya pembeli yang datang untuk membeli keripik ubi kayu. Namun demikian adanya, usaha agroindustri keripik ubi kayu tetap dipertahankan dan ditingkatkan kapasitas produksinya guna memenuhi permintaan pasar hal inilah yang mendorong para pengrajin usaha ini untuk terus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan usahanya. Dari uraian diatas jelaslah bahwa analisis terhadap kelayakan pada usaha agroindustri keripik ubi kayu dinilai perlu untuk dilakukan. Hal ini tidak hanya bertujuan untuk melihat keberhasilan program pemberdayaan ekonomi 62

3 masyarakat, akan tetapi untuk mengetahui apakah usaha industri keripik ubi kayu dapat dikatakan layak secara analisis ekonomi dan juga dapat menciptakan nilai tambah bagi pengusaha. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kelayakan usaha agroindustri keripik ubi kayu ditinjau dari aspek Revenue Cast Ratio (R/C), BEP produksi dan BEP penjualan. dan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari agroindustri keripik ubi kayu. Hipotesis a. Usaha agroindustri keripik ubi kayu di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar layak untuk diusahakan, ditinjau dari aspek RevenueCastRatio (R/C),BEP produksi dan BEP penjualan. b. Terdapat nilai tambah (ValueAdded) pada usaha agroindustri keripik ubi kayu di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar. METODE PENELITIAN Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu pusat agroindustri ubi kayu di Aceh Besar. Objek dalam penelitian ini adalah pada kelompok usaha agroindustri saree indah dengan komoditas keripik ubi kayu. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada produksi, biaya produksi, pendapatan pada usaha agroindustri ubi kayu. Firdaus et al. (2017) 63 Populasi, Pengambilan Sampel dan Besarnya Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin usaha agroindustri keripik ubi kayu yang ada Kecamatan Lembah Seulawah. Penentuan anggota sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dengan pertimbangan keadaan populasi pengusaha agroindustri keripik ubi kayu didaerah penelitian bersifat homogen. Sampel yang diambil adalah sebesar 10 %. Model dan Metode Analisis Data yang telah diperoleh dilapangan selanjutnya diolah dan ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis keuntungan usaha agroindustri keripik ubi kayu digunakan fungsi keuntungan dengan menggunakan rumus total biaya produksi. TC = TFC + TVC.(Feriady, 2013 : 71) Dimana : TC = Total Cost (Rp), TFC = Total Fixed Cost (Rp), TVC = Total Variable Cost (Rp). Untuk analisis perhitungan pendapatan/penerimaan (Total reveneu) menggunakan Rumus : TR = Q x P Q...(Boediono, 2013 : 84) Keterangan : TR = Total Revenue (Rp/bln), Q = Quantity, P Q = Price Quantity Untuk Analisis keuntungan usaha dapat dilakukan dengan mencari selisih antara total penerimaan dengan semua biaya produksi. Secara matematis menurut dapat dirumuskan sebagai berikut: Π = TR TC. (Soekartawi, 2006 : 168),

4 Jurnal Agriflora, Vol.1, No.1, Mei 2017 : Keterangan : π = Keuntungan (Rp/Bulan). TR = Total Revenue (Rp/bln). TC = Total Cost (Rp/bln). Untuk mengetahui usaha agroindustri keripik ubi kayu menguntungkan atau tidak, maka digunakan rumus : R/C = TR / TC. (Soekartawi, 2006 : 168), Dimana : R/C = Penerimaan dan biaya (Rp/bln), TR = Total penerimaan (Rp/bln), TC = Total biaya (Rp/bln) Kriteria pengambilan keputusan yaitu, jika R/C lebih besar dari 1 atau sama dengan 1 maka usaha yang bersangkutanmenguntungkan dan jika R/C lebih kecil dari 1 maka usaha agroindustri keripik ubi kayu rugi untuk diusahakan. Untuk mengetahui BEP(Break Even Point) atau nilai impas dan mengetahui hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, volume penjualan secara serempak maka digunakan rumus sebagai berikut; 1. BEP dalam hari produksi BEP = Modal Awal Keuntungan Keterangan: Modal awal = Biaya tetap, Keuntungan = Harga Jual Biaya 2. BEP dalam unit produksi = BEP Volume Produksi, BEP = FC (P VC) Keterangan: FC = Fixed Cost, P = Price, VC = Variable Cost 3. BEP dalam rupiah = BEP Volume Penjualan BEP = FC/ {1 ( VC P )} Keterangan: FC = Fixed cost, P = Price, VC= Variable Cost Untuk menganalisis perhitungan nilai tambah keripik dalam satu kali proses produksi mengikuti metode Hayami (Slamet, 2005) Tabel 1. Metode Peritungan Nilai Tambah Variabel Nilai Cara penghitungan Output, Input, dan Harga Hasil produksi keripik Bahan baku ubi kayu Tenaga kerja Faktor konversi Koofisien tenaga kerja Harga produk keripik Biaya Produksi Biaya Tetap Upah tenaga kerja Penerimaan dan Keuntungan Harga ubi kayu Nilai produksi keripik Nilai tambah Rasio nilai tambah Total biaya Keuntungan Tingkat keuntungan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Nilai Tambah Usaha Agroindustri Ubi Kayu Menjadi Keripik Sambalado Analisis nilai tambah usaha agroindustri ubi kayu menjadi keripik disajikan pada Tabel 1. Terlihat bahwa dari 30 kg ubi kayu segar dapatdiproduksi 20 kilogram dengan melibatkan tenaga kerja sebanyak 2 orang. Harga jual keripik biasa adalah Rp /kg dan keripik adalah Rp /kg. Apabila penjualan keripik ubi kayu menjadi dalam bentuk keripik biasa keuntungannya Rp , akan tetapi jika dijual da;am bentuk keripik keuntungan dapat mencapai Rp , maka nilai tambah usaha Agroindustri dari keripik biasa menjadi keripik adalah sebesar Rp Rp = Rp atau sebesar 25,10 persen. Tabel 2. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Keripik Sambalado Pada Kelompok Usaha a b c d e f g h i j k l m n o n = a / b = c / b = a x f = k j = l / k x 100% = k n = o / l x 100% 64

5 Agroindustri Saree Indahdi Kecamatan Lembah SeulawahKabupaten Aceh Besar Uraian Satuan Sumber : Data Primer Diolah (2016) Efisiensi Usaha Agroindustri Ubi Kayu Menjadi Keripik Sambalado Ditinjau Dari Aspek Revenue Cost Rasio (R/C) Efisiensi usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik secara finansial ditentukan dengan menghitung revenue cost ratio (R/C) yaitu pembagian antara penerimaan usaha pengolahan keripik dibagi dengan biaya produksinya. Jumlah penerimaan diperoleh dari jumlah produksi keripik dikalikan dengan harga jualnya, sedangkan biaya produksi adalah biaya tidak tetap (biaya variabel) yang dikeluarkan dalam proses produksi keripik. Keripik Biasa Nilai Keripik Sambalado KET. A Hasil produksi Kilogram keripik B Bahan baku ubi Kilogram kayu C Tenaga kerja Orang 2 2 D Faktor konversi Kilogram 0,67 0,67 = a / b E Koofisien tenaga 0,067 0,67 = c / b kerja F Harga produk Rupiah keripik G Biaya produksi Rupiah H Biaya tetap Rupiah I Upah tenaga kerja Rupiah K Harga ubi kayu (30 Rupiah = a x f kg) J Nilai produk Rupiah = k j keripik Nilai tambah Rupiah = l / k L x 100% M Rasio nilai tambah Persen 85 90,63 N Total biaya Rupiah = k n O Keuntungan Rupiah = o / j x 100% Tingkat keuntungan Persen 50,88 75,98 Tabel 2. Perhitungan Efisiensi Usaha Pengolahan Keripik Sambalado pada Kelompok Usaha Agroindustri selama 1 (satu) bulan Saree Indahdi Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Bendasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai RC ratio 3,62. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran dalam proses pengolahan sebesar 1 rupiah akan diperoleh penerimaan sebesar 3,62 rupiah. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan keripik layak untuk diusahakan (RC Ratio > 1). Titik Impas (BEP) Usaha Agroindustri Ubi Kayu Uraian Jumlah Harga satuan (Rp) BEP usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik dalam bentuk volume produksi dan biaya produksi disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa dengan membandingkan keseluruhan biaya (biaya tetap, biaya variable, dan upah tenaga kerja) didapat titik impas akan dicapai pada hari ke 58 untuk keripik biasa dan hari ke 23 untuk keripik, jika usaha yang dilakukan secara kontinyu dengan membandingkan biaya tetap dengan harga jual dikurangi biaya variabel didapat titik impas (BEP) jika produk keripik biasa terjual pada jumlah 289 kilogram dan keripik sambalo pada 153 kilogram. Jumlah harga (Rp) Jumlah biaya variabel Jumlah biaya tetap Upah Tenaga Kerja Jumlah biaya Harga Jual 580 kg Keuntungan RC ratio 3,62 Firdaus et al. (2017) 65

6 Jurnal Agriflora, Vol.1, No.1, Mei 2017 : Tabel 3. BEP Usaha Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Keripik Sambal Lado di Kalangan Pengusaha Agroindustri Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar Harga total penjualan untuk mencapai titik impas keripik biasa adalah Rp (penjualan 289 kilogram keripik biasa), sedangkan untuk mencapai titik impas pada keripik adalah Rp (penjualan 289 kilogram keripik biasa). Uraian KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jumlah Harga satuan (Rp) Jumlah harga (Rp) Jumlah biaya tetap Biaya tidak tetap (variabel) Tenaga kerja 2 org 2 org ProduksiKeripik 580kg Harga jual Penerimaan Keuntungan BEPproduksi hari BEPproduksi volume (kg) BEPbiaya (Rp) 1. Harga jual keripik biasa Rp /kg dan keripik Rp /kg, dengan total produksi 20 kg, ketuntungan yang diperoleh untuk keripik biasa adalah Rp Akan hari 23 hari 289 kg 153 kg Rp Rp tetapi jika dijual dalam bentuk keripik keuntungan mencapai Rp , maka nilai tambah usaha Agroindustri dari keripik biasa menjadi adalah sebesar Rp atau sebesar 25,10 persen. 2. Usaha Agroindustri keripik mempunyai RC Ratio sebesar 3,62. Artinya setiap pengeluaran dalam proses pengolahan sebesar 1 rupiah akan diperoleh penerimaan sebesar 3,62 rupiah. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan keripik layak untuk diusahakan (RC Ratio > 1). 3. Titik impas (Break Even Point) untuk keripik biasa akan tercapai jika produk terjual sebanyak 289 kg dengan harga jual sebesar Rp selama 58 hari. Sedangkan untuk keripik titik impas akan tercapai jika produk keripik terjual sebanyak 153 kg dengan harga jual Rp selama 53 hari. Saran 1. Bagi pihak pengusaha agroindustri keripik ubi kayu di kecamatan Lembah Seulawah Aceh Besar agar dapat memproduksi jenis keripik yang lebih banyak dibandingkan dengan produksi keripik ubi biasa karena lebih menguntungkan. 2. Perlu pembinaan lebih lanjut, agar usaha agroindustri keripik ini mendapatkan sentuhan teknologi proses produksi yang lebih baik. 66

7 DAFTAR PUSTAKA Arselo, Hadi. (2012). Pengantar Agroindustri dalam Pertanian. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Boediono. (1990). Ekonomi Mikro Kecil Menengah, Yogyakarta: BPFE. BPS. (2013). Aceh Dalam Angka, BPS Provinsi Aceh, Banda Aceh. BPS. (2014). Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka BPS Kabupaten Aceh Besar. Feriady. (2013). Metode Analisis Pertanian. Padang: Universitas Andalas. Haryati. (2011). Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri Kemplang Rumah Tangga Berbahan Baku Utama Sagu dan Ikan. Jurnal Pembangunan Manusia. Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Joewono, H.K. (2012). Peranan Agroindustri Dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Raha Grafindo. Riyanto, Bambang. (2010). Dasardasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Sabila, Munandar. (2012). Perkembangan Perekonomian Pertanian Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya. Simanjuntak, Markus. (2012). Keterkaitan Pertanian dengan Industri Monufaktur. Jakarta: Ranka Cipta. Slamet UU. (2005). Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Hasil Pertanian. Bulletin Penelitian No. 08 Tahun Sudiyono. (2010). Metode Analisis Nilai Tambah Pada Usaha Tani. Medan: Firdaus et al. (2017) 67 Universitas Medan Area. Soekartawi. (1993). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Utoyo, Bambang. (2009). Buku sekolah Elektronik; Membuka Cakrawala Dunia, Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Yan, Firdaus, Widyastuti, Y.E, Satyawibawa. I dan Hartono. R. (2002). Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya. Zulkifli. (2012). Skripsi. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah pada Agroindustri Keripik Ubi Kayu Di Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara. Aceh: Universitas Malikussaleh. How to cite this paper : Firdaus, F., Mardhiah, A., & Alfarisyi, M. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Keripik Sambalado Ubi Kayu di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agriflora, 1(1), 6167.