BAB I PENDAHULUAN. sastra menjadikannya berbeda dengan karya tulis lainnya, hal ini seperti yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... REKOMENDASI PEMBIMBING... NOTA DINAS... HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1990: 11). Selain kata sastra, dalam KBBI juga ada kata susastra (tambah awalan

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam

Halaman Motto... v Halaman Persembahan... vi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN. Alif - - Jim J Je ح. Dal D De Żal Ż Zet dengan titik di atas. Sin S Es. Syin Sy Es dan ye

PEDOMAN TRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi

DAFTAR ISI. Halaman SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... MOTTO... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBNG... PENGESAHAN... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB...

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

TRANSLITERASI ARAB LATIN.

BAB I PENDAHULUAN. khas, dan menuntut pembaca yang khas pula. Lukens (via Nurgiyantoro, 2010 b:3)

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi.

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA

DAFTAR ISI... Halaman PERSETUJUAN... i SURAT PERNYATAAN... PENGESAHAN... ABSTRAKSI... PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... KATA PENGANTAR...

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Tempat/Tgl. Lahir : Amuntai, 19 Juli 1981

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur dalam arti bahwa karya

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakannya. Hasil kreasi yang orisinil tersebut adalah karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak,

PERNYATAAN KEASLIAN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya: : Novianti AsiyahNingrum Solikha. : Mekanisme Fundraising Dana Zakat, Infaq Dan

( Word to PDF Converter - Unregistered )

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di. lingkungan kehidupan pengarangnya sebagai anggota masyarakat

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO SKRIPSI

S K R I P S I. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah karya seni dengan menggunakan medium bahasa. Sastra merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi jiwa pengarang dalam mengilustrasikan kehidupan imajinatifnya (Wellek

Daftar Tabel... Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia... Latar Belakang Masalah... Batasan Masalah Penelitian...

TESIS. Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister (S.2) Manajemen Pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN. mempergunakan medium bahasa (Pradopo, 2010: ), sedangkan bahasa

PENERAPAN METODE EDUTAINMENT

ARAB-LATIN. A. KONSONAN TUNGGAL Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan. Bâ' B - ت. Tâ' T - ث. Jim J - ح. Khâ Kh - د. Dâl D - ذ. Râ' R - ز.

PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTERI AISYIYAH CABANG KOTTA BARAT MANAHAN BANJARSARI SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya

BAB II LANDASAN TEORI

STRATEGI BANK BRISYARIAH CABANG BANJARMASIN DALAM MEMPEROLEH NASABAH PRODUK TABUNGAN HAJI

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN BMT UGT SIDOGIRI SE-SURABAYA

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gela Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara

HUKUM MENJUAL RERUNTUHAN BANGUNAN MASJID MENURUT PENDAPAT MAZHAB SYAFI I DAN MAZHAB HANBALI OLEH M. FIKRI TIRTA

STRATEGI DAKWAH KULTURAL SUNAN KALIJAGA (DESKRIPTIF ANALISIS)

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii. PANDUAN TRANSLITERASI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012:77). Lukens (2003:9)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Istilah adab mempunyai arti lain

BAB I PENDAHULUAN. (Endraswara, 2003:49). Menurut Junus, (1990:1) sastra adalah bentuk. Sastra

PENYELESAIAN HUKUM KASUS RUMAH TANGGA SUAMI YANG MAFQUD DI KECAMATAN BANJARMASIN BARAT

PENGADILAN TINGGI AGAMA MEDAN

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

HUBUNGAN BIMBINGAN KEAGAMAAN DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI (STUDI PADA ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN KOTA BANJARMASIN)

PERSEPSI KARYAWAN PT. BANK BNI SYARIAH DAN PT. BANK BRI SYARIAH TERHADAP MUTU MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH IAIN ANTASARI BANJARMASIN

PENGARUH POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ṢALAT FARḌU PESERTA DIDIK KELAS X SMK ISLAM PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

BUAH-BUAHAN DALAM AL-QUR AN (KAJIAN TEMATIK)

PENAFSIRAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG BIDADARI DALAM AL-QUR A<N (KAJIAN HERMENEUTIKA)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan Adab. Menurut para linguistik

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan... Halaman Persembahan... Halaman Persetujuan Pembimbing... Halaman Pengesahan... Halaman Motto...

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP PEMILIK BARANG OLEH PENGUSAHA ANGKUTAN DI PT

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

MINAT PEDAGANG DI DESA CEMPAKA MULIA BARAT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR UNTUK MEMBELI MESIN EDC(ELECTRONIC DATA CAPTURE)

BAB I PENDAHULUAN. subjek penelitian, objek penelitian, dan sarana atau peralatan penelitian (Ratna,

STUDI ANALISIS KONSEP MUNÂSABAH ANTAR AYAT

BAB I PENDAHULUAN. (Goldman via Faruk, 1994:79). Sebagaimana juga disampaikan oleh Lukens

STRATEGI PENGELOLAAN USAHA FOTOKOPI CAHAYA DI BANJARMASIN SKRIPSI OLEH NURUL AIDA

Abstrak. Kata kunci: Kurs Rupiah, BI Rate, JII, LQ45.

ANALISIS TERHADAP PENYALURAN DANA ZAKAT GURU DAN PEGAWAI OLEH LZIS ASSALAAM SURAKARTA (Studi Kasus di LZIS Assalaam Surakarta)

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA PELAJARAN AKHLAK DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

ABSTRAK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pendidikan anak usia 0-10 tahun dalam

ETIKA SUNDA (Studi Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI SYIRKAH di RENTAL PLAY STATION di DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK SKRIPSI. Oleh : ACHMAD ARDANI

PERAN PIMPINAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMK ROUDLOTUL MUBTADIIN BALEKAMBANG KECAMATAN NALUMSARI KABUPATEN JEPARA

PENERAPAN METODE AL-QASIMI DALAM MENGHAFAL AL-QUR AN DI PONDOK PESANTREN BAITUL QUR AN GARUT, DAWUNG, SAMBIREJO SRAGEN TAHUN

IMPLEMENTASI DIALOG ANTAR AGAMA DI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA SEMARANG

UPAYA SOSIALISASI PERBANKAN SYARIAH DI KOTA BANJARBARU

PENGESAHAN. Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang pada tanggal : Semarang, 22 januari 2016.

MANAJEMEN BUDAYA HIDUP SEHAT DI SMP NEGERI 11 BANJARMASIN

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Jurusan Muamalah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1436 H

PROSES PENYADARAN DARI ANAK NAKAL MENJADI ANAK SHALIH DI PANTI ASUHAN ISLAM IBADAH BUNDA YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif yang diciptakan oleh manusia, sastra juga dianggap sebagai sebuah karya seni yang di dalamnya mengandung unsur keindahan. Wellek dan Austin Warren (1989:3) menegaskan bahwa sastra adalah sebuah kegiatan kreatif sebuah karya seni. Unsur keindahan yang ada dalam karya sastra menjadikannya berbeda dengan karya tulis lainnya, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Muzakki (2006: 35) bahwa karya sastra memiliki ciri kekhasan yang mutlak, yaitu keindahan dan keartistikan. Karya sastra yang bermutu adalah karya yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang tinggi. Pradopo (1995:19) mengungkapkan bahwa, karya-karya sastra yang bermutu mengungkapkan nilai-nilai kehidupan yang tinggi, yang secara tidak langsung mempertinggi taraf kehidupan masyarakat, memperhalus budi dan perasaan, mempertajam pikiran, mempertinggi kejujuran, mencintai kebenaran, dan memperdalam rasa perikemanusiaan pembacanya. Sastra sebagai sebuah karya seni, sesuai dengan hakikatnya, dapat merepresentasikan dimensi-dimensi kebudayaan tertentu. Salah satu sifat sastra adalah sebagai sistem komunikasi terbuka yang memungkinkan dapat berkait dengan disiplin ilmu lain. Seperti yang diungkapkan Ratna (2004:332) bahwa sastra adalah sistem komunikasi terbuka sehingga memiliki kemungkinan luas untuk dikaitkan dengan disiplin ilmu lain. Hal ini juga diperkuat oleh Hardjana

(1985:66) bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia. Sesuai dengan hakikatnya yang merepresentasikan kebudayaan tertentu, sastra memiliki keunikan tersendiri dalam setiap kebudayaan dan bangsa. Perkembangan karya sastra antarkebudayaan memiliki ciri khas dan periode masing-masing sesuai dengan zamannya. Hal ini pun berlaku dalam dunia kesusastraan Arab. Al-Muhdar (1983:25) mengungkapkan bahwa, kesusastraan Arab dibagi menjadi lima periode. Pembagian tersebut dibagi berdasarkan periode zamannya, yaitu masa Jahiliyyah, masa permulaan Islam sampai masa pemerintahan Umawi>, masa pemerintahan Abbasiyah, masa pemerintahan Turki Us}mani>, dan sastra Arab modern. Dalam periode-periode tersebut genre kesusastraan Arab berkembang menjadi beberapa genre. Pada periode terakhir dalam dunia kesusastraan Arab yakni periode sastra Arab Modern, Farh}u>d (1981:122) menyebutkan bahwa sastra Arab modern dibagi menjadi tiga genre, yaitu prosa (nas{r), puisi (syi r), dan drama (masrah}iyyah). Perkembangan kesusastraan Arab modern ditunjukkan dengan suburnya rasa nasionalisme bangsa Arab untuk memperjuangkan kemerdekaan dari penjajah. Hal ini seperti yang diungkapkan Al-Muhdar (1983:25) bahwa, timbulnya kesusastraan Arab modern ditandai dengan timbulnya rasa nasionalisme bangsa Arab di masa modern. Perkembangan ini menurut Starkey (2006:80) terkait dengan politik dan perubahan sosial.

Gassa>n Kanafa>ni> adalah salah satu sastrawan Arab Palestina modern yang berkarya dengan tema nasionalisme. Allen (1982: 108) menyebutkan bahwa karya Kanafa>ni> adalah karya yang diterbitkan pada dua dekade yang lalu, satu periode dalam sejarah dunia Arab yang diwarnai dengan perubahan cepat dan penuh pergolakan, baik sosial maupun politik. Allen (1982:118) juga memuji Kanafa>ni> bahwa rasanya tidak ada seorang novelis Arab pun yang mampu memproyeksikan tragedi rakyat Palestina dalam sebuah tulisan fiksi dengan cara yang seluar biasa Gassa>n Kanafa>ni>. Sebagai seorang politisi, jurnalis, sastrawan, sekaligus kritikus sastra, Kanafa>ni>> menjadi salah satu penulis yang sangat produktif dalam berbagai bidang, terutama dalam perjuangan rakyat Palestina. Salah satu karya Gassa>n Kanafa>ni> adalah cerpen al-ufuqu Wara> a al- Bawwa>bati dalam antologi Ard{u al-burtuqa>li al-h{azi>ni yang menceritakan seorang pemuda bernama Ali> yang terpisah dengan keluarga dan kerabat serta kehilangan adiknya yang meninggal, karena masuknya orang-orang Yahudi ke kota Akka>. Sepuluh tahun sejak saat itu, dia membuat kebohongan dengan mengabarkan dirinya dan adiknya selalu dalam keadaan baik-baik saja. Semua hal tersebut membuat dia tidak berani menemui keluarganya yang terpisah di tanah yang dijajah, sedangkan dirinya berada di tanah yang merdeka. Cerpen ini memiliki kompleksitas peristiwa yang membuatnya menarik untuk dianalisis unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsurnya. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis struktural sehingga struktur dan unsur-unsur pembentuk cerpen ini dapat dianalisis dengan menyeluruh dan lengkap.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan bahwa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen al-ufuqu Wara> a al-bawwa>bati serta keterkaitan antarunsurnya. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis unsur-unsur intrinsik pembentuk cerpen al-ufuqu Wara> a al-bawwa>bati serta keterkaitan antarunsurnya. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap karya sastra Gassa>n Kanafa>ni telah dilakukan oleh peneliti lain, seperti dilakukan oleh Talal Harb (1972) yang meneliti novel Rija>lun fi> asy-syamsi dengan analisis struktural. Kesimpulan dari penelitian ini adalah novel Rija>lun fi> asy-syamsi menceritakan ketidakmampuan rakyat palestina dalam menentukan posisi dan peran yang tepat bagi dirinya di tengah kerasnya realitas dan eksploitasi negara-negara Arab lain. Selain citraan serta kehati-hatian dalam penyusunan plot, efek-efek simbolik novel ini juga terasa sangat kuat. Adapun Roger Allen (1982) meneliti novel Ma Tabaqqa> la-kum dengan analisis struktural. Kesimpulan dari penelitian ini adalah efek yang dihasilkan dalam cerita tersebut sangat filmis, perubahan dari orang ketiga ke orang pertama seolah membawa lensa narasi lebih dekat dengan peristiwanya. Novel ini bisa

dianggap sebagai sebuah treatment yang subtil dan inovatif dari sebuah tema paling popular bagi para pengarang Arab modern. Adapun penelitian tentang karya Gassa>n Kanafa>ni oleh mahasiswa Sastra Asia Barat, Universitas Gadjah Mada juga pernah dilakukan. Antara lain Wikanti Iffah Julianti (2011) dengan judul Unsur-unsur Intrinsik cerpen Ard{u al- Burtuqa>li al-h{azi>ni karya Gassa>n Kanafa>ni>: Analisis Struktural. Penelitian ini menemukan bahwa unsur-unsur intrinsik dari cerpen tersebut adalah (1) tema, (2) fakta cerita meliputi tokoh utama, alur, latar, dan (3) sarana cerita meliputi judul, sudut pandang, simbolisme, dan ironi. Selain itu masing-masing unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. M. Afif Miftahul Ulum (2012) dengan judul Unsur-unsur intrinsik Cerpen Ab adu min al-h{udu>di dalam antologi Ard{u al-burtuqa>li al-h{azi>ni Karya Gassa>n Kanafa>ni>: Analisis Struktrural. Penelitian ini menemukan bahwa unsur-unsur intrinsik dari cerpen tersebut adalah (1) tema, (2) fakta cerita meliputi tokoh utama, alur, latar, dan (3) sarana cerita meliputi judul, sudut pandang, dan ironi. Selain itu masing-masing unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Mariana Suci Swastika (2012) dengan judul Unsur-unsur Intrinsik Cerpen as-sila>h}u al-muh}arramu dalam antologi Ard{u al-burtuqa>li al-h{azi>ni karya Gassa>n Kanafa>ni>. Penelitian ini menemukan bahwa unsur-unsur intrinsik dari cerpen tersebut adalah (1) tema, (2) fakta cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur, latar, dan (3) sarana cerita meliputi judul dan sudut pandang. Selain itu masing-masing unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Kautsar Roki Gilman (2012) dengan judul Unsur-unsur Intrinsik cerpen Mautu Sari>r Raqm 12 dalam antologi cerpen Mautu Sari>r

Raqm 12 karya Gassa>n Kanafa>ni. Penelitian ini menemukan bahwa unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut adalah (1) tema, (2) fakta cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur, latar, dan (3) sarana cerita meliputi judul dan sudut pandang. Selain itu, masing-masing unsur tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penelitian terhadap karya Gassa>n Kanafa>ni yang lain juga pernah dilakukan oleh Tika Musfita (2013) dengan judul Fenomena Sosial dalam Novel A< idun ila> Haifa> karya Gassa>n Kanafa>ni:> Analisis Sosiologi Sastra. Penelitian ini menemukan bahwa dalam novel tersebut terdapat fenomena sosial yang terjadi di Palestina dalam rentang tahun 1948-1967. Adapun untuk Cerpen al-ufuqu Wara> a al-bawwa>bati belum pernah dilakukan penelitian, baik dari segi sastra maupun linguistik. Oleh karena itu, penelitian ini layak dilakukan untuk memperkaya khazanah keilmuan kesusastraan Arab dengan menggunakan analisis struktural. 1.5 Landasan Teori Penelitian sebuah karya sastra memerlukan teori sebagai alat untuk mengarahkan dan menjadi acuan dalam sebuah penelitian. Menurut Ratna (2004:9-10), teori sastra dapat diartikan sebagai perangkat konsep yang saling berhubungan secara ilmiah, yang disajikan secara sistematis, dan berfungsi untuk menjelaskan sejumlah gejala sastra. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori struktural. Teori struktural memandang karya sastra merupakan susunan hubungan dari susunan benda-benda (Teeuw, 1984:130). Oleh karena itu, setiap unsur dalam struktur karya sastra tidak mempunyai maknanya sendiri melainkan maknanya berhubungan dengan unsur-unsur yang lain, Hawkes

(1977:16) mengungkapkan bahwa kodrat dari setiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu. Teeuw (1984:235) mengungkapkan, untuk dapat memahami sebuah karya sastra secara optimal, maka analisis struktural merupakan tahapan awal yang harus dilalui oleh peneliti sebelum beranjak ke analisis yang lain. Penggunaan pendekatan struktural akan mampu menelaah karya sastra secara objektif tanpa melihat aspek-aspek yang berasal dari luar. Konsep dasar pendekatan struktural, menurut Pradopo (1994:55), adalah anggapan bahwa dalam diri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berkaitan. Sebuah struktur karya sastra harus dilihat secara totalitas karena sebuah struktur terbentuk dari serangkaian unsur-unsur pembentuknya yang masing-masing unsur memiliki potensi menghasilkan makna yang menyeluruh. Perubahan yang terjadi dalam sebuah unsur akan berakibat berubahnya semua keterkaitan unsur-unsur di dalamnya. Hal ini seperti diungkapkan Sangidu (2004:16) bahwa perubahan yang terjadi dalam sebuah unsur pembentuk akan berakibat berubahnya hubungan antarunsur dalam karya tersebut. Pendekatan struktural dipilih dalam penelitian ini karena dengan pendekatan ini secara objektif dapat diketahui unsur-unsur intrinsik pembentuk

cerpen al-ufuqu Wara> a al-bawwa>bati. Unsur-unsur instrinsik tersebut menurut Stanton (1965:20-24) adalah tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Tema merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya sastra, gagasan ini tidak diungkapkan secara eksplisit, melainkan secara implisit melalui berbagai peristiwa yang dilalui tokoh. Menurut Stanton (1965:41), tema adalah makna yang dapat merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara yang paling sederhana. Keberadaan tema dalam suatu karya sastra membuat cerita menjadi lebih berfokus dan menyatu serta memiliki nilai di luar karya sastra (Stanton, 1999:27). Cara paling efektif untuk mengenali tema menurut Stanton (1965:42), adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Fakta cerita merupakan unsur fiksi yang secara jelas dapat ditemukan eksistensinya dalam sebuah karya sastra. Hal ini seperti diungkapkan Nurgiyantoro (1995:25) bahwa fakta cerita merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwa dan eksistensinya. Fakta cerita menurut Stanton (1999:19-26) meliputi alur, tokoh dan penokohan, dan latar. Sarana cerita menurut Stanton (1999:32) merupakan cara pengarang untuk menyeleksi dan menyusun bagian-bagian cerita sehingga tercipta karya sastra yang bermakna. Sarana ini memungkinkan pembaca memahami dan melihat karya sastra dari sudut padang pengarang. Hal ini seperti diungkapkan Nurgiyantoro (1995:25) bahwa tujuan dari sarana cerita adalah supaya pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita melalui sudut pandang pengarang, mampu menafsirkan makna

fakta sebagaimana yang dimaksud pengarang, dan dapat merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang. Stanton (1965:51-74) menjelaskan, sarana cerita terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain judul, sudut pandang, gaya dan tone (nada), simbolisme dan ironi. Judul dalam suatu cerita berhubungan erat dengan karya sastra tersebut secara keseluruhan. Menurut Stanton (1965:25), dalam suatu cerita pendek, judul seringkali menunjukkan makna cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Sudut pandang penceritaan adalah posisi yang menjadi dasar berpijak pembaca melihat peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita (Stanton, 1999:34). Dilihat dari sisi pengarang, Abrams (1999, 231) mengungkapkan sudut pandang merupakan cara bagaimana sebuah cerita disampaikan. Cara ini dibentuk oleh seorang pengarang dengan menunjukkan tokoh, dialog, aksi, latar, dan kejadian yang membentuk sebuah cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Stanton (1965:34-35) membagi sudut pandang menjadi empat tipe utama, yaitu: aku sebagai tokoh utama, aku sebagai tokoh bawahan, ia sebagai pencerita terbatas, ia sebagai pencerita yang serba tahu. Simbolisme adalah salah satu cara untuk menampilkan gagasan dan emosi agar tampak nyata seperti fakta fisik. Stanton (1965:64) mengungkapkan bahwa gagasan dan emosi terkadang tampak nyata bagaikan fakta fisis padahal sejatinya, kedua hal tersebut tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan. Simbol-simbol

diwujudkan dengan detail yang kongkret dan faktual untuk memunculkan emosi dan dalam pemikiran pembaca. Ironi secara umum, menurut Stanton (1965:71), dimaksudkan sebagai cara menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Hadirnya ironi dalam sebuah cerita dapat membuat cerita tersebut menjadi menarik, menguatkan tema, dan menunjukkan sikap pengarang. Stanton (1965:71) menjelaskan bahwa jika dimanfaatkan dengan benar ironi dapat memperkaya cerita seperti menjadikannya menarik, menghadirkan efek tertentu, humor atau pathos, memperdalam karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikat pengarang, dan menguatkan tema. Gaya bahasa dalam sastra adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa (Stanton: 1965:61). Setiap pengarang mempunyai ciri khas masing-masing dalam mengungkapkan cerita. Gaya bahasa seorang pengarang juga akan menunjukkan visi, pemikiran dan karakter dari pengarang. Stanton (1965:61) mengungkapkan bahwa, gaya juga bisa terkait dengan maksud dan tujuan sebuah cerita. Seorang pengarang mungkin tidak memilih gaya yang sesuai bagi dirinya, tetapi gaya tersebut justru pas dengan tema cerita. Satu elemen lagi yang berkaitan erat dengan gaya adalah tone (nada). Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. 1.6 Metode Penelitian Berdasarkan landasan teori di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis struktural yang bertujuan

membongkar dan memaparkan secara cermat dan mendalam unsur-unsur pembentuk karya sastra serta keterkaitan antar unsurnya yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh. Sebuah karya sastra seperti sebuah bangunan yang terdiri atas berbagai unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, menurut Sangidu (2004:16), perubahan yang terjadi dalam sebuah unsur pembentuk akan berakibat berubahnya unsur dalam karya sastra tersebut. Analisis struktural pada cerpen al-ufuqu Wara> a al-bawwa>bati dalam Ard{u al-burtuqa>li al-h{azi>ni dilakukan dengan cara mengungkapkan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu (1) tema, (2) fakta cerita yang terdiri dari unsur alur, tokoh dan penokohan, latar, dan (3) sarana cerita yang dibatasi pada judul, sudut pandang, simbolisme, ironi, gaya dan tone (nada). Setelah itu, cerpen tersebut dianalisis secara keseluruhan dengan melihat hubungan di antara unsur-unsur pembentuknya. 1.7 Sistematika Penelitian Sistematika penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penelitian, dan pedoman transliterasi Arablatin. Bab II berisi biografi singkat Gassa>n Kanafa>ni>, karya-karyanya, dan sinopsis cerpen al-ufuqu Wara> a al-bawwa>bati. Bab III berisi analisis struktural cerpen al-ufuqu Wara> a al-bawwa>bati meliputi unsur-unsur intrinsiknya, yaitu (1) fakta cerita yang terdiri dari alur, tokoh dan penokohan, dan latar, (2) sarana cerita

yang terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi, (3) tema, dan (4) keterkaitan antarunsur intrinsik tersebut. Bab IV berisi kesimpulan. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Transliterasi huruf Arab ke Latin yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari buku pedoman transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no: 158 tahun 1987 dan no: 0543b/u/1987. Berikut pedoman transliterasinya. A. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dengan tanda, dan sebagian lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus, di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin. Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ب ba B be ت ta` T te ث sa s\ es (dengan titik di atas) ج jim J Je ح h{a h} ha (dengan titik di bawah) خ kha kh ka dan ha د dal d De ذ zal z\ zet (dengan titik di atas) ر ra r er

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama zai z zet ز B. Vokal sin s es س syin sy es dan ye ش bawah) sad s} es (dengan titik di ص bawah) d}ad d} de (dengan titik di ض bawah) ta t} te (dengan titik di ط bawah) za z} zet (dengan titik di ظ ain koma terbalik di atas ع gain g ge غ fa f ef ف qaf q ki ق kaf k ka ك lam l el ل mim m em م nun n en ن wau w we و ha h ha ه hamzah apostrof ء ya y Ye ي Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Latin Nama Fath{ah a a Kasrah i i D}ammah u u

- kataba كتب -z ukira ذكر Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu : Tanda Dan Huruf Nama Gabungan Huruf Nama ي fath{ah dan ya Ai a dan i fath{ah dan wau Au a dan u و كيف قول -kaifa -qaulun Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama fath{ah dan alif atau ya a> a dengan garis atas ا ى kasrah dan ya i> i dengan garis atas ي d{ammah dan wau u> u dengan garis atas و قال قيل يقول C. Ta Marbu>t}ah - qa@la -qi@la -yaqu@lu Transliterasi ta marbu>t}ah ada dua yaitu ta marbu>t}ah hidup dan ta marbu>t}ah mati. Ta marbu>t}ah hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, atau dammah transliterasinya adalah /t/. Adapun ta marbu>t}ah mati atau mendapat

harakat sukun transliterasinya adalah /h/. Apabila ada kata yang berakhir dengan ta marbu>t}ah dikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata tersebut terpisah maka ta marbu>t}ah tersebut ditransliterasikan /h/ روضة الا طفال المدينة المنورة طلحة - raud}ah al-at}fa@l - al-madi@nah al-munawwarah - T}alh}ah D. Syaddah Syaddah atau tasydi>d dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau tasydi>d. Dalam transliterasinya, tanda syaddah itu dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. رب نا الحج -rabbana@ -al-h}ajju E. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf al. Kata sandang tersebut dalam transliterasi dibedakan menjadi kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah dan huruf qamariyyah. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyyah di transliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. الرجل الشمس ar-rajulu asy-syamsu

Adapun kata sandang yang diikuti huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda simpang (-). al-qalamu القلم al-kita@bu الكتاب F. Hamzah Hamzah yang ditransliterasikan dengan apostrof hanya berlaku untuk hamzah yang terletak di tengah dan belakang. Hamzah yang terletak di depan tidak dilambangkan dengan koma di atas karena dalam tulisan Arab berupa alif. syai un شيء inna إن G. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi l, ism, maupun h}arf, ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yag penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau h{arakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini, penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara yaitu bisa dipisah perkata dan bisa pula dirangkaikan. Wa innalla@ha lahuwa khair ar-ra@ziqi@n و إن االله لهو خير الرازقين - Wa innalla@ha lahuwa khairur-ra@ziqi@n

H. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini, huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD, di antaranya adalah huruf kapital yang digunakan untuk menulis huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Wa ma@ Muh}ammadun illa@ rasu@l و ما محمد إلا رسول