BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. pada saluran pencernaan disamping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon,

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

BAB I PENDAHULUAN. memeliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu mastikasi atau pengunyahan, estetik,

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. palatum, lidah, dan gigi. Patologi pada gigi terbagi menjadi dua yakni karies dan

Rata-rata nilai plak indeks (%)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. alat ortodontik cekat menyebabkan pemeliharaan oral hygiene menjadi lebih sulit

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN TINGKAT KEBERSIHAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK BERDASARKAN METODE PEMBERSIHAN SECARA PENYIKATAN DAN LAMA PEMAKAIAN

PEMELIHARAAN ORAL HYGIENE DAN PENANGGULANGAN KOMPLIKASI PERAWATAN ORTODONTI SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehat serta penampilan yang secara sosial dapat diterima (Ariyani,2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan 2.1.1 Definisi Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien. 1 Perawatan dengan gigitiruan sebagian lepasan adalah perawatan yang dapat dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi oleh sebagian besar pasien yang kehilangan gigi sebagian karena biayanya yang lebih terjangkau. 3,25 Beberapa akibat kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan adalah migrasi dan rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan mulut, atrisi, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak. Fungsi gigitiruan sebagian lepasan antara lain memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat. 1 2.1.2 Keuntungan dan Kerugian Rehabilitasi keadaan rongga mulut dengan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan, memiliki peranan yang penting untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan sistemik pasien yang mengalami kehilangan gigi. Keuntungan perawatan gigitiruan sebagian lepasan dibandingkan dengan gigitiruan cekat adalah biaya yang lebih

terjangkau dan prosedur pemeliharaan kebersihan yang lebih mudah dilakukan karena gigitiruan jenis ini dapat dibuka pasang. 26 Salah satu kerugian pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat merusak jaringan mulut yang tersisa. Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan meningkatkan penumpukan sisa makanan pada bagian yang berkontak dengan permukaan gigi asli, yang mengganggu aksi self-cleansing oleh lidah dan bukal selama proses pengunyahan. 4 Desain kerangka gigitiruan sebagian lepasan juga berperan dalam perkembangan bakteri pada rongga mulut dan pembentukan plak. 27 Plak gigitiruan mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan terhadap gigi penyangga yang sangat penting perannya terhadap perawatan gigitiruan sebagian lepasan. Penumpukan plak pada gigi penyangga lebih banyak daripada gigi asli yang lain. Hal ini disebabkan terhambatnya aksi self-cleansing oleh cangkolan yang terdapat pada gigitiruan sebagian lepasan. 28 Gigitiruan sebagian lepasan harus didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan tepi gingiva dari gigi penyangga. 29 2.2 Pemeliharaan Kebersihan Gigitiruan Setelah Pemasangan Pemakaian gigitiruan terbukti berkaitan erat dengan pemeliharaan kesehatan rongga mulut. 1 Pemeliharaan gigitiruan yang baik dan benar sangat penting bagi pasien, tidak hanya untuk memperbaiki estetis dan fungsional, tetapi juga untuk kesehatan jaringan pendukung dan perlindungan terhadap gigitiruan itu sendiri. 11 Pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan yang tidak baik adalah alasan utama meningkatnya pembentukan plak gigitiruan. 30 Plak memegang peranan penting dalam proses kerusakan jaringan gigi dan dalam proses inflamasi jaringan lunak

sekitar gigi. 31 Evaluasi terhadap 74 pasien yang telah memakai gigitiruan sebagian lepasan selama 10 tahun menemukan bahwa hanya 36% pemakai gigitiruan yang bebas dari segala masalah kesehatan rongga mulut. (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011). Pemeliharaan kesehatan rongga mulut sangat penting sekali untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan. 29 2.2.1 Tujuan/Manfaat Plak dapat melekat pada permukaan gigitiruan secepat dan semudah perlekatannya terhadap permukaan gigi asli, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan terhadap gigitiruan sebagian lepasan. Cara pemeliharaan gigitiruan sebagian lepasan meliputi cara penyimpanan dan pembersihan. Tujuan pemeliharaan kebersihan gigitiruan sebagian lepasan antara lain agar gigitiruan sebagian lepasan dapat tahan lama, mencegah penumpukan plak, memelihara kesehatan rongga mulut, mencegah penyakit mulut dan bau mulut yang tidak enak. 29 Pentingnya memelihara kebersihan gigi asli yang masih ada, mukosa jaringan rongga mulut, dan gigitiruan harus ditegaskan berkali-kali kepada pasien untuk keberhasilan perawatan jangka panjang. 32 2.2.1.1 Kesehatan Rongga Mulut Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan mulut yang ada. Penumpukan stein dan debris pada gigitiruan sebagian lepasan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada kesehatan rongga mulut pasien. 4 Pemakaian gigitiruan sebagian lepasan dikaitkan dengan meningkatnya penumpukan plak, tidak hanya pada permukaan gigi asli yang secara langsung berkontak dengan permukaan gigitiruan, tetapi juga pada gigi asli yang ada di

lengkung rahang yang berlawanan, dan bahkan dalam beberapa kasus, pada permukaan bukal gigi asli yang masih ada. 27 Penumpukan plak pada sekeliling gigi asli yang masih ada dan pada gigitiruan dapat menyebabkan karies, dekalsifikasi enamel, dan gingivitis. 4 Perawatan prostodontik dapat meningkatkan resiko karies pada pasien. Aktivitas karies yang tinggi ditemukan pada pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan lebih berhubungan dengan buruknya pemeliharaan kesehatan rongga mulut oleh pasien daripada akibat secara langsung dari pemakaian gigitiruan itu sendiri. Skor plak, resiko karies, dan resiko kerusakan gigi penyangga meningkat secara signifikan pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan. 33 Moimas dkk (2006) menyatakan bahwa pemakaian gigitiruan sebagian lepasan berhubungan dengan terjadinya penyakit periodontal. Hal ini dikaitkan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk, meningkatnya plak dan kalkulus, dan transmisi kekuatan transversal yang berlebihan pada struktur periodontal gigi asli dari permukaan oklusal gigitiruan. 27 Menurut Sesma dkk (2005), stomatitis akibat gigitiruan adalah salah satu infeksi rongga mulut yang berhubungan dengan pemakaian gigitiruan. Stomatitis akibat gigitiruan adalah inflamasi kronis yang terlokalisasi/generalisasi atau inflamasi hiperplasia papiler yang dapat terjadi pada pemakai gigitiruan sebagian lepasan. 34 Etiologi dari penyakit stomatitis akibat gigitiruan antara lain terdiri dari trauma akibat gigitiruan, pemeliharaan kebersihan rongga mulut dan gigitiruan yang buruk, pemakaian gigitiruan secara terus-menerus, infeksi jamur, dan hipersensitifitas

terhadap bahan basis gigitiruan. Pasien dengan kebersihan gigitiruan yang baik sangat jarang terkena stomatitis akibat gigitiruan. 35 2.2.1.2 Kebersihan Gigitiruan Gigitiruan sebagian lepasan yang tidak terjaga kebersihannya dapat mengendapkan berbagai deposit yang berasal dari saliva dan substansi lain termasuk sisa makanan dan bakteri rongga mulut. Deposit yang menumpuk pada gigitiruan tersebut selain memberikan kesan kotor pada gigitiruan, juga akan mengeluarkan bau yang kurang enak. 4 Plak yang melekat pada gigitiruan berhubungan dengan penampilan yang tidak estetis, serta rasa dan bau tidak enak yang timbul. 36 2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dokter gigi dan pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus menyadari pentingnya kebutuhan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan kebersihan gigitiruannya. 9 Usaha-usaha untuk memberikan edukasi tentang pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan dokter gigi dan pasien akan pentingnya pemeliharaan gigitiruan setelah pemasangan agar gigitiruan sebagian lepasan dapat dipelihara dengan baik dan dapat digantikan segera apabila timbul indikasi. 3 Selain dokter gigi dan pasien, bahan basis gigitiruan sebagian lepasan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemeliharaan kebersihan gigitiruan. 17 2.2.2.1 Dokter Gigi Pengetahuan seorang dokter gigi tentang pemeliharaan gigi asli yang masih ada, akar, tulang alveolar, dan mukosa rongga mulut adalah faktor yang penting untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan. 3 Tanggung jawab utama

dokter gigi adalah menjamin bahwa gigi dan jaringan yang masih tinggal telah dirawat dalam keadaan sehat. 1 Dokter gigi harus memberikan instruksi kepada pasien setelah pemasangan gigitiruan dilakukan. 35 Instruksi lisan dan tulisan sangat efektif untuk menambah pengetahuan pasien tentang menjaga kebersihan gigitiruan dan jaringan mulut yang tersisa. Salinan ringkas dari informasi dan instruksi tersebut harus diberikan kepada pasien. Instruksi tulisan tersebut termasuk penjelasan kepada pasien tentang terbatasnya penggunaan gigitiruan dan pentingnya peran pasien untuk keberhasilan perawatan, instruksi untuk membersihkan gigi asli yang masih ada, instruksi untuk melepaskan gigitiruan selama 6-8 jam per hari, instruksi untuk membersihkan gigitiruan, dan instruksi untuk melakukan kontrol berkala minimal setahun sekali. Instruksi tulisan ini harus ditambah dengan instruksi lisan yang sesuai dengan kebutuhan individu, yang diberikan oleh dokter gigi apabila diperlukan. Telah ditemukan bahwa pengetahuan dan kebiasaan yang positif meningkat karena pemberian instruksi tulisan kepada pasien. 11 Pasien perlu diinstruksikan untuk membersihkan gigitiruan dan rongga mulut mereka setiap setelah makan, merendam gigitiruannya dalam larutan pembersih non-bleaching, dan untuk menghindari memakai gigitiruan mereka selama tidur. 35 Apabila pasien responsif terhadap instruksi pemeliharaan kesehatan dan kebersihan mulutnya, resiko pemakaian gigitiruan sebagian lepasan menjadi berkurang. 1 2.2.2.2 Pasien Edukasi dan motivasi kepada pasien untuk memelihara kesehatan rongga mulut merupakan faktor yang penting untuk keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan. 3 Pasien dengan daya tahan dan adaptasi yang tinggi dapat

mentoleransi desain gigitiruan sebagian lepasan yang kurang baik, tetapi tetap harus menyadari bahaya kerusakan yang mungkin timbul, sehingga ia harus selalu berupaya melaksanakan instruksi pemeliharaan dan kesehatan mulutnya. 1 Pentingnya kebiasaan pasien untuk melakukan usaha menjaga kesehatan rongga mulut di rumah dan seringnya melakukan kontrol berkala, mempengaruhi keberhasilan perawatan gigitiruan sebagian lepasan. 37 Penumpukan plak dan perubahan yang terjadi pada jaringan mulut yang tersisa, seperti karies gigi, penyakit periodontal, dan lesi pada mukosa, berhubungan dengan pemakaian gigitiruan sebagian lepasan. Efek yang tidak diinginkan pada gigi asli dan jaringan pendukung ini akan berkurang apabila pasien melakukan program pemeliharaan kebersihan, mencakup motivasi dan instruksi kebersihan yang diberikan, sama halnya dengan melakukan kontrol berkala ke dokter gigi. 26 Pasien yang dapat termotivasi untuk menjaga tingkat kebersihan yang tinggi, dan dengan program pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang baik dilakukan, indeks plak, indeks gingiva, skor kalkulus dan stein dari gigitiruan sebagian lepasan dapat dijaga tetap dalam level atau tingkatan yang rendah. 12 2.2.2.3 Bahan Basis Gigitiruan Sebagian Lepasan Bahan basis gigitiruan sebagian lepasan terdiri atas logam atau akrilik. 17 Semua jenis gigitiruan sebagian lepasan harus dilepaskan dari mulut setiap setelah makan untuk dibersihkan. Memelihara gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam pada dasarnya sama dengan memelihara gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik. Gigitiruan kerangka logam memiliki keuntungan dimana gigitiruan sebagian lepasan jenis ini lebih mudah dibersihkan daripada gigitiruan sebagian lepasan resin

akrilik. 38 Penelitian yang dilakukan terhadap 74 pasien pemakai gigitiruan sebagian lepasan, pada 36% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan resin akriliknya, dan hanya pada 14% pasien terdapat kalkulus pada permukaan gigitiruan kerangka logamnya (Wagner dan Kern cit. Preshaw dkk, 2011). 2.2.2.3.1 Resin Akrilik Sampai saat ini resin akrilik masih digunakan sebagai bahan basis gigitiruan di bidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat estetik dan kekuatan relatif baik serta mudah dimanipulasi, tetapi kekurangannya, resin akrilik mempunyai sifat porus. 39 Resin akrilik memiliki pori-pori yang irregular dan mikroskopis yang dapat menjadi tempat penumpukan plak serta berkembangnya koloni bakteri dan jamur yang berbahaya bagi kesehatan rongga mulut. 34,38 Menurut Silva dkk (2009), gigitiruan dengan basis resin akrilik dapat menjadi tempat berkumpulnya stein dan plak disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air, sehingga mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan minuman sehingga akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan rongga mulut si pemakai. Permukaan gigitiruan yang tidak dilakukan pemolesan juga mempermudah melekatnya plak dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan inflamasi. Inflamasi yang terjadi dapat menjadi lebih buruk apabila gigitiruan tersebut kotor, oleh karena itu pemakai gigitiruan sebagian lepasan harus benar-benar menjaga kebersihan gigitiruannya. 40 2.2.2.3.2 Logam Logam adalah bahan yang tahan terhadap abrasi, sehingga permukaannya tetap licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini membuat

deposit makanan dan kalkulus sulit melekat, sehingga dapat dengan mudah dibersihkan secara mekanis. Karakteristik ini membuat basis logam disebut naturally cleaner dibandingkan dengan resin akrilik. 1 Keuntungan lain yang juga dimiliki gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam adalah dapat mencegah bau tak sedap pada rongga mulut karena gigitiruan jenis ini tidak memiliki mikroporus yang dapat menjadi tempat melekatnya plak dan bakteri yang dapat menghasilkan bau mulut. 38 2.3 Kondisi Kebersihan Gigitiruan Plak, stein, kalkulus, dan deposit lain yang melekat pada gigitiruan menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan antara lain kondisi gigitiruan menjadi kotor, dan adanya rasa serta bau yang tidak menyenangkan. 22 Dikbas dkk. (2006) dalam penelitiannya menetapkan kondisi kebersihan gigitiruan berdasarkan ada atau tidaknya debris, stein dan kalkulus pada gigitiruan dengan kategori sebagai berikut: gigitiruan bersih dimana tidak terdapat debris lunak, kalkulus atau stein pada gigitiruan; gigitiruan kotor dimana terdapat debris lunak di antara anasir gigitiruan setelah dicuci di bawah air mengalir dan atau terdapat kalkulus atau stein di sekeliling tepi gingiva anasir gigitiruan; dan gigitiruan sangat kotor dimana debris lunak terdapat di antara anasir gigitiruan dan di atas permukaan basis, dan atau terdapat kalkulus serta stein pada anasir gigitiruan dan permukaan basis gigitiruan yang menutupi mukosa rongga mulut dan palatum. 10 Kondisi gigitiruan yang kotor berhubungan dengan kurangnya instruksi kebersihan yang diterima, desain gigitiruan yang buruk, kurangnya kemampuan pasien untuk memelihara kebersihan gigitiruannya, dan tidak tersedianya bahan pembersih gigitiruan di pasaran. 22 Dikbas

dkk (2006), Baran dan Nalcaci (2009), serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa kebanyakan pasien pemakai gigitiruan tidak dapat menjaga kebersihan gigitiruan mereka secara teratur dan terus memakai gigitiruan dengan kondisi yang kotor. 10,16,19 2.4 Kebiasaan Memelihara Kebersihan Gigitiruan Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigitiruan sebagian lepasan, frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda. 7 Beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi gigitiruan yang buruk adalah bertambahnya usia, pasien berjenis kelamin laki-laki, ras, lingkungan tempat tinggal, terbatasnya interaksi dan dukungan sosial, kesehatan umum yang buruk, serta tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah. 18 Lansia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memelihara kebersihan rongga mulut dan gigitiruannya, dimana hal ini merupakan kunci keberhasilan perawatan gigitiruan, baik cekat maupun lepasan (Strayer dkk cit. Barreiro dkk, 2009). Efek preventif yang didapatkan dari memelihara kebersihan rongga mulut oleh lansia tidak sebaik yang didapatkan oleh pasien yang lebih muda. Hal ini disebabkan menurunnya penglihatan, kepikunan yang berat (demensia), dan menurunnya keadaan fisik yang mempengaruhi kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Pasien lansia mengerti bahwa mereka harus menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan baik, namun tidak mengetahui bahwa usaha mereka kurang dapat membuahkan hasil yang baik. 9 Maupome dkk (1998) menyatakan bahwa kesehatan rongga mulut yang lebih baik biasanya ditemukan pada pasien yang lebih muda dan pada pasien yang mendapatkan dukungan dari teman, sahabat, dan keluarganya. 41

Baran dan Nalcaci (2009) serta Amjad dkk (2010) menemukan bahwa pasien perempuan lebih banyak memakai gigitiruan yang bersih dibandingkan dengan pasien laki-laki. 16,19 Hal ini disebabkan pasien perempuan lebih mementingkan estetis dan cenderung memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik. 16 Dalam Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III), etnis dan ras berhubungan dengan kehilangan gigi selain usia dan jenis kelamin, dimana pasien non-hispanic yang berkulit gelap merupakan yang paling banyak mengalami kehilangan gigi dibandingkan pasien yang berkulit terang, karena tidak menjaga kesehatan rongga mulutnya. 42 Pasien yang bertempat tinggal di daerah pedesaan mengalami lebih banyak kerusakan pada gigi seperti lesi karies (Jamieson dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk daripada pasien dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang tinggi (Chavers dkk cit. Willershausen dkk, 2010). Pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih peduli terhadap kebersihan rongga mulut, dimana mereka lebih sering pergi ke dokter gigi untuk melakukan kontrol berkala. Penelitian yang dilakukan pada pasien dewasa berusia 35-44 dan 64-75 tahun, pasien dengan latar belakang pendidikan yang rendah lebih sering menderita penyakit periodontal daripada pasien dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi (Krustrup dan Petersen cit. Willershausen dkk, 2010). 2.4.1 Frekuensi Pembersihan Setiap satu kali sehari sebelum tidur, sangat penting untuk melepas gigitiruan dari rongga mulut dan merendamnya dalam larutan pembersih untuk membunuh

mikroorganisme pada gigitiruan dan membersihkan stein yang ada, yang diikuti menyikat dengan pasta gigi setiap selesai makan. 14,24 Hasil penelitian Barbosa dkk (2008) menyatakan bahwa 98% pasien membersihkan gigitiruannya setiap hari dan 62,6% pasien melakukannya 3 kali sehari atau lebih, dimana hal ini cukup memuaskan. Frekuensi tidak mengindikasikan prosedur pembersihan yang efisien. (Nevalainen dkk cit. Barbosa dkk, 2008). Kualitas dari pembersihan jauh lebih penting daripada frekuensi pembersihan dalam usaha menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut (Bellini dkk cit. Watt dan Roy, 1984). 2.4.2 Waktu Pembersihan Gigitiruan dan rongga mulut harus dibersihkan setiap setelah makan. Pada malam hari, gigitiruan harus dilepas dan direndam dalam larutan pembersih gigitiruan. 4,5,13 Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih dapat dilakukan sepanjang malam, 2 jam, 1 jam atau 30 menit tergantung dari bahan pembersih yang digunakan. 34 2.4.3 Cara Pembersihan Cara pembersihan yang tepat harus dilakukan untuk kebersihan gigitiruan itu sendiri dan mencegah kerusakan bahan basis gigitiruan. 12 Gigitiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kemis, atau gabungan keduanya. 13 Cara yang sering dilakukan untuk pembersihan gigitiruan, yaitu cara mekanis dilakukan dengan sikat gigi atau alat pembersih ultrasonik. Pembersihan dengan cara mekanis menggunakan sikat gigi dengan atau tanpa bahan abrasif bersifat efektif dalam menghilangkan plak, tetapi jika dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan

keausan pada plat gigitiruan sebagian lepasan resin akrilik yang nantinya dapat menyebabkan gigitiruan menjadi tidak retentif. 34 Pembersihan dengan cara ini mudah dilakukan, efektif jika digunakan dengan keahlian yang tepat dan tidak mahal, namun teknik penyikatan dengan penuh antusias dan kasar dapat menyebabkan kerusakan basis gigitiruan. Kerugian lainnya adalah cara ini tidak dapat dilakukan oleh orangorang dengan ketidakmampuan manual, misalnya cacat, dimana pembersih ultrasonik atau pembersih kemis merupakan pilihan yang tepat. 15 Pembersihan dengan energi ultrasonik merupakan salah satu cara pembersihan secara mekanis yang jarang digunakan karena masih sedikitnya pengetahuan tentang cara ini dan biayanya yang relatif mahal. 22 Pembersih ultrasonik ini dapat membersihkan bagian-bagian gigitiruan yang tidak terjangkau oleh sikat biasa dan dapat membersihkan gigitiruan hanya dalam waktu beberapa menit saja. 43 Gambar 1. Pembersih Ultrasonik (http://www.valplast.ca/) Cara pembersihan kemis adalah perendaman dengan larutan pembersih, pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi microwave. 22 Bahan pembersih kimia dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok yaitu alkalin peroksida, alkalin

hipoklorit, asam, desinfektan, dan enzim. 15 Pemaparan oksigen dengan air-drying jarang digunakan oleh pemakai gigitiruan sebagian lepasan karena dua alasan, yang pertama karena gigitiruan yang kotor jika dibiarkan terpapar dengan udara akan membuat deposit yang melekat menjadi lebih lengket sehingga akan sangat susah membersihkan antigen mikrobial yang ada di permukaan gigitiruan, dan alasan yang kedua adalah karena pemaparan terhadap udara akan merusak kontur gigitiruan tersebut. Desinfeksi gigitiruan lepasan menggunakan radiasi microwave merupakan cara yang efektif, cepat, mudah, dan biayanya tidak mahal serta dapat dilakukan oleh dokter gigi, tekniker, dan pasien untuk membunuh mikroorganisme yang tidak aktif. Radiasi microwave bekerja efektif untuk menurunkan jumlah organisme pada permukaan gigitiruan (Webb dkk cit. Garg, 2010). Pembersihan secara kemis memiliki keuntungan yaitu sangat mudah digunakan, tetapi kerugiannya pembersih kemis ini harganya relatif mahal dan dapat menyebabkan korosi pada gigitiruan lepasan basis logam dan juga bleaching pada gigitiruan lepasan basis resin akrilik. 6 Idealnya, cara pembersihan mekanis dan kemis harus dilakukan bersamaan untuk kontrol plak yang lebih baik. 10 Cara pembersihan gigitiruan lepasan secara gabungan mekanis dan kemis lebih efektif. Contohnya adalah menyikat gigitiruan lebih dulu kemudian direndam dalam larutan kimia sebagai pembersih gigitiruan. 44 Menurut penelitian Silva dkk (2009), penyikatan yang diikuti dengan perendaman cukup efektif dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur. 40