IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Superovulasi terhadap Produksi Anak Babi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN KINERJA PERTUMBUHAN ANAK DOMBA MELALUI SUPEROVULASI INDUK SEBELUM PERKAWINAN DAN PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK PLUS SELAMA KEBUNTINGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Performans Reproduksi Induk Babi yang Diovulasi Ganda dengan PMSG dan hcg sebelum Pengawinan. Abstrak

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.


TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

Peningkatan Produktivitas Domba pada Skala Peternakan Rakyat Melalui Pemberian Hormon Pregnant Mare Serum Gonadotrophin

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI INTRODUKSI LIMBAH PERTANIAN dan PROBIOTIK BIO - CAS

BAB II FAAL KELAHIRAN

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : ISSN :

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bovidae didomestikasi dari leluhurnya yang masih liar yaitu Bos javamicus/bibos banteng atau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Domba Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

I. PENDAHULUAN. produk yang bernilai gizi dan ekonomis tinggi. Pertambahan berat badan yang. maupun kuantitasnya (Supratman dan Iwan, 2001).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

F I S I O L O G I Reproduksi dan Laktasi. 10 & 17 Februari 2014 Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB V INDUKSI KELAHIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

HAYATI Journal of Biosciences, June 2007, p Vol. 14, No. 2 ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN, VOLUME AMBING TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING PERAH LAKTASI PERANAKAN ETTAWA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. partum perlu diperhatikan. Peranakan Etawah (PE) mempunyai lama involusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI BIBIT TERNAK BABI UNGGUL MELALUI PERBAIKAN LINGKUNGAN UTERUS INDUK SELAMA KEBUNTINGAN DEBBY JACQUELINE JOCHEBED RAYER

BAB I. PENDAHULUAN A.

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

11 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi ekstrak temulawak plus disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan diberi ekstrak temulawak plus. Parameter Kontrol Tp Kontrol SO Kontrol SO SO Tp SO*Tp Jumlah anak (ekor) 6 10 7 11 Rataan bobot lahir 3,17±0,12 3,65±0,14 3,19±0,16 3,57±0,19 * - - (kg) Total bobot lahir per 19,04 36,53 22,31 39,34 induk (kg) Rasio anak per induk 1,5±0,58 2,5±0,58 1,75±0,96 2,75±0,5 * - - Tingkat kematian 12,5±25 8,25±16,5 16,75±33,5 8,25±16,5 - - - prasapih (%) Jumlah bakalan 5 9 5 10 sapih (ekor) Rataan bobot badan 15,41±0,65 17,34±0,50 16,38±0,71 18,78±0,52 * * - sapih (kg) Total bobot badan sapih 77,05 156,08 81,91 187,76 (kg) Rasio anak * - - 1,25±0,5 2,25±0,5 1,25±0,58 2,5±0,58 yang disapih per induk Ket: SO: Superovulasi, Tp: Temulawak, *: Signifikan (p<0,05) Superovulasi induk sebelum perkawinan mampu meningkatkan jumlah anak hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kontrol. Walaupun superovulasi sebelum perkawinan meningkatkan jumlah anak, bobot badan lahir anak tidak turun, tetapi sebaliknya malah meningkat. Peningkatan jumlah anak dikarenakan jumlah sel telur yang dihasilkan lebih dari satu. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa induk kambing yang disuperovulasi sebelum perkawinan melahirkan anak yang lebih banyak 32% dibandingkan dengan induk kambing yang tidak disuperovulasi (Adriani et al. 2007). Peningkatan jumlah anak ini

12 dikarenakan superovulasi mampu meningkatkan jumlah korpus luteum yang dihasilkan (Manalu et al. 1996) sehingga jumlah sel telur yang diovulasikan lebih banyak (Hafez 1980; Guiltbault et al. 1992; Bo et al. 1998). Sementara itu, peningkatan bobot lahir dikarenakan terjadinya peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama kebuntingan (Asworth 1991). Tingginya bobot lahir anak domba sejalan dengan besarnya badan anak domba saat lahir. Besarnya badan anak domba diduga pada masa kebuntingan hormon estrogen berfugsi dalam metabolisme kalsium sehingga perkembangan kerangka fetus menjadi lebih baik. Superovulasi sebelum perkawinan pada kambing meningkatkan panjang badan, tinggi gumba, dan lingkar dada pada saat lahir (Andriani et al. 2004). Dengan menjumlahkan seluruh rataan bobot lahir anak per induk, per perlakuan, superovulasi induk sebelum perkawinan meningkatkan total bobot lahir anak per induk hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Superovulasi induk sebelum perkawinan meningkatkan jumlah anak sekelahiran hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pemberian temulawak plus pada induk setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan bobot lahir anak domba tetapi pengaruh pemberian ekstrak temulawak plus pada induk pada anak domba terlihat secara signifikan pada peningkatan bobot badan anak domba pada periode berikutnya dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan bobot badan anak domba yang berasal dari induk yang diberi ekstrak temulawak plus pada periode berikutnya diduga dikarenakan asupan susu yang baik. Devendra dan Burn (1994) menyatakan bahwa anak kambing bergantung sepenuhnya pada susu induk sampai kurang lebih 7-8 minggu setelah lahir, ketika rumen mulai berfungsi dan pengambilan makanan hijauan dan bahan makanan lainnya bertambah nyata. Pertambahan ukuran dan perkembangan organ-organ tubuh anak selama periode menyusu sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi induk (Acker dan Cunningham 1991). Asupan susu yang baik ini diduga berasal dari khasiat temulawak, yaitu meningkatkan produktivitas air susu. Diduga pengaruh pemberian ekstak temulawak plus berlanjut sampai periode laktasi. Pemberian pasta tape-temulawak pada sapi madura dan sapi bali meningkatkan produksi susu

13 0,42 kg/ekor atau 9.5% lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang tidak diberi pasta tape-temulawak (Sulistyowati 1999). Bioaktif temulawak berfungsi menyerupai hormon prolaktin yang memelihara proses laktasi dan oksitosin yang merangsang keluarnya air susu (milk let down) (Sulistyowati dan Erwanto 2009). Peningkatan produksi susu didukung oleh asupan makanan yang baik. Diduga temulawak mempengaruhi nafsu makan induk dan meningkatkan aktivitas pencernaan sehingga efisiensi pencernaan lebih baik. Minyak atsiri yang terkandung dalam temulawak bersifat antioksidan alami yang dapat menjaga dan memelihara membran sel mikroba dari kerusakan akibat radikal bebas. Dengan sifat tersebut memungkinkan sel mikroba menjadi lebih aktif dalam mencerna ransum. Menurut Wahjoedi et al. (1985), temulawak mengandung kamfor pada jumlah relatif sedikit dapat menyebabkan perasaan nyaman pada alat pencernaan dan menyebabkan rasa enak makan. Kandungan zat kimia dalam temulawak dapat merangsang fungsi pergerakan pada dinding lambung dan usus yang berperan sebagai digestivum. Hal ini memungkinkan kapasitas pencernaan menampung pakan lebih baik (Salim 1985). Pemberian tepung temulawak berpengaruh besar pada pankreas, di antaranya dapat mempengaruhi dan merangsang sekresi dan berfungsi sebagai penambah nafsu makan, mempengaruhi kontraksi dan tonus otot usus halus, bersifat bakterisida dan bakteriostastik, membantu kerja sistem hormonal, metabolisme, dan fisiologi organ tubuh (Widodo 2002). Sementara itu, kandungan vitamin yang terkandung dalam ekstrak temulawak plus seperti vitamin A, D, dan B kompleks diduga bermanfaat dalam meningkatkan fisiologis dan metabolisme induk. Vitamin A berperan dalam diferensiasi sel-sel epitel khusus seperti sel goblet, bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan mengeluarkan mukus yang akan mempercepat pengeluaran mikroorganisme yang menginfeksi (Azrimaidaliza 2007). Pemberian vitamin D dan K secara sinergis memberikan manfaat pada tulang dan sistem kardiovaskular (Kidd dan Parris 2010). Superovulasi sebelum perkawinan, pemberian ekstrak temulawak plus, dan kombinasi superovulasi dengan pemberian ekstrak temulawak plus tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap penurunan tingkat kematian anak domba. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa superovulasi mampu menurunkan tingkat mortalitas sebesar 79% (Adriani et al. 2004). Rendahnya

Rataan Bobot Anak 14 bobot lahir merupakan salah satu faktor penyebab tingginya tingkat kematian, semakin banyak jumlah anak per kelahiran semakin tinggi pula tingkat kematiannya (Sutama et al. 1993). Namun, superovulasi induk sebelum perkawinan mampu meningkatkan rataan bobot sapih sebesar 12,5% dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan ini dikarenakan peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama kebuntingan dan berlanjut hingga postnatal (Asworth 1991). Superovulasi sebelum perkawinan mampu meningkatkan total bobot sapih hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak disuperovulasi. Selanjutnya rataan bobot badan anak (kg) pada awal kelahiran sampai bulan ke-4 pada kelompok induk domba kontrol dan superovulasi, baik yang tidak diberi dan yang diberi ekstrak temulawak plus disajikan pada Grafik 1. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 1 2 3 4 Bulan Grafik 1. Rataan bobot lahir dan bobot badan anak pada bulan ke-1 sampai ke-4 pada kelompok kontrol ( ), pemberian ekstrak temulawak plus ( ), superovulasi ( ), dan kombinasi superovulasi dengan pemberian ekstrak temulawak ( X )

15 Superovulasi sebelum perkawinan meningkatkan bobot lahir anak domba sebesar 15% dibandingkan dengan kontrol. Superovulasi sebelum perkawinan pada induk yang beranak tunggal mampu meningkatkan bobot lahir anak sebesar 21% dibandingkan induk yang tidak disuperovulasi (Adriani et al. 2007). Tingginya bobot lahir anak pada perlakuan superovulasi dikarenakan terjadi peningkatan sekresi hormon kebuntingan dan hormon mamogenik, seperti estradiol dan progesteron selama kebuntingan. Meningkatnya jumlah korpus luteum karena superovulasi merupakan faktor yang menyebabkan peningkatan sekresi hormon kebuntingan dan hormon mamogenik. Selain untuk mempertahankan kebuntingan dan memelihara kebuntingan, estrogen dan progesteron juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan uterus, plasenta, serta kelenjar ambing (Anderson et al. 1981; Manalu dan Sumaryadi 1998). Pertumbuhan embrional sangat dipengaruhi oleh kesiapan endometrium uterus untuk menyediakan makanan dan senyawa kimia lain yang dibutuhkan selama perkembangan embrional (Ashworth 1991; Gandalfif et al. 1992). Peningkatan hormon progesteron dan estrogen selama kebuntingan berkolerasi positif dengan pertumbuhan uterus, embrio, fetus, dan bobot lahir anak (Manalu dan Sumaryadi 1999; Mege et al. 2007). Pertumbuhan dan perkembangan embrio yang baik selama kebuntingan akan menghasilkan dampak yang lebih luas, yaitu dapat meningkatkan bobot lahir, bobot prasapih, dan bobot akhir walaupun dengan jumlah anak sekelahiran yang lebih besar (Vallet et al. 2004). Peningkatan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan seperti estrogen dan progesteron mendukung proses fisiologis selama periode kebuntingan. Selain itu, peningkatan hormon estrogen dan progesteron menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta yang ditunjukkan oleh pertambahan masa uterus dan plasenta. Pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta yang baik berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan fetus selama kebuntingan (Wilson et al. 1999; Vallet et al. 2002; Mege et al. 2007). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya bahwa superovulasi mampu meningkatkan sekresi hormon endogen hormon-hormon kebuntingan terutama estrogen dan progesteron disertai peningkatan jumlah anak dan ekspresi genotipe pertumbuhan yang digambarkan

16 oleh fenotipe bobot lahir, panjang badan, dan tinggi badan saat lahir (Manalu et al. 1996; Manalu dan Sumaryadi 1998; Adriani et al. 2004b; Mege et al. 2007) Superovulasi induk sebelum perkawinan, pemberian ekstrak temulawak plus pada induk setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan, dan kombinasi superovulasi induk sebelum perkawinan dengan pencekokan ekstrak temulawak plus setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan mampu meningkatkan pertambahan bobot anak domba pada bulan ke-1 dan ke-3. Superovulasi sebelum perkawinan mampu meningkatkan bobot anak domba dari bulan ke-1 sampai bulan ke-3 sebesar 18% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian ekstrak temulawak plus pada induk setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan mampu meningkatkan bobot badan anak domba dari bulan ke-1 sampai bulan ke-3 sebesar 12% dibandingkan dengan kontrol. Sementara itu, superovulasi sebelum perkawinan yang dikombinasikan dengan pemberian ekstrak temulawak plus setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan mampu meningkatkan bobot badan anak domba dari bulan ke-1 sampai bulan ke-3 sebesar 27,5% dibandingkan dengan kontrol. Superovulasi induk sebelum perkawinan yang dikombinasikan dengan pemberian ekstrak temulawak plus setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan memberikan persentase pertumbuhan bobot badan anak yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Peningkatan bobot badan anak ini diduga akibat efek antara zat aktif dalam temulawak dan peningkatan hormon estrogen dan progesteron akibat superovulasi. Salah satu zat aktif yang terkandung di dalam temulawak adalah minyak atsiri. Minyak atsiri banyak sekali mengandung manfaat antara lain berpotensi sebagai senyawa antioksidan, antihepatotoksik, meningkatkan sekresi empedu, antihipertensi, melarutkan kolesterol, merangsang air susu (laktogoga), tonik bagi ibu setelah melahirkan, dan antibakteri (Agusta dan Chairul 1994, Suksamrarn et al. 1994). Diduga efek superovulasi yang dikombinasikan dengan pemberian ekstrak temulawak plus saling menguatkan. Diduga pengaruh terbesar dari superovulasi yang dikombinasikan dengan pemberian ekstrak temulawak plus ialah pada peningkatan produksi susu induk. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, baik superovulasi maupun pemberian temulawak keduanya sama-sama

17 meningkatkan produktivitas air susu pada induk. Peningkatan produksi susu ini berdampak positif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak domba. Pertumbuahan periode menyusu antara lain dipengaruhi oleh faktor genotip, bobot lahir, jenis kelamin, litter size, dan produksi susu induk (Setiadi 1989). Sementara itu, superovulasi induk sebelum perkawinan meningkatkan bobot lahir anak dan pertumbuhan prasapih yang diduga merupakan respons peningkatan estrogen dan progesteron selama kebuntingan (Adriani et al. 2004a). Bobot lahir dan pertumbuhan anak kambing pada periode berikutnya sangat dipengaruhi oleh perkembangan periode prenatal (Dziuk et al.1992). Perkembangan prenatal tersebut di antaranya perubahan biokimia uterus yang terutama dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron (Kleeman et al. 1994; Manalu et al. 2000). Superovulasi induk sebelum perkawinan dan pemberian ekstrak temulawak plus setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan memberikan pengaruh pada pertumbuhan anak domba pada bulan ke-4. Superovulasi induk sebelum perkawinan mampu meningkatkan bobot anak domba sebesar 12,5% dibandingkan dengan kontrol, sedangkan pemberian ekstrak temulawak plus setelah umur kebuntingan 1 bulan selama periode kebuntingan mampu meningkatkan bobot anak domba sebesar 6% dibandingkan dengan kontrol. Jika dibandingkan, pertumbuhan bobot anak domba dari induk yang disuperovulasi memiliki pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bobot anak domba dari perlakuan pemberian ekstrak temulawak plus pada induk selama periode kebuntingan. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan hormon estradiol dan progesteron selama periode kebuntingan. Pada awal kebuntingan hormon-hormon ini merupakan sinyal bagi diferensiasi embrio dalam kandungan sehingga mampu memacu perkembangan prenatal, yang kemungkinan akan terbawa sampai pada periode postnatal (Ashworth 1991). Peningkatan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan tidak hanya penting dalam peningkatan laju pertumbuhan sejak diferensiasi sel jaringan embrio, memperbaiki bobot lahir, serta laju pertumbuhan prasapih, juga merupakan salah satu strategi yang potensial untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas produksi daging dalam memenuhi kebutuhan konsumen (Wray-Canen et al. 1999; Mege et al. 2007).