BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi berbahasa secara fonologis hampir dimiliki setiap manusia

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

BAB III METODE PENELITIAN

Tahap Pemrolehan Bahasa

ANIS SILVIA

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

fonem, kata dan rangkaian kata, misalnya bunyi [0 dilafalkan [0], bunyi [oe]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentunya membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna

BAB I PENDAHULUAN. Bagi pemelajar Bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa atau

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa simpulan mengenai penelitian ini, yaitu

KAIDAH FONOTAKTIK GUGUS KONSONAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA YANG BERSUKU DUA

BAB I PENDAHULUAN. lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

BAB I I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemelajar bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Jawa (Javanese

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Permainan bunyi..., Rizky Febriawan Ariyanto, FIB UI, 2009

PENYISIPAN [ə] OLEH ANAK USIA 5 S.D. 6 TAHUN DALAM PENGUCAPAN KONSONAN RANGKAP PADA AWAL KATA (KAJIAN ANALISIS FONETIS)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

Studi Kasus Pemerolehan Bahasa Anak Usia 2 Tahun Hasil Pernikahan Pasangan Beda Daerah: Kajian Fonologi (Fonetik Artikulatoris)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKON BAHASA JAWA DI DESA WANAYASA KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

Mengapa Pengajaran Bahasa Kita Gagal?

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

GEJALA FONOLOGIS BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD PERMATA HATI KOTA KENDARI. Andi Firdha Maharany

PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DAN PEMEROLEHAN BAHASA (Tinjauan Pembelajaran Bahasa) Oleh, Sukirman *

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Fonologi DR 411. Dr. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd.

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. a. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I mengemukakan latar belakang dari dibuatnya penelitian ini. Bab ini juga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa asing sering tidak mampu berkomunikasi dengan fasih dalam bahasa

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengucapan bunyi bahasa sebagai alat interaksi penting bagi

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

Krisis Kepercayaan Diri Mahasiswa dalam Berkomunikasi Menggunakan Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan. komunikasi harus mampu mengekspresikan konsep-konsep yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

Bab 4. Simpulan. berbahasa ibu bahasa Indonesia, penulis menemukan hal yang sama seperti yang telah

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus kepadanya. Yang menakjubkan ialah dalam waktu relatif tidak lama, anak sudah menggunakan bahasa itu untuk berkomunikasi dengan para penutur yang ditemui di lingkungannya. Anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang mepengaruhi mereka adalah lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga yang berhubungan dengan latar pendidikan orang tua, kondisi keuangan, serta pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Anak yang berasal dari kelas menengah dimungkinkan akan mendapatkan pendidikan bahasa yang lebih baik dibandingkan dengan penutur anak yang berasal dari kelas bawah, tetapi tidak tertutup kemungkinan terjadi sebaliknya. Pemerolehan bahasa anak sangatlah menarik untuk diteliti, karena setiap anak mempunyai kelebihan ataupun kekurangan dalam menerima bahasa dari luar, sehingga setiap kata yang dimiliki seorang anak bervariasi. Pemerolehan bahasa pada anak-anak terjadi pada tingkat fonologis maupun gramatikal. Pada tingkat fonologis, Jakobson (Miller dan Ervin, 1975: 80) mengemukakan adanya urutan perkembangan sistem fonologis anak-anak. Ia 1

2 mengatakan bahwa anak-anak berhasil menjabarkan sistem fonologis mendekati pembagian biner (biner system) orang dewasa. Menurut Roman Jakobson (1970: 82), tahap pertama seorang anak belajar berbahasa ialah melalui pendengaran. Perbedaan utama yang diperhatikan oleh seorang anak ialah antara kesenyapan dan bunyi, yang merupakan tiang penyangga seluruh sistem fonologis anak. Pertentangan antara kesenyapan dan bunyi dikenal anak pada usia ketika anak mulai menemukan perbedaan-berbedaan suara yang didengarnya di sekelilingnya. Bila anak-anak mendengarkan bunyibunyi yang bukan merupakan bunyi yang terdapat dalam bahasa ibu, bunyi itu akan sulit ditiru oleh anak. Dalam usaha seorang anak meniru bunyi kata-kata yang didengarnya, bunyi-bunyi yang tidak berhasil diproduksi diganti oleh bunyi lain yang sudah dibedakannya. Anak-anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajari untuk menggantikan bunyi-bunyi yang belum diperolehnya. Untuk mengucapkan kata <sekarang>, misalnya, anak yang belum memperoleh bunyi [r] dalam kata itu menggantinya dengan [l] yang sudah dikuasainya lebih dahulu. Anak juga membuat generalisasi tentang ciri pembeda antara bunyi yang satu dengan yang lain. Ketika anak mulai membandingkan [p] dan [b], dia juga membandingkan semua pasangan bunyi sejenis yang dibedakan dengan ada tidaknya getaran suara. Pasangan sejenis dengan kedua bunyi itu adalah bunyi [t] dan [d], dan bunyi [k] dan [g]. Contohnya untuk mengucapkan kata <bukan>, seorang anak belum memperoleh bunyi [k] dalam kata tersebut menggantinya dengan [t] yang sudah

3 dikuasainya terlebih dahulu. Pemerolehan bunyi yang berbeda dalam satu ciri pembeda itu dapat diprediksi. Menurut Jones (1972: 83), pada tahap pertama perbedaan yang berhasil ditemukan oleh anak ialah antara konsonan dan vokal. Perbedaan ini merupakan perbedaan yang paling maksimal dalam sistem fonologi anak dan karena itu merupakan titik awal yang penting. Pada tahap ini anak belum dapat membedakan bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Oleh sebab itu, konsonan yang dikuasainya sering keliru, misalnya seorang anak mengucapkan [b] untuk [p] atau sebaliknya. Pada tahap berikutnya seorang anak mungkin mulai membedakan bunyi letupan dari bunyi bukan letupan, misalnya : antara bunyi [p] dan [m] atau antara [p] dan [f]. Pada tahap ketiga biasanya dikontraksikan bunyi-bunyi letupan tak bersuara dengan bunyi-bunyi sengau bersuara ( Jones, 1970: 88), misalnya: antara [p] dan [m] atau antara [t] dan [n]. Selanjutnya, pada tahap keempat, anak biasanya mulai dapat membedakan konsonan suatu daerah artikulasi dengan konsonan daerah lainnya, misalnya: antara [p] dan [k] atau [t] dan [k]. Penelitian tentang pemerolehan bahasa anak telah dilakukan sebelumnya oleh Soenjono Dardjowidjojo (Unika Atma Jaya) yang telah meneliti cucunya yang bernama ECHA dan sekaligus dijadikan judul bukunya. Penelitian yang dilakukan Soenjono ini bersifat longitudinal, yaitu penelitian bahasa yang berkaitan dengan perkembangan anak dari satu waktu ke waktu lain. Hasil dari penelitian tersebut Soenjono Dardjowidjojo menekankan bahwa jadwal dalam pemunculan bunyi adalah jadwal biologis, dan bukan jadwal kronologis masing-masing anak. Dengan

4 demikian, tidak mustahil ada anak yang telah memperoleh bunyi getar [r] jauh lebih awal dari umur 4;9 bulan seperti yang dinyatakan oleh Jakobson (1968), tiap anak memperoleh bunyi yang berbeda-beda pula. Yang universal adalah urutannya. Tidak ada anak, misalnya, yang memperoleh bunyi getar [r] sebelum hambat [p], dsb. Penelitian pemerolehan fonologi pada anak tersebut didasarkan hasil penelitian terhadap anak yang berbahasa ibu bahasa Inggris. Sehubungan dengan itu, dapatkah kemampuan mengujarkan bahasa mereka disejajarkan dengan anak yang berbahasa ibu selain bahasa Inggris? Bagaimana dengan anak yang berbahasa ibu bahasa Indonesia? Untuk membuktikannya dibutuhkan penelitian secara mendalam. Atas dasar itu peneliti melakukan penelitian terhadap pemerolehan fonetis pada anak Indonesia yang memiliki latar belakang perkembangan biologis dan usia yang berbeda. Judul penelitian yang dipilih Kajian Fonologis Tuturan Anak Usia 2-4 Tahun. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini banyak masalah yang dapat dikaji, adalah: 1) kemampuan produktif anak umur 2-4 tahun di dalam memahami ujaran; 2) karakteristik tuturan yang digunakan anak umur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2;

5 3) penyimpangan ujaran (baik dari segi ucapan, bentuk ataupun makna) anak umur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2 yang sering terjadi akibat alat ucap yang belum terbentuk secara sempurna. 1.3 Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, peneliti lebih memfokuskan masalah pada kemampuan berbahasa lisan seorang anak umur 2-4 tahun di Playgroup Bunga Bangsa 2. Adapun rumusan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana realisasi tuturan anak umur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2 dalam melafalkan fonem vokal dan konsonan pada kosakata dasar? 2) Bagaimana kemampuan anak umur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2 dalam memahami kosakata dasar yang dilafalkan? 3) Apakah vokal dan konsonan yang dilafalkan anak berumur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2 sesuai dengan artikulasi bahasa Indonesia? 1.4 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berbahasa lisan anak umur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) realisasi pelafalan fonem vokal dan konsonan anak umur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2;

6 2) kemampuan anak umur 2-4 tahun dalam memahami kosakata dasar di Play Group Bunga Bangsa 2; 3) kesesuaian realisasi vokal dan konsonan dalam kosakata dasar yang dituturkan anak umur 2-4 tahun di Play Group Bunga Bangsa 2 dengan artikulasi bahasa Indonesia. 1.5 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1) Bagi dunia ilmu Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu fonetik dan fonologi khususnya tentang realisasi bunyi bahasa, serta menghasilkan deskripsi mengenai kebahasaan anak umur 2-4 tahun yang masih belum sempurna alat ucapnya. 2) Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih ilmu atau wawasan maupun pengetahuan pada setiap komponen masyarakat mengenai karakteristik yang mungkin muncul pada kebahasaan anak umur 2-4 tahun.

7 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami istilah-istilah yang tertera dalam judul maupun isi dari penelitian ini, peneliti memberikan beberapa batasan. 1) Kajian fonologis adalah jenis kajian bahasa yang terarah pada penelitian ini meliputi segi fonetis. 2) Tuturan anak 2-4 tahun adalah ujaran atau sesuatu yang diucapkan anak umur 2-4 tahun. 3) Play Group adalah kelompok bermain yang terlembaga, tempat anak-anak belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak juga melakukan kegiatan bermain dengan diarahkan pada sesuatu yang positif, dan diberikan pembelajaran yang sifatnya sangat mendasar.