Research Proposal. Studi Kepemilikan Lahan Kaitannya Dengan Peran, Akses dan Kontrol Perempuan (Land Tenure Research)

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT PENYUSUNAN STATUS MUTU LAUT KOTA BATAM DAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Tehnik Pengumpulan Data Tabel 10. Kebutuhan, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data Kebutuhan No

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

BAB II PROSES PENYUSUNAN SPKD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB IV METODE PENELITIAN

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa

STUDI LAND TENURE (LTS)

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif.

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRAKIRAAN DAMPAK TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Laporan Penelitian Sosiologi Pedesaan Kelompok 7 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Daerah irigasi merupakan kesatuan wilayah atau daerah yang mendapat air dari

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

USULAN TEKNIS DAN PENAWARAN BIAYA KEGIATAN STUDI KESESUAIAN LAHAN RENCANA TANAMAN...

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIZJING)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 LAYANAN INTERNAL

Alang-alang dan Manusia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2008 SUB BAGIAN UMUM SEKSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

Peningkatan Penghargaan Terhadap Kompetensi Penyediaan jasa kebersihan kantor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

PROPOSAL KEGIATAN KOMPETISI RISET KREATIF UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN JAWA BARAT

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

3. METODOLOGI ' ' ' ' ' Tg. Gosong. Dongkalang ' ' ' ' '

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU

Transkripsi:

PROYEK RESTORASI PENGHIDUPAN PESISIR: MEMBANGUN KETAHANAN SOSIAL DAN EKOLOGIS EKOSISTEM MANGROVE DI SULAWESI SELATAN Research Proposal Studi Kepemilikan Lahan Kaitannya Dengan Peran, Akses dan Kontrol Perempuan (Land Tenure Research) MAKASSAR 2011

DASAR PEMIKIRAN Sepanjang sejarah, lahan dipahami sebagai faktor utama dalam menentukan kekayaan, status sosial dan kekuatan. Lahan juga menjadi syarat dasar bagi perumahan, kebutuhan pangan dan berjalannya aktivitas ekonomi. Akses pada sumberdaya air serta kebutuhan infrastruktur lainnya seperti sanitasi, jalan, kelistrikan, dan lain sebagainya bergantung pada akses dan kepemilikan lahan. Di desa lahan menjadi tumpuan utama untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga menjaga lahan tetap produktif adalah sangat penting. Lahan merupakan sumber penghidupan dan merupakan isu utama dalam pengembangan ekonomi khususnya di negara berkembang (Nichols 2000). Diwilayah pesisir seperti Indonesia, sumber mata pencaharian utama adalah pengelolaan perikanan berbasis lahan seperti tambak, rumput laut, ekosistem mangrove dan pertanian pesisir. Aktivitas ini menjadi basis utama bagi masyarakat untuk kebutuhan pangan dan keamanan mata pencaharian masyarakat pesisir. Isu lahan khususnya di desa juga berada dalam kerangka ekonomi, budaya, agama dan hukum. Di banyak lokasi, pengambil keputusan atau tokoh memiliki kekuatan yang cukup berpengaruh dalam hal kuantitas dan kualitas kepemilikan lahan. Di desa misalnya, kekuatan sosial banyak dipengaruhi/di tentukan oleh individu pemilik lahan, beda halnya di daerah perkotaan (urban) yang lebih banyak di pengaruhi oleh kekuatan modal. Dalam kehidupan sebagian besar masyarakat pedesaan di Sulawesi Selatan, akses terhadap tanah sangat penting. Tanah tidak hanya menjadi tempat bermukim, juga menjadi tumpuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan. Secara umum, di banyak keluarga pedesaan yang pemenuhan kebutuhan hidupnya disandarkan pada pengolahan tanah (bertani), biasanya seluruh keluarga, baik laki-laki maupun perempuan, ikut serta dalam kegiatan pengolahan tanah. Pekerjaan seperti membabat, membajak, mencangkul menjadi bagian laki-laki, sedangkan menabur benih, menanam, menyiram, memanen dikerjakan oleh perempuan atau dikerjakan secara bersama-sama. RUMUSAN MASALAH Penelitian ini akan menghasilkan sebuah basis data tentang status kepemilikan setiap lahan yang terdapat dilokasi kajian, hal ini juga termasuk kemampuan untuk mengolah sumber daya itu sebagai sumber pendapatan. Isu akses terhadap lahan dibedakan kedalam kuantitatif dan kualitatif parameter, kualitatif seperti luasan, nilai potensi hasil dari pengelolaan dan kualitatif pada aspek legal kepemilikan, registrasi kedalam lembaga pertanahan di pemerintahan setempat.

Sememntara asal usul kepemilikan tanah dalam masyarakat Sulawesi Selatan dapat dikategorikan sebagai berikut: Pemilikan yang bersumber dari membuka tanah, baik melalui penebasan hutan maupun pembersihan padang alang-alang. Pemilkan tanah yang berasal dari warisan orang tua kepada anak-anaknya. Pemilikan tanah yang berasal dari pembelian. Tanah yang berasar dari tukar menukar. Misalnya ditukar dengan sapi, atau bahan untuk membangun rumah. Tanah pemberian atau hadiah. Misalnya hadiah dari kakek untuk cucunya. Tanah yang berasal dari sunrang atau sompa. Mas kawin yang diberikan mempelai laki-laki kepada mempelai permpuan. Secara singkat beberapa point penting awal yang dikumpulkan untuk kebutuhan analisis untuk studi ini antara lain informasi berupa: Status kepemilikan lahan (plot kecil dan besar) dilevel desa Peran perempuan dan laki-laki terkait dengan kepemilikan dan pengelolaan lahan di desa

PERTANYAAN DASAR PENELITIAN Pertanyaan dasar penelitian adalah : 1. Bagaimana sebaran kepemilikan lahan di desa? 2. Sejauh mana peran, akses dan kontrol perempuan terhadap plot lahan di desa? Pertanyaan pertama ini membahas tentang bagaimana sebaran kepemilikan lahan dimasyarakat desa selanjutnya berguna untuk melihat perbandingan/persentase sebaran kepemilikan antara plot lahan (besar dan kecil). Topik ini dipertajam dengan melihat produktivitas lahan, dimana produktivitas lahan dalam hal ini untuk melihat nilai ekonomi lahan terhadap sebuah rumah tangga dan membahas pula besaran pendapatan yang diterima pemerintah desa pada masing-masing plot lahan (disesuaikan dengan luasan plot lahan). Setelah mendapatkan semua data-data di atas, selanjutnya akan dijadikan sebuah database yang berbasis sistem informasi geografis. Pertanyaan kedua merujuk pada akses perempuan terhadap kepemilikan lahan. Akses perempuan pada lahan adalah hak pada kesempatan untuk menggunakan, mengelola dan mengontrol lahan dan sumberdaya di dalamnya. Defenisi ini juga termasuk kemampuan untuk mengolah sumberdaya itu sebagai sumber pendapatan. Issu akses terhadap lahan dibedakan kedalam kuantitatif dan kualitatif parameter, kualitatif seperti luasan, nilai potensi hasil dari pengelolaan dan kualitatif pada aspek legal kepemilikan, registrasi kedalam lembaga pertanahan di pemerintahan. Pertanyaan ini kemudiaan akan ditelaah dari segi Dalam tradisi masyarakat Sulawesi Selatan, dengan membangun sebuah argumentasi mengenai asal usul kepemilikan tanah, yang menjadi milik perempuan berasal dari warisan orang tua, dan tanah sunrang/sompa. Sayangnya, belum ada mekanisme hukum yang secara langsung melegitimasi kepemilikan perempuan atas tanah sunrang atau sompa. Konsekuensinya, jika mengikuti garis argument di atas, minimnya akses dan kontrol perempuan atas tanah akibat domestifikasi peran perempuan, menyebabkan kepemilikan tanah didominasi oleh laki-laki. Kekuasaan tanah oleh perempuan hanya memungkinkan terjadi jika tanggung-jawab kepala keluarga beralih ke perempuan. Jika terjadi perceraian atau suami meninggal. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengurai dominasi laki-laki atas kepemilikan tanah pada masyarakat Sulawesi Selatan, adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Naila Kabeer. Pendekatan ini menggunakan metode analisis yang berfokus pada relasi antar pelaku dan hubungan mereka dengan sumber daya dan aktivitas serta bagaimana hal itu dikerjakan melalui institusi. TAHAPAN PENELITIAN Tahap-tahap kegiatan yang dilakukan disajikan dalam bentuk diagram alir pada Gambar 1. Dimana secara keseluruhan tahap tersebut meliputi :

1. Tahap Awal Tahap ini meliputi studi literatur, penyiapan data digital komposisi lahan, Operasionalisas Kerangka Kerja, penyiapan alat-alat yang akan digunakan, dan pengumpulan data sekunder lainnya. 2. Survey Lapangan Tahap ini akan dilakukan pengambilan data berupa data titik areal masing-masing kompisisi lahan (pemetaan partisipatif), selain itu dilakukan juga pengambilan data social ekonomi masyarakat dengan cara melakukan Focus Group Interview (FGI) dengan tokoh masyarakat setempat. 3. Input dan Analisis Data Data-data lapangan yang telah dikumpulkan selanjutnya disusun menjadi sebuah basis data, sehingga akan memudahkan dalam melakukan analisis. 4. Pembuatan Basis Data Berbasis Sistim Informasi Geografis Pada tahap ini, data sekunder berupa data blok PBB akan dikomparasi dengan data hasil pemetaan partisipatif dan selanjutnya dibuatkan tabulasi data yang berbasis sistim informasi geografis 5. Pembuatan Laporan Akhir Pada tahap ini, laporan yang akan dihasilkan berupa laporan narasi dan album peta Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan penelitian, masing-masing pertanyaan menggunakan metode yang berbeda. Pertanyaan pertama dilakukan dengan metode Wawancara Grup Terfokus (FGI). FGI dilakukan dengan teknik pemetaan partisipatif. Untuk pertanyaan kedua metode wawancara mendalam dengan tokoh kunci. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh dua tim, Pemetaan dan Wawancara. Tim pemetaan fokus pada pengambilan data sekunder dan titik-titik dilapangan sebagai data dan informasi yang akan dimasukkan kedalam peta. Tim wawancara fokus pada penggalian informasi berdasarkan draft wawancara dan fokus grup interview. Pengambilan data lapangan oleh masing-masing tim direncanakan satu kali oleh tim pemetaan dan dua kali oleh tim wawancara. Teknik pengumpulan informasi penelitian dilakukan melalui tiga cara yaitu; Observasi tiap sampling plot lahan, wawancara mendalam, dan fokus grup interview 1. Observasi Langsung Mengamati, menghitung, dan mencatat prilaku dan kegiatan kegiatan yang dilakukan di rumah tangga, tempat kerja atau masyarakat. Manfaat metode ini sebagai salah satu metoda pengumpulaan data yang tersederhana. Tidak intrusif dan tidak memakan waktu para peserta. Sebagai catatan observasi hendaknya diverifikasi oleh informan atau dengan data lainnya. 2. Wawancara mendalam (Indepth interview) Wawancara mendalam dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dengan secara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud untuk mendapatkan gambaran lengkap dan jelas tentang topik yang diteliti. Wawancara ini secara teknis dilakukan berulangulang. Wawancara mendalam dilakukan dengan batasan kerangka pertanyaan yang telah disusun dengan cara menanyakan langsung setiap point dan dapat berkembang jika dirasa ada informasi penting yang sifatnya lebih dalam.. 3. Wawancara grup terfokus (Focus Group Interview) Wawancara group terfokus merupakan metode penggalian data dan informasi dari komunitas dengan cara berkumpul dalam satu kelompok. Wawancara ini diarahkan atau difasilitasi oleh peneliti dan fokus pada informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini FGI akan dilakukan khusus untuk mendapatkan informasi kepemilikan lahan dan peta informasi desa. Peta yang dihasilkan dari FGI akan menggambarkan distribusi spasial lahan, sumberdaya alam, infrastrusktur dll. WAKTU DAN LOKASI Waktu pelaksanaan direncanakan selama satu bulan terhitung dari minggu keempat bulan Januari hingga minggu ketiga bulan Februari 2011. Kurun waktu ini dibagi kedalam tiga tahap yaitu, (1) Pembuatan data dasar plot lahan (peta dasar) masing-masing lokasi kajian; (2) pengambilan data lapangan dan data sekunder; dan (3) input data, analisis dan pengolahan data, Pembuatan basis data kepemilikan lahan dan pencetakan peta.

Penelitian ini dilakukan di lima desa lokasi program RCL YKL-Oxfam, yaitu Desa Nisombalia dan Desa Pa jukukang di Kabupaten Maros dan Desa Laikang, Desa Maccini Baji, dan Desa Mattiro Baji di Kabupaten Takalar. ANGGARAN Rencana anggaran yang dibutuhkan pada kegiatan ini sebesar Rp. 39.695.000,- (Tiga Puluh Sembilan Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah). Rincian anggaran dapat dilihat pada lampiran II.

PENUTUP Demikian proposal ini dan mudah-mudahan sesuai dengan target pencapaian yang telah direncanakan serta memberikan dukungan dalam perencanaan program restorasi penghidupan pesisir. Makassar, 08 Februari 2011 Tim Konsultan